Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Batuan Karbonat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bumi disusun oleh 3 jenis batuan primer, yaitu batuan beku, batuan sedimen,

dan batuan malihan. Berdasarkan ketiga jenis batuan itu, hanya batuan sedimen

yang mempunyai penyebaran paling luas, karena hampir 75% luas permukaan

bumi ditutupi oleh batuan jenis ini. Kurang lebih 1/5 dari batuan sedimen yang

ada di bumi merupakan batuan karbonat, berupa batugamping dan dolomit.

Keberadaan batuan karbonat mulai dilirik pada tahun 1930-an, yaitu saat

ditemukan cadangan minyak bumi didalam batuan tersebut di Timur Tengah .

Penemuan itu diikuti oleh penemuan cadangan hidrokarbon lainnya yang ada di

batugamping terumbu pada wilayah Kanada dan Texas Barat, sepuluh tahun

berikutnya.

Pembentukan batuan karbonat yang berada di paparan benua laut dangkal

ditentukan secara langsung oleh sedikitnya pengendapan sedimen klastik, dan

melimpahnya jumlah organisme. Kelimpahan organisme itu ditentukan oleh

banyak faktor. Pada umumnya terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah

organisme dari garis lintang yang tinggi ke garis lintang rendah, sejalan dengan

peningkatan jumlah sinar matahari. Kelimpahan organisme pada wilayah

khatulistiwa dan subtropis juga sangat dipengaruhi arus serta gelombang kuat

pada sepanjang pinggiran barat benua di belahan utara serta pada pinggiran timur

1
belahan selatan. Keadaan itupun juga menyebabkan proses beredar dan

kembalinya nutrisi, yang sebelumnya sudah terendapkan pada bagian dasar laut.

Sebagai salah satu contoh batuan karbonat yang paling sering ditemukan

adalah batugamping. Batugamping adalah Batugamping adalah batuan sedimen

yang utamanya tersusun oleh kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral

kalsit, di Indonesia, batu gamping sering disebut juga dengan istilah batu kapur,

sedangkan istilah luarnya biasa disebut "limestone". Batu gamping paling sering

terbentuk di perairan laut dangkal. Batu gamping (batu kapur) kebanyakan

merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk dari akumulasi cangkang,

karang, alga, dan pecahan-pecahan sisa organisme.

Batu gamping juga dapat menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk oleh

pengendapan kalsium karbonat dari air danau ataupun air laut. Berdasarkan

prinsipnya, definisi batu gamping mengacu pada batuan yang mengandung

setidaknya 50% berat kalsium karbonat dalam bentuk mineral kalsit. Sisanya, batu

gamping dapat mengandung beberapa mineral seperti kuarsa, feldspar, mineral

lempung, pirit, siderit dan mineral-mineral lainnya. Bahkan batu gamping juga

dapat mengandung nodul besar rijang, nodul pirit ataupun nodul siderit.

Batugamping merupakan batuan dengan keragaman penggunaan yang sangat

besar. Batuan ini menjadi salah satu batuan yang banyak digunakan dibandingkan

jenis batuan-batuan lainnya. Sebagian besar batugamping dibuat menjadi batu

pecah yang dapat digunakan sebagai material konstruksi seperti: landasan jalan

dan kereta api serta agregat dalam beton. Nilai paling ekonomis dari sebuah

deposit batugamping yaitu sebagai bahan utama pembuatan semen portland.

2
Beberapa jenis batugamping banyak digunakan karena sifat mereka yang kuat

dan padat dengan sejumlah ruang/pori. Sifat fisik ini memungkinkan batugamping

dapat berdiri kokoh walaupun mengalami proses abrasi. Meskipun batugamping

tidak sekeras batuan berkomposisi silikat, namun batugamping lebih mudah untuk

ditambang dan tidak cepat mengakibatkan keausan pada peralatan tambang

maupun crusher (alat pemecah batu).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, ada 2 pertanyaan menjadi pokok rumusan

masalah :

1. Bagaimana metode penambangan yang sesuai dengan batugamping?


2. Bagaimana teknologi dan pemanfaatan batugamping dilihat berdasarkan

perkembangan ilmu dan teknologi?

