Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

KTI Maya-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 88

KARYA TULIS ILMIAH

FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR ANTISEPTIK EKSTRAK


DAUN KEMANGI
(Ocimum basillicum L.)

OLEH :

MAYA WULANDARI
F.11.064

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
KENDARI
2014
FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR ANTISEPTIK
EKSTRAK DAUN KEMANGI
(Ocimum basillicum L.)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
pada program studi D-III Farmasi
Akademi Farmasi Bina Husada Kendari

OLEH :

MAYA WULANDARI
F.11.064

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
KENDARI
2014
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui Karya Tulis Ilmiah

saya, dengan judul :

FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR ANTISEPTIK EKSTRAK


DAUN KEMANGI
(Ocimum basillicum L.)

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu

Digital Library Perpustakaan Akademi Farmasi Bina Husada Kendari untuk

kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Kendari, 1 Agustus 2014

Maya Wulandari
F.11.064
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH

Judul KTI : Formulasi Sediaan Sabun Cair Antiseptik Ekstrak Daun Kemangi

(Ocimum basillicum L.)

Nama : Maya Wulandari

NIM : F.11.064

Menyetujui :

Hasnawati., S.Si., M.Sc Karmila., S.Farm


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui :

Direktur
Akademi Farmasi Bina Husada Kendari

Dra. Francisca Pandean., Apt


HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ini telah dipertahankan dalam ujian Karya Tulis Ilmiah di hadapan Tim
Penguji pada tanggal 20Agustus 2014 sesuai dengan SK Direktur Akademi Farmasi
Bina Husada Kendari No. 439/AKFAR-BINHUS/VIII/2014.

Tim Penguji

1. Hasnawati, S.Si., M.Sc (.)

2. Karmilah, S.Farm., M.Si (.)

3. Musdalipah, S.Farm., MPH., Apt (.)

4. Dra. Hj. Hasnah Nur, MPH., Apt (.)

5. Muh. Azdar Setiawan, S.Farm., MM., Apt (.)

Mengetahui :

Direktur
Akademi Farmasi Bina Husada Kendari

Dra. Francisca Pandean, Apt.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

rahmat dan karuniah-Nya, sehingga penulisan Karya tulis ilmiah (KTI) ini dapat

terselesaikan sesuai dengan harapan. Berbagai kesulitan dan hambatan dialami dalam

penulisan ini, namun atas dorongan dan kemauan yang keras terutama adanya

bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan Karya tulis ilmiah ini dapat

diselesaikan pada waktunya.

Sembah sujud ku persembahkan untuk kedua orang tuaku Bapak Hakim dan

Ibu Sitti Aisyah terimakasih yang setulusnya atas Doa, perhatian, bantuan materi

serta dorongan moril yang tak henti-hentinya sehingga Karya tulis ilmiah ini dapat

terselesaikan. Dan tak lupa juga kepada Kakak-kakaku Firmansyah Hakim, Erma

Santi S.com dan Rismal Hakim yang serta seluruh keluarga atas dukungan dan

perhatiannya selama ini.

Serta dengan selesainya Karya tulis ilmiah ini, penulis mengucapkan terima

kasih dan penghormatan kepada Ibu Hasnawati.,S.Si.,M.Sc sebagai pembimbing I

dan Ibu Karmilah., S.Farm., M.Si sebagai pembimbing II yang telah banyak

memberikan pengarahan dan keikhlasannya dalam penyusunan Karya tulis ilmiah

ini. Melalui kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H.K. Ones Balaka, SKM selaku Ketua Yayasan Bina Husada Kendari.

2. Ibu Dra. Francisca Pandean, Apt selaku Direktur Akademi Farmasi Bina Husada

Kendari.s

3. Ibu Hasnawati., S.Si., M.Sc selaku Ketua Program Studi Diploma III Farmasi

Akademi Farmasi Bina Husada Kendari.

4. Sahabat-sahabatku NCC Efa Kelya Nasrun, Dita Safitri Abdullah, Evita

Wijayanti, Sardianti Haidir, Risnawati, Mellyni, Ibrahim, Haidir, Bara.

5. Sahabat-sahabatku Niar Genda, Nina Asrina, Masnawati, Nefi dan Nurul Hikma

Ruslan, La Ode Izzatil Haqqa, Musafir Sam dan Ryan Vikarnus.

6. Pimpinan dan seluruh staf Laboratorium Teknologi Farmasi Bina Husada

Kendari khususnya Kak Faichal Benny, Kak Saddam dan Kak Asrawal

7. Teman-teman Akademi Farmasi Bina Husada Kendari angkatan 2011 senasib

dan seperjuangan.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat

banyak kekeliruan dan kesalahan yang disebabkan oleh keterbatasan dari segi

pengetahuan, tenaga maupun materi. Oleh karena itu pendapat, saran dan kritik

sangat diharapkan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Kendari, 1 Agustus 2014

Penulis
INTISARI

MAYA WULANDARI (F.11.064) Formulasi Sediaan Sabun Cair Antiseptik


Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basillicum L.) dibawah bimbingan Hasnawati
Sebagai pembimbing I dan Karmilah sebagai pembimbing II.

(57 halaman + 7 gambar + 8 tabel + 3 lampiran)

Sabun mandi cair adalah sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat
dari bahan dasar sabun atau detergen dengan penambahan bahan lain yang diijinkan
dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak daun kemangi (Ocimum basillicum L.)
dapat diformulasikan sebagai sediaan sabun mandi cair dengan 3 variasi formula
dengan perbedaan konsentrasi 10%, 15% dan 20% Sodium Lauril Sulfat sebagai
pembusa.
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen, sampel diekstraksi dengan cara
dimaserasi selama 5 x 24 jam dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak
kemudian dirotary evaporator pada suhu 40OC dengan tekanan 100 atm. Ekstrak
kental yang diperoleh digunakan sebagai zat aktif sediaan sabun mandi cair
antiseptik pada konsentrasi 10%.
Pada hasil penelitian dari formulasi sediaan sabun cair antiseptik
menggunakan ekstrak daun kemangi menunjukkan bahwa sediaan yang cukup stabil,
homogen dan memiliki pH untuk Formula A dengan pH 8, Formula dengan pH 9
dan Formula C dengan pH 9. Dengan perbedaan konsentrasi pada Sodium Lauril
Sulfat dapat mempengaruhi bentuk dari sediaan semakin tinggi konsentrasi pembusa
semakin cair bentuk sediaan. Sediaan dengan konsentrasi Sodium Lauril Sulfat 10%
mempunyai bentuk yang lebih baik daripada konsentrasi 15% dan 20%.

Kata Kunci : Kemangi, Sabun cair, antiseptik.


Daftar Baca : 37 (1979 2014)
ABSTRACT

MAYA WULANDARI (F.11.064) "The formulation of dosage Antiseptic Liquid


Soap of Kemangi Leaves Extract (Ocimum basillicum L.) In guidance by Hasnawati
as first supervisor and Karmilah as second supervisor.

(57 + 7 pictures+ 8 tables + 3 appendix)

Liquid soap is the dosage liquid skin cleanser that made from the basic
ingredients of soap or detergent with the addition of other materials are permitted and
used for bath without causing irritation to the skin. The purpose of this study was to
determine whether the extract of kemangi (Ocimum basillicum L.) can be formulated
as a dosage liquid soap with 3 variations of formulas with different concentrations
were 10%, 15% and 20% sodium lauryl sulfate as a foaming agent.
This study was done as experimentally, the sample was extracted by the
macerated for 5 x 24 hours using 96% ethanol.Then the extract evaporated with
rotary evaporator at a temperature of 40o C with a pressure of 100 atm. Viscous
extract obtained was used as the active substance dosage antiseptic liquid soap at a
concentration of 10%.
The formulation of dosage Antiseptic Liquid Soap of kemangi leaves extract
showed that the dosage are quite stable, homogeneous, potential hydrogen (pH)
range 8-9.The difference in the concentration of sodium lauryl sulfate can affect the
shape of the dosage namely the higher concentration of the foaming then dosage
forms more liquid. Dosage with a concentration of 10% sodium lauryl sulfate has a
better shape than the concentration of 15% and 20%.

Keywords: Kemangi, Liquid Soap, Antiseptic.


Read Register: 37 (1979 - 2014)
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN................................................................ i

HALAMAN JUDUL................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH...................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... vi

KATA PENGANTAR................................................................................ vii

INTISARI.................................................................................................... viii

ABSTRACT................................................................................................ ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah...... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian..... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Kemangi ........ 5


B. Tinjauan Tentang Ekstrak...... 7

C. Tinjauan Tentang Ekstraksi................. 8

D. Tinjauan Tentang Kulit............................ 11

E. Tinjauan Tentang Kosmetik.... 21

F. Tinjauan Tentang Sabun .................................................. 22

G. Tinjauan Tentang Antiseptik........................................ 27


19

H. Formulasi Sabun Cair ....... 31

I. Uraian Bahan 32

J. Alasan Penggunaan Bahan 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian..... 43

B. Waktu dan Tempat Penelitian........ 43

C. Populasi dan Sampel.............................. 43

D. Variabel Penelitian.... 43

E. Definisi Operasional.. 44

F. Kerangka Konseptual................ 44

G. Alat dan Bahan Penelitian. 45

H. Prosedur Penelitian............ 46

I. Uji Kualitas Sabun Cair..... 48

J. Diagram Alir.. 50

K. Analisis Data.. 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil... 52
B. Pembahasan... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan........ 57

B. Saran.. 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Anatomi Kulit........................................................... 11


1.2 Reaksi Penyabunan...................................................................... 24
1.3 Rumus Bangun Propilenglikol..................................................... 32

1.4 Rumus Bangun Metil Paraben............................................. 33


1.5 Rumus Bangun Propil Paraben............................................ 34
1.6 Kerangka Konseptual........................................................... 40
1.7 Diagram Alir................................................................................ 46
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.1 Syarat Mutu Sabun Mandi Cair.... 26
1.2 Master Formula............................................................ 30
1.3 Modifikasi Formula Sabun Cair Antiseptik. 31
1.5 Hasil Uji Stabilitas Sediaan.. 53
1.6 Hasil Uji Homogenitas..................................................................... 54
1.7 Hasil Uji pH...... 55
1.8 Hasil Uji Tinggi Busa... 55
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Perhitungan Bahan

2. Dokumentasi Penelitian

3. Kemasan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terletak di daerah tropis sehingga

kaya akan anekaragam tanaman. Tanaman-tanaman di Indonesia memiliki

potensi sumber daya yang besar termasuk dalam bidang pengobatan (Salimah,

2013).

Pemanfaatan tanaman berkhasiat obat merupakan salah satu upaya dalam

menanggulangi masalah kesehatan (Ramdani, dkk. 2014). Masalah kesehatan

yang sering muncul pada masyarakat salah satunya adalah infeksi. Infeksi

merupakan keadaan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, kemudian

berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Mikrooganisme penyebab infeksi

ini biasa disebabkan diantaranya oleh bakteri, jamur atau virus.

Banyak cara yang digunakan untuk menghambat atau membunuh

mikroorganisme, salah satunya adalah dengan menggunakan antiseptik.

Antiseptik merupakan desinfektan yang digunakan untuk antiseptis (Darmadi,

2008). Antiseptik juga banyak diformulasikan dalam bentuk sediaan kosmetik.

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada

bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital

bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,

mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau

melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Depkes, 2010).


Salah satu bentuk sediaan kosmetik yang sering digunakan adalah

sediaan sabun mandi cair. Sabun mandi cair adalah sediaan pembersih kulit

berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau detergen dengan

penambahan bahan lain yang diijinkan dan digunakan untuk mandi tanpa

menimbulkan iritasi pada kulit (SNI 06-4085, 1996).

Tanaman yang dimanfaatkan secara optimal adalah kemangi. Daun

kemangi (Ocimum basilicum L.) merupakan salah satu tanaman alam yang mudah

diperoleh di Asia seperti di Indonesia. Secara empiris kemangi digunakan untuk

menyembuhkan berbagai macam penyakit, hal ini karena kemangi memiliki

beberapa kandungan kimia yang bermanfaat diantaranya 1,8-sineol berkhasiat

sebagai anestesi, membantu mengatasi ejakulasi dini, antikholinesterase,

perangsang aktivitas saraf pusat, melebarkan pembuluh darah kapiler, penguat

hepar. Anethol yang berkhasiat untuk merangsang hormon estrogen, merangsang

faktor kekebalan tubuh, merangsang ASI. Apigenin berkhasiat untuk mencegah

pengentalan darah, melancarkan sirkulasi, relaksasi otot polos. Arginine

berkhasiat sebagai memperkuat daya tahan hidup sperma, mencegah

kemandulan, menurunkan gula darah, antihepatitis, diuretik. Asam aspartat

berkhasiat untuk analeptik. Sedangkan boron berkhasiat untuk merangsang

keluarnya hormon androgen dan hormon estrogen, serta mencegah pengeroposan

tulang (Suryo, 2010).

Daun kemangi juga memiliki kandungan flavonoid bersifat anti inflamasi

yang dapat mengurangi rasa sakit apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan

pada luka. Selain itu, flavonoid bersifat sebagai antibakteri dan antioksidan yang
dapat meningkatkan kerja sistem imun dan membantu proses penyembuhan luka

(Ramdani dkk, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Maryati, 2007) menunjukkan bahwa

daun kemangi mengandung minyak atsiri yang konsentrasi bunuh minimalnya untuk

bakteri Staphylococcus aureus dan Escherchia coli yaitu 0,5% dan 0,25%.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

ingin melakukan penelitian tentang FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR

ANTISEPTIK EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum basillicum L.)

B. Rumusan Masalah

Apakah ekstrak daun kemangi (Ocimum basillicum L.) dapat

diformulasikan sebagai sabun cair antiseptik ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk membuat sediaan sabun cair antiseptik ekstrak daun kemangi

(Ocimum basillicum L.).

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui hasil uji fisik sediaan sabun cair antiseptik

ekstrak daun kemangi yang meliputi uji organoleptik, uji tinggi busa, uji

homogenitas dan uji pH.


D. Manfaat Penelitian

1. Dapat membuat formulasi sediaan sabun cair yang memenuhi standar

evaluasi fisik sediaan.

2. Dapat menjadi bahan informasi kepada masyarakat dalam pemanfaatan

kemangi sebagai tanaman tradisional.

3. Dapat menjadi bahan perbandingan pustaka dan referensi bagi peneliti

selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Kemangi (Ocimum basillicum L.)

Kemangi adalah jenis sayur yang daunnya memiliki aroma yang khas.

Tanaman yang beraroma wangi menyegarkan ini dapat dimanfaatkan untuk

lalapan bahan tambahan masakan, menghilangkan bau badan dan bau mulut

(Suryo, 2010).

Menurut Salimah, 2013 tanaman kemangi terbagi atas:

1. Klasifikasi Kemangi (Ocimum basillicum L. )

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Family : Labiatae

Genus : Ocimum

Spesies : Ocimum basillicum L.

2. Jenis-jenis Kemangi (Ocimum basillicum L.).

a. Forma citratum Back. : batang, tangkai daun, dan kelopak daun

berwarna hijau; mahkota berwarna putih; tanaman agak berambut

lebat; berbau sereh agak kuat.

b. Forma glabatrum Back. : seperti forma citratum Back., tetapi

kurang berambut dan baunya kurang kuat.


c. Forma violaceum Back. : batang, kelopak daun, dan mahkota

berwarna ungu; daun sering berbercak ungu; tanaman agak berambut;

kebanyakan berbau adas agak kuat dan terkadang ada yang berbau

lemah.

Antara forma citratum Back. dan forma violaceum Back. terdapat

bentuk antara yakni kelopak daun berwarna hijau, mahkota berwarna ungu

pucat, dan berbau sereh.

3. Morfologi Kemangi (Ocimum basillicum L.)

a . D a u n berbentuk tunggal, berhadapan, bulat telur, panjang 1-5 cm, lebar

6-30 mm, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, berbulu, pertulangan

menyirip, berwarna hijau.

a. Batang berkayu, bulat, bercabang, berwarna hijau.

b. Bunga merupakan bunga majemuk, berbentuk malai. Daun pelindung

berbentuk elips, lebar 5-10 mm, berwarna hijau. Kelopak bunga

berbentuk ginjal, berambut. Kelopak tambahan berbentuk tabung,

berambut lebat, bertajuk empat, memiliki panjang 5 mm.

c. Buah berwarna coklat, berbentuk kotak.

d. Biji berbentuk bulat telur, keras, diameter 1 mm, berwarna hitam

e. Akar tunggang dan berwarna putih kotor.

4. Kandungan Kimia

Daun kemangi memiliki kandungan kimia : 1,8-sineol, anethol,

apigenin, arginine, asam aspartat (Suryo, 2010), flavonoid (Ramdani, 2014),


minyak atsiri, asam askorbat, asam kafeat iskulin, histidin, magnesium,

betakaroten dan betasitosterol (Putriyanti, 2007).

Ekstrak daun kemangi memiliki efek antioksidan, antitiroid,

antimikotik, antibakteri dan antistres. Ekstrak daun kemangi juga

menunjukkan efek yang baik dalam menangkal serangan radikal bebas dan

memblok serta menekan kehadiran bahan-bahan kimia bersifat karsinogenik.

Konsumsi kemangi secara signifikan mengurangi resiko terkena neoplasia

(pembentukan dan pertumbuhan tumor) dan kanker hati (hepatoma)

(Mardiana, 2005).

B. Tinjauan Tentang Ekstrak

1. Pengertian Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan

penyari simplisia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya

matahari langsung (BPOM RI, 2010).

2. Macam-macam Ekstrak

Ekstrak dapat berupa ekstrak kering, ekstrak cair, dan ekstrak kental

(Voight, 1971) :

a. Ekstrak kering merupakan sediaan berbentuk bubuk, yang dibuat dari

hasil tarikan simplisia yang diuapkan pelarutnya.

b. Ekstrak cair merupakan sediaan cair yang dibuat dari hasil tarikan

simplisia.

c. Ekstrak kental merupakan sediaan kental, yang dibuat dari hasil tarikan

simplisia kemudian diuapkan pelarutnya.


C. Tinjauan Tentang Ekstraksi

1. Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu metode operasi yang digunakan dalam proses

pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan

sejumlah massa bahan (solven) sebagai tenaga pemisah. Apabila komponen

yang akan dipisahkan (solute) berada dalam fase padat, maka proses

tersebut dinamakan pelindihan atau leaching (Maulida, 2010).

2. Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk melarutkan dan menarik

senyawa kimia dengan menggunakan pelarut yang tepat dengan cara

penetrasi pelarut ke dalam sel tanaman dan pengembangan sel, disolusi

pelarut ke dalam sel tanaman dan pengembangan sel lalu terdifusi bahan

yang terekstraksi ke luar sel (Tommy, 2011).

3. Metode ekstraksi (Gunawan, 2004)

a. Ekstraksi secara dingin

1. Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian

simplisia dengan derajat yang cocok ke dalam bejana, kemudian

dituangkan cairan penyari sebanyak 75 bagian, ditutup dan dibiarkan

selama 5 hari, terlindung dari cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap

hari lalu diperas dan ampasnya dimaserasi kembali dengan cairan

penyari. Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak berwarna lagi, lalu


dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan pada tempat yang

tidak bercahaya, setelah dua hari lalu endapan dipisahkan.

2. Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian

simplisia dengan derajat halus yang cocok menggunakan 2,5 bagian

sampai 5 bagian cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup

sekurang-kurangnya 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit

ke dalam perkolator, ditambahkan cairan penyari. Perkolator ditutup

dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dengan kecepatan 1

ml permenit, sehingga simplisia tetap terendam. Filtrat dipindahkan

ke dalam bejana, ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada tempat

terlindung dari cahaya.

b. Ekstraksi secara panas

1. Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan. Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih.

Uap penyari akan naik melalui pipa samping, kemudian

diembunkan lagi oleh pendingin tegak. Cairan penyari turun untuk

menyari zat aktif dalam simplisia. Selanjutnya bila cairan penyari

mencapai sifon, maka seluruh cairan akan turun ke labu alas bulat

dan terjadi proses sirkulasi. Demikian seterusnya sampai zat aktif

yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang ditandai

jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon.


Penarikan komponen kimia dilakukan dengan cara serbuk

simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas

saring sedemikian rupa. Cairan penyari dipanaskan dalam labu alas

bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola

menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam

klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari

telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali

ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.

Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna,

tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25

kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

2. Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan

cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat

pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari

akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin

tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut,

demikian seterusnya. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan

setiap kali diekstraksi selama 4 jam.

3. Ekstraksi secara penyulingan/destilasi uap air

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk

simplisia yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik


didih yang tinggi pada tekanan udara normal, yang pada pemanasan

biasanya terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal

tersebut, maka penyari dilakukan dengan penyulingan.

D. Tinjauan Tentang Kulit

1. Pengertian Kulit

Kulit merupakan organ yang menutupi permukaan tubuh dan

memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai gangguan dan

rangsangan luar. Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu epidermis (kulit

ari) sebagai lapisan paling luar dan dermis (korium, kutis, kulit jangat). Di

bawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit (Tranggono,

2007).

2. Anatomi Kulit

Gambar 1.1 Anatomi Kulit

Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu lapisan epidermis, lapisan

dermis, dan lapisan subkutan (Tranggono, 2007).


a. Lapisan Epidermis

Epidermis adalah lapisan kulit yang paling luar. Epidermis

memiliki ketebalan yang berbeda, paling tebal berukuran 1 mm, misalnya

pada telapak kaki dan telapak tangan, dan paling tipis berukuran 0,1 mm

terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Sel epidermis disebut

dengan keratinosit.

Epidermis terbagi menjadi lima lapisan, yaitu:

1) Stratum corneum (lapisan tanduk)

Lapisan ini merupakan lapisan yang paling atas dan terdiri atas

beberapa lapis sel pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami

metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air.

Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin (protein yang tidak larut

dalam air) dan sangat resisten terhadap bahan kimia. Secara alami, sel-

sel yang mati di permukaan kulit akan melepaskan diri untuk

beregenerasi. Permukaan lapisan ini dilapisi oleh lapisan pelindung

lembab tipis bersifat asam disebut mantel asam kulit.

2) Stratum lucidum (lapisan jernih)

Lapisan ini disebut juga lapisan barrier yang letaknya tepat di

bawah stratum corneum. Lapisan ini merupakan lapisan tipis, jernih,

mengandung eleidin yang terdapat antara stratum lucidum dan stratum

granulosum terdapat lapisan keratin tipis disebut reins barrier

(Szakall) yang tidak dapat ditembus (impermeable).


3) Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Lapisan ini tersusun atas sel-sel keratinosit berbentuk

poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut. Dalam butir keratohyalin

tersebut terdapat bahan logam, khususnya tembaga, sebagai katalisator

proses pertandukan kulit.

4) Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Lapisan ini memiliki sel berbentuk kubus dan seperti berduri,

berinti besar dan berbentuk oval. Setiap sel berisi filamen kecil terdiri

atas serabut protein. Cairan limfe ditemukan mengitari sel-sel dalam

lapisan ini).

5) Stratum germinativum (lapisan basal atau membran basalis)

Lapisan ini merupakan lapisan terbawah epidermis. Di

dalamnya terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel yang tidak mengalami

keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan

melalui dendrit-dendrit diberikan kepada sel-sel keratinosit. Satu sel

melanin untuk sekitar 36 sel keratinosit dan disebut dengan unit

melanin epidermal.

Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh

jaringan elastik dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar, dan

rambut sebagai adnesa kulit.

b. Lapisan Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan

epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan disebelah bawah


berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil

patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.

Dermis terdiri dari dua lapisan: bagian atas pars papilaris

(stratum papilar) dan bagian bawah retikularis (stratum retikularis).

Batas antara pars papilaris dan dan pars retikularis adalah bagian

bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris mauapun pars

retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut-

serabut: serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus. Serabut

ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang

berbeda. Serabut kolagen untuk memberikan kekuatan pada kulit, serabut

elastis memberikan kelenturan pada kulit dan serabut retikulus yang

terdapat terutama disekitar kelenjar dan folikel rambut memberikan

kekuatan pada helai tersebut (Syaifuddin, 2006).

c. Lapisan Subkutan

Subkutan terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan

diantara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis.

Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak kepinggir,

sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus

adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga

pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama atau berlainan.

Guna penikulus adiposus adalah sebagia shock beaker atau pegas bila

tekanan trauma mekanis yang menim pada kulit, isolator panas atau

untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori dan tambahan untuk


kecantikan tubuh. Dibawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru

terdapat otot (Syaifuddin, 2006).

1. Jenis- Jenis Kulit

Menurut Handayani, 2009 jenis-jenis kulit terdiri dari beberapa

diantaranya:

a. Kulit normal merupakan kulit ideal yang sehat, tidak mengkilap atau

kusam, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

b. Kulit berminyak merupakan kulit yang mempunyai kadar minyak

permukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor dan

kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan

lengket.

c. Kulit kering merupakan kulit yang mempunyai kurang lemak pada

permukaan kulit atau sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar

karena banyak lapisan kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis

dan mudah terlihat kerutan.

d. Kulit campuran atau kombinasiaitu kulit seseorang yang sebagian normal

sebagian lagi kering atau berminyak.

e. Kulit sensitive yaitu kulit yang peka terhadap aplikasi zat kimia

diatasnya.

f. Kulit berjerawat yaitu kulit yang disertai adanya jerawat, biasanya

berminyak.

g. Kulit hiperpigmentasi yaitu kulit dengan banyak bercak hitam.


2. Fungsi Kulit

Menurut Syaifuddin 2006, fungsi kulit terdiri dari 6 diantaranya

sebagai berikut:

a. Fungsi Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau

mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang

dapat menimbulkan iritasi (lisol, karbol, asam kuat). Gangguan panas

misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya

bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit

dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung

terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit

terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan

asam asetil).

b. Proteksi rangsangan kimia

Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum

korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air.

Disamping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak

zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil

ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara

pH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel

kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.


c. Fungsi absorbsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda

padat, tetapi cairan yang mudah menguap labih mudah diserap, begitu

juga yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan

uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi

respirasi. Kemampuan absorbs kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit,

hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung

melalui celah diantara sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui

saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel epidermis.

d. Fungsi kulit sebagai pengatur panas

Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu

lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang

dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla oblongata. Suhu normal

dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5OC untuk suhu kulit lebih rendah.

Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara

yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan

panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan

cairan pada permukaan tubuh) dan vasokontriksi (pembuluh darah

mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi

dan panas suhu tubuh tak dikeluarkan).

e. Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna

lagi atau zat sisa metabolism dalam tubuh NaCl, ure, asam urat dan
ammonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi

kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini

menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.

Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.

f. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutis. Respon terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan

subkutis, terhadap dingin diperankan oleh dermis, perabaan diperankan

oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya didaerah

yang erotik.

3. Penyakit Kulit

Menurut Marwali, 2000 beberapa penyakit kulit diantaranya sebagai

berikut:

a. Eksim (Dermatitis)

Gejala utama yang dirasakan penderita eksim adalah rasa gatal

yang berlebihan pada kulit. Lalu disertai dengan kulit memerah, bersisik

dan pecah-pecah, timbul gelembung-gelembung kecil yang mengandung

air atau nanah. Bagian tubuh yang sering terkena eksim biasanya tangan,

kaki, lipatan paha dan telinga. Eksim terbagi menjadi dua, yaitu eksim

kering dan basah. Pada eksim basah, juga akan terasa panas dan dingin

yang berlebihan pada kulit.


b. Bisul (Furunkel)

Bisul merupakan infeksi kulit berupa benjolan, tampak memerah,

yang akan membesar. Benjolan ini berisi nanah, dan terasa panas dan

berdenyut. Bisul bisa tumbuh di semua bagian tubuh. Namun lebih

banyak tumbuh pada bagian tubuh yang lembab, seperti, lipatan paha,

sela bokong, sekitar leher, ketiak, dan juga kepala.

c. Campak (Rubella)

Merupakan penyakit akut menular yang disebabkan oleh virus.

Biasanya menyerang anak-anak. Gejala awal campak adalah demam,

pilek, bersin, badan terasa lesu, sakit kepala, nafsu makan menurun

drastis dan radang mata. Setelah beberapa hari dari gejala tersebut timbul

ruam merah yang gatal, bertambah besar, tersebar ke beberapa bagian

tubuh.

d. Kudis (Skabies)

Merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan

sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya.

Beberapa faktor dapat menunjang perkembangan penyakit antara lain:

sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang

sifatnya promiskuitas. Ada 4 tanda kardinal pada skabies yaitu: gatal

pada malam hari (pruritus nokturna), menyerang manusia secara

berkelompok, ditemukan terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi

dan ditemukan tungau. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari

4 tanda kardinal tersebut. Tempat predileksi biasanya ditempat dengan


stratum korneum yang tipis yaitu: sela jari tangan, pergelangan tangan

bagian volar, siku, lipat ketiak, areola mame, umbilikus, bokong,

genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat

menyerang telapak tangan dan telapak kaki (Sjamsoe, dkk. 2005).

e. Kurap

Kurap terjadi karena jamur, biasanya yang menjadi gejalanya

adalah kulit menjadi tebal dan pada kulit timbul lingkaran-lingkaran yang

semakin jelas, bersisik, lembab dan berair dan terasa gatal. Kemudian

pada lingkaran-lingkaran akan timbul bercak-bercak putih. Kurap timbul

karena kurang menjaga kebersihan kulit. Bagian tubuh yang biasanya

terserang kurap yaitu tengkuk, leher, dan kulit kepala. Kurap dapat

dicegah dengan cara mencuci tangan yang sempurna, menjaga kebersihan

tubuh, dan mengindari kontak dengan penderita. Kurap dapat diobati

dengan anti jamur yang mengandung mikonazol dan kloritomazol dengan

benar yang dapat menghilangkan infeksi.

f. Panau

Panau atau Panu adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan

oleh jamur. Penyakit panau ditandai dengan bercak yang terdapat pada

kulit disertai rasa gatal pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bisa

berwarna putih, coklat atau merah tergantung warna kulit si penderita.

Panau paling banyak dijumpai pada remaja usia belasan. Meskipun

begitu panau juga bisa ditemukan pada penderita berumur tua.


E. Tinjauan Tentang Kosmetik

1. Definisi Kosmetik

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir

dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki

bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Depkes

RI, 2010).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

176/Menkes/Per/VIII/2010. Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik, yang

selanjutnya disingkat CPKB adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan

kosmetika yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan

senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan

penggunaannya.

Komposisi utama kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat, bahan

aktif dan ditambah bahan tambahan lain seperti bahan pewarna, bahan

pewangi, pada pencampuran bahan-bahan tersebut harus memenuhi kaidah

pembuatan kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan

kosmetik termasuk farmakologi, farmasi, kimia teknik, dan lainnya

(Erlivawidji, 2012).

Dasar kosmetik biasanya terdiri dari bermacam-macam bahan dasar,

bahan aktif dan bahan pelengkap. Bahan-bahan tersebut mempunyai aneka

fungsi antara lain sebagai solvent (pelarut), emulsifier (pencampuran),


pengawet, adhesive (pelekat), pengencang, absorben (penyerap), dan

disenfektan. Pada umumnya 95% dari kandungan kosmetik adalah bahan

dasar dan 5% bahan aktif atau kadang-kadang tidak mengandung bahan aktif.

Hal ini mengandung arti bahwa kosmetik, sifat dan efeknya tidak ditentukan

oleh bahan aktif tetapi bahan dasar kosmetik.

F. Tinjauan Tentang Sabun

1. Pengertian Sabun

Sabun diidentifikasikan sebagai garam dan logam alakali, biasanya

Natrium dan Kalium, dari asam lemak rantai panjang. Ketika asam lemak

disaponifikasikan oleh logam Natrium maupun Kalium maka akan berbentuk

garam yang disebut sabun dengan gliserol sebagai produk sampingan

(Barel,dkk. 2009).

2. Jenis-Jenis Sabun (Barel, dkk. 2009)

a. Sabun padat adalah sabun yang dibuat dari reaksi saponifikasi dari lemak

padat dengan NaOH. Untuk mendapatkan sediaan yang konsisten,

biasanya digunakan lemak hewan yang kaya akan kandungan stearin dan

kandungannya relatif rendah dalam palmitin dan olein.

b. Sabun cair adalah reaksi saponifikasi menggunakan minyak dan lemak

yang mempunyai kandungan asam oleat tinggi dan perbandingan yang

tajam dari kalium, digunakan dalam kombinasi dengan soda kuastik untuk

memproduksi cairan yang serta normal warnaya agak gelap dan

mempunyai bau yang kuat .


3. Tujuan Penggunaan Sabun

Fungsi sabun dalam keanekaragaman cara adalah sebagai bahan

pembersih. Sabun menurunkan tegangan permukaan air, sehingga

memungkinkan air untuk membasahi bahan yang dicuci dengan lebih efektif.

Sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak

dan sabun terabsorpsi pada butiran kotoran (Naomi, 2013).

4. Mekanisme Kerja Sabun

Tiga elemen penting dalam mekanisme kerja sabun adalah tempat

susbstratnya berasal (kulit manusia, pakaian, alat gelas dan perkakas lainya),

jenis kotoran yang akan dibersihkan (padat atau minyak, kepolaran, sifat

elektrolit, dan lainya), serta kemampuan membersihkan dari sabun itu sendiri

(Handayani, 2009).

Sabun berfungsi untuk memindahkan kotoran dari permukaan seperti

kulit, lantai, atau kain. Kotoran biasanya merupakan campuran dari bahan

berlemak dan partikel padat. Lemak dapat berupa sebum yang dihasilkan oleh

kulit, dan bertindak sebagai pengikat kotoran yang baik, misalnya terhadap

debu.

Untuk membersihkan kotoran yang berupa minyak, pembilasan

dengan air saja tidak cukup. Dibutuhkan zat lain untuk menurunkan tegangan

antar muka antara minyak dengan air. Dengan adanya sifat surfaktan pada

sabun, terjadi proses emulsifikasi sehingga bagian yang polar (hidrofilik)

berikatan dengan air dan bagian non polar (lipofilik) berikatan dengan

minyak. Bagian non polar dari sabun memecah.


Ikatan antar molekul minyak sehingga dapat menurunkan tegangan

permukaan. Akibatnya air dapat menyebar membasahi seluruh permukaan

dan mengangkat kotoran.

5. Reaksi Penyabunan

Pada umumnya metode pembuatan sabun dapat dibagi menjadi dua,

yaitu reaksi penyabunan (saponifikasi) dan reaksi netralisasi. Pada reaksi

saponifikasi, prinsipnya yaitu tersabunkannya asam lemak dengan alkali, baik

asam lemak yang terdapat dalam keadaan bebas atau asam lemak yang terikat

sebagai minyak atau lemak (gliserida) dengan cara minyak dan lemak

direaksikan dengan alkali menghasilkan sabun dan gliserin. Pada reaksi

netralisasi, sabun dihasilkan oleh reaksi asam lemak langsung dengan alkali

(Handayani A.P, 2009).

Secara umum prinsip pembuatan sabun ada dua macam:

Gambar 1.2 Reaksi Penyabunan.

a. Reaksi Saponifikasi

Reaksi saponifikasi, yaitu reaksi antara minyak atau lemak

dengan alkali kuat menghasilkan gliserol dan asam lemak (sabun). Pada
reaksi saponifikasi, larutan alkali kuat (misalnya natrium hidroksida) akan

mengubah minyak dan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Asam

lemak lalu bereaksi dengan alkali kuat menghasilkan garam asam lemak

yaitu sabun dan gliserol.

b. Reaksi netralisasi

Reaksi netralisasi, yaitu minyak dan lemak sebelumnya dipecah

menjadi asam lemak dan gliserol, lalu asam lemak dinetralkan melalui

reaksi dengan larutan alkali kuat menghasilkan sabun. Alkali yang biasa

digunakan dalam pembuatan sabun padat adalah natrium hidroksida,

sedangkan kalium hidroksida digunakan dalam pembuatan sabun lunak

atau shampo.

6. Metode Pembuatan Sabun

Metode pembuatan sabun ada beberapa cara, antara lain sebagai

berikut (Handayani, 2009):

a. Metode Panas (full boiled)

Secara umum proses ini melibatkan reaksi saