Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tugas Fitoterapi Fix

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FITOTERAPI

PEGAGAN

Oleh:
Jennida 1720343770
Luluk Aniqoh Meliana P 1720343781
Muhammad Farie 1720343790
Muhammad Ramdhani 1720343792
Nur Wulan Sari Sudjono 1720343804
Purwanita Indah Kusuma 1720343810
Retno Asih Riyanti 1720343815

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus dilestrikan


dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk
meningkatkan perekonomian rakyat. Produksi dan penggunaan obat tradisional di
Indonesia memperlihatkan kecenderungan terus meningkat, baik jenis maupun
volumenya. Perkembangan ini telah mendorong pertumbuhan usaha dibidang obat
tradisional, mulai dari usaha budidaya tanaman obat, usaha industri obat
tradisional, penjaja dan penyeduh obat tradisional atau jamu. Bersamaan dengan
itu upaya pemanfaatan obat tradisional dalam pelayanan keseatan formal juga
terus digalakkan melalui berbagai kegiatan uji klinik kearah pengembangan
fitofarmaka (Ditjen POM 1999).
Pegagan dikenal dengan nama latin Centella asiatica atau Hydrocotyle
asiatica. Nama ini diturunkan dari bahasa latin Hydro yang berarti air karena
tanaman ini sangat suka lingkungan yang lembab dan Cotyle yang berarti
mangkuk karena daunnya yang sedikit berbentuk cekung. Pegagan
diklasifikasikan ke dalam famili Umbelliferae (Apiaceae), genus Centella dengan
nama spesies Centella asiatica L. (Urb.) (Winarto dan Surbakti, 2003). Tanaman
ini berasal dari Asia Tropik. Pegagan dikenal secara internasional dengan nama
Asiatic Pennywort, Indian Pennywort atau Gotu Cola (Heyne, 1987).

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana tinjauan tanaman, habitat, budidaya dan pemanenan tanaman
pegagan?
b. Bagaimana aktivitas dan kandungan kimia tanaman pegagan?
c. Bagaimana pemanfaatan secara empiris dan ilmiah tanaman pegagan?
d. Bagaimana metode isolasi dan karakterisasi senyawa aktif tanaman
pegagan?
e. Bagaimana pengembangan produk komersial dari tanaman pegagan?

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui tunjauan tanaman, habitat, budidaya dan pemanenan
tanaman pegagan?
b. Untuk mengetahui aktivitas dan kandungan kimia tanaman pegagan?
c. Untuk mengetahui pemanfaatan secara empiris dan ilmiah tanaman
pegagan?
d. Untuk mengetahui metode isolasi dan karakterisasi senyawa aktif tanaman
pegagan?
e. Untuk mengetahui pengembangan produk komersial dari tanaman
pegagan?

BAB II

PEMBAHASAN
1. Tinjauan tanaman pegagan
A. Klasifikasi Ilmiah

Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Umbillales
Famili : Umbillferae (Apiaceae)
Genus : Centella
Species : Centella asiatica (Nurendah, 1982).

Gambar pegagan.

B. Nama daerah
Tanaman ini mempunyai banyak nama lokal di Indonesia antara lain
daun tapak kuda, pegagan (Sumatera); gagan-gagan, gangganan, kerok batok,
pantegowang, panigowang, rendeng (Jawa); antanan gede, calingan rambat
(Sunda); kostekosan (Madura); daun tongke-tongke (Bugis); kori-kori
(Halmahera); pegaga (Sulawesi), sarowati (Maluku) dan sandanan (Papua)
(Winarto dan Surbakti, 2003).

