Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

J3G117061 04 Praditya Pendahuluan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 3

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.) merupakan tanaman semusim atau


tahunan yang merupakan sayuran daun yang penting di kawasan Asia Tenggara.
Sayuran kangkung merupakan tanaman hortikultura yang sangat digemari
masyarakat dan banyak dibudidayakan petani Indonesia. Tanaman kangkung mulai
digemari oleh masyarakat karena sadarnya masyarakat dengan gizi yang
terkandung disayuran kangkung. Kandungan gizi kangkung cukup tinggi terutama
vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium, potasium, dan fosfor (Sofiari 2009).
Produksi kangkung di Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan peningkatkan
dari tahun sebelumnya, tetapi dengan pola peningkatan yang tidak terlalu tinggi
(BPS 2018). Permasalahan yang menyebabkan terhambatnya produksi kangkung
darat di Indonesia adalah kurangnya penggunaan varietas yang resistan terhadap
penyakit, mutu benih yang rendah dan dampak pemanasan global yang semakin
meningkat. Salah satu penyebab terbesar adalah dampak dari pemanasan global
yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman melalui kekeringan pada
lahan pertanian. Dalam siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai
panen, tanaman selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses metabolisme
tanaman dapat berlangsung tanpa air. Besarnya kebutuhan air setiap fase
pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung
dengan proses fisiologi, morfologi dan kombinasi kedua faktor tersebut dengan
faktor-faktor lingkungan (Ai et al. 2010). Tanaman kangkung pada umumnya
membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya, oleh karena itu diakhir musim
penghujan ketersediaan air seringkali menjadi masalah.
Salah satu upaya dalam mengatasi lahan pertanian yang mengalami
kekeringan adalah dengan mengembangkan varietas lokal tanaman kangkung darat
,untuk mendapatkan tanaman yang mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik
terhadap cekaman kekeringan melalui pendekatan pemuliaan tanaman. Salah satu
program pemuliaan tanaman yang dapat menunjang penyeleksian tanaman
kangkung darat adalah karakterisasi. Karakterisasi dilakukan untuk mendapatkan
deskripsi sifat tanaman dan sebagai bahan working collection yang akan digunakan
sebagai bahan dalam program pemuliaan (Yenny et al. 2006).
PT East West Seed Indonesia pusat terletak di Purwakarta, Jawa Barat. PT
East West Seed Indonesia melakukan kegiatan riset terhadap tanaman di Kebun
Benih Utama (KBU) yang terletak di dalam ruang lingkung perusahaan. PT East
West Seed Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perbenihan
tanaman hortikultura di Indonesia. Berbagai macam benih varietas unggul terus
dikembangkan, salah satunya adalah benih kangkung. Tanaman kangkung memiliki
potensi besar dalam memenuhi kebutuhan sayuran nasional, oleh karena itu terus
dilakukan penelitian dan pengembangan genotipe benih yang memiliki tingkat
toleransi tinggi terhadap lingkungan, salah satunya adalah cekaman kekeringan.
Oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap tujuh plasma nutfah tanaman
kangkung PT East West Seed Indonesia yang tahan terhadap cekaman kekeringan.
2

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini untuk mempelajari kegiatan
pemuliaan tanaman dengan uji toleransi kekeringan tanaman kangkung darat
(Ipomoea reptans Poir.) yang diterapkan PT East West Seed Indonesia, serta
memperoleh wawasan, keterampilan dan pengalaman kerja sesuai di bidang
perbenihan khususnya dalam kegiatan produksi.

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.)

