Masalah Gizi Kasus 8
Masalah Gizi Kasus 8
Masalah Gizi Kasus 8
KANKER
Disusun oleh:
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
BAB I
SKRINING DAN DATA UMUM
A. Identitas pasien
Nama : Ny A
Usia : 48 tahun
Berat badan : 29 kg
BBI : 26,9 kg
B. Gambaran kasus
Ny A (48 tahun) merupakan ibu RT didiagnosis tumor usus 3 tahun yang lalu
dan telah dilakukan operasi kolostomi 6 bulan yang lalu. Pasien disarankan
kemoterapi sebanyak 6 kali. Pasien masuk ke RS untuk menjalani kemoterapi siklus
ke 2 sebanyak 5 hari. Pasien juga sering mengeluh nyeri pada bagian perut, lemas,
dan kurang nafsu makan, dan didiagnosis Adeno Ca Recti. Pasien tidak memiliki
riwayat penyerta lain.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb 12,8 g/dL, hematokrit 37%,
Eritrosit 4,52 juta/L, Leukosit 9300/mm3, trombosit 540.000/mm3, MCV 81,4 fL,
MCH 28,3 pg, MCHC 34,8%. Secara fisik pasien terlihat kurus. Selain itu
pemeriksaan klinis didapat tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 72 kali/menit, laju
pernapasan 20 kali/menit, suhu 36oC. Pasien memiliki BB 3 bulan yll sebesar 60 kg,
dan saat ini sebesar 29 kg. TL 38,93 cm. LLA 14,5 cm. Di RS pasien mendapat obat
ranitidin, metaclopramid, paracetamol, dan infus NaCl 0,9%.
C. Skrining Gizi
Skrining gizi dilakukan pada tanggal 20 April 2017 dengan menggunakan
formulir skrining gizi Malnutrition Screening Tool ( MST )
Keterangan :
Pasien tergolong malnutrisis risiko tinggi, segera konsultasikan ke Ahli Gizi
udah dibaca dan diketahui oleh tenaga gizi Ya
Tidak
BAB II
PENGKAJIAN GIZI
PD 1.1.1 Kurus
Overall Lemas
appearance
PD 1.1.5 Nyeri perut
Digestive Nafsu makan
System kurang
PD 1.1.9 Tekanan 110/60 Rendah
Vital Sign
Darah mmHg
60-100x/menit Normal
Nadi 72x/menit
14-20x/menit Normal
RR 20x/menit
36,5-37,7oC Rendah
Suhu 36oC
Keterangan : pasien penurunan nafsu makan dan badan kurus, hipotensi dan
hipotermi
Kebiasaan makan pasien SMRS yaitu makan teratur 3 kali sehari dengan makanan
lengkap seperti nasi 75-100 g, sayur, hewani, dan nabati dalam 1 kali makan.
Berdasarkan hasil wawancara pasien mengkonsumsi nasi 1x/hari, roti 1-2x/hari
sebanyak 3 lembar, lauk hewani 1 potong sedang (daging sapi/ikan) 2x/hari, lauk
nabati 1 potong sedang (tahu/tempe) 1x/hari, sayuran 1 mangkuk kecil 2x/hari
(kangkung, bayam, sayur sop), susu kental manis 1-2 gelas/hari, minyak, dan gula.
Namun kebiasaan ini berubah sejak pasien masuk RS. Pasien mengalami
penurunan nafsu makan sejak 10 hari yang lalu sehingga asupan makanan juga
menurun. Setiap melihat makanan yang disajikan sudah merasa kenyang sehingga
dalam sehari hanya mampu menghabiskan porsi nasi, satu potong lauk hewani
ayam bacem, mangkok sayuran, minyak, dan segelas susu. Pasien tidak terlalu
menyukai lauk nabati. Pasien juga mengkonsumsi buah 2x setiap harinya. Pasien
tidak memiliki pantangan terhadap makanan dan menyukai semua makanan tapi
memiliki alergi terhadap udang.
