Batu Gamping
Batu Gamping
Batu Gamping
a. Berdasarkan sifatnya:
Batu Kapur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara mekanik atau secara
kimia.
1. Organik: Jenis ini berasal dari pengembangan cangkang atau rumah kerang dan siput.
2. Mekanik: Bahannya tidak jauh beda dengan batu kapur secara organik yang
membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut
kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula.
3. Kimia: jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan
tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang dilarutkan dalam air akan
tersimpan di langit-langit gua. Seiring waktu, proses penguapan ini dapat mengakibatkan
akumulasi seperti es kalsium karbonat di langit-langit gua, deposit ini dikenal sebagai stalaktit.
Jika tetesan jatuh ke lantai dan menguap serta tumbuh/berkembang ke atas (dari lantai gua)
depositnya disebut dengan stalakmit. Batu gamping yang membentuk formasi gua ini dikenal
sebagai "travertine" dan masuk dalam kelompok batuan sedimen kimia.
Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di
seluruh kepulauan Indonesia, hal ini dicirikan dengan adanya pabrik semen yang dibangun.
Mulai dari Pulau Sumatera terdapat di Lhonga (Aceh), Batu Raja, Toba, Nias, Lampung, dan
Riau. Sebagian besar cadangan batu kapur Indonesia terdapat di Sumatera Barat.
Beberapa daerah lain yang merupakan penghasil utama batu kapur adalah Pulau
Jawa. Berbagai wilayah di daerah ini antara lain Serang, Citayam, Cibadak, Cibinong,
Sukabumi, Cirebon, Gombong, Pacitan, Trenggalek, Tulungagug, Ponorogo, ngawi,
Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Nganjuk, Jember, Bondowoso,Banyuwangi, Pamekasan,
Sumenep dan Gresik. Bahkan di wilayah provinsi Jawa Timur sendiri, potensi yang saat ini
masih tersedia adalah sebesar 1.259.438.298 M.
Pengaruh dari terbentuk batuan karbonat di sekitar zona Mega-fault ini yang
dimana sebelum adanya penjajaran pengunungan Bukit barisan merupakan lingkungan laut
dangkal yang memungkinkan terbentuknya batuan karbonat. Batuan karbonat saat melakukan
pengukuran umur terbentuk pada umut Pra-Tersier hingga Tersier.
Oleh karena pada bagian zona Megafault Sumatra banyak ditemukan batuan
karbonatan disebabkan pada umur Carboniferous kelimpahan kehidupan organisme begitu
banyak dengan komposisi karbon yang tinggi sehingga mendukung terbentuknya batuan
karbonat yang melimpah. Penyebaran batuan karbontan di wilayah pulau sumatra dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantara faktor tektonik yang dimana bagian backarc dari pulau sumatra
berupakan bagian dari laut dangkal laut terangkat dan membentuk suatu penjajaran penyebaran
batuan karbontan yang berada di zona Megafault.
C. Pulau Jawa
Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur
geologi dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang
teratur. Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin,
pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda
dari waktu ke waktu.
1. Jawa Barat
Keberadaan batuan gamping di wilayah Jawa Barat disebabkan karena adanya
mandala sedimentasi. Didasarkan pada mayoritas ciri sedimen, Soedjono (1984) membagi
daerah Jabar menjadi 3 mandala sedimentasi, yaitu mandala paparan kontinen yang terletak
di utara, diikuti oleh Mandala Cekungan Bogor di bagian tengah, dan ke arah barat terdapat
mandala Banten.
2. Jawa Tengah
Pola struktur di jawa tengah memperlihatkan adanya 3 arah utama yaitu
baratlaut-tenggara, timurlaut-barat daya, timur-barat. Di daerah loh ulo dimana batuan pra-
terser dan tersier tersingkap dapat dibedakan menjadi 2 pola struktur utama yaitu arah
timurlaut-baratdaya, dan barat-timur. Hubungan antar satu batuan dengan yang lainnya
mempunyai lingkungan dan ganesa pembentukan yang berbeda yang terdapat didalam
mlange.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pola yang arah timurlaut-
baratdaya yang sangat dominan didaerah ini. Data gaya berat dari untung dan sato 1979,
sepanjang penampang utara-selatan melalui bagian tengah jawa tengah dan dilengkapi dengan
data geologi permukaan memperlihatkan perbedaan yang sangat mencolok pada urut-urutan
lapisan miosen antara bagian utara dan bagian selatan jawa tengah.
Bagian utara jawa tengah urut-urutan lapisan miosen sebagian besar terdiri dari
endapan laut dalam yang berupa kipas-kipas turbidit. Jenis endapan tersebut menyebar sampai
hampir dekat cilacap. Tetapi keselatannya stratigrafinya berubah dan didominasi oleh endapan
laut dangkal dengan lingkungan yang tenang seperti batu pasir dan batugamping.
3. Jawa Timur
Indentasi Jawa Timur, seperti halnya indentasi Jawa Tengah, dicirikan oleh
hilangnya Pegunungan Selatan Jawa dan hadirnya depresi. Depresi ini kini diduduki kota
Lumajang dan merupakan wilayah pengaliran sungai-sungai yang berasal dari kedua dataran
tinggi di sebelah barat dan timur depresi. Kehadiran Pulau Nusa Barung tepat di tengah
indentasi selatan ini sangat menarik, posisinya sama dengan Tinggian Karangbolong pada
sistem indentasi Jawa Tengah, lebih-lebih lagi pulau ini pun disusun oleh batu gamping Miosen
yang ekivalen dengan batu gamping di Karangbolong. Batuan pra-tersier tidak tersingkap di
daerah Jawa Timur. Bagian tengahnya ditempati oleh jalur volkanik kwarter.
D. Pulau Nusa Tenggara
Kondisi fisik Nusa Tenggara sangat berbeda dengan kawasan lainnya di
Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu karang yang
tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia, dan tidak memiliki pulau besar, seperti
Jawa dan Sumatera. Asal-usul kepulauan ini dan proses-proses yang dialami dalam
pembentukan pulau-pulau yang sampai sekarang masih terjadi sangat mempengaruhi posisi,
ukuran, dan bentuk pulau. Batugamping dan konglomerat dari gunungapi2 tua terangkat
membentuk tebing pantai, misalnya di dekat Kuta dan Blongas di Lombok selatan (bandingkan
dengan pantai Uluwatu, Bali selatan).
E. Pulau Kalimantan
Sebaran batu gamping di Pulau Kalimantan banyak ditemukan pada formasi-
formasi geologi tertentu di Kalimantan yang dominan menyebar pada bagian Timur Pulau
Kalimantan. Sebaran formasi geologi yang ditemukan adanya batu gamping di Kalimantan
mencapai 6.928.824,52 ha, dari jumlah tersebut sebagian besar telah teridentifikasi mengalami
proses pelarutan yang ditandai dengan ditemukannya sistem gua pada daerah-daerah tertentu
dan morfologi karst yang mecapai 5.553.346,85 Ha, sedangkan formasi geologi dengan batu
gamping yang belum teridentifikasi mengalami proses pelarutan seluas 1.375.477,67 Ha.
F. Pulau Sulawesi
Terjadinya Sulawesi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur dan
Sulawesi bagian Barat). Perbedaan geomorfologi kedua pulau yang bertabrakan secara dahsyat
itu menciptakan topografi yang bergulung gulung, di mana satu barisan gunung segera diikuti
barisan gunung lain, yang tiba-tiba dipotong secara hampir tegak lurus oleh barisan gunung
lain. Sederhananya, Sulawesi adalah pulau gunung, lembah, dan danau, sementara dataran yang
subur, umumnya terdapat di sekeliling danau-danau yang bertaburan di keempat lengan pulau
Sulawesi.
Geomorfologi yang khas ini menyebabkan pinggang Sulawesi Tana Luwu dan
Tana Toraja di provinsi Sulawesi Selatan, bagian selatan Kabupaten Morowali, Poso, dan
Donggala di provinsi Sulawesi Tengah, dan bagian pegunungan provinsi Sulawesi Barat sangat
kaya dengan berbagai jenis bahan galian. Batubara terdapat di sekitar Enrekang, Makale, dan
Sungai Karama. Sulawesi Barat sebelah utara, terdapat tambang batubara dan banyak jenis
logam tersebar di berbagai pelosok Sulawesi. Tembaga dan nikel terdapat di sekitar Danau-
Danau Matano, Mahalona dan Towuti. Bijih besi bercampur nikel, yang diduga berasal dari
meteor, memungkinkan lahirnya pandai besi di lembah-lembah Rampi, Seko dan Rompong di
hulu Sungai Kalaena (Luwu Utara) dan di Ussu, dekat Malili (Luwu Timur).
G. Pulau Maluku
Satuan morfologi terbagi ke dalam dua satuan morfologi, yakni : daerah
perbukitan rendah bergelombang dan pegunungan. Daerah perbukitan rendah bergelombang
menempati paling luas di bagian timur dan tengah lengan selatan Halmahera dengan ketinggian
mencapai 500 m, tersusun dari batuan sedimen berumur Neogen. Sungai umumnya berpola
sejajar dan bermuara di Laut Halmahera. Meander dijumpai di beberapa sungai besar seperti
S. Akalemo, S. Wali, S. Besui, dan S. Sawat. Daerah pegunungan terdapat di P. Bacan dan
bagian barat lengan selatan Halmahera dengan ketinggian berkisar dari 600 m hingga 2.000 m.
dengan G. Sibela sebagai puncak tertinggi. Daerah pegunungan tersusun dari batuan gunungapi
dan metamorf. Terdiri dari batugamping terumbu dan breksi gunungapi, banyak terdapat fosil,
berumur Pliosen Tengah.
H. Pulau Papua
Peristiwa tektonik penting yang melibatkan Papua adalah OrogenesaMelanesia
yang berawal dipertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia
dengan Lempeng Pasifik.Hal ini mengakibatkandeformasi dan pengangkatan kuat batuan
sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping
New Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang
komplek dengan kemiringan ke arah utara,sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat
ataurebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan Orogenesa Melanesia inidiperkirakan
mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah.
Cenozoic Miosen Tengah Nusakambangan, Cilacap Terdiri dari batupasir, kalkarenit, napal, tuf,
Pliosen Awal batulempung dan batugamping.
Cenozoic Oligosen Batugamping terumbu, batugamping
Miosen Awal Karangbolong, Kebumem bioklastik dan sisipan batugamping pasiran
Cenozoic Miosen Tengah Tente dan Sepe, Bima Batugamping tufaan, batupasir kuarsa, tufa
dan konglomerat
Eosen awal
Batugamping koral pejal dan batugamping
Cenozoic sampai miosen Tonassa, Pangkep
bioklastika dan kalkarenit
tengah
Cenozoic Batugamping, napal, bersisipan serpih dan
Miosen Toili, Banggai
batu pasir
Eosen akhir
Cenozoic sampai miosen Metaromben, Kendari Kalsilutit dan batugamping oolit
awal
Cenozoic Miosen P. Muna dan P. Buton Serpih, napal, lanau dan batupasir
Cenozoic Miosen Daruba, P. Buton Batugamping terumbu
Cenozoic Paliosen eosin Wasile, Halmahera Batupasir serpih merah
Cenozoic Oligosen - Awal
P. Biak Batulempung dan batupasir
Miosen
Cenozoic Pliosen Abe Pantai, Jayapura Dolomit dan Kalsit
Cenozoic Plistosen Kupang batugamping koral, batu gamping terumbu.
Oligosen-
Kampar Kiri
Miosen Konglomerat dan Batu pasir kasar
Oligocene-
Sungai mahat, Bangko
Miosen Batu Gamping , Batu pasir
Oligosen awal Lubuk durian, Bengkulu Batuan volkanik yang termasuk dalam satuan batuan
- Tengah Utara gunungapi andesit basalt.
Muara Dua dan Pedagan, Terdiri dari konglemerat, tufa, breksi vulkanik andesitik,
Oligosen
Lahat endapan lahar, aliran lava dan batupasir kuarsa.
Pematang Emas,
Paleogen
Lampung Selatan Batuan metamorf (sekis, genes, filit, kuarsit)
Neogen Rangkas Bitung, Lebak sedimen tua yang terintrusi oleh batuan beku dalam seperti
batuan beku, granit, granodiorit, diorit dan andesit.
Oligosen Cibodas dan Cibinong, Batu pasir kuarsa, perselingan konglomerat dengan batuan
Tengah Bogor lempung dan sisipan tipis batubara
Quarter Pangkalan, Karawang Terdiri dari konglemerat, tufa, dan batu pasir