Kangkung (Ipomoea reptans Poir.) termasuk dalam suku Convolvulaceae


(keluarga kangkung-kangkungan). Kangkung merupakan tanaman asli dari India
utara. Tanaman ini dapat ditemukan di semua daerah dengan iklim tropis. Tanaman
ini dapat ditanam sepanjang tahun.
Klasifikasi dan identifikasi daun kangkung darat adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan)
Genus : Ipomoea
Spesies : : Ipomoea reptans Poir.
Tanaman kangkung darat mempunyai daun-daun yang panjang dengan ujung
yang runcing, berwarna hijau keputih-putihan, bunganya berwarna putih bersih, dan
buah muda berwarna hijau keputih-putihan yang akan berubah menjadi coklat tua
setelah dikeringkan. Tanaman kangkung darat termasuk tanaman dikotil dan
berakar tunggang. akarnya menyebar kesegala arah dan dapat menembus tanag
sampai kedalaman 50 cm lebih (Swastini 2015).
Rahmah (2015) menyatakan bahwa tanaman kangkung merupakan tanaman
yang tumbuh cepat yang memperlihatkan hasil dalam waktu 4 – 6 minggu sejak
dari benih. Batang tanaman kangkung darat memiliki warna batang yang putih
kehijauan dengan ruas yang besar dan banyak mengandung air (herbaceous).
Batang tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dengan percabangan
yang banyak. Kangkung memiliki akar yang berserabut, warna akar kangkung darat
lebih terang dari pada kangkung air, serta memiliki akar yang lebih kuat dan
panjang dibandingkan kangkung air. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang
dan di ketiak daun terdapat mata yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnya seperti jantung hati, ujung daunnya meruncing atau tumpul,
permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah
berwarna hijau muda.
3

2.2 Syarat Tumbuh

Wahyudi (2010) menjelaskan bahwa kangkung tumbuh pada tipe tanah


lempung, sampai lempung berpasir, gembur, dan mengandung bahan organik serta
lokasi yang terbuka dan memperoleh sinar matahari langsung, masih bisa ditanam
di tanah rawa yang drainase 5 airnya tidak lancar. Hidayat (2019) juga menjelaskan
bahwa tanaman kangkung dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan
beriklim dingin dengan jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman
ini berkisar antara 1500-2500 mm/tahun. Pada musim hujan pertumbuhan tanaman
kangkung sangat cepat dan subur. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat
menghadapi rumput liar karena pertumbuhannya yang cepat, sehingga kangkung
dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang sedikit rimbun.
Kangkung dapat tumbuh dengan baik jika ditanam pada tempat dengan
ketinggian ± 2 000 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini membutuhkan tanah
yang gembur dan mengandung banyak bahan organik sebagai tempat tumbuhnya,
untuk kangkung darat khususnya tidak menghendaki lahan yang tergenang karena
akarnya mudah membusuk. Kangkung membutuhkan lahan yang mendapatkan
sinar matahari yang cukup sebagai tempat tumbuhnya, karena di lahan yang
ternaungi tanaman kangkung dapat tumbuh memanjang. Tanaman ini tumbuh baik
sepanjang tahun, jumlah curah hujan yang optimal berkisar antara 500 - 5 000 mm
per tahun, sedangkan temperatur udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat. setiap
naik 100 meter tinggi tempat, maka temperatur udara turun . di permukaan laut
temperatur rata-rata sekitar 28°C dan dataran tinggi sekitar 18°C, namun jika
ditanam pada lahan yang memiliki suhu udara relatif panas batang tanaman ini akan
mengeras. (Swastini 2015).

2.3 Cekaman Kekeringan pada Tanaman

Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa


tanaman mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya
yaitu media tanam. Leit (1980) dan Bray (1997) menyatakan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman dapat disebabkan kekurangan suplai air di daerah
perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun akibat laju
evapotrasnsporasi melebihi laju absorpsi air walaupun keadaan air tanah
tersedia cukup.
Rendahnya ketersediaan air menyebabkan suplai air di daerah perakaran
semakin berkurang, sehingga menghambat proses penyerapan air oleh akar
tanaman karena potesial air dalam tubuh tanaman. Parameter yang nampak pada
kondisi kekeringan, dapat dilihat pada fase pertumbuhan vegetatifnya yaitu
ukuran daun yang kecil, berkurangnnya diameter batang dan bobot tanaman
(Budianto 1998). Kremer (1963) menyatakan bahwa cekaman kekeringan akan
mempengaruhi semua proses metabolik dalam tanaman yang berakibat
pertumbuhan tanaman menururn. Pertumbuhan sel merupakan fase yang
sensitif terhadap kekurangan air.

Anda mungkin juga menyukai