2. Kuantitatif
Kalimat PES
1. Inadequate Energy intake berkaitan Penurunan asupan makan ditandai dengan
mengasup 28,4 % dari total kebutuhan energi RS dan 85% dari total kebutuhan energi
SMRS
2. Inadequate oral intake berkaitan dengan Nyeri perut di tandai dengan Makanan yang
Makanan yang masuk porsi nasi, satu potong lauk hewani ayam bacem,
mangkok sayuran, minyak, dan segelas susu.
6. Unintended weight Loss berkaitan Adeno Ca Recti dan malnutrisi ditandai dengan BB
turun 51 kg dalam 3 bulan
BAB IV
INTERVENSI GIZI
1. Perencanaan Intervensi
3. Preskripsi Diet
2) Jangka Panjang
a) Mengurangi keparahan kanker
- Mengurangi keparahan kanker dengan pemberian asupan secara
teratur dengan pemenuhan kebutuhan energi, mikro dan makro
untuk mencukupi kebutuhan dan metabolisme pasien. Pemberian
makan bertahap dengan modifikasi bentuk dan frekuensi
pemberian makan supaya kebutuhan tetap dapat terpenuhi yang
disesuikan dengan terapi yang dijalani oleh pasien.
b) Mengurangi dan mencegah komplikasi
- Pemberian diit disesuaikan dengan kondisi pasien dengan
mencukupi seluruh kebutuhan, baik energi, makro dan mikro.
Terapi diet dilakukan untuk menjaga kebutuhan gizi pasien tetap
terpenuhi. Hal ini dilakukan untuk mengutangi dan mecegah
komplikasi yang terjadi dan supaya pasien memiliki tenaga untuk
kesehariannya.
b. Edukasi Gizi
Edukasi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan seputar gizi, dan
kesehatan seperti pentingnya gizi seimbang, penjelasan tentang masalah yang
dialami pasien, interaksi obat dan makanan, dan aktifitas fisik yang dianjurkan
bagi pasien dan keluarga. Edukasi mengenai interaksi makanan dan obat bagi
pasien diharapkan pasien dan keluarga mengetahui bagaimana seharusnya
dalam mengkonsumsi obat dan makanan yang benar. Pengetahuan tentang
efek dari kanker usus dan konsumsi apasaja yang diperbolehkan dan dihindari.
Edukasi aktifitas fisik diberikan untuk setelah pasien keluar dari rumah sakit
dengan tetap melakukan aktifitas ringan sehari-hari. Selain itu, edukasi
pemenuhan makanan sesuai kebutuhan juga diberikan dan pemilihan menu
makanan yang sehat yang baik bagi tubuh.
c. Konseling Gizi
Konseling gizi dilakukan kepada pasien dan keluarga. Konseling gizi
ini menutikberatkan pada penyediaan kebutuhan asupan pasien yang
diperbolehkan dan dihindari. Konselor mendengarkan apasaja keluhan yang
dirasakan oleh pasien dan memberikan solusi dari keluhan yang diderita
pasien. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga serta memberikan
dukungan atas kesembuhan pasien. Memberikan dukungan kepada keluarga
untuk terus mendukung kesembuhan pasien. Konselor memberikan
pengarahan mengenai terapi diet bagi pasien yang baik bagi pasien dan di
akhir proses konseling pasien akan diberikan leaflet tentang gizi seimbang,
penyakit yang sedang dialami pasien, ataupun daftar bahan makanan penukar
agar pasien dapat mengingat intrevensi apa yang telah diberikan. Pada akhir
konseling melakukan komitmen dengan pasien dan keluarga untuk tetap
menjalankan asupan yang dianjurkan dan aktifitas fisik guna menunjang
kesembuhan pasien.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI GIZI
Kanker kolorektal (KKR) merupakan keganasan ketiga terbanyak setelah kanker paru
dan kanker payudara, serta menjadi penyebab kematian keempat terbanyak di dunia.2
Diperkirakan terdapat 1.233.000 kasus KKR baru/tahun dengan angka mortalitas mencapai
608.000 kasus. Di Indonesia tidak terdapat angka insidens dan mortalitas KKR, sebagian
besar penderita datang dalam stadium lanjut, sehingga angka harapan hidupnya rendah.1
Kanker kolorektal (colo-rectal carcinoma) atau disebut juga kanker usus besar adalah
kanker yang terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh pada lapisan kolon atau rektum.
Umumnya, kanker kolorektal jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun dan resiko terjadinya
kanker kolorektal akan meningkat pada usia 50 tahun. Kanker kolorektal biasanya
berkembang perlahan-lahan selama 10 sampai 15 tahun. Gejala adanya tumor pada kolon
biasanya ditandai dengan adanya polip yang memiliki resiko kanker. Sekitar 96% penyebab
kanker kolorektal adalah adenocarcinomas yang berkembang dari jaringan kelenjar.2
Terdapat beberapa faktor pemicu KKR; secara garis besar dapat dibagi dua, yakni
faktor yang tidak dapat dimodifi kasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak
dapat dimodifi kasi adalah riwayat KKR atau polip adenoma baik individual maupun
keluarga, dan riwayat individual penyakit kronis infl amatorik usus. Faktor risiko yang dapat
dimodifi kasi adalah kurangnya aktivitas fisik yang menyebabkan obesitas, konsumsi tinggi
daging merah, diet rendah serat, merokok, konsumsi alkohol, dan diabetes.1,3
Ny A mengalami Adeno Ca Recti yang didiagnosis dokter, 3 tahun lalu didiagnosis
kanker usus dan menjalani operasai kolostomi 6 bulan lalu. Pasien masuk ke RS untuk
menjalani kemoterapi siklus ke 2 sebanyak 5 hari. Pasien juga sering mengeluh nyeri pada
bagian perut, lemas, dan kurang nafsu makan. Status gizi Ny A tergolong kurang dengan IMT
13,9 kg/m2 saat ini, berisiko malnutrisi karena mengalami penurunan nafsu makan dan
penurunan BB hingga 31 kg selama 3 bulan. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium pasien
hematocrit, hemoglobin, eritrosit dan trombosit pasien tidak normal. Assessment pasien
mengasup makanan makro dan mikro semuanya kurang. Pasien mengalami penurunan nafsu
setelah masuk rumah sakit.
Diagnosis gizi yang diberikan menitikberakan pada asupan dan klisnis. Asupan oral
inadequate, asupan energi inadequate, malnutrisi, gangguan fungsi GI, penurunan BB tidak
direncanakan dan perubahan data laboratorium. Diagnosis ini berhubungan dengan intervensi
yang akan diberikan kepada pasien. Pemberian intervensi disesuaikan dengan kondisi sirosis
hati pasien. Intervensi yang diberikan mulai dari perencanaan diet dengan menggunakaan
NGT bila tidak dapat mengasup secara oral, edukasi dan konseling gizi. Monitoring dan
evaluasi dilakukan berdasarkan intervensi yang dilakukan dengan domain asupan,
anthropometri, laboratorium, data fisik dan tentang pengetahuan terkait gizi terdasarkan
sesuai dengan target pencapaian.
DAFTAR PUSTAKA
a. Tinggi Badan
TB = 84,88 0,24 (U) + 1,83 (TL)
= 84,88 (0,24 x 48) + (1,83 x 38,93)
= 144,6 cm
b. Perhitungan IMT
IMT = BB/(TB)2
= 29/ (1,446)2
= 13,9 kg/m2
c. Perhitungan BBI
BBI = TB 100 (10% (TB-100))
= 141 100 (10% (41))
= 41 4,1
= 36,9 kg
d. Perhitungan Kebutuhan Energi SMRS
BMR = 655 + (9,6xBB) + (1,8xTB) (4,7 x U)
= 655 + (9,6x36,9) + (1,8x144,6) (4,7x48)
= 1043,9 kkal
Total = BMR x AF x FS
= 1043,9 x 1,4 x 1,2
= 1753,8 kkal