Periode Masa Kanak Kanak Awal
Periode Masa Kanak Kanak Awal
Periode Masa Kanak Kanak Awal
Dosen Pembimbing :
Muslihun , S.Sos,M.M
Disusun Oleh :
KELOMPOK : 3
1. Ernawati
2. M.Afif Assegaf
Kelas : Z
LAMPUNG
2016
ii
Kata Pengantar
Bismillahirahmanirrohim
Assalamualaikum Warrohmatullohiwabarokatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya limpahan
rahmat,taufik,dan hidayahNyaalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Wassalamualaikum Warrohmatullohiwabarokatuh
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
III.1 Kesimpulan...............................................................................................18
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Umur 2 sampai 6 tahun adalah anak usia dini (early childhood) atau tahun-tahun pra
sekolah atau masa menjalani Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), baik formal maupun
nonformal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan dan
pengembangan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun.
Kegiatan itu dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Seperti bayi dan balita, anak-anak prasekolah tumbuh dengan cepat, baik secara fisik,
kognitif maupun psikososial. Terutama terlihat pada anak usia dini adalah kenyataan bahwa
perkembangannya benar-benar terintegrasi baik secara biologis, psikologis, maupun
perubahan sosial yang terjadi saat ini (serta sepanjang sisa masa hidup) yang saling terkait.
ii
b. Mengetahui perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak awal
BAB II
PEMBAHASAN
Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentang usia 2 6 tahun, masa ini sekaligus
merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya masuk Kelompok Bermain dan Taman
Kanak-Kanak.
Seperti bayi dan balita, anak-anak prasekolah tumbuh dengan cepat, baik secara
fisik, kognitif maupun psikososialnya. Dengan perubahan yang cepat itu, bukan tidak
mungkin seorang yang tadinya gemuk pendek dan hampir tidak dapat berbicara tiba-tiba
menjadi seorang anak yang lebih tinggi dan ramping yang mampu berbicara secara baik dan
lancar.
Anak usia Taman Kanak-kanak dalam rentangan usia 4-5 atau 6 tahun berada dalam
masa usia emas (golden age) segala sesuatunya sangat berharga, baik fisik, emosi dan
intelektualnya. Anak usia Taman Kanak-kanak ini sangat besar energinya sehingga
diperlukan suatu pembelajaran yang sangat tepat sehingga dapat berkembang kemampuan
motorik kasar maupun halus.
Perubahan tubuh masa kanak-kanak awal saat usia prasekolah tumbuh lebih besar,
presentase kenaikan tinggi dan berat badan menurun di tiap tahun berikutnya. Anak
perempuan hanya sedikit lebih kecil dan lebih ringan daripada anak laki-laki selama tahun-
tahun ini. Baik tubuh anak perempuan maupun anak laki-laki mengecil saat batang tubuh
mereka memanjang. Pada umumnya masa kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah
tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan bertambah berat 2,5 3,5 kg setiap tahun. Dalam kasus ini
perlu untuk diketahui bahwa setiap pola pertumbuhan fisik pada anak selalu bervariasi dan
tidak sama. Ini disebabkan oleh dua faktor utama yang sangat berpengaruhi terhadap pola
pertumbuhan fisik yaitu asal-usul etnis dan asupan gizi.
Selepas masa bayi ( mulai usia 2 tahun) terjadi perubahan fisik secara drastis.
Perubahan yang menonjol antara lain :
ii
1) Wajah anak memang tetap mungil tetapi dagu agak lebih jelas dan leher tampak
memanjang.
2) Rata-rata tinggi badan anak usia 6 tahun adalah 112,5 cm, dan rata-rata berat badan
anak usia 6 tahun mencapai 21 Kg. Tubuh mereka cenderung kerucut dengan perut yang
rata, tidak buncit seperti waktu banyi.
3) Bentuk dada lebih bidang dan rata, dan bahu mereka lebih lusa dan persegi.
4) Bentuk lengan dan kaki lebih panjang dan lebih lurus , tangan kaki lebih lurus, tangan
dan kaki tumbuh lebih besarJaringan otot menjadi lebih besar , lebih kuat dan lebih berat
meskipun anak terlihat lebih kurus meskipun beratnya bertambah.
5) Gigi permanen mulai tumbuh dan anak secara bertahap kehilangan gigi desi dua.
6) Banyaknya anak yang tidak menyukai sayuran, biasanya hanya 1 jenis makanan, yang
disukai orang tua memiliki peranan penting dalam mempengaruhi pilihan anak terhadap
makanan.
7) Tulang Serta Otot, Tumbuh perkembangan tulang dan otot ini tergantung kalsium atau
makanan yang diserap oleh si anak.
8) Gigi, Selama 4-6 bulan anak akan mengalami perkembangan yaitu dengan adanya
pertumbuhan gigi.
ii
mereka sudah dapat memanjat. Periode akhir, pada masa periode ini lah anak akan
mengalami perubahan mulai dari anak berumur 6 tahun hingga anak mengalami
pematangan seksual.
1) Pernafasan mereka lebih lambat dan dalam karena paru paru mereka berkembang
sepenuhnya.
2) Detak jantung merka lebih pelan dan teratur dibandingkan pada saat mereka masih
bayi.
4) Kandung kemih, tempat menyimpan air kencing bertambah besar ukurannya sehingga
anak bisa lebih lama menahan kencingnya. Selain ukuran, anak juga semakin mahir
mengendalikan kandung kemihnya dan pada usia 4 tahun mereka bisa menahan kencing
sehingga tidak mengompol di kasur.
5) Anak memiliki kendala penuh terhadap kandung kemih dan defekasi, enurisis
Nokturnal (mengompol) terjadi pada 15% anak berusia 6 tahun.
a. Perkembangan Motorik
Masa kanakkanak awal usia 2 sampai 6 tahun, masa ini merupakan masa
prasekolah, dimana anak umumnya masuk kelompok bermain dan Taman kanak-kanak. Di
dalam Islam masa ini disebut dengan fase al-thifl . Anak usia Taman Kanak-kanak dalam
rentangan usia 4-5 atau 6 tahun berada dalam masa usia emas (golden age) segala
sesuatunya sangat berharga, baik fisik, emosi dan intelektualnya. Perkembangan fisik anak
mengalami perubahan seperti, tinggi badan dan berat badan. Masa kanak-kanak rata-rata
tinggi badannya bertambah 6.25 cm setiap tahun dan bertambah berat badan 2-5 kg. Pada
usia 6 tahun berat badan anak normal harus kurang lebih mencapai 7 kali berat pada waktu
lahir. Anak usia Taman Kanak-kanak ini sangat besar energinya sehingga diperlukan suatu
pembelajaran yang sangat tepat sehingga berkembang kemampuan motorik kasar maupun
halus.
ii
dengan kematangan dan pengalaman anak kemampuan motorik tersebut berkembang dari
tidak terkoordinasi dengan baik menjadi terkoordinasi secara baik. Prinsip utama
perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan latihan atau
praktek.
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk
bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam.
Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan
motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara
aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi dan seiring
dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan
pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-
peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi
perlu didukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan
motorik kasar dan motorik halus.
ii
pada tahap praoperasional (2-7 tahun), istilah praoperasional menunjukkan pada pengertian
belum matangnya cara kerja pikiran. Pemikiran pada tahap praoperasional masih kacau dan
belum terorganisasi dengan baik (Santrock,2002) yang sering dikatakan anak belum mampu
menguasai operasi mental secara logis. Jadi pada masa ini anak memiiki perkembangan
inteektual yang tinggi yang menyebabkan mereka menanyakan apa-apa yang mereka lihat
dan mereka dengar.
b. Perkembangan Bahasa
Piaget disebut perkembangan kognitif yang terjadi antara usia 2 dan 7 sebagai tahap
praoperasional. Dalam tahap ini, anak-anak meningkatkan penggunaan bahasa dan simbol-
simbol lainnya, imitasi perilaku mereka dewasa, dan bermain mereka. Anak-anak muda
mengembangkan daya tarik dengan bahasa kata-baik dan buruk. Anak-anak juga bermain
game make-percaya: menggunakan kotak kosong sebagai mobil, bermain keluarga dengan
saudara kandung, dan memelihara persahabatan imajiner.
Kemampuan bahasa juga terus meningkatkan pada anak usia dini. Bahasa adalah
hasil dari kemampuan seorang anak untuk menggunakan simbol-simbol. Dengan demikian,
sebagai otak mereka berkembang dan memperoleh kemampuan untuk berpikir
representasional, anak-anak juga memperoleh dan memperbaiki kemampuan bahasa. Hal
ini menjadikan anak lebih mudah menangkap dan meniru ucapan atau ungkapan dari
orang-orang yang dekat dengan ia.
Anak-anak prasekolah belajar kata-kata baru. Orang tua, saudara, teman, guru, dan
media memberikan kesempatan bagi anak prasekolah untuk meningkatkan kosa kata
mereka. Akibatnya, akuisisi bahasa terjadi dalam konteks sosial dan budaya. Agen Sosialisasi
menyediakan lebih dari sekedar kata-kata dan makna mereka, namun. Agen ini mengajarkan
anak bagaimana berpikir dan bertindak dengan cara yang diterima secara sosial. Anak-anak
belajar tentang masyarakat ketika mereka belajar tentang bahasa. Nilai-nilai masyarakat,
ii
norma-norma, folkways (aturan informal perilaku yang dapat diterima), dan adat istiadat
(aturan formal perilaku yang dapat diterima) yang ditularkan oleh bagaimana orang tua dan
lain-lain menunjukkan penggunaan kata-kata.
2) Peniruan yang dialakukan anak sesudah anak menerima tugas untuk melakukan itu.
Jadi iasanya bila anak menirukan secara sepontan maka kalimat yang ditirukan itu diulang
kembali dengan tata bahasa anak sendiri dan tentunya yang lebih mudah baginya.
c. Perkembangan Ingatan
Anak-anak kecil tidak ingat serta anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Selain
itu, anak-anak ini lebih baik dari pada pengakuan tugas ingat memori. Peneliti menduga
beberapa kemungkinan penyebab untuk pengembangan ini. Salah satu penjelasan adalah
bahwa anak-anak prasekolah mungkin kurang dalam aspek-aspek tertentu dari
perkembangan otak yang diperlukan untuk kemampuan memori matang. Penjelasan lain
adalah bahwa anak-anak prasekolah tidak memiliki nomor yang sama dan jenis pengalaman
untuk memanfaatkan sebagai orang dewasa saat memproses informasi. Alasan lain adalah
bahwa anak-anak kurang perhatian selektif, yang berarti mereka lebih mudah terganggu.
Masih penjelasan lain adalah bahwa anak-anak tidak memiliki kualitas yang sama dan
kuantitas strategi mnemonic efektif sebagai orang dewasa.
Anak-anak prasekolah, namun, menunjukkan minat yang kuat dalam belajar. Apa
seorang anak mungkin kurang dalam keterampilan terdiri dalam inisiatif. Jad anak-anak
memiliki rasa ingin tahu yang melekat tentang dunia, yang mendorong kebutuhan untuk
belajar sebanyak mungkin, secepat mungkin. Beberapa anak muda mungkin menjadi
frustrasi ketika belajar tidak terjadi secepat atau mengingat seefisien anak yang lebih tua.
Ketika situasi belajar yang terstruktur sehingga anak-anak dapat berhasil menetapkan
tujuan-cukup dicapai dan memberikan bimbingan dan dukungan-anak bisa menjadi sangat
matang dalam kemampuan mereka untuk memproses informasi.
ii
d. Perkembangan permainan
Sejak masih dalam buaian anak telah mulai bermain-main dengan tangannya,
kakinya, dan lain-lainnya. Kemudian ia bermain dengan benda-benda yag didipatinya
disekitarnya, akhirnya ia membutuhkan alat untuk bermain.
Teorinya bernama teori kelebihan tenaga. Ia berpendapat bahwa anak itu bermain, karena
didalam diri anak tersimpan tenaga lebih, sehingga harus disalurkan. Sehingga sangat wajar
bila anak usia dini sangat aktif dalam bergerak atau bermain, kaena itu merupakan salah
satu cara merekan mengapresiasikan tenaga yang ia miliki.
Teorinya bernama teori biologis. Anak-anak bermain karena mereka harus mempersiapkan
diri dengan tenaga dan fisiknya untuk masa depannya. Tentang lebih banyaknya permainan
anak yang stu dengan yang lain, oleh Groos dikatakan bahwa makin tinggi tingkat hidup
seseorang, maka makin banyaklah yang harus dipersiapkannya. Jadi anak lebih
mementingkan bermain dari pada yang lainnya.
3) Teori Kohnstamm
Teorinya dinamakan teori kepribadian. Anak bermain karena dalam permainan itu mereka
barada dalam suasana yan g bebas, sehingga ada kesempatan untuk menunjukkan
kepribadiannya, yang sesungguhnya. Baik kepribadian sebagai individu maupun
kepribadiannya sebagai anggota masyarakat.
2) Dengan permainan dan situasi bermain anak bisa mengukur kemampuan serta
potensi sendiri. Ia belajar menguasai macam-macam benda, juga belajar memahami sifat-
sifat benda dan peristiwa yang berlangsung dalam lingkungannya.
ii
kecil, masing-masing akan menghasilkan karya yang berbeda, sesuai dengan bakat dan
kemampuan.
5) Permainan itu menjadi alat pendidikan, karena permainan bisa memberikan rasa
kepuasaan, kegembiraan dan kebahagian kepada diri anak.
Dalam bermain anak belajar menggunakan semua fungsi kejiwaan dan fungsi
jasmaniah dengan suasana hati kesungguhan. Hal ini penting guna memupuk sikap serius
dan bersunguh-sungguh pada usia dewasa untuk mengatasi setiap kesulitan hidup yang
dihadapi sehari-harinya. Jadi permainan sangatlah penting dalam membetuk karakteristik
dn sebagai alat untuk menuangkan kreatifitas anak.
e. Perkembangan Psikososial
Masa ini adalah masa dimana anak-anak berumur 2-6 tahun. Masa ini dimulai
dengan waktu anak-anak belajar berdiri sendiri, yang artinya tidak membutuhkan bantuan
dalam hal apapun, dan masa ini diakhiri dengan waktu dimana anak sudah harus bersekolah
dengan sungguh-sungguh. Jadi dalam taraf ini, anak akan belajar hal-hal dasar dengan
usahanya sendiri, seperti jalan, memegang dan mengambil benda, serta masih banyak hal
yang lain. Aspek penting dalam perkembangan psikososial yang terjadi pada masa ini,
diantaranya, permaianan, hubungan dengan orang tua, teman sebaya, perkembangan
gender, dan moral. Kesimpulannya bahwa dalam usia 2-6 tahun ini ada beberapa aspek yang
menunjang perkembangan psikososial si anak, diantaranya permainan yang mana pada
umur 2-6 tahun ini permainan berfungsi untuk melatih ketangkasan, emosi anak, dan cara
berfikirnya. Kemudian dari aspek hubungan dengan orang tua, dan teman sebaya, dimana
pada usia ini anak akan belajar bagaimana caranya untuk berkomunikasi dengan orang tua,
atau temannya. Selain itu, jika hubungan antara anak dan temannya kurang baik, hal itu
akan mempengaruhi perkembangannya. Sesuai dengan tugas pada masa kanak-kanak awal
yaitu membedakan gender, yang mana saat usia seperti ini anak akan belajar membedakan
gender, bagaimana cara anak bisa mengembangkan kepercayaan identitas gender, dan lain
sebagainya.
f. Perkembangan Permainan.
ii
Permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas sendiri, bukan karena memperoleh
sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas itu sendiri. Permainan mempunyai dua fungsi, yaitu :
1) Fungsi Permainan.
2) Jenis Permainan.
Berdasarkan observasi terhadap anak-anak usia satu hingga lima tahun, Parten menemukan
enam kategori permainan anak-anak :
Anak memperhatikan, dan melihat, kemudian melakukan dengan tingkah laku yang tidak
terkontrol.
Anak asyik bermain sendiri dengan berbagai macam alat mainan dan tidak peduli terhadap
apapun yang terjadi, serta tidak terjadi kontak antara satu dengan yang lain.
Anak melihat, memperhatikan, ikut berbicara, dan mengajukan pertanyaan, tapi tidak ikut
terlibat dalam aktivitas permainan
Anak bermain dengan satu alat main yang sama dengan temannya, tapi tidak terjadi kontak,
dan tidak saling tukar-menukar alat permainan
(f). Permainan Cooperative.Anak bermain dalam kelompok yang dipimpin satu atau dua
orang, dan setiap anak mempunyai tugas masing-masing.
ii
tiga tipe pengasuhan yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam tingkah laku
sosial anak, yaitu otoritatif, otoriter, dan permisif :
1) Pengasuhan Otoritatif ; gaya pengasuhan yang ketat, tapi juga bersikap responsif,
menghargai perasaan dan pemikiran anak, serta mengikut sertakan anak dalam mengambil
keputusan. Disamping itu pengasuhan model ini membuat anak lebih percaya diri,
pengawasan sendiri, dan mampu bergaul dengan baik.
(a). Permisif-Indulgent ; orang tua ikut terlibat dalam kehidupan anak, tapi menetapkan
sedikit batas pada anak. Pada model ini orang tua cenderung membiarkan anak melakukan
apapun yang diinginkan, dan pada model ini, anak akan mengalami kurangnya pengendalian
diri.
(b). Permisif-Indifferent ; orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak, dan efek nya pada
anak adalah membuat kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga diri
yang rendah.
Istilah teman sebaya leibh ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis
menurut Lewis & Rosenblum, 1975 (dalam Psikologi Perkembangan, Desmita, 2005 ; 145).
Salah satu fungsi teman sebaya adalah menyediakan suatu sumber dan perbandingan
temtang dunia luar keluarga. Dalam proses ini anak menjadiak orang lain sebagai tolok ukur.
i. Perkembangan Gender
ii
sikap jenis kelamin mana yang mereka kehendaki, yang pada akhirnya mereka akan
memperoleh ketetapan gender.
j. Perkembangan Sosial
Berhasil atau tidaknya seorang anak menjalin hubungan dengan orang lain
tergantung pada pengalaman-pengalaman pergaulan yang didapatnya di rumah. Pada
kenyataannya, anak yang mendapat aturan-aturan yang demokratis dirumahnya, bisa
mengadakan penyesuaian yang lebih baik, dari pada anak yang di didik secara otoriter oleh
orang tuanya. Serta tempat anak dalam keluarga juga mempengaruhi penyesuaian-
penyesuaian sosialnya. Jadi, hubungan anak dengan orang tua juga mempengaruhi
perkembangan psikologi anak, termasuk juga didalamnya metode pendidikan yang
diterapkan orang tua pada anak nya, serta tempat anak dalam keluarga juga mempengaruhi
perkembangannya. Melalui interaksi dengan orang lain, ia segera menangkap apa yang
diharapkan dalam situasi sosial, dan anak akan sampai pada perkembangan sejumlah
pemahaman sosial. Jadi, melalui interaksi anak akan belajar memahami apa yang diinginkan
orang lain, dan hal seperti ini juga membantu anak untuk mencapai puncak dari
perkembangan sosial itu sendiri. Beberapa macam bentuk-bentuk tingkah laku sosial yang
nampak pada anak :
1) Negativisme, artinya penolakan terhadap kekuasaan orang dewasa. Hal ini terdapat
pada anak antara usia 3 dan 4 tahun. Setelah umur itu, hal ini akan berkurang cepat,
walaupun tudak seluruhnya. Hal ini disebabkan timbulnya rasa aku dalam diri anak,
sehingga dia menyadari, bahwa dia berhak mempunyai kemauan sendiri.
a) Memberikan jawaban secara verbal, misalnya : tidak, tidak mau, dan sebagainya.
c) Berdiam diri.
d) Anak-anak yang lebih besar sering kali tidak mendengar atau tidak mengerti suatu
oermintaan yang diajukan oleh orang dewasa.
(1) Menirukan, orang tua merupakan model bagi anak untuk ditirukan. Kemudian dengan
adanya perhatian pada anak-anak lain, anak menirukan gerak-gerik, bahasa, dan emosi-
emosi mereka. Anak hanya menirukan orang yang dia senangi.
(2) Persaingan, Pada umur kurang lebih 4 tahun, anak mulai mempunyai keinginan untuk
melebihi anak lain. Maka dari itu anak pad usia ini sering menyombongkan apa yang
dimilikinya.
ii
(3) Sikap Agresif, sikap ini sering ditunjukkan oleh anak yang ingin mempunyai kekuasaan.
Anak lebih bersikap agresif apabila ada seorang dewasa yang ingin ditarik perhatiannya
berada dekatnya. Anak-anak mulai menunjukkan sikap agresifnya mulai umur 2-4 tahun.
Pada umur 4-5 tahun anak akan lebih menunjukkan sikap agresif dengan cara verbal, dari
pada menyerang secara langsung dengan memukul ataupun yang lainnya.
(c) Merusak segala sesuatu yang telah dikerjakan oleh anak lain.
(f) Pertengkaran akan banyak terjadi ketika anak berusia 3 tahun. Setelah itu dengan
adanya penyesuaian sosial, jumlah pertengkaran dan intensitasnya akan berkurang.
(4) Kerjasama, pada dasarnya anak kecil adalah Self Centered, dan senang bertengkar,
maka dalam permainannya dapat dikatakan tidak ada kerjasama. Pada umur 3 tahun, anak
telah bisa bermain dengan teman sebayanya dalam waktu yang agak lama, dan telah
nampak adanya keaktifan dalam kelompok (group activities), dan semakin lama semakin
banyak pula pengalamannya, sehingga anak akan belajar bekerjasama dengan anak lain dan
bermain secara harmonis.
(5) Sikap Egoistis, hal ini terjadi pada usia 3 tahun, atau mungkin pada usia 4 tahun. Setelah
anak menjadi pusat perhatian, dia akan merasa bahwa segala sesuatunya harus seperti
kehendaknya. Dan setelah dari pengalamannya, dia akan sadar bahwa egoisme akan
menjadi penghalang baginya untuk mencapai hubungan dengan teman-temannya, maka dia
akan mengganti perhatian kepada dirinya dengan perhatian kepada temannya. Maka dia
akan mau mengizinkan teman-temannya untuk mempergunakan miliknya.
(6) Ikut Merasakan Perasaan Orang Lain, haal ini dinyatakan dengan :
(d) Memberitahukan pada orang lain, bahwa seseorang atau seekor binatang sedang sakit.
(e) Menyarankan jalan-jalan keluar dari kesukaran kepada anak, atau orang lain.
ii
Mula-mula anak akan lebih mementingkan rasa dibenarkan tingkah lakunya oleh orang
tuanya. Kemudian jikalau dia telah lebih banyak menarh perhatian terhadap teman-
temannya sebayanya, dia lebih mementingkan persetujuan dari teman-teman sebayanya.
Beberapa Ciri Masa Kanak-kanak Awal:
(1) Masa kanak-kanak awal adalah masa yang dinamakan Presschool Age.
Di sebut begitu karena masa ini adalah masa sebelum masa anak masuk sekolah benar-
benar.
Masa ini adalah masa dimana anak-anak belajar dasar-dasar dari tingkah laku yang
mempersiapkan diri nya bagi kehidupan bersama terhadap mana dia harus menyesuaikan
diri bila masuk sekolah.
Dengan dimulainya masa kanak-kanak awal, anak nulai menunjukkan banyak problem
tingkah laku yang harus dihadapi orang tua. Dalam periode ini anak memperkembangkan
kepribadian khusus, yang sering kali menyebabkan dia tidak bisa menguasai dirinya. Dalam
periode ini juga anak juga sering keras kepala, menentang orang tua, dan juga sering kali
mengalami Temper Tantrums, diganggu oleh impian yang menakutkan, rasa takut yang
tidak rasional di waktu siang hari, dan menderita rasa iri hati yang besar. Selain itu, anak
juga tidak senang bila di timang-timang oleh orang tua, atau saudara-saudaranya.
(2) Membentuk konsep-konsep dari kenyataan sosial dan physic yang sederhana.
(4) Belajar membedakan yang benar dan yang salah, dan memperkembangkan kata hati.
ii
k. Perkembangan Emosi
Anak pada masa ini lebih emosional dari pada masa-masa perkembangan lainnya. Hal ini
nampak pada anak yang berumur 21/2 tahun sampai 31/2 tahun, dan umur 51/2 tahun
sampai 61/2 tahun.Penyebab emosional anak pada masa ini adalah :
1) Pada umumnya permainan anak pada masa ini lebih ribut atau kasar, sehingga
akhirnya mereka menjadi amat capai.
Namun Pada dasarnya, emosionalitas yang muncul disebabkan oleh hal-hal yang bersifat
psikologik. Kabanyakan anak merasa bahwa mereka dapat melakukan banyak hal, maka
mereka menentang larangan terhadap dirinya. Dan anak-anak pada umur ini seringkali
marah ketika mereka tidak dapat mengerjakan suatu hal yang mereka anggap mudah.
3) Pola tingkah laku yang berhubungan dengan emosi-emosi yang dikembangkan selama
masa bayi.
(1) Dalam hidup anak pada masa ini memang trerdapat banyak sebab yang mungkin
menimbulkan marahnya.
(2) Oleh karena anak pada umur ini segera melihat, bahwa dengan kemarahan dia dengan
cepat akan mendapatkan apa yang diinginkannya.
a) Perebutan mainan.
ii
c) Tidak dituruti kehendaknya.
b) Jumlah saudara.
d) Takut, dengan bertambahnya intelligensi anak, maka anak menjadi semakin tahu dan
bisa membedakan hal-hal yang dapat membahayakannya.
b) Menyembunyikan diri.
d) Berkata : ambillah itu, aku tak mau pergi, dan sebagainya, dan biasanya disertai
tangisan.
a) Perhatian orang tua beralih pada adik, dan kakaknya, serta memberikan apa yang
diinginkan.
Respon terhadap iri hati biasanya sama dengan respon ketika marah, yakni dengan
menunjukkan Temper Tantrums atau Letupan rasa marah. Kadang-kadang respon nya
adalah sebagai berikut :
ii
Rasa Ingin Tahu, anak merasa ingin tahu akan hal-hal yang dilihatnya. Masa Questioning
Age adalah masa dimana anak mulai bertanya, yakni pada umur 2 atau 3 tahun, dan
mencapai puncaknya pada umur 6 tahun.
c) Satu hal yang perlu diperhatikan adalah cara anak menunjukkan rasa gembirannya
tergantung pada derajat kegembiraaannya.
Kasih Sayang, diberikan pada siapa saja yang memberikan kegembiraan, atau kepuasan
padanya. Tidak hanya orang, tapi hewan dan benda pun bisa mendapatkan kasih sayang
anak. Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua pada masa ini, maka tidak
akan memberikan kasih sayang kelak ketika besar. Begitu juga dangan anak yang terlalu
banyak mendapatkan kasih sayang juga tidak baik untuk perkembangannya, dan kelak akan
sukar untuk berteman dengan orang lain. Cara anak untuk menunjukkan rasa kasih sayang
nya bermacam-macam, diantaranya :
b) Selalu ingin berada dekat dengan orang atau benda yang disayanginya.
ii
BAB III
KESIMPULAN
III.I Kesimpulan
1. Perkembangan Fisik Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentang usia 2 6 tahun,
masa ini sekaligus merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya masuk Kelompok
Bermain dan Taman Kanak-Kanak. Perubahan yang terjadi meliputi :
a. Perkembangan Motorik
b. Perkembangan Bahasa
c. Perkembangan ingatan
d. Perkembangan permainan
3. Perkembangan Psikososial masa ini dimulai dengan waktu anak-anak belajar berdiri
sendiri, yang artinya tidak membutuhkan bantuan dalam hal apapun, dan masa ini diakhiri
dengan waktu dimana anak sudah harus bersekolah dengan sungguh-sungguh. meliputi
perkembangan.
a. Perkembangan Permainan.
ii
d. Perkembangan Gender
e. Perkembangan Sosial
f. Perkembangan Emosi
DAFTAR PUSTAKA
Dariyo, Agus. 2007 .Psikologi Perkembangan anak tiga tahun pertama. Bandung: Refika
Aditama
Hidayati, Wiji dan Purnami Sri. 2008. Psikologi Perkembangan, Yogya: Teras
http://devhii04.blogspot.com/2011/04/perkembangan-anak-usia-2-6-tahun.html
http://jadibrilian.blogspot.com/2011/11/perkembangan-masa-kanak-kanak-awal-2-6.html
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/25/karakteristik-perkembangan-anak-tk/
Moks,J.L. Prof. Dr. A.M.P knors, Prof. Dr. Siti Rahayu Haditono. 1992. Psikologi
perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
ii