C. Morfologi tanaman
Tanaman pegagan merupakan herba menahun tidak berbatang dengan
akar rimpang pendek serta akar merayap (menjalar) stolon panjang bisa
mencapai 2,5 m (De Padua, et al. 1999). Stolon tumbuh menjalar horizontal di
atas permukaan tanah dan berbuku-buku. Dari buku-buku yang menyentuh
tanah akan keluar akar dan tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru.
Daun pegagan tersusun secara basalis (roset) dengan 2-10 daun tunggal per
tanaman berbentuk seperti ginjal berukuran 2-5 cm x 3-7 cm. Tangkai daun
tegak panjang 9 - 17 cm dengan bagian dalam berlubang serta bagian pangkal
melekuk ke dalam dan melebar seperti pelepah (Santa dan Prayogo, 1992).
Bunga tersusun dalam karangan berupa payung yang muncul dari
ketiak daun. Pada tiap karangan terdapat tiga buah bunga. Kelopak bunga
berwarna hijau dan mahkota bunga berwarna merah. Buah berukuran kecil,
berwarna kuning coklat dan berbentuk lonjong. Tumbuhan ini
berkembangbiak dengan biji dan sulur batang atau stolon (Djauhariya dan
Hernani, 2004).

D. Habitat pegagan
Daerah pertumbuhan tanaman pegagan tersebar mulai dari dataran
rendah sampai dataran tinggi yang mencapai ketinggian 2.500 m di atas
permukaan laut (dpl) (Winarto dan Surbakti, 2003). Januwati dan Yusron
(2005) bahwa melaporkan ketinggian tempat optimum untuk tanaman pegagan
adalah 200 - 800 m dpl., akan tetapi di atas 1.000 m dpl. produksi dan
mutunya akan menjadi lebih rendah. Pegagan tidak tahan terhadap tempat
terlalu kering, curah hujan tinggi, intensitas cahaya 30 40% dan dapat
tumbuh di semua jenis tanah. Pegagan tumbuh baik di tempat yang teduh atau
ternaungi.
Pada tempat seperti ini, tanaman akan tumbuh dengan helaian daun
lebih besar dan tebal dibandingkan di tempat terbuka, sedangkan pada tempat
yang kurang cahaya helaian daunnya akan menipis dan berwarna pucat. Selain
itu, untuk memperoleh daun yang lebar diperlukan kelembaban dan kesuburan
tanah yang cukup.
Widowati et al. (1992) menambahkan tanaman ini dapat tumbuh di
tempat-tempat terbuka, misalnya di padang rumput, tegalan, tepi parit, di
antara batu-batu dan di tepi-tepi jalan. Tanaman ini tersebar di daerah beriklim
tropis. Pegagan menghendaki kondisi tanah yang subur, kelembaban udara
yang diinginkan antara 70-90 % dengan rata-rata temperatur udara antara 20 -
25C dan tingkat keasaman tanah (pH) netral antara 6 7 (Winarto dan
Surbakti, 2003).

E. Budidaya pegagan
1) Syarat Tumbuh Pegagan
Pegagan bersifat kosmopolitan tumbuh liar di tempat-tempat yang
lembab pada intensitas sinar yang rendah (ternaungi) hingga pada tempat-
tempat terbuka, seperti di padang rumput, pinggir selokan, pematang sawah.
Faktor lingkungan yang berperan dalam pertumbuhan dan mempengaruhi
kandungan bahan aktif tanaman pegagan, antara lain :
Tinggi tempat
Tanaman pegagan banyak ditemukan dari dataran rendah hingga dataran
tinggi sekitar 2500 m dpl. Namun untuk pertumbuhan optimum tanaman ini
yaitu pada ketinggian 200 800 m dpl. Di atas 1.000 m dpl. produksi dan
mutunya akan menjadi lebih rendah.
Jenis tanah
Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik hampir pada
semua jenis tanah lahan kering. Pada jenis tanah Latosol dengan kandungan
liat sedang tanaman ini tumbuh subur dan kandungan bahan aktifnya cukup
baik. Pada tanah dengan kandungan liat yang cukup kandungan klorofil daun
akan tinggi. Dari penelitian Anjana Devkota dan Pramod Kumar didapatkan
hasil bahwa pada kandungan lempung 40% dan 60% memiliki kandungan
klorofil a dan klorofil b yang tinggi. Kandungan klorofil ini akan berkaitan
dengan kemampuan berfotosintesis.
Iklim
Pegagan tidak tahan terhadap tempat yang terlalu kering, karena sistem
perakarannya yang dangkal. Oleh karena itu faktor iklim yang penting dalam
pengembangan pegagan adalah curah hujan. Apabila pegagan ditanam pada
musim kemarau dan tanaman mengalami kekurangan air, maka perlu
dilakukan penyiraman. Tanaman ini akan tumbuh baik dengan intensitas
cahaya 30 40 %, sehingga dapat dikembangkan sebagai tanaman sela
(semusim maupun tahunan), misalnya di antara tanaman jagung, kelapa,
kelapa sawit, buah-buahan yang tidak terlalu rindang. Di tempat dengan
naungan yang cukup, helaian daun pegagan menjadi lebih besar dan tebal
dibanding apabila tanaman tumbuh di tempat terbuka. Sedangkan pada
tempat-tempat yang kurang cahaya, helaian daun akan menipis, warna
memucat. Selain itu juga pada tanah yang kurang subur dapat diberikan
pupuk organik atau kompos.
Pembibitan
Pegagan umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan
stolon atau tunas anakan, tetapi dapat pula diperbanyak dengan biji (secara
generatif). Benih yang akan ditanam sudah berstolon dengan disertai minimal
2 calon tunas. Benih berasal dari induk yang telah berumur minimal setahun.
Walaupun pegagan berbiji, perbanyakan dilakukan melalui bagian stolon
(vegetatif), yang disemaikan terlebih dahulu selama 2 3 minggu.
Persemaian menggunakan polibag kecil, diisi media tanam campuran tanah
dan pupuk kandang (2 : 1), diletakkan di tempat dengan naungan yang cukup
dan disiram setiap hari.

F. Pemanenan tanaman pegagan


Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses budidaya
tanaman obat. Penentuan tingkat kemasakan yang tepat pada saat umur panen
merupakan salah satu aspek agronomi penting untuk memperoleh produk yang
berkualitas tinggi. Setiap jenis tanaman memiliki waktu panen yang berbeda.
Derajat kematangan pada waktu pemanenan hasil sangat menentukan mutu
hasil akhir yang diperoleh. Pemanenan dilakukan terhadap pegagan yang
berdaun segar, berukuran lebar dan tidak terserang hama atau penyakit. Waktu
panen yang terlalu cepat sebaiknya tidak dilakukan karena pembentukan zat-
zat yang terkandung di dalam pegagan belum sempurna. Sebaliknya, panen
yang terlambat dapat mengakibatkan daun menjadi keras dan tua (Winarto dan
Surbakti, 2003).
Panen pegagan biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 3 4
bulan, dengan cara memangkas bagian daun dan batangnya. Selang
pemanenan dengan panen selanjutnya sekitar dua bulan. Hasil produksi total
sekitar 15 - 25 ton /ha segar atau setara 1,5 - 2,5 ton/ha kering (Januwati dan
Yusron, 2005). Pemanenan pegagan yang ditanam di bedengan dapat
dilakukan sebanyak 3 kali dengan cara memotong tanaman dari pangkal daun.
Pemotongan dilakukan dengan alat yang bersih dan tajam. Di samping itu
harus dihindari terjadinya pelukaan di permukaan batang yang dipotong. Sulur
tetap dibiarkan tumbuh sampai panen terakhir. Jadi selama periode panen
tersebut dapat dilakukan pemanenan sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu,
pemanenan pegagan yang ditanam dalam polibag sebaiknya dilakukan sekali
saja. Hal ini disebabkan jumlah dan ukuran hara di media tanam (polibag)
terbatas (Winarto dan Surbakti, 2003).

2. Kandungan kimia tanaman pegagan


Noverita dan Marline (2012) menyebutkan hasil uji fitokimia daun
pegagan terdapat kandungan triterpenoid. Pegagan mengandung bahan aktif
seperti triterpenoid glikosida (terutama asiatikosida, asam asiatik, asam
madekasik, madekasosida (Hashim, et al., 2011), flavonoid (kaemferol dan
kuercetin), volatil oil (valerin, kamfor, siniole dan sterol tumbuhan seperti
kamfesterol, stigmasterol, sitosterol), pektin, asam amino, alkaloid hidrokotilin,
miositol, asam brahmik, asam centelik, asam isobrahmik, asam betulik, tanin
serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Zat
valerin yang ada memberikan rasa pahit.

3. Pemanfaatan pegagan secara empiris dan ilmiah


Bagian tanaman pegagan yang berkhasiat obat adalah daun, akar dan
batang. Tanaman pegagan biasanya dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang
diproses dalam bentuk bahan segar, kering maupun yang sudah dalam bentuk
ramuan (jamu). Secara empiris pegagan mengandung senyawa asiatikosida yang
banyak digunakan sebagai bahan simplisia obat. Asiatikosida termasuk dalam
golongan triterpenoid turunan alfa amyrin. Secara empirik, pegagan bermanfaat
sebagai penyembuh luka, radang, reumatik, asma, wasir, tuberkulosis, lepra,
disentri, demam dan penambah selera makan. Di Cina, pegagan bermanfaat
untuk memperlancar sirkulasi darah, bahkan dianggap lebih bermanfaat
dibandingkan dengan ginkgo biloba atau ginseng yang berasal dari Korea.
Tanaman pegagan berguna untuk menyembuhkan luka bakar, kusta,
analgesik, anti inflammatory, anti septik, menstimulasi perdaraan darah,
mempengaruhi keseimbangan jaringan, meningkatkan daya ingat, dan
memulihkan kembali bekas luka (Soeharso et al., 1992). Disamping itu tanaman
pegagan juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan daya tubuh,
anti stress ringan, menstimulasi pertumbuhan kuku, akar rambut,
menyembuhkan penyakit kolera, batuk bronchitis, menyembuhkan asma dan
gangguan ginjal (Amsar, 2001). Tanaman ini juga memiliki potensi sebagai
sumber bahan pengobatan terhadap anti penyakit yang disebabkan tujuh jenis
bakteri Rhizobacter spharoides, Escherichia coli, Plasmodium vulgaris,
Micrococcus luteus, Baccillus subtilis, Entero aerogenes dan Staphyllococcus
aureus (Wahjoedi dan Pudjiastuti 2006).
Berdasarkan penelitian farmakologi yang dilakukan, efek farmakologi
utama dari pegagan ini diketahui berasal dari kandungan glikosidatriterpenoida
yaitu Asiaticoside yang berfungsi meningkatkan perbaikan dan penguatan sel-sel
kulit, stimulasi pertumbuhan kuku, rambut, dan jaringan ikat, meningkatkan
perkembangan pembuluh darah serta menjaganya dalam jaringan penghubung
(connective tissue), meningkatkan pembentukan mucin (zat utama pembentuk
mucus) dan komponen-komponen dasar pembentuk lainnya, seperti hyaluronic
acid dan chondroitin sulfate, meningkatkan daya kompak (tensile integrity)
dermis (jaringan kulit di bawah epidermis), meningkatkan proses keratinisasi
(pembentukan keratin) epidermis melalui perangsangan pada lapisan luar kulit,
dan meningkatkan efek keseimbangan pada jaringan penghubung. Begitu juga
asiaticoside dan senyawaan sejenis merupakan antilepra (Morbus Hansen).
Selain itu dosis tinggi dari glikosida saponin akan menghasilkan efek pereda rasa
nyeri. Dikatakan juga, saponin yang terkandung dalam tanaman ini mempunyai
manfaat mempengaruhi collagen (tahap pertama dalam perbaikan jaringan),
misalnya dalam menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan
(antikeloid), mempercepat penyembuhan luka, dan melebarkan pembuluh darah
tepi (vasodilator perifer). Sementara kandungan vellarine yang ada memberikan
rasa pahit.
Berbagai penelitian ilmiah mengenai khasiat pegagan telah banyak
dilakukan. Manfaat yang berhubungan dengan fungsi saraf dan otak telah
dibuktikan lewat berbagai penelitian di luar negeri. Dari uji klinis di India,
tanaman pegagan dapat meningkatkan IQ, kemampuan mental, serta
menanggulangi lemah mental pada anak-anak. Sebanyak 30 orang pasien anak-
anak yang menderita lemah mental menunjukkan kemajuan yang cukup berarti
setelah diberi perlakuan dengan ramuan pegagan selama 12 minggu. Selain itu
pegagan juga bermanfaat bagi anak-anak penderita attention deficit disorder
(ADD) yang merupakan salah satu tanda adanya autisme pada anak. Hal ini
karena adanya efek stimulasi pada bagian otak sehingga meningkatkan
kemampuan seseorang untuk lebih konsentrasi dan fokus. Di samping itu juga
mempunyai efek relaksasi pada sistem saraf yang overaktif.

4. Metode isolasi dan karakterisasi senyawa aktif tanaman pegagan


a. Preparasi sampel
Pegagan yang masih segar dicuci sampai bersih lalu
dikeringmataharikan selama 3 hari. Setelah kering, sampel dihaluskan
menjadi serbuk dengan ukuran 60 mesh untuk dianalisis.

b. Ekstraksi
Simplisia pegagan diekstraksi secara maserasi dengan pelarut metanol
(1:10, b/v) selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Ekstraksi dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan. Maserat disaring lalu filtrat dipekatkan dengan
penguap putar pada suhu 40 C. Ekstrak pekat yang diperoleh ditimbang dan
ditentukan rendemennya.
c. Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom (Modifikasi Ernawati 2014)
Ekstrak pegagan selanjutnya difraksionasi dengan kromatografi kolom.
Fase diam yang digunakan ialah silika gel dan fase geraknya berupa campuran
kloroform-metanol yang diatur secara gradien bertahap dengan nisbah 10:0
hingga 0:10 dengan laju alir 3 mL/menit. Eluat yang diperoleh selanjutnya
dianalisis dengan KLT yang dibandingkan dengan standar asiatikosida
menggunakan fase gerak yang telah dioptimumkan. Fraksi yang diduga
mengandung asiatikosida dipisahkan kembali menggunakan kromatografi
lapis tipis preparatif.
d. Fraksionasi dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (Modifikasi
Ernawati 2014)
Spot dengan Rf tertentu, yang diduga sebagai spot asiatikosida, dikeruk
untuk dilarutkan kembali dengan pelarut metanol. Campuran silika dan pelarut
kemudian didekantasi, disaring, lalu dipekatkan. Hasil fraksionasi kolom
(fraksi ke-4) (S1) kemudian difraksionasi lebih lanjut dengan KLTP. Hal ini
bertujuan mendapatkan senyawa tunggal berupa asiatikosida. Sebanyak
0.0411 g bobot fraksi kolom ke-4 difraksionasi dengan menggunakan KLTP
dan diperoleh 2 spot pada Rf 0.13 dan 0.63 di bawah sinar UV 366 nm.
Rendemen fraksi dugaan asiatikosida dengan Rf 0.63 yaitu 11.44%.

(Kromatogram hasil KLTP fraksi kolom pegagan)


e. Pencirian Sampel dengan Kromatografi Cair-Spektrometer Massa
Pencirian dilakukan terhadap sampel hasil pemurnian dengan
Kromatografi Cair-Spektrometer Massa menggunakan kolom C18 pada suhu
30C. Waktu analisis dilakukan selama 10 menit dengan elusi gradien
menggunakan eluen asetonitril-air yang mengandung ammonium format 5
mM dengan laju alir 0.3 mL/menit. Spektrum massa diatur pada jangkau m/z
0-1500 dalam mode ion positif. Pencirian sampel dengan teknik KC-SM-SM
bertujuan mengetahui dugaan bobot molekul senyawa isolat (asiatikosida).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa senyawa asiatikosida teridentifikasi pada
waktu retensi 0.80 menit. Kelimpahan paling tinggi diperoleh pada m/z
976.5477 yang dihasilkan dari ion molekul (massa 981, [M+Na] +) (Shen et al.
2009). Pendugaan rumus molekul selanjutnya dianalisis dengan elemental
composition report (ECP). Senyawa asiatikosida dengan bobot molekul
959.5216 g/mol, jika dibandingkan dengan penetapan kemungkinan yang lain,
rumus molekul C48H78O19 memiliki error massa yang paling kecil (Shen et al.
2009), sesuai dengan persen kemiripan struktur dengan pustaka sebesar
99.87%.

5. Pengembangan produk komersial dari tanaman pegagan


Produk komersial dari tanaman pegagan antara lain :
1. Kapsul Ekstrak Daun Pegagan
Kapsul Ekstrak Daun Pegagan Kandungan yang ada
di dalam Pegagan antara lain asiaticoside, thankuniside,
isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid,
brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside,
carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam
mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan
besi. Glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside
merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa. Zat
vellarine yang ada memberikan rasa pahit. Untuk Anda yang ingin
mendapatkan khasiat daun pegagan dengan cara yang lebih mudah, kami
menjual ekstrak daun pegagan dalam bentuk kapsul yang bisa langsung
diminum. Manfaat dan khasiat kapsul ekstrak daun pegagan yaitu:
a. Meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan kewaspadaan, mengandung
senyawa karetenoid dan asiatikosida. Senyawa ini dapat merangsang
produksi enzim antioksidan dalam tubuh. Menurut riset di Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, menyebutkan sifat asiatikosida
yang terdapat dalam pegagan juga dapat merevitalisasi pembuluh darah,
membantu kelancaran sirkulasi oksigen dan nutrisi serta melindungi
kerusakan sel-sel otak.
b. Meningkatkan ketajaman mata (visus), mengandung karotenoids yang
dapat membantu mempertajam pandangan mata. Karotenoid tidak dapat
digantikan dengan vitamin A, karena vitamin A yang berlebihan dapat
membahayakan kesehatan, tetapi karotenoids akan diubah tubuh menjadi
vitamin A sesuai dengan kebutuhan, oleh karena itu kelebihan
karotenoids tidak membahayakan kesehatan mata.
Komposisi :
Tiap kapsul (500mg) mengandung Centella asiatica herba 500 mg.
Anjuran Minum :
Dewasa 2 x 2 kapsul per hari diminum 1 jam sebelum makan.
Isi : 50 Kapsul @500 mg
2. Teh Celup Pegagan

Khasiat :
Membantu melancarkan buang air besar dan gangguan maag
Membantu menurunkan kadar gula
Menurunkan darah tinggi
Melancarkan peredaran darah
Menghilangkan migrain
Menghaluskan kulit
Membantu memperkuat daya ingat.

Komposisi : Teh Pegangan 100%


Isi : 20 teh celup @ 2 gram
3. Sari Ayu
Jerawat merupakan suatu permasalahan kulit
wajah yang hampir semua orang pernah merasakannya.
Jerawat lebih sering diderita oleh mereka yang masih
muda baik pria maupun wanita. Ada beberapa hal yang
menjadikan jerawat sangat dikeluhkan oleh
penderitanya, diantaranya adalah area kulit yang
berjerawat akan terasa sangat sakit karena meradang, apabila telah hilang
jerawat masih meninggalkan bekas dan flek hitam.
Cara untuk mengatasi jerawat juga bermacam-macam, mulai yang
sangat murah sampai yang sangat mahal. Mungkin anda telah menggunakan
berbagai cara untuk mengatasi jerawat namun belum juga ada hasil yang
memuaskan, untuk itu kami sarankan pada anda agar lebih memilih cara yang
alami dan menggunakan produk yang alami pula, salah satunya adalah Cream
Pegagan yang terbuat dari bahan alami daun herbal pegagan.

4. Cream Pegagan

Berat : 50gr
Harga : 55.000,- Deskripsi :
Cream Pegagan adalah produk kosmetik herbal perawatan wajah
yang mampu mengatasi berbagai permasalahan jerawat dan flek hitam.
Produk Cream pegagan terbuat dai bahan daun pegagan asli dan berkhasiat
untuk mengatasi jerawat dan flek hitam
Khasiat dan kegunaan Cream Pegagan :
Mengatasi Jerawat
Menghilangkan flek hitam
Meremajakan kulit wajah
Mengatasi luka bakar
Cara Pemakaian Cream Pegagan
Gunakan cream pegagan pada wajah dan
leher yang telah dibersihkan dan dilakukan
pemijatan lembut dengan gerakan melingkar ke atas.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tanaman pegagan merupakan spesies dari Centella asiatica, tanaman ini
tersebar didaerah yang beriklim tropis yang tumbuh optimum pada tanah
yang subur dan memiliki kelembaban antara 70-90%.
Pertumbuhan dan kandungan zat aktif tanaman yang dihasilkan dipengaruhi
oleh beberapa faktor lingkungan, antara lain tinggi tempat, jenis tanah, iklim
dan pembibitan. Waktu panen yang tepat pada tanaman pegagan agar
mendapatkan mutu dan kualitas yang bagus yaitu ketika tanaman berumur
3-4 bulan.
Pegagan mengandung bahan aktif seperti triterpenoid glikosida, flavonoid,
volatil oil, pektin, asam amino, alkaloid hidrokotilin, miositol, asam
brahmik, asam centelik, asam isobrahmik, asam betulik, tanin serta garam
mineral.
Secara empirik, pegagan bermanfaat sebagai penyembuh luka, radang,
reumatik, asma, wasir, tuberkulosis, lepra, disentri, demam dan penambah
selera makan.
Senyawa asiatikosida yang merupakan senyawa penciri pada tanaman
pegagan (Centella asiatica) diisolasi menggunakan Kromatografi Kolom
dilanjutkan dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif dan KC-SM dengan
hasil bobot molekul 959.5216 g/mol dan rumus molekul C48H78O19.
Produk komersial yang telah dikembangkan dari ekstrak tanaman pegagan,
antara lain Kapsul Ekstrak Daun Pegagan, Teh Celup Pegagan, Sari Ayu,
dan Cream Pegagan.

DAFTAR PUSTAKA

De Padua L. S., N. Bunyapraphatsara, R.H.M.J Lemmens (Eds.) 1999. Plant


Resources of South-East Asia No 12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1.
Leiden: Backhuys Publishers.
Dirjen POM. 1999. Peraturan Perundang-Undangan Dibidang Obat
Tradisonal. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Djauhariya, E. dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya,
Jakarta. hal 87
Ernawati D. 2014. Pengoptimuman ekstraksi dan pemurnian asiatikosida dari
pegagan (Centella asiatica) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hashim, P., Hamidah Sidek, Mohd Helme M. Helan, Aidawati Sabery, Uma Devi
Palanisamy and Mohd Ilham. 2011. Triterpene Composition and
Bioactivities of Centella asiatica. Molecules 16: 1310-1322.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (Terjemahan). Badan Litbang
Kehutanan, Jakarta.
Januwati, M dan M. Yusron. 2004. Standar Operasional: Budidaya Pegagan, Lidah
Buaya, Sambiloto dan Kumis Kucing. Bogor: Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat.
Noverita, S. V. dan Marline Nainggolan. 2012. Kandungan Asiatikosida dan Uji
Fitokimia Daun Pegagan. Prosiding Seminar Nasional Farmasi 2012.
Peranan Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan. ISBN: 978-602-8892-
72-8.
Nurendah, P.S. 1982. Laporan Penelitian Sifat Ekbolik Komponen Jamu yang
Digunakan terhadap Kehamilan. Puslitbang Farmasi, Badan Litbangkes
Depkes RI.
Santa, I. G. P. dan P. E. W. Bambang. 1992. Studi Taksonomi Centella asiatica
(L.). Urban. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1 (2) : 46-48
Shen Y, Liu A, Ye M, Wang L, Chen J, Wang X, Han C. 2009. Analysis of
biologically active constituents in Centella asiatica by microwave-assisted
extraction combined with LC-MS. Chrom. 70(3/4): 431-438. doi:
10.1365/s10337-009-1152-6
Widowati, L., Pudjiastuti, D. Indrari, dan D. Sundari. 1992. Beberapa Informasi
Khasiat Keamanan dan Fitokimia Tanaman Pegagan, Centella asiatica (L)
Urban). Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1(2):39-42.
Winarto, W.R dan Maria Surbakti. 2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan. Jakarta:
Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai