Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian
mineral-mineral berharga secara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada untuk keperluan
suatu industri dalam pemanfataannya.
Proses pemisahan tersebut sangat tergantung kepada sifat-sifat fisik dan kimia yang
dimiliki oleh mineral yang terkandung di dalam bijih. Oleh sebab itu untuk memisahkan bijih
dari mineral-mineral pengikutnya diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing-
masing mineral.
Beberapa metode pemisahan bijih berdasarkan sifat-sifat yang ada pada mineral adalah
sebagai berikut :
1. Hand sorting
Yaitu metoda pemisahan berdasarkan perbedaan warna dan kilap dari partikel mineral.
Pemisahannya dilakukan secara pemilihan dengan tangan, sehingga proses pemisahan ini
berjalan lambat dan kurang effisien.
2. Gravity concentration
Yaitu metode pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis (specific gravity), dari partikel
mineral. Proses pemisahan dengan menggunakan alat jig, sluice box, shaking table dan lain-lain.
3. Flotasi
Yaitu metode pemisahan berdasarkan perbedaan tegangan permukaan partikel mineral didalam
media air. Proses pemisahan secara flotasi merupakan proses pemisahan yang selectif dan dapat
digunakan untuk pemisahan yang spesifik dari bijih-bijih yang komplit seperti campuran timbal,
seng, dan lain-lain.
4. Magnetic separation
Yaitu metode pemisahan yang berdasarkan perbedaan gaya magnet yang dimiliki oleh suatu
mineral. Berdasarkan sifat kemagnetan, mineral-mineral tersebut dapat dikelompokkan menjadi
mineral-mineral ferromagnetic, paramagnetic dan diamagnetic. Proses pemisahannya
menggunakan alat magnetic separator.
5. Electortatic separation
Yaitu metode pemisahan berdasarkan perbedaan muatan elektostatik dari suatu mineral.
Berdasarkan perbedaan muatan elektrostatik, mineral-mineral dapat dikelompokkan menjadi
mineral-mineral konduktor, semi konduktor dan non konduktor (isolator). Proses pemisahannya
dengan menggunakan alat High Tension Separator (HTS).
6. Radioaktive separation
Yaitu metode pemisahan berdasarkan kandungan unsur radioaktif yang terdapat dalam suatu
mineral.
7. Ion exchange
Yaitu metode pemisahan berdasarkan perbedaan reaksi kimia dari suatu mineral yaitu dengan
cara melarutkan mineral dengan bantuan bahan reaksi kimia tertentu.
Pada proses pemisahan atau pengolahan bahan galian, kehilangan dari beberapa mineral
yang terbuang bersama tailing tidak dapat dihindari terutama pada partikel mineral yang sangat
halus. Oleh karena itu pemilihan metode yang tepat sangat diperlukan untuk mencapai tujuan
secara teknis dan ekonomis.
Bahan galian dipandang dari sudut pemanfaatannya dapat dibagi dalam tiga golongan
yaitu; bahan galian logam (bijih), bahan galian non-logam dan bagan galian energi.
Mengingat proses pengolahan bahan galian di dalam kegiatan pertambangan, merupakan
jembatan antara proses penambangan dan proses ekstraksi logam atau industri lainnya, maka
sifat-sifat bahan galian untuk proses pengolahan bahan galian sangat diperlukan. Keberhasilan
suatu proses pengolahan bahan galian sangat tergantung sekali pada kelengkapan dan ketelitian
dalam menentukan data atau informasi mengenai mineral atau kualitas bahan galian tersebut.
Informasi atau data mineral yang diperlukan diantaranya :
a. macam dan komposisi mineral bahan galian
b. kadar masing-masing mineral dalam bahan galian
c. besar ukuran dan distribusi ukuran
d. distribusi mineral-mineralnya
e. macam dan tipe ikatan mineral-mineralnya
f. derajat liberasi mineral-mineralnya
g. sifat-sifat fisik mineralnya seperti berat jenis, kemagnetan, konduktivitas listrik, sifat-sifat
permukaan mineralnya, dan sebagainya
h. persyaratan kualitas bahan galian tersebut sebagai bahan baku untuk ekstraksi logam atau untuk
suatu industri
i. teknologi bahan galian yang digunakan
Kegiatan pengolahan bahan galian bertujuan untuk :
1. mengontrol ukuran partikel agar sesuai dengan proses berikutnya (ukuran diperkecil).
dalam pengolahan bahan galian banyak alat yang digunakan. salah satunya high tension
separator. yaitu alat yang digunakan untuk memisahkan partikel konduktor dan non konduktor.
High tension separation atau electrostatic separation adalah pemisahan mineral satu dengan
lainnya berdasarkan perbedaan electrical conductivity-nya. Mineral di alam ada yang electrical
conductivity-nya tinggi (mineral konduktor) dan ada yang rendah (mineral non konduktor).
Mineral konduktor mempunyai sifat mudah menerima ion negative juga mudah melepaskannya.
Berbeda dengan mineral non konduktor yang sukar menerima maupun melepaskan ion negative.
A. Electrostatic Separator
Bagian-bagian alat ini antara lain :
1. Hopper, merupakan alat penampung umpan yang dilengkapi dengan heater untuk memanaskan
umpan agar dalam keadaan kering. Dalam keadaan material basah maka proses pemisahan
dengan electrostatic separator tidak akan berhasil dengan baik.
2. Feeder (pengatur umpan), alat ini terletak pada hopper. Alat ini berguna agar umpan yang
masuk ke rotor hanya satu lapis, dengan harapan proses dapat berjalan baik. Ujung dari hopper
sebagai media keluarnya material dari hopper dapat diatur, agar jatuhnya material merupakan
garis singgung dari rotor. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lentingan material.
3. Rotor, adalah silinder yang berputar pada porosnya, dihubungkan dengan bumi sehingga rotor
bermuatan positif.
4. Electrode, terdiri dari electroda kawat dan focussing electrode, merupakan sumber ion
bombardement.
5. Splitter, sebagai penyekat pengatur produk (mideral konduktor, middling dan non kinduktor).
6. Brush (sikat), berguna untuk menyikat produk non konduktor yang ikut berputar dengan rotor.
7. Rectifier, sebagai alat untuk meningkatkan tegangan.
Sedangkan mineral konduktor saat melewati medan korona, akan saling tarik menarik
dengan roll putar yang bermuatan positif. Karena adanya muatan negatif yang berlebihan dan
sifat dari mineral konduktor yang mudah menghantarkan muatan, maka muatan negatifnya akan
dihantarkan melalui roll putar menuju bumi. Sehingga pada mineral konduktor yang
mengandung ion positif akan terjadi gaya tolak menolak antara roll putar dengan mineral
konduktor yang akhirnya jatuh ke bin. Tegangan yang dipakai 30.000 volt.
dimana :
d = diameter partikel
w = kecepatan sudut
R = jari-jari rotor
= berat jenis partikel
Semakin besar ukuran partikel, berat jenis dan diameter rotor sebaiknya menggunakan
kecepatan putar rendah, agar didapat suatu gaya sentrifugal yang tidak terlalu besar dan dapat
mengimbangi gaya tarik listrik yang semakin kecil pada ukuran butir yang kasar. Sehingga
diharapkan partikel non konduktor tidak terlepas dari permukaan rotor. Sebaliknya apabila
ukuran partikel halus, BJ kecil dan diameter rotor kecil, dapat menggunakan kecepatan puter
rotor tinggi, karena gaya listrik semakin besar pada ukuran partikel kecil.
3. Laju Umpan (Feed Rate)
Laju umpan yang keluar dari hopper perlu diatur sedemikian rupa supaya menyebar sepanjang
permukaan rotor. Tebal umpan diusahakan supaya terdiri dari satu lapis dan tidak berjejal-jejal.
4. Posisi Pembagi (Splitter)
Posisi pembagi tidak berpengaruh pada fenomena utama yang terjadi dalam electrostatic
separator, tetapi dapat mempengarhi kadar dan perolehan produk. Posisi pembagi perlu pada
setiap percobaan dan tergantung pada kecepatan putar rotor, diameter rotor dan ukuran butir.
Apabila diinginkan mineral konduktor kadar tinggi, posisi pembagi supaya diatur mendekati
rotor, tetapi biasanya perolehan menjadi rendah. Sebaliknya apabila diinginkan perolehan tinggi,
maka posisi pembagi dicondongkan menjauhi rotor, namum kadarnya rendah.
5. Pengaruh Kelembaban
Pengaruh kelembaban udara mempunyai hubungan erat dengan sifat permukaan mineral. Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kelembaban relatif udara, maka partikel akan
mempunyai sifat konduktivitas yang tinggi. Dari hasil percobaan pemisahan antara hematit
dengan kuarsa, menunjukkan bahwa kelembaban relatif lebih rendah dari 35%, dapat dipisahkan
pada temperatur 20oC. Kelembaban relatif 60%, temperatur bijih yang diperlukan 40oC dan
kelembaban relatif 90% temperatur bijih yang diperlukan 90oC.
Pengaruh kelembaban lebih jauh dituliskan oleh Kakovsky, digolongkan menjadi :
a. Partikel yang mempunyai konduktivitas besar dalam kelembaban rendah dan perbedaan
konduktivitas kecil dalam kelembaban tinggi, dapat dilakukan pemisahan dengan melakukan
pemanasan pada temperatur 110oC 115oC.
b. Partikel yang mempunyai perbedaan konduktivitas besar dengan kelembaban tinggi maupun
rendah, paling mudah untuk dipisahkan.
c. Partikel yang mempunyai perbedaan konduktivitas rendah dengan kelambaban tinggi maupun
rendah, paling sulit dipisahkan.
6. Keadaan Material.
a. Gaya Berat
Gaya berat berbanding lurus dengan BJ dan ukuran partikel> Menurut coppo ukuran partikel
yang dapat dikerjakan dengan pemisah tegangan tinggi adala 60 200 mesh untuk material
bulat. Untuk yang berbentuk kasar masih dapat dipisahkan jika mempunyai perbedaan
konduktivitas besar.
b. Derajat Liberasi
Mineral yang belum terliberasi sempurna akan mempunyai sifat fisik yang berbeda, tergantung
pada jenis pengotor. Sebagai contoh ; mineral senotim bersifat konduktor, tetapi bila ada limonit
yang menempel maka mineral senotim tersebut akan mudah menghantarkan listrik sehingga
dapat dijumpai sebagai mineralkonduktor.
D. Pengelompokan Mineral
Mineral non konduktor terdiri dari :
- Siderit - Apatit - Garnet
- Hornblende - Gypsum - Olivin
- Biotit - Corundum - Zircon
- Barit - Zenolit - Tormalin
- Anhydrit - Muscovit - Fluorit
HTS adalah alat pemisahan mineral berdasarkan sifat listrik (konduktifitas) yang dimiliki
mineral-mineral, hasil yang didapat dari mineral-mineral ini adalah konduktor, middling dan non
konduktor.
1. Bagian-bagian HTS
a. Ionizer Electroda adalah elektrode yang berbentuk kawat halus. Fungsinya menimbulkan corona
adalah pelepasan muatan listrik yang dapat memberikan muatan listrik yang dikehendaki pada
mineral yang akan dipisahkan. Corona ini spesifik pada medan listrik yang sangat homogen.
Untuk menimbulkan medan listrik yang non homogen ini maka dibuat diameter Ionizer
Electrode jauh lebih kecil dari rotor.
b. Deviason Electroda, berbentuk silinder yang fungsinya untuk menimbulkan medan listrik statis.
Jarak antara Deviason Electroda dan Ionizer Electroda adalah tetap, dihubungkan dengan
suatu sambungan konduktor.
c. Rotor, berbentuk silinder yang berdiameter lebih besar dari Deviason Electroda dan dapat berputar.
Panjang dan diameter menentukan kapasitasnya. Rotor merupakan electrode positif karena dalam
operasinya dihubungkan dengan tanah.
d. Splitter, untuk memotong lintasan butiran mineral yang keluar dari medan listrik statis, sehingga
diperoleh hasil konduktor, middling dan non konduktor, pengukuran jarak splitter dilakukan
terhadap garis tengah yang dilalui rotor.
Mempengaruhi gerakan mineral melalui gaya centrifugal yang dihasilkan pada putarannya,
dimana mineral dengan berat jenis lebih besar akan terlempar lebih jauh dari posisi rotor.
b. Ukuran diameter Elektrode
Ukuran diameter "ionizer electrode" terhadap "deviation electrode" berpengaruh pada intensitas
medan listrik. Medan listrik yang menimbulkan "lifting effect" dan "pinning effect", yang
berpengaruh pada perolehan mineral non konduktor, midling dan konduktor.
c. Kedudukan Splitter
Kedudukan splitter pertama dan kedua berpengaruh pada perolehan feed berkadar non
konduktor, middling, dan konduktor. Untuk mendapatkan kasiterit dan mineral konduktor
berharga lainnya dengan kadar tinggi, maka kedudukan splitter kedua harus dibuat lebih jauh
dari splitter pertama.
3. Mekanisme Pemisahan
Feed yang masih panas jatuh merata pada rotor yang berputar, lalu mineral memasuki
corona antara elektrode dan rotor dimana terjadi pemberian muatan listrik. Untuk mineral yang
bersifat konduktor muatan yang menempel pada permukaannya diteruskan pada rotor yang
ditanahkan, lalu cenderung jatuhnya menjauhi rotor (hasil konduktor). Sedangkan untuk mineral
yang bersifat non konduktor muatan yang diterimanya tidak diteruskan dan tetap melakat pada
rotor, jatuh ke hasil non konduktor. Hasil middling adalah mineral yang jatuhnya antara hasil
konduktor dan hasil non konduktor. Mekanisme pemisahan HTS pada gambar 2.
GAMBAR 2
B. Perilaku butiran mineral di dalam medan listrik akibat keadaan electrode yang berbeda
1. Lifting Effect.
Keadaan ini terjadi akibat ukuran dari diameter "Ionizer Electrode" besar. "Lifting effect"
merupakan perbandingan gaya listrik dan gaya sentrifugal.
b. Untuk mineral yang konduktifitasnya sama tetapi "afinitet" terthadap muatan listrik pada
permukaan berbeda.
GAMBAR 3
2. Pinning effect
Keadaan ini terjadi akibat dari ukuran diameter "Ionizer Electroda" yang kecil. "Pinning Effect"
merupakan perbandingan gaya image dan gaya sentrifugal.
Keadaan ini terjadi akibat dari "deviation elektrode " dan "Ionier Electroda" merupakan garis
lurus dengan titik tengah dari rotor. Maka pengaruh listrik sangat kuat.
GAMBAR 5
a. Pengaruh listrik sangat kuat, bahkan akan menarik mineral konduktor dengan kuat bila tidak ada
pengontrolan.
Kecepatan putaran rotor akan menimbulkan gaya centrifugal pada butiran mineral, untuk
butiran mineral yang sama ukurannya apabila tidak ada gaya listrik akan jatuh menurut susunan
berat jenisnya. Yang mempunyai berat jenis paling besar akan terlempar paling jauh dari rotor
dan mineral yang mempunyai berat jenis paling ringan akan terlempar paling dekat dari rotor.
Maka dengan demikian untuk mengolah butiran mineral yang mempunyai butiran kasar putaran
rotornya sebaiknya harus lebih lambat dibandingkan dengan ukuran butiran yang lebih halus.
Untuk melihat pengaruh kuat tegangan listrik dilakukan dengan cara, variabel lain yang
tetap dan jarak elektrode terhadap rotor juga tetap. Apabila dilakukan putaran rotor tanpa diberi
tegangan maka sebagain besar butiran mineral akan masuk ke dalam konsentrat (konduktor).
Pada pemberian arus listrik yang semakin tinggi maka akan terlihat pengaruh "pinning effect"
yang lebih dominan, akibatnya kadar konduktor akan naik.
c. Kedudukan splitter
Untuk mendapatkan konduktor dengan kadar tinggi maka splitter kedua harus dibuat lebih
jauh, sedangkan untuk mendapatkan non konduktor yang lebih bersih jarak splitter pertama lebih
dekat dari rotor. Pengaturan jarak splitter dibatasi hasil middling yang diusahakan serendah
mungkin.
d. Kedudukan Elektrode
Posisi elektrode relatif terhadap permukaan rotor, posisi ini merupakan faktor yang sangat
penting di dalam mengontrol intensitas medan listrik. Antara elektrode kawat dengan rotor
terdapat suatu jarak kritis, yaitu jarak terdekat. Di bawah jarak ini percobaaan tidak boleh
dilakukan karena timbul bunga api listrik, clan kawat dapat putus.
a. Pengaruh temperature
Temperatur ini berhubungan dengan kelembaban udara, mineral non konduktor dapat
bersifat konduktor karena dilapisi uap air. Dalam keadaan lembab butiran mineral akan bersifat
konduktor iebih besar. Pemanasan dilakukan terhadap butiran mineral dengan temperature
150C.
b. Ukuran butir
Butiran mineral kasar pengaruh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal lebih dominan, butiran
mineral halus gaya listrik yang lebih dominan.
c. Kecepatan feed
Apabila variabel-variabel tetap, dengan kecepatan feed yang makin besar akan diperoleh
konduktor dengan recovery dan kadar yang rendah.
d. Kadar feed
Apabila variabel-variabel lain tetap, dengan kadar feed yang makin besar akan dihasilkan
kadar dan recovery yang besar pula.
Untuk melihat bagaimana karakteristik dari butiran mineral terutama sifat listriknya pada
alat HTS, maka di sini diambil contoh butiran mineral yang mempunyai muatan negative (-q),
dalam kondisi di antara dua kutub.
Butiran mineral akan jatuh menurut lintasan y' yang menyimpang dari lintasan gravitasi y,
oleh karena adanya gaya tarik listrik. Jika butiran mineral tersebut adalah sebuah konduktor,
akan mengalami induksi listrik. Muatan -q akan bertambah, tetapi bersamaan dengan itu di ujung
lainnya dari butiran mineral akan timbul muatan positif (+q) sebesar pertambahan muatan
negative y'. Jadi dalam hal ini, konduktor atau non konduktor dengan muatan yang sama akan
melalui lintasan yang sama dengan penyimpangan sebesar x.
GAMBAR 6
Keberhasilan pemisahan menggunakan HTS ini harus memperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi, yaitu :
a. Gaya Listrik
b. Gaya Image
c. Gaya Centrifugal
Mempengaruhi gerakan mineral berukuran tertentu (20-40 mesh) mendekati atau menjauhi rotor.
d. Gaya Gravitasi
Mempengaruhi gerakan mineral dengan berat jenis tertentu menuju media penampung.
2. Keadaan Feed
a. Pengaruh Temperatur
Berhubungan dengan kelembapan udara, jika butiran mineral dalam keadaan lembab, maka
mineral tersebut akan cenderung bersifat konduktor dan akan mempengaruhi kualitas perolehan
mineral yang dinginkan.
b. Ukuran Butir
Ukuran butiran mineral berpengaruh pada efek gaya yang terj adi, butiran kasar gaya gravitasi
dan centrifugalnya lebih dominant sedangkan butiran lebih halus gaya listrik lebih dominan
mempengaruhinya.
c. Kadar Feed
Pengaruhnya jika variable yang lainnya tetap, dengan masukan kadar feed yang makin besar,
maka akan dihasilkan kadasr dan recovery yang besar.
Dengan mengetahui karakteristik dari butiran mineral dan karakteristik peralatan yang
mempengaruhi pemisahan pada HTS, maka hal ini akan sangat membantu dalam keberhasilan
proses pemisahan menggunakan HTS. Dalam keadaan pengaturan vartiabel yang tepat seperti
diuraikan sebelumnya, mineral bersifat konduktor akan terpisah dengan baik dengan mineral
yang bersifat non konduktor. Pada praktek penggunaan HTS akan dihasilkan middling. Midling
merupakan hasil dari HTS yang jatuh antara hasil konduktor dan hasil non konduktor, middling
dibagi atas :
1. "Gravitational Midling", terdiri dari butiran mineral yang belum sempat dipengaruhi "corona"
atau dipengaruhi medan listrik static.
2. "Ionicall Charge Midling", terdiri dari butiran mineral yang sudah dipengaruhi "corona", tetapi
belurn sempat dipengaruhi oleh medan listrik static dengan sempurna
Type ini biasa disebut High Tension Separation. Udara disekitar ionizing electroda akan
terionisasi, dalam kondisi ini disebut Corona. Corona akan menghasilkan elektro yang bergerak
ke arah rotor pada partikel yang melewati akan menempuh 2 medan yaitu medan Corona dan
medan Electro static. Setiap partikel yang lewat akan mengalami penembakan elektron. Feed
yang dijatuhkan di atas rotor yang di bumikan (dihubungkan dengan bumi) dan putaran rotor
akan membawa partikel, pertama ke daerah medan dari ionizing elektrode yang bermuatan (udara
disekitar ionizing elektroda akan terionisasi atau medan Corona). Medan corona akan
menghasilkan elektron yang bergerak ke arah rotor. Partikel yang lewat pada daerah ini akan
menerima muatan (-) yang dihasilkan ionizing elektrode. Sedangkan untuk partikel konduktor,
semua muatan (-) yang diperoleh akan dikeluarkan ke bumi melalui rotor. Akibatnya partikel
tersebut akan bermuatan yang sama dengan rotor sehingga terjadi tolak menolak dan partikel
akan terlempar karena adanya gaya centrifugal (putaran rotor).
Pada High tension separation partikel mengalami tambahan muatan elektron, sehingga
bermuatan (-) terionisasi. Jika partikel tersebut konduktor maka pada waktu menempel dirotor
(bermuatan positif) elektron-elektron yang ada akan disebarkan ke bumi melaui rotor. Jika
partikel tersebut non konduktor, elektron tidak disalurkan dan partikel mengalami gaya tarik
menarik dengan rotor sehingga partikel terus menerus menempel di rotor.
Electrostatic separator
dalam pengolahan bahan galian banyak alat yang digunakan. salah satunya high tension
separator. yaitu alat yang digunakan untuk memisahkan partikel konduktor dan non konduktor.
High tension separation atau electrostatic separation adalah pemisahan mineral satu dengan
lainnya berdasarkan perbedaan electrical conductivity-nya. Mineral di alam ada yang electrical
conductivity-nya tinggi (mineral konduktor) dan ada yang rendah (mineral non konduktor).
Mineral konduktor mempunyai sifat mudah menerima ion negative juga mudah melepaskannya.
Berbeda dengan mineral non konduktor yang sukar menerima maupun melepaskan ion negative.
A. Electrostatic Separator
Bagian-bagian alat ini antara lain :
1. Hopper, merupakan alat penampung umpan yang dilengkapi dengan heater untuk memanaskan
umpan agar dalam keadaan kering. Dalam keadaan material basah maka proses pemisahan
dengan electrostatic separator tidak akan berhasil dengan baik.
2. Feeder (pengatur umpan), alat ini terletak pada hopper. Alat ini berguna agar umpan yang
masuk ke rotor hanya satu lapis, dengan harapan proses dapat berjalan baik. Ujung dari hopper
sebagai media keluarnya material dari hopper dapat diatur, agar jatuhnya material merupakan
garis singgung dari rotor. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lentingan material.
3. Rotor, adalah silinder yang berputar pada porosnya, dihubungkan dengan bumi sehingga rotor
bermuatan positif.
4. Electrode, terdiri dari electroda kawat dan focussing electrode, merupakan sumber ion
bombardement.
5. Splitter, sebagai penyekat pengatur produk (mideral konduktor, middling dan non kinduktor).
6. Brush (sikat), berguna untuk menyikat produk non konduktor yang ikut berputar dengan rotor.
7. Rectifier, sebagai alat untuk meningkatkan tegangan.
Sedangkan mineral konduktor saat melewati medan korona, akan saling tarik menarik
dengan roll putar yang bermuatan positif. Karena adanya muatan negatif yang berlebihan dan
sifat dari mineral konduktor yang mudah menghantarkan muatan, maka muatan negatifnya akan
dihantarkan melalui roll putar menuju bumi. Sehingga pada mineral konduktor yang
mengandung ion positif akan terjadi gaya tolak menolak antara roll putar dengan mineral
konduktor yang akhirnya jatuh ke bin. Tegangan yang dipakai 30.000 volt.
dimana :
d = diameter partikel
w = kecepatan sudut
R = jari-jari rotor
= berat jenis partikel
Semakin besar ukuran partikel, berat jenis dan diameter rotor sebaiknya menggunakan
kecepatan putar rendah, agar didapat suatu gaya sentrifugal yang tidak terlalu besar dan dapat
mengimbangi gaya tarik listrik yang semakin kecil pada ukuran butir yang kasar. Sehingga
diharapkan partikel non konduktor tidak terlepas dari permukaan rotor. Sebaliknya apabila
ukuran partikel halus, BJ kecil dan diameter rotor kecil, dapat menggunakan kecepatan puter
rotor tinggi, karena gaya listrik semakin besar pada ukuran partikel kecil.
3. Laju Umpan (Feed Rate)
Laju umpan yang keluar dari hopper perlu diatur sedemikian rupa supaya menyebar sepanjang
permukaan rotor. Tebal umpan diusahakan supaya terdiri dari satu lapis dan tidak berjejal-jejal.
4. Posisi Pembagi (Splitter)
Posisi pembagi tidak berpengaruh pada fenomena utama yang terjadi dalam electrostatic
separator, tetapi dapat mempengarhi kadar dan perolehan produk. Posisi pembagi perlu pada
setiap percobaan dan tergantung pada kecepatan putar rotor, diameter rotor dan ukuran butir.
Apabila diinginkan mineral konduktor kadar tinggi, posisi pembagi supaya diatur mendekati
rotor, tetapi biasanya perolehan menjadi rendah. Sebaliknya apabila diinginkan perolehan tinggi,
maka posisi pembagi dicondongkan menjauhi rotor, namum kadarnya rendah.
5. Pengaruh Kelembaban
Pengaruh kelembaban udara mempunyai hubungan erat dengan sifat permukaan mineral. Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kelembaban relatif udara, maka partikel akan
mempunyai sifat konduktivitas yang tinggi. Dari hasil percobaan pemisahan antara hematit
dengan kuarsa, menunjukkan bahwa kelembaban relatif lebih rendah dari 35%, dapat dipisahkan
pada temperatur 20oC. Kelembaban relatif 60%, temperatur bijih yang diperlukan 40oC dan
kelembaban relatif 90% temperatur bijih yang diperlukan 90oC.
Pengaruh kelembaban lebih jauh dituliskan oleh Kakovsky, digolongkan menjadi :
a. Partikel yang mempunyai konduktivitas besar dalam kelembaban rendah dan perbedaan
konduktivitas kecil dalam kelembaban tinggi, dapat dilakukan pemisahan dengan melakukan
pemanasan pada temperatur 110oC 115oC.
b. Partikel yang mempunyai perbedaan konduktivitas besar dengan kelembaban tinggi maupun
rendah, paling mudah untuk dipisahkan.
c. Partikel yang mempunyai perbedaan konduktivitas rendah dengan kelambaban tinggi maupun
rendah, paling sulit dipisahkan.
6. Keadaan Material.
a. Gaya Berat
Gaya berat berbanding lurus dengan BJ dan ukuran partikel> Menurut coppo ukuran partikel
yang dapat dikerjakan dengan pemisah tegangan tinggi adala 60 200 mesh untuk material
bulat. Untuk yang berbentuk kasar masih dapat dipisahkan jika mempunyai perbedaan
konduktivitas besar.
b. Derajat Liberasi
Mineral yang belum terliberasi sempurna akan mempunyai sifat fisik yang berbeda, tergantung
pada jenis pengotor. Sebagai contoh ; mineral senotim bersifat konduktor, tetapi bila ada limonit
yang menempel maka mineral senotim tersebut akan mudah menghantarkan listrik sehingga
dapat dijumpai sebagai mineralkonduktor.
D. Pengelompokan Mineral
Mineral non konduktor terdiri dari :
- Siderit - Apatit - Garnet
- Hornblende - Gypsum - Olivin
- Biotit - Corundum - Zircon
- Barit - Zenolit - Tormalin
- Anhydrit - Muscovit - Fluorit
Mineral konduktor terdiri dari :
Magnetit Ilmenit Wolframit
Hematit Tembaga Kromit
Emas Covelit Grafit
Galena Kassiterit Franklinit