Makalah Seminar Manajemen Keuangan
Makalah Seminar Manajemen Keuangan
Makalah Seminar Manajemen Keuangan
BAB 1
PENDAHULUAN
Secara rinci dari rumusan masalah di atas maka dapat diajukan tiga
pertanyaan penelitian yaitu:
Page | 3
2. Apakah non debt tax shield berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indenesia periode 2007-2009 ?
BAB II
Page | 4
PEMBAHASAN
Modal sendiri yang berasal dari sumber ekstern ialah modal yang
berasal dari pemilik perusahaan.Modal yang berasal dari pemilik
perusahaan terdiri dari berbagai macam bentuk menurut bentuk hukum
dari masing-masing perusahaan yang bersangkutan. Dalam PT modal yang
berasal dari pemilik ialah modal saham. Modal sendiri di dalam suatu
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas terdiri dari, (Riyanto
2001):
A. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta
dalam suatu perusahaan PT.
Adapun jenis-jenis dari saham adalah sebagai berikut:
1. Saham Biasa
Pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada akhir tahun
pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan
keuntungan. Apabila perusahaan tersebut tidak mendapatkan
Page | 9
C. Laba Ditahan
Keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dapat sebagian
dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan.
Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu,
maka dibentuklah cadangan sebagaimana diuraikan diatas. Jika
perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan
keuntungan tersebut, maka keuntungan merupakan laba yang ditahan
(retained earning). Adanya keuntungan akan memperbesar retained
earning yang berarti akan memperbesar modal sendiri
2. Modal Asing
Modal asing atau hutang adalah modal yang berasal dari luar
perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi
perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang.
Menurut Riyanto (2001), modal asing terbagi tiga , antara lain :
A. Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya kurang
dari satu tahun. Hutang jangka pendek terdiri dari: hutang dagang, hutang
wesel, hutang yang masih harus dibayar, hutang jangka panjang yang
segera jatuh tempo, dan penghasilan yang diterima dimuka.
B. Hutang Jangka Menengah
Hutang jangka menengah adalah modal asing yang jangka waktunya
lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun.Kebutuhan membelanjai
usaha dengan jenis kredit ini dirasakan karena adanya kebutuhan yang tidak
dapat dipenuhi dengan hutang jangka pendek di satu pihak juga sulit dipenuhi
P a g e | 11
lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya
digunakan untuk membelanjakan perluasan perusahaan (ekspansi) atau
modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan
tersebut meliputi jumlah yang besar.
Menurut Riyanto (2001), bentuk hutang jangka panjang antara lain:
1. Hutang Obligasi
Merupakan surat pengakuan hutang jangka panjang secara tertulis
dalam kontrak surat obligasi yang dilakukan oleh pihak berhutang yang
wajib membayar hutangnya disertai bunga (penerbit obligasi) kepada
pihak yang berhak menerima pembayaran atas piutang yang dimilikinya.
Menurut Riyanto (2001), hutang obligasi terdir dari:
a) Obligasi biasa (bonds)
Obligasi biasa ialah obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh
debitur dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang apakah
debitur memperoleh keuntungan atau tidak.
Pasar modal yang sempurna adalah pasar modal yang yang sangat
kompetitif. Dalam pasar tersebut antara lain tidak dikenal biaya
kebangkrutan, tidak ada biaya transaksi, informasi bisa diperoleh tanpa
biaya, bunga pinjaman dan simpanan sama, serta aktiva tersebut bisa
dibagi-bagi ( fully divisible ). Sebagai tambahan diasumsikan tidak ada
pajak penghasilan ( income tax ). Secara intuitif kita bisa mengatakan
bahwa apabila pasar modal tersebut adalah sempurna, maka variasi dalam
struktur modal tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap perusahaan.
Apabila perusahaan dinilai berdasarkan resiko sistematisnya, maka tingkat
leverage ( yaitu perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri )
tidak akan mempengaruhi.
ko = ______ = _______________
V Nilai Perusahaan
Dimana : Nilai Perusahaan ( value of the firm ) adalah V = B + S
PENDEKATAN TRADISIONAL
Pendekatan tradisional ini beranggapan bahwa dalam pasar modal
yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan ( value of the firm )
atau biaya modal perusahaan bisa berubah dengan cara merubah struktur
modalnya ( yaitu B/S ). Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi
perhitungan dibawah ini.
Misalkan, Perusahaan PT. XYZ mempunyai 100% modal sendiri,
dan diharapkan akan memperoleh laba bersih setiap tahunnya sebesar Rp.
10 juta. Andaikan tingkat keuntungan yang dipersyaratkan oleh pemilik
modal sendiri ( = ke ) adalah sebesar 20%, maka value of the firm dan cost
of Equity dapat dihitung sebagai berikut ini :
= 20%
Hal ini berarti bahwa biaya modal perusahaan ( value of the firm )
tidak berubah, dengan adanya perubahan struktur modal tersebut. Karena
pada pendekatan tradisional diasumsikan biaya modal sendiri meningkat
tetapi hanya menjadi 22%, maka perusahaan yang menggunakan hutang
menjadi lebih tinggi nilainya dari perusahaan yang tidak menggunakan
hutang.
Dalam kondisi pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, MM
merumuskan bahwa biaya modal sendiri akan berperilaku sebagai berikut :
ke = keu + ( keu - kd ) ( B / S )
ke = 20% + ( 20% - 16% ) ( 25 / 25 )
= 24%
Dimana : keu adalah biaya modal sendiri pada saat perusahaan
tidak menggunakan hutang dalam komponen struktur modalnya.
Dari hasil perhitungan diatas, maka kita akan memperoleh hasil
yang sama sebesar 24% seperti ditunjukkan dalam perhitungan
P a g e | 19
VL = VU + PV penghematan pajak
pada PT. DGE adalah sebesar Rp. 7.500.000,-. Dengan demikian nilai
modal sendiri ( S ) PT. DGE adalah Rp. 37.500.000,- dan karena PT. DGE
tidak menggunakan hutang dalam struktur permodalannya ( unleverage ),
maka berarti nilai perusahaan ( value of the firm / V ) adalah sebesar Rp.
37.500.000,-. Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi dibawah ini.
PT. DGE PT. KLM
Laba Operasi Rp. 10.000.000,- Rp. 10.000.000,-
Bunga 000,- Rp. 4.000.000,-
Laba Sebelum Pajak Rp. 10.000.000,- Rp. 6.000.000,-
Pajak ( 25% ) Rp. 2.500.000,- Rp. 1.500.000,-
Laba Setelah Pajak Rp. 7.500.000,- Rp. 4.500.000,-
kd - 0,16
B ( 4 juta : 0,16 ) Rp. 25.000.000,-
Ke ( 4,5 juta : 18,750 juta ) 0,20 0,24
S ( 4,5 juta : 0,24 ) Rp. 37.500.000,- Rp. 18.750.000,-
V Rp. 37.500.000,- Rp. 43.750.000,-
ko 0,2000 0,1714
Biaya rata-rata tertimbang ( weighted average cost of capital )
dapat dihitung dengan cara :
ko = Laba Operasi ( 1 t ) / V
= [ 10.000.000 ( 1 0,25 ) ] / 43.750.000
= 0,171
Cara kedua adalah dengan menghitung biaya rata-rata tertimbang
( weighted average cost of capital ) atas dasar setelah pajak sebagai berikut
ini :
Ko = ke ( S / V ) + kd ( 1 t ) ( B / V )
= 0,24 (18.750.000 /43.750.000) + 0,16(10,25)
( 25.000.000/43.750.000 )
= 0,1714
ke = keu + ( keu - kd ) ( B / S ) ( 1 t )
Dalam contoh kasus ini, berarti bahwa ke PT. KLM adalah
ke = 20% + ( 20% - 16% ) ( 25.000.000 / 18.750.000 ) ( 1 0,25 )
= 24%
1. Stabilitas penjualan
Suatu perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat
secara aman mengambil utang dalam jumlah yang lebih besar dan
mengeluarkan beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
2. Struktur aset
Perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai
jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan
utang. Aset umum yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan
dapat menjadi jaminan yang baik, sementara tidak untuk aset dengan
tujuan khusus.
3. Leverage operasi
Jika hal lain dianggap sama, perusahaan dengan leverage
operasi yang lebih rendah akan lebih mampu menerapkan leverage
keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko usaha yang
lebih rendah
4. Tingkat pertumbuhan
Jika hal lain dianggap sama, maka perusahaan yang memiliki
pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan diri pada modal
eksternal. Selain itu, biaya emisi yang berkaitan dengan penjualan
saham biasa akan melebihi biaya emisi yang terjadi ketika perusahaan
menjual utang, mendorong perusahaan yang mengalami pertumbuhan
pesat untuk lebih mengandalkan diri pada utang.
Namun, pada waktu bersamaan, perusahaan tersebut sering kali
menghadapi ketidakpastian yang lebih tinggi, cenderung akan
menurunkan keinginan mereka untuk menggunakan utang.
5. Profitabilitas
6. Pajak
Bunga merupakan suatu beban pengurangan pajak, dan
pengurangan ini lebih bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak
yang tinggi.
7. Kendali
Pengaruh utang dibandingkan saham pada posisi kendali suatu
perusahaan dapat mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen
memiliki kendali / hak suara lebih dari 50% saham tetapi tidak berada
dalam posisi untuk membeli saham tambahan lagi, maka manajemen
mungkin akan memilih utang sebagai pendanaa baru.
8. Sikap manajemen
Tidak ada yang dapat membuktikan bahwa satu struktur modal
akan mengarah pada harga saham yang lebih tinggi dibandingkan
dengan struktur yang lain. Manajemen dapat melaksanakan
pertimbangannya sendiri tentang struktur modal yang tepat.
sebagai tax shield sebagai pengurang laba sebelum pajak. Dalam struktur
modal, non debt tax shield merupakan faktor perlindungan pajak selain
hutang.
Menurut De Angelo (1980), menyatakan bahwa potongan pajak
(tax deduction) yang berupa depresiasi dan investment tax credit dapat
digunakan untuk mengurangi pajak selain bunga hutang. Jadi, perusahaan
dapat mengurangi pajak dengan memanfaatkan keuntungan/perlindungan
pajak melalui fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah atau yang
disebut non debt tax shield.
Mackie-Mason (1990),menyatakan bahwa non debt tax shield
dikelompokkan menjadi dua yaitu : Tax loss carryforward yaitu fasilitas
berupa kerugian yang dapat dikompensasikan terhadap laba paling lama
lima tahun kedepan dan investmen tax credit berupa fasilitas yang diberikan
oleh pemerintah yang meliputi pengurangan beban pajak, penundaan pajak,
dan pembebasan pajak. Dimana investment tax credit sebagai proksi untuk
non debt tax shield pada umumnya diberikan kepada perusahaan yang
memiliki tangible asset yang besar sehingga dapat digunakan sebagai
collateral bagi pengambilan hutang.
Tax shield effect dengan indikator non debt tax shield menunjukkan
besarnya biaya non kas yang menyebabkan penghematan pajak dan dapat
digunakan sebagai modal untuk mengurangi hutang (Masud,2008).
Penghematan pajak selain beban bunga hutang juga berasal dari depresiasi
dan amortisasi. Menurut Young Rok Choi (dalam Tirsono 2008),
menemukan bahwa perusahaan dengan aktiva tangible cenderung
mengajukan lebih banyak hutang.
Perusahaan yang memiliki depresiasi tinggi mencerminkan bahwa
perusahaan tersebut mempunyai aktiva tetap yang besar sehingga dapat
digunakan sebagai collateral untuk mendapatkan hutang. Dengan kata lain
depresiasi berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Young Rok Choi (dalam Tirsono 2008), mendukung hipotesis ini
bahwa semakin besar non debt tax shield perusahaan maka semakin besar
jumlah hutang yang digunakan perusahaan. Penelitian tersebut bertentangan
P a g e | 28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://ekonomi.kabo.biz/2011/07/kebijakan-struktur-modal.html
http://www.scribd.com/doc/54593753/Analisis-Struktur-Modal#download