1.3. Maksud dan Tujuan


1.3.1. Maksud

Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan

penjelasan tentang salah satu metode yang akan digunakan dalam

penambangan batugamping serta teknologi yang digunakan dalam

pemanfaatannya

1.3.2. Tujuan
Tujuan daripada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

3
1. Untuk mengetahui metode penambangan yang dapat diterapkan untuk

batugamping.
2. Untuk mengetahui pemanfaatan batugamping dalam bidang industri serta

teknologi yang dimanfaatkan dalam pengolahannya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Batuan Karbonat Secara Singkat

Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih

dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau

karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates &

Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen

utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %.

Sedangkan batugamping menurut definisi Reijers &Hsu (1986) adalah batuan

yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan

karbonat adalah batugamping.

4
Secara umum batuan karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan

butiran reworked. Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan

oleh organisme, sementara mineral karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi

alami non organik yang terjadi saat proses diagenesis berlangsung. Material

reworked ini sama dengan mekanisme yang terjadi pada batuan terigen klastik

yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya.

Lime mud merupakan istilah untuk material karbonat dengan butiran yang

sangat halus lebih kecil dari ukuran pasir (kurang lebih kayak matrik or lempung

versi karbonatlah) dibagi dua jenis yaitu micrite yaitu butiran karbonat berukuran

<0.004 mm dan microsparite berukuran atnara 0.004 dan 0.06 mm (Raymond,

2002). Komponen - komponen lainnya ada juga semen karbonat yang genetiknya

lebih kearah diagenesis (sementasi) karbonat dan fragmen yang lebih kasar dalam

batuan karbonat dikenal sebagai allochem (memliki jenis yang macam-macam.

Secara umum dibagi dua , yaitu: yang berasal dari cangkang fosil atau skeletal

grain dan fragmen yang bukan dari tubuh fosil atau murni hasil presipitasi).

2.2. Pengertian dan Proses Terbentuknya/Genesa Batugamping

Batugamping adalah saah satu contoh dari batuan sedimen karbonat.

Batugamping (bahasa Inggris: limestone, istilah komersial : batukapur) (CaCO3)

adalah sebuah batuan sedimen yang terdiri dari mineral kalsit dan aragonit, yang

merupakan dua varian yang berbeda dari CaCO3 (kalsium karbonat). Sumber

utama dari calcite adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang

5
keluar ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai ooze pelagik (lihat lsoklin

untuk informasi tentang dissolusi kalsit).

Kalsit sekunder juga dapat terdepositkan oleh air meteorik tersupersaturasi

(air tanah yang mengendapkan material di gua). Ini menciptakan speleothem

seperti stalagmit dan stalaktit. Bentuk yang lebih jauh terbentuk dari Oolite

(batugamping Oolitik) dan dapat dikenali dengan penampilannya yang granular.

batugamping membentuk 10% dari seluruh volume batuan sedimen.

Batu gamping dapat dibedakan menjadi dua yaitu batu gamping non klastik

dan batu gamping klastik. Batu gamping non klastik merupakan koloni binatang

laut terutama terumbu dan koral yang merupakan anggota coelenterate sehingga

di lapangan tidak menunjukkan perlapisan yang baik dan belum banyak

mengalami pengotoran mineral lain. Sedangkan batu gamping klastik merupakan

hasil rombakan jenis batu gamping non klastik. (Sukandarumidi 2004, dalam

Koordijanto 2009). Batu gamping yang komponennya berasal dari fasies terumbu

oleh fragmentasi mekanik, kemudian mengalami transportasi dan diendapkan

kembali sebagai partikel padat diklasifikasikan dalam batu gamping allochton

rudstone.

Batu gamping (limestone) (CaCO3) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari

mineral calcite (kalsium carbonate). Sumber utama dari calcite ini adalah

organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar ke air dan

terdeposit di lantai samudra sebagai pelagic ooze.

6
Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organic, secara

mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi secara

organic. Jenis ini berasal dari pengendapan cangkang atau rumah kerang dan

siput. Foraminifera atau ganggang. Selain itu dapat berasal dari kerangka binatang

koral/kerang. Untuk batugamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya

bahannya tidak jauh berbeda dengan jenis batugamping yang terjadi secara

organic. Hal yag membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu

kapur tersebut yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak

jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis

batugamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu

dalam air laut ataupun air tawar.

Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping.

Jenis batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan

lapisan batugamping dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali

dipermukaan bumi. Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsure pengotor

yang mengendap bersama-sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan

pengotor batugamping memberikan klasifikasi jenis batugamping. Apabila

pengotornya magnesium, maka batugamping tersebut diklasifikasikan sebagai

batu gamping dolomitan.

Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu kapur tersebut

diklasifikasikan sebagai batugamping lempungan, dan batugamping pasiran

apabila pengotornya pasir. Persentase unsure-unsur pengotor sangat berpengaruh

7
terhadap warna batu kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu

muda, abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya,

biasanya disebabkan oleh adanya unsure mangan, sedangkan kehitam-hitaman

disebabkan oleh adanya unsur organik. Batugamping dapat bersifat keras dan

padat, tetapi dapat pula kebalikannya. Selain yang pejal dijumpai pula yang

porous.

Batugamping yang mengalami metamorfosa akan berubah

penampakannya maupun sifat-sifatnya. Hal ini terjadi karena pengaruh tekanan

maupun panas, sehingga batugamping tersebut menjadi berhablur, seperti yang

dijumpai pada marmer. Selain itu, air tanah juga sangat berpengaruh terhadap

penghabluran kembali pada permukaan batugamping, sehingga terbentuk hablur

kalsit.

Beberapa daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua dan

sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang

mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic

dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping

yang dilaluinya.

2.3. Metode Penambangan Batugamping

Sistem penambangan yang dapat digunakan dalam proses penambangan

batugamping adalah sistem tambang terbuka (Surface Mining). Secara lebih

khususnya adalah dengan menggunakan metode Quarry Minning. Quarry adalah

sistem tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang endapan-endapan

8
bahan galian industri atau mineral industry salah satunya adalah bahan galian

batugamping. Quarry dapat menghasilkan material atau hasil tambang dalam

bentuk loose/broken materials ataupun dalam bentuk dimensional stones.

Berdasarkan letak endapan yang digali atau arah penambangan atau penggalian,

secra garis besar quarry dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu Side hill

type dan Pit type.

1. Side Hill Type Quarry


Side Hill Type Quarry adalah system penambangan yang diterapkan untuk

menambang batuan atau endapan mineral industri yang letalnya di lereng bukit

atau endapannya berbentuk bukit. Berdasarkan jalan masuk (access road) ke

front penambangan, side hill type dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Jalan masuk berbentuk spiral


Cara ini diterapkan apabila seluruh lereng/bukit akan digali atau

ditambang.Penggalian dilakukan mulai dari bagian atas ke arah bawah.

Gambar 1.1. Jalan masuk berbentuk spiral


b. Jalan masuk langsung
Cara ini digunakan apabila hanya sebagian lereng saja yang akan

digali. Front kerjanya dibuat memanjang sepanjang lereng yang akan

digali dan jalan masuk dari salah satu sisinya atau dari depan.

9
Gambar 1.2. Jalan masuk langsung

2. Pit Type
Pit type adalah sistem penambangan yang diretapkan untuk menambang

batuan atau endapan mineral industri yang terletak pada suatu daerah yang

relatif mendatar. Permuka kerja (front) di gali kea rah bawah sehingga

membentuk cekungan (pit). Berdasarkan jalan masuk ke permuka kerja, pit

type memiliki tiga kemungkinan untuk membuatnya, yaitu:


a. Jalan masuk spiral
Apabila bentuk endapan yang akan ditambang kurang lebih bulat

atau lonjong, maka jalan masuk dan front penambangannya dibuat

berbentuk spiral.

10
Gambar 1.3. Jalan masuk spiral untuk Pit Type
b. Jalan masuk langsung
Apabila bentuk endapan yang akan ditambang kurang lebih

memanjang atau persegi, maka jalan masuk ke front penambangan dibuat

berbentuk langsung dari salah satu sisi

Gambar 1.4.Jalan masuk langsung


c. Jalan masuk zig-zag
Sama halnya dengan jalan masuk langsung apabila bentuk endapan

yang akan ditambang kurang lebih memanjang atau persegi, maka jalan

masuk ke front penambangan dibuat berbentuk zig-zag dari salah satu sisi.

11
Gambar 1.5. Jalan masuk zig zag

2.4. Pemanfaatan Batugamping

Batugamping memiliki banyak manfaat dalam penerapan kehidupan sehari-

hari sehingga dalam pemanfaatannya lebih banyak disalurkan dalam pemenuhan

kebutuhan sekunder dan tersier manusia. Pemenuhan kebutuhan tersebut adalah

seperti industry lem, plastik, kaca, semen, kosmetik, obat-obatan, jalur kereta api,

bahkan sampai pada pembuatan dalam filterisasi air sebagai salah satu langkah

tepat dalam menjernihkan air. Sebagai salah satu contohnya dalam pemanfaatan

batugamping adalah dengan menggunakan batugamping sebagai model

pembuatan marmer dalam rangka meningkatakan nilai ekonomi dari batugamping,

dengan maksud pada akhirnya diharapkan bisa menjadi pertimbangan untuk

mengembangkan usaha pertambangan dan industri.

Adapun kegunaan batugamping antara lain untuk campuran pembuatan

semen, bahan pupuk, bahan campuran industri metalurgi, bahan industri

karbondioksida, bahan keramik, marmer buatan, ornamen dan bahan bangunan,

pemanis tanah, pemutih gula, dan lain-lain. Mengingat terbatasnya marmer alam

12
maka perlu didirikan industri marmer buatan yang masih banyak dibutuhkan baik

di Indonesia maupun di luar negeri maka industri marmer batuan tersebut akan

dapat menambah devisa negara, terutama daerah yang banyak dijumpai

batugamping.

Pembuatan model marmer ini dibuat seperti briket sehigga hasilnya nanti

lebih menarik dan menguntungkan. Disamping itu briket ini juga dilakukan

dengan berbagai serangkaian metode dan langkah-langkah sehingga waktu, alat

dan efisiensi briket tersebut dapat dimanfaatkan layaknya seperti marmer.

Pemanfaatan marmer buatan ini dapat difungsikan layaknya marmer asli yaitu

dapat digunakan sebagai pupuk, keramik dan ornamen-ornamen lainnya. Berikut

gambar contoh hasil briket yang dilakukan oleh penelitian tambang batugamping

di Yogyakarta, daerah Ponjong, Gunung Kidul.

Gambar 1.6. Hasil model marmer degan menggunakan bahan batugamping

13
Gambar 1.7. Diagram proses pembuatan marmer buatan

2.5. Teknologi yang Digunakan dalam Pemanfaatan Batugamping

Teknologi pemanfataan batugamping dapat dilakukan dengan banyak cara.

Baik itu secara konvensional maupun secara modern. Namun terkadang melalui

cara konvensional atau tradisional maupun modern banyak menuai konflik karena

semakin banyak limbah dan pencemaran yang dilakukan. Baik itu melalui

penambangannya saat sedang berlangsung maupun saat pengolahannya.

Berdasarkan pemanfaatan batubara yang telah disebutkan diatas yaitu dengan

membuat briket batubara sehingga lebih ekonomis, berikut adalah teknologi yang

digunakan selama proses pengolahan berlangsung dimana kurang lebih hampir

sama dengan pembuatan briket batubara hanya peralatan yang digunakan lebih

mengarah pada peralatan laboratorium sipil dan kimia.

14
Alat-alat yang digunakan yaitu alat uji kuat lentur dimana tujuannya sama

seperti pada pengujian poin load. Pengujian ini dilakukan dengan melihat

tegangan dan regangan saat material diberikan tekanan maksimum. Sehingga titik-

titik tertentu dapat menjadi bagian yang sangat penting pada material untuk

mengetahui sifat material itu sendiri apakah kuat ataupun brittle (rapuh). Sehingga

jika brittle maka akan diperbaharui lagi Hepresen tersebut dilihat berdasarkan

sifat permeabilitas dan porositasnya. Jika kedua sifat tersebut tinggi sampai

sedang maka akan diperbaharui lagi sampai mendapatakan hasil yang lebih

representatif dengan marmer. Pengujian ini juga diperlukan untuk mendapatkan

hasil dari segi bentuk, warna, ukuran dan kekuatan material tersebut (briket).

Gambar 1.8. Alat uji kuat lentur

15
Disamping itu, alat lainnya adalah seperti adonan, obeng, cetakan, pipet

penghisap, cetakan, pencampur dan adonan. Alat-alat ini digunakan sebelum

material dimasukkan kedapam alat sieve analysis. Alat ini merupakan alat

penyaringan dengan memiliki nomor saringan ukuran millimeter. Sehingga hasil

yang akan diperoleh yaitu pemisahan ukuran butir yang besar dan ukuran butir

yang kecil. Untuk ukuran butir yang besar yaitu sekitar 400 mesh sedangkan yang

sangat halus adalah 2,5 mesh. Penggunaan sieve analysis adalah untuk mengambil

bagian terhalus dari material untuk dilakukan pengujian lebih lanjut. Pada

dasarnya teknologi yang digunakan dalam pembuata briket ini sangat sederhana

sehingga dapat dilakukan dengan sendiri dan lebih murah namun dapat

meguntungkan jika sudah dilakukan dan dilaksanakan industrinya. Berikut adalah

gambar foto alat sieve analisys

Gambar 1.9. Alat pengayakan (sieve analysis)

16
Penggunaan teknologi dalam bidang kimia tidak begitu signifikan ataupun

menggunakan alat-alat tertentu namun hanya memakai beberapa bahan yang sifat

kimianya reaktan terhadap material, seperti resin untuk memproses marmer

buatan yang digunakan sebagai jenis epoksi poliamida atau dalam hal ini

digunakan sebagai perekat atau penyatuan bahan satu sama lain dan sebagai

pelarut dari oksidator itu sendiri. Kemudian katalis dimana digunakan sebagai

pelengkap dalam mengubah kecepatan reaksi kimia terhadap material. Serta

accelerator yang digunakan adalah Cobalt Naftenat dimana berfungsi dalam

mempercepat pengeringan sehingga dapat mengefisiensikan waktu pemrosesan

pembuatan briket marmer.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan melalui penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut :

1. Pemanfaatan batugamping sebagai salah satu jenis batuan sedimen karbonat

adalah dengan memanfaatkan dan mengolah batugamping sedemikian rupa

baik itu jadi maupun setegah jadi sehingga dapat diperoleh dalam bentuk

yang lebih ekonomis. Salah satu contohnya adalah pengembangan briket

batugamping dengan memodelkan marmer sebagai tujuan hasil akhirnya.

Sehingga penggunaan batu marmer dapat dimanfaatkan dengan menggunakan

17
bahan representative dari batugamping. Sehingga kegunaanya saat dilakukan

pada kebutuhan manusia akan sama dengan marmer itu sendiri.


2. Teknologi yang digunakan masih bersifat sederhana dalam hal pengolahannya

sehingga dapat dilakukan secara konvensional namun harus melihat sisi

lingkungannya agar tidak mengabaikan analisis dampaknya apalagi sisa

bahan kimia yang bersifat toxin sehingga diperlukan lagi lebih mendalam

untuk penelitian batugamping berupa birket marmer ini.

3.2. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah semoga kedepannya batuan karbonat

memiliki praktikum lapangan sehingga mahasiswa dapat meganalisis lebih dalam

lagi tentang batuan karbonat dan penggunaanya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Keramik, 1982, Fred W. Bill

Meyer, 1971, Text Book of Polymer Science, John Wiley and Sons Inc.,

New York.

Hambarsono dan Maskuri, Firdaus. 2011. Pemanfaatan Batugamping untuk

Bahan Baku Marmer Sintetis di Daerah Ponjong, Gunung Kidul Daerah

Istimewa Yogyakarta. UPN Veteran Yogyakarta.

Ryo. 2012. Tugas Petrologi. (http://ryokurniawan.blogspot.co.id/2012/06/normal-

0-false-false-false-in-x-none-x.html. Diakses pada hari Rabu, 30

November 2016, Pukul 08.54 WITA)

19
Utomo, Cahyo. 2014. Tugas Batuan Karbonat. (http://geo-

logist.blogspot.co.id/2014/09/tugas-batuan-karbonat.html. Diakses pada

hari Rabu, 30 November 2016, Pukul 08.14 WITA)

20

Anda mungkin juga menyukai