Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Batu Gamping

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Abstrak

Batu gamping/Batu Kapur/Limestone adalah batuan sedimen non klastik yang


utamanya tersusun oleh kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Batu gamping
banyak tersebar dari barat Indonesia sampai ke timur Indonesia. Batu gamping banyak
digunakan pada bahan baku industry seperti pembuatan semen, cat, dan reagen flotasi pada
pengolahan tembaga.

A. Penyebaran Batu Gamping di Indonesia

Pengendapan Batuan Karbonat. Menurut Tucker tahun 1985 dijelaskan bahwa


endapan karbonat pada laut dangkal terbentuk pada 3 macam lokasi yaitu Platform, shelf, dan
ramps. Proses Pembentukan batu gamping dibagi menjadi dua kelompok yaitu berdasarkan
sifatnya dan lingkungan pembentukannya.

a. Berdasarkan sifatnya:
Batu Kapur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara mekanik atau secara
kimia.

1. Organik: Jenis ini berasal dari pengembangan cangkang atau rumah kerang dan siput.

2. Mekanik: Bahannya tidak jauh beda dengan batu kapur secara organik yang
membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut
kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula.

3. Kimia: jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan
tertentu dalam air laut ataupun air tawar.

b. Berdasarkan Lingkungan Pembentukan

1. Pembentukan Batugamping pada Lingkungan Laut

Kebanyakan batugamping terbentuk di laut dangkal, tenang, dan pada perairan


yang hangat. Lingkungan ini merupakan lingkungan ideal di mana organisme mampu
membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai sumber bahan pembentuk
batugamping. Ketika organisme tersebut mati, cangkang dan skeleton mereka akan menumpuk
membentuk sedimen yang selanjutnya akan terlitifikasi menjadi batugamping.

2. Pembentukan Batugamping pada Lingkungan Evaporasi

Batugamping juga dapat terbentuk melalui penguapan. Stalaktit, stalakmit dan


formasi gua lainnya (sering disebut speleothems) adalah contoh dari batugamping yang
terbentuk melalui penguapan. Di sebuah gua, tetesan air akan merembes dari atas memasuki
gua melalui rekahan ataupun ruang pori di langit-langit gua, kemudian akan menguap sebelum
jatuh ke lantai gua.

Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang dilarutkan dalam air akan
tersimpan di langit-langit gua. Seiring waktu, proses penguapan ini dapat mengakibatkan
akumulasi seperti es kalsium karbonat di langit-langit gua, deposit ini dikenal sebagai stalaktit.
Jika tetesan jatuh ke lantai dan menguap serta tumbuh/berkembang ke atas (dari lantai gua)
depositnya disebut dengan stalakmit. Batu gamping yang membentuk formasi gua ini dikenal
sebagai "travertine" dan masuk dalam kelompok batuan sedimen kimia.

Jenis-Jenis Batu Gamping: Chalk, Coquina, Fossiliferous Limestone,


lithographic Limestone, Oolitic Limestone, dan Travertine.

Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di
seluruh kepulauan Indonesia, hal ini dicirikan dengan adanya pabrik semen yang dibangun.
Mulai dari Pulau Sumatera terdapat di Lhonga (Aceh), Batu Raja, Toba, Nias, Lampung, dan
Riau. Sebagian besar cadangan batu kapur Indonesia terdapat di Sumatera Barat.

Beberapa daerah lain yang merupakan penghasil utama batu kapur adalah Pulau
Jawa. Berbagai wilayah di daerah ini antara lain Serang, Citayam, Cibadak, Cibinong,
Sukabumi, Cirebon, Gombong, Pacitan, Trenggalek, Tulungagug, Ponorogo, ngawi,
Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Nganjuk, Jember, Bondowoso,Banyuwangi, Pamekasan,
Sumenep dan Gresik. Bahkan di wilayah provinsi Jawa Timur sendiri, potensi yang saat ini
masih tersedia adalah sebesar 1.259.438.298 M.

Selanjutnya di wilayah Kalimantan, potensi batuan gamping atau batuan kapur


ini yang terbesar adalah di provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Terdapat pula
di Sulawesi (Tonasa), Sulawesi Tenggara (Donggala), dan Nusa Tenggara Timur (Kupang).
B. Pulau Sumatra
Wilayah sumatra memiliki suatu zona patahan yang begitu besar yaitu patahan
Semangko, tetapi di zona patahan tersebut banyak ditemukanya batuan sedimen karbonat
berupa batugamping. Litologi batuan yang terbentuk pada daerah kelurusan Mega-fault di
sumatra dengan radius 10-20 km dari zona patahan tersebut terdapat sediment karbonatan
berupa batugamping dengan fragmen-fragmen terdiri dari lithifikasi organsime yang
didominasi oleh Filum Protista, filum Molusca, filum Ostcoda dan filum Enchinodermata
(Sumber ; A.J Barbet et al,Sumatra. 2005).

Pengaruh dari terbentuk batuan karbonat di sekitar zona Mega-fault ini yang
dimana sebelum adanya penjajaran pengunungan Bukit barisan merupakan lingkungan laut
dangkal yang memungkinkan terbentuknya batuan karbonat. Batuan karbonat saat melakukan
pengukuran umur terbentuk pada umut Pra-Tersier hingga Tersier.

Oleh karena pada bagian zona Megafault Sumatra banyak ditemukan batuan
karbonatan disebabkan pada umur Carboniferous kelimpahan kehidupan organisme begitu
banyak dengan komposisi karbon yang tinggi sehingga mendukung terbentuknya batuan
karbonat yang melimpah. Penyebaran batuan karbontan di wilayah pulau sumatra dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantara faktor tektonik yang dimana bagian backarc dari pulau sumatra
berupakan bagian dari laut dangkal laut terangkat dan membentuk suatu penjajaran penyebaran
batuan karbontan yang berada di zona Megafault.

Pola distribusi dari batuan karbontan dibedakan menjadi 3 bagian yaitu,


distribusi batuan karbontan bagian Utara, bagian Tengah dan bagian Selatan. Komposisi fosil
yang dominan ditemukan berupa fosil dari jenis coral, foraminifera, moluscka dan alga yang
berumur dari umur carboniferus hingga triassic yang menjadi basement pulau sumatra.
Korelasi umur litologi batuan di pulau Sumtara bagian Utara
Korelasi umur litologi batuan di pulau Sumtara bagian Tengah

Korelasi umur litologi batuan di pulau Sumtara bagian Selatan


Peta Geologi Pulau Sumatra

C. Pulau Jawa
Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur
geologi dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang
teratur. Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin,
pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda
dari waktu ke waktu.
1. Jawa Barat
Keberadaan batuan gamping di wilayah Jawa Barat disebabkan karena adanya
mandala sedimentasi. Didasarkan pada mayoritas ciri sedimen, Soedjono (1984) membagi
daerah Jabar menjadi 3 mandala sedimentasi, yaitu mandala paparan kontinen yang terletak
di utara, diikuti oleh Mandala Cekungan Bogor di bagian tengah, dan ke arah barat terdapat
mandala Banten.

Mandala paparan kontinen bertepatan dengan zona stratigrafi dataran pantai


utaranya Van Bemmelen. Dicirikan oleh pola pengendapan paparan, umumnya terdiri dari
endapan gamping, lempung dan pasir kwarsa serta lingkungan pengendapannya dangkal.
Kedalamannya mencapai lebih dari 5000m. Mandala Cekungan Bogor meliputi beberapa zona
fisiografi Van Bemmelem (1949), yakni Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan
Selatan. Mandala sedimentasi ini dicirikan oleh endapan aliran gravitasi yang sebagian
besar terdiri dari fragmen batuan beku dan sedimen, seperti andesit, tufa dan gamping.
Ketebalannya mencapai 7000m. Mandala sedimentasi Banten mempunyai ciri-ciri yang
serupa dengan Mandala Bogor dan Paparan Kontinen.

2. Jawa Tengah
Pola struktur di jawa tengah memperlihatkan adanya 3 arah utama yaitu
baratlaut-tenggara, timurlaut-barat daya, timur-barat. Di daerah loh ulo dimana batuan pra-
terser dan tersier tersingkap dapat dibedakan menjadi 2 pola struktur utama yaitu arah
timurlaut-baratdaya, dan barat-timur. Hubungan antar satu batuan dengan yang lainnya
mempunyai lingkungan dan ganesa pembentukan yang berbeda yang terdapat didalam
mlange.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pola yang arah timurlaut-
baratdaya yang sangat dominan didaerah ini. Data gaya berat dari untung dan sato 1979,
sepanjang penampang utara-selatan melalui bagian tengah jawa tengah dan dilengkapi dengan
data geologi permukaan memperlihatkan perbedaan yang sangat mencolok pada urut-urutan
lapisan miosen antara bagian utara dan bagian selatan jawa tengah.

Bagian utara jawa tengah urut-urutan lapisan miosen sebagian besar terdiri dari
endapan laut dalam yang berupa kipas-kipas turbidit. Jenis endapan tersebut menyebar sampai
hampir dekat cilacap. Tetapi keselatannya stratigrafinya berubah dan didominasi oleh endapan
laut dangkal dengan lingkungan yang tenang seperti batu pasir dan batugamping.
3. Jawa Timur
Indentasi Jawa Timur, seperti halnya indentasi Jawa Tengah, dicirikan oleh
hilangnya Pegunungan Selatan Jawa dan hadirnya depresi. Depresi ini kini diduduki kota
Lumajang dan merupakan wilayah pengaliran sungai-sungai yang berasal dari kedua dataran
tinggi di sebelah barat dan timur depresi. Kehadiran Pulau Nusa Barung tepat di tengah
indentasi selatan ini sangat menarik, posisinya sama dengan Tinggian Karangbolong pada
sistem indentasi Jawa Tengah, lebih-lebih lagi pulau ini pun disusun oleh batu gamping Miosen
yang ekivalen dengan batu gamping di Karangbolong. Batuan pra-tersier tidak tersingkap di
daerah Jawa Timur. Bagian tengahnya ditempati oleh jalur volkanik kwarter.
D. Pulau Nusa Tenggara
Kondisi fisik Nusa Tenggara sangat berbeda dengan kawasan lainnya di
Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu karang yang
tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia, dan tidak memiliki pulau besar, seperti
Jawa dan Sumatera. Asal-usul kepulauan ini dan proses-proses yang dialami dalam
pembentukan pulau-pulau yang sampai sekarang masih terjadi sangat mempengaruhi posisi,
ukuran, dan bentuk pulau. Batugamping dan konglomerat dari gunungapi2 tua terangkat
membentuk tebing pantai, misalnya di dekat Kuta dan Blongas di Lombok selatan (bandingkan
dengan pantai Uluwatu, Bali selatan).
E. Pulau Kalimantan
Sebaran batu gamping di Pulau Kalimantan banyak ditemukan pada formasi-
formasi geologi tertentu di Kalimantan yang dominan menyebar pada bagian Timur Pulau
Kalimantan. Sebaran formasi geologi yang ditemukan adanya batu gamping di Kalimantan
mencapai 6.928.824,52 ha, dari jumlah tersebut sebagian besar telah teridentifikasi mengalami
proses pelarutan yang ditandai dengan ditemukannya sistem gua pada daerah-daerah tertentu
dan morfologi karst yang mecapai 5.553.346,85 Ha, sedangkan formasi geologi dengan batu
gamping yang belum teridentifikasi mengalami proses pelarutan seluas 1.375.477,67 Ha.

F. Pulau Sulawesi
Terjadinya Sulawesi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur dan
Sulawesi bagian Barat). Perbedaan geomorfologi kedua pulau yang bertabrakan secara dahsyat
itu menciptakan topografi yang bergulung gulung, di mana satu barisan gunung segera diikuti
barisan gunung lain, yang tiba-tiba dipotong secara hampir tegak lurus oleh barisan gunung
lain. Sederhananya, Sulawesi adalah pulau gunung, lembah, dan danau, sementara dataran yang
subur, umumnya terdapat di sekeliling danau-danau yang bertaburan di keempat lengan pulau
Sulawesi.
Geomorfologi yang khas ini menyebabkan pinggang Sulawesi Tana Luwu dan
Tana Toraja di provinsi Sulawesi Selatan, bagian selatan Kabupaten Morowali, Poso, dan
Donggala di provinsi Sulawesi Tengah, dan bagian pegunungan provinsi Sulawesi Barat sangat
kaya dengan berbagai jenis bahan galian. Batubara terdapat di sekitar Enrekang, Makale, dan
Sungai Karama. Sulawesi Barat sebelah utara, terdapat tambang batubara dan banyak jenis
logam tersebar di berbagai pelosok Sulawesi. Tembaga dan nikel terdapat di sekitar Danau-
Danau Matano, Mahalona dan Towuti. Bijih besi bercampur nikel, yang diduga berasal dari
meteor, memungkinkan lahirnya pandai besi di lembah-lembah Rampi, Seko dan Rompong di
hulu Sungai Kalaena (Luwu Utara) dan di Ussu, dekat Malili (Luwu Timur).

G. Pulau Maluku
Satuan morfologi terbagi ke dalam dua satuan morfologi, yakni : daerah
perbukitan rendah bergelombang dan pegunungan. Daerah perbukitan rendah bergelombang
menempati paling luas di bagian timur dan tengah lengan selatan Halmahera dengan ketinggian
mencapai 500 m, tersusun dari batuan sedimen berumur Neogen. Sungai umumnya berpola
sejajar dan bermuara di Laut Halmahera. Meander dijumpai di beberapa sungai besar seperti
S. Akalemo, S. Wali, S. Besui, dan S. Sawat. Daerah pegunungan terdapat di P. Bacan dan
bagian barat lengan selatan Halmahera dengan ketinggian berkisar dari 600 m hingga 2.000 m.
dengan G. Sibela sebagai puncak tertinggi. Daerah pegunungan tersusun dari batuan gunungapi
dan metamorf. Terdiri dari batugamping terumbu dan breksi gunungapi, banyak terdapat fosil,
berumur Pliosen Tengah.
H. Pulau Papua
Peristiwa tektonik penting yang melibatkan Papua adalah OrogenesaMelanesia
yang berawal dipertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia
dengan Lempeng Pasifik.Hal ini mengakibatkandeformasi dan pengangkatan kuat batuan
sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping
New Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang
komplek dengan kemiringan ke arah utara,sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat
ataurebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan Orogenesa Melanesia inidiperkirakan
mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah.

Pada bagian belakang busur Lempeng kontinental Australia terjadi pemekaran


yang mengontrol proses sedimentasi dari Kelompok Batugamping New Guinea selama
Oligosen Awal Miosen dan pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus.
Jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT) merupakan jalur sesar sungkup yang berarah
timur-barat dengan panjang 100 km, menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya.
Batuannnya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasikan sangat kuat. Sesar sungkup telah
menyeret batuan alas yang berumur perm, batuan penutup berumur mesozoikum dan batuan
sedimen laut dangkal yang berumur tersier awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok
batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping new
guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.
Peta Geologi Papua
I. Periode dari Pergerakan Orogenesa Batuan Gamping di Indonesia

Geological Age Location Remarks


sekis, fisit, kuarsit dan andesit, andesit, kaolin,
Cenozoic Miosen Pakan Badaeue
pasir kuarsa, batugamping, sirtu, dan lempung
Cenozoic Miosen Lhok Nga batu Gamping, granit, sirtu
Cenozoic Miosen Indrapuri batu Gamping, serpentinit
Cenozoic Miosen Tapak Tuan batu sabak, batu gamping, limestone
Cenozoic Eosen - Oligosen Bahorok, Langkat batuan greywacke, kuarsit
batu lempung, batu pasir, batu lanau, serpih,
Cenozoic oligosen - holosen Penen, Deli Serdang
andesit, diorit
Cenozoic oligosen - holosen Parapat, Simalungun Batu Pasir, Batu Konglomerat, Batu serpih
Cenozoic Karbon - Pleistosen Balige, Tapanuli Utara batupasir, batulanau dan perselingan antara napal dan batupasir.
Cenozoic Miosen Bancah Lawas, Padang Panjang batu gamping, konglomerat
Cenozoic Pliosen - Miosen Karang Putih, Indarung batu gamping, batu lempung
Cenozoic Eosen - Miosen Singkarak, Tanah Datar Limestone, Konglomerat, Shale, Sandstone, Quartz
Cenozoic Pliosen - Miosen Kolok, Sijunjung Batu Gamping, Shale, batu lempung

Geological Age Name Remarks


Cenozoic Miosen Mio Palimanan Lapisan Batu gamping yang disisipi oleh
Pliosen lempung. Lapisan batu gamping paling tebal
sebesar 160 m.
Cenozoic Oligosen - Taranju, Sukaraja, Cibalong, Terdiri dari batu pasir,tufan, batu gamping,
Holosen Cijulang, Padaherang, kalkarinit, lempung, dan napal.
Pangandaran, Kalipuncang, dan Penyebarannya mulai dari perbukitan rendah,
Ciamis pebukitan sepanjang pantai, dan aliran Sungai

Cenozoic Miosen Tengah Nusakambangan, Cilacap Terdiri dari batupasir, kalkarenit, napal, tuf,
Pliosen Awal batulempung dan batugamping.
Cenozoic Oligosen Batugamping terumbu, batugamping
Miosen Awal Karangbolong, Kebumem bioklastik dan sisipan batugamping pasiran

Cenozoic Miosen Pamotan, Rembang Terdiri dari batulempung, batugamping


pasiran, batupasir dan lignit. Diendapkan
pada laut dangkal.
Cenozoic Eosen Tengah Pg. Kidul, Wonogiri Berupa batupasir berlapis baik, batulanau,
Miosen Awal batulempung, serpih, tuf dan aglomerat.
Batugamping berlapis dan batugamping
terumbu.
Cenozoic Eosen Tengah - Nanggulan dan Wonosari Formasi ini terdiri-dari napal dan
Oligosen batugamping berselingan dengan batupasir
dan serpih. Tipe endapan laut dangkal
Cenozoic Pliosen - Holosen Merakurak, Tuban Pada umumnya batugamping ini berongga-
rongga dan banyak didapatkan retakan-
retakan yang telah terisi oleh kalsit.
Batugamping ini meruapakan 80 % dari
seluruh cadangan batugamping.
Cenozoic Miosen Awal - Socah Timur, Labang, dan Terdiri dari batulempung, napal dan
Plistosen Kamal, Bangkalan batugamping terumbu dan batugamping
dolomitan
Cenozoic Miosen Tengah - Bt.Butok, Bebulu Darat dan Batulempung pasiran, batupasir kuarsa,
Pliosen Labangka, Pasir batulanau sisipan batubara, napal,
batugamping dan lignit. Diendapkan dalam
lingkungan litoral-laut dangkal. Lapisan
paling tebal mencapai 900m
Mesozoic Cretaceous Akhir Padangbatung dan Terdiri atas perlingan konglomerat, batupasir
Cenozoic - Plistosen Kandanganung, Hulu Sungai wacke dan batulanau, bersisipan
Selatan batugamping, breksi, batulempung,
konglomerat dan basal. Ada formasi yang
bersisipan dengan batubara. Terbentuk pada
lingkungan laut dangkal.
Cenozoic Oligosen Akhir - Praya dan Sengkol, Lombok Tersusun oleh batuan Gunungapi dengan
Holosen Tengah lensa Batugamping mengandung biji sulfida
dan urat kuarsa
Cenozoic Miosen Awal - Babatan, Lamongan Tersusun atas batu gamping, dolomitan, dan
Holosen batu lanau. Diendapkan di lingkungan Neritik
dan daratan.

Geological Age Name Remarks

Batugamping dan batupasir gampingan serta


Cenozoic Miosen Awal Plampang, Sumbawa
rombakan batuan gunungapi gampingan

Cenozoic Miosen Tengah Tente dan Sepe, Bima Batugamping tufaan, batupasir kuarsa, tufa
dan konglomerat
Eosen awal
Batugamping koral pejal dan batugamping
Cenozoic sampai miosen Tonassa, Pangkep
bioklastika dan kalkarenit
tengah
Cenozoic Batugamping, napal, bersisipan serpih dan
Miosen Toili, Banggai
batu pasir
Eosen akhir
Cenozoic sampai miosen Metaromben, Kendari Kalsilutit dan batugamping oolit
awal
Cenozoic Miosen P. Muna dan P. Buton Serpih, napal, lanau dan batupasir
Cenozoic Miosen Daruba, P. Buton Batugamping terumbu
Cenozoic Paliosen eosin Wasile, Halmahera Batupasir serpih merah
Cenozoic Oligosen - Awal
P. Biak Batulempung dan batupasir
Miosen
Cenozoic Pliosen Abe Pantai, Jayapura Dolomit dan Kalsit
Cenozoic Plistosen Kupang batugamping koral, batu gamping terumbu.

Geological Age Name keterangan

PALEOZOIC Permo-Carbon Silungkang Batuan Vulkanik batugamping koral,andesittik, basaltik, tufa

Oligosen-
Kampar Kiri
Miosen Konglomerat dan Batu pasir kasar
Oligocene-
Sungai mahat, Bangko
Miosen Batu Gamping , Batu pasir

Pleistosen Sungai Penuh, Kerinci Batuan sedimen


Oligosen- Lebong Utara dan muara
Pleistosen air kasam, Rj Lebong Batu Gamping , Batu pasir

Oligosen awal Lubuk durian, Bengkulu Batuan volkanik yang termasuk dalam satuan batuan
- Tengah Utara gunungapi andesit basalt.

Muara Dua dan Pedagan, Terdiri dari konglemerat, tufa, breksi vulkanik andesitik,
Oligosen
Lahat endapan lahar, aliran lava dan batupasir kuarsa.

CAINOZOIC Miosen Terdiri dari batugamping terumbu, kalkarenit dengan sisipan


Batu raja, komering Ulu serpih gampingan dan batupasir gampingan, merupakan fasies
Tengah
terumbu neritik

Pematang Emas,
Paleogen
Lampung Selatan Batuan metamorf (sekis, genes, filit, kuarsit)

Neogen Rangkas Bitung, Lebak sedimen tua yang terintrusi oleh batuan beku dalam seperti
batuan beku, granit, granodiorit, diorit dan andesit.
Oligosen Cibodas dan Cibinong, Batu pasir kuarsa, perselingan konglomerat dengan batuan
Tengah Bogor lempung dan sisipan tipis batubara

batupasir kuarsa, konglomerat, batulempung karbonan, lignit


Oligosen - Jampang Tengah dan
dan lapisan arang tipis-tipis yang diendapkan pada lingkungan
Miosen Cibadak, Sukabumi
fluvial-deltaik.

Quarter Pangkalan, Karawang Terdiri dari konglemerat, tufa, dan batu pasir

Anda mungkin juga menyukai