Kultur Mikrostek
Kultur Mikrostek
Kultur Mikrostek
batang muda atau pucuk tanaman yang dibudidayakan secara steril (Sriyanti, 2000).
Salah satu yang krusial dari teknik mikrostek adalah mengetahui konsentrasi sukrosa yang optimal
sebagai sumber karbon stek. Sukrosa sebagai sumber energi jaringan stek, dapat diberikan ke dalam
media Murashige dan Skoog (MS) sebanyak 2-4% atau 20-40 gram per liter media (George dan
Sherrington, 1984)
Dipilihnya gula sukrosa sebagai suplemen jaringan stek dan bukan gula heksosa lain seperti glukosa,
dikarenakan larutan sukrosa dapat diserap secara langsung oleh jaringan stek dan dialirkan melalui
pembuluh xilem ke daun. Apabila dibunakan glukosa, maka diperlukan proses glikolisis lebih dahulu
untuk dapat menghasilkan sukrosa dengan energi UTP dari kloroplas.
Adanya sumber energi dan tersedianya senyawa-senyawa lain dalam garam-garam penyusun
medium MS, diharapkan dapat merangsang inisiasi dan perkembangan tunas mikrostek. Salah satu
senyawa kimia penting yang ditambahkan ke dalam medium adalah zat pengatur tumbuh. Hormon
auksin dan sitokinin yang berimbang dapat merangsang pembentukan dan perkembangan tunas
(Hendaryono dan Wijayani, 1994). Hormon auksin berperan dalam mengaktifkan enzim-enzim yang
non aktif serta memperlancar proses sintesis DNA dalam sel. Sedangkan hormon sitokinin akan
mempercepat berlangsungnya sintesis RNA membentuk protein. Garam-garam yang ditambahkan
antara lain garam magnesium, berperan dalam pembentukan kloroplas dan mempergiat proses
fotosintesa pada helaian daun. Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh
banyak faktor yang sangat kompleks. Namun faktor utama yang perlu dikaji lebih lanjut adalah
ketersediaan sumber energi bagi jaringan mikrostek yang ditambahkan ke dalam medium tanam
(Sriyanti, 2000).
Sriyanti, Daisy P. 2000. Pelestarian Tanaman Nilam (Pogostemon heyneanus Benth.) melalui Kultur
Mikrostek. Jurnal BioSMART, Vol. 2, No. 2, hlm. 21-25