Keracunan Parasetamol
Keracunan Parasetamol
Keracunan Parasetamol
PENDAHULUAN
Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, mencegah mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah atau rokhaniah pada manusia atau pada hewan, memperelok badan atau bagian
badan manusia.Meskipun obat dapat menyembuhkan, tetap saja memiliki banyak efek
samping apabila penggunaannya tidak sesuai aturan.
Banyak kasus yang terjadi bahwa seseorang telah menderita akibat keracuna nobat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat
sebagai obat apabila digunakan secara tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan
dosis dan waktu yang tepat. Jadi bila penggunaan obat tersebut salah dalam proses
pengobatannya, misalnya dosis yang diberikan lebih dari ketenuan maka akan
menimbulkan keracunan. Namun bila dosisnya lebih kecil kita tidak memperoleh
penyembuhan. Oleh karena itu, penggunaan obat harus tepat sesuai dengan dosis atau
ketentuan penggunaan obat yang baik (Anief,1995).
Di Indonesia cukup banyak laporan tentang kasus hepatotoksisitas, walaupun jumlah
kematian akibat toksisitas ini tidak begitu tinggi. Salah satu penyebab dari toksisitas ini
adalah pemakaian dalam jangka waktu yang lama atau overdosis dari suatu obat seperti
Parasetamol. Dilaporkan juga bahwa pemakaian parasetamol dengan dosis yang tinggi
atau penggunaan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi
hati berupa nekrosis dan dapat juga terjadi nekrosis pada tubulus ginjal. Melalui berbagai
kasus keracunan yang terjadi akibat penggunaan obat Parasetamol, maka di dalam
makalah ini akan dijelaskan mengenai toksisitas Parasetamol.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Parasetamol
Sinonim : 4-Hidroksiasetanilida
BeratMolekul : 151.16
Rumus Empiris : C8H9NO2.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut
dalam etanol.
Jarak lebur : Antara 168 dan 172.
2.5. Komposisi
Paracetamol Tablet
Setiap tablet mengandung Parasetamol 500 mg.
Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml
Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 125 mg.
Paracetamol Sirup 160 mg/5 ml
Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 160 mg.
Paracetamol Sirup Forte 250 mg/5 ml
Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 250 mg.
2.6. Indikasi
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri
sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai
sedang.(Cranswick 2000).
PEMBAHASAN
Parasetamol dosis 140 mg/kg pada anak-anak dan 6 gram pada orang dewasa
berpotensi hepatotoksik. Dosis 4g pada anak-anak dan 15g pada dewasa dapat
menyebabkan hepatotoksitas berat sehingga terjadi nekrosis sentrolobuler hati.
Sebagaimana juga obat-obat lain, bila penggunaan parasetamol tidak benar,
makaberisiko menyebabkan efek yang tidak diinginkan. Parasetamol dalam
jumlah 10 15g (20-30 tablet) dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati dan
ginjal. Kerusakan fungsi hati juga bisa terjadi pada peminum alkohol kronik yang
mengkonsumsi parasetamol dengan dosis 2g/hari atau bahkan kurang dari itu.Pada
alkoholisme, penderita yang mengkonsumsi obat-obat yang menginduksi enzim
hati, kerusakan hati lebih berat, hepatotoksik meningkat karena produksi metabolit
meningkat
3.2.Penegakan Diagnosa
Penegakan diagnosa keracunan parasetamol dilakukan setelah mendapatkan
riwayat/anamnesa yang jelas dari korban maupun saksi (keluarga atau penolong). Saat
melakukan anamnesa, tenaga medis harus menanyakan apakah korban sedang menjalani
terapi menggunakan obat-obatan yang bersifat menginduksi enzim CYP2E1 (seperti
isoniazid), atau obat-obatan yang meningkatkan metabolisme enzim CYP450 (seperti
fenobarbital dan rifampisin). Selain itu harus diketahui juga apakah pasien mempunyai
riwayat mengkonsumsi alkohol secara kronik serta periksa kondisi pasien, apakah pasien
tersebut mengalami malnutrisi. Pemberian antidot (N-asetilsistein) dilakukan setelah
mendapatkan hasil konsentrasi parasetamol dalam plasma pada pasien maksimal 4 jam
setelah parasetamol ditelan.
3.3. Penatalaksanaan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama saat
menemukan korban yang dicurigai keracunan parasetamol adalah sebagai berikut:
1. Berikan arang aktif (norit) dengan dosis 100 gram dalam 200 ml air untuk orang
dewasa dan larutan 1 g/kg bb untuk anak-anak untuk mengikat obat yang tersisa di
saluran pencernaan.
2. Apabila keracunan parasetamol dalam hitungan menit dapat dicoba untuk
mengosongkan perut. Hal ini dapat dicapai dengan menginduksi muntah atau dengan
menempatkan sebuah tabung besar melalui mulut seseorang dan masuk ke perut,
memasukkan cairan kedalam perut kemudian memompa keluar (gastric lavage).
3. Pemberian N-asetilsistein (NAC)
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Dalam pemberian dosis hendaknya diberikan sesuai dengan luas permukaan tubuh
pasien. Jangan hanya sekedar melihat umur dari si pasien.
Dalam melakukan praktik kesehatan seharusnya melakukan prinsip pharmaceutical
care. Jadi dengan menggunakan system ini komunikasi dan kerja antara dokter,
farmasis, dan perawat bisa melakukan pekerjaan dengan baik. Dan dapat
meminimalisir miss komunikasi.
Jangan sekali-kali menyalahgunakan parasetamol. Karena efeknya bisa sangat fatal.
Jika terjadi keracunan segera dilakukan penanganan yang tepat sedini mungkin.
Untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Departemen Kesehatan Dirjen POM. 1995. Farmakologi Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Katzung, Bertram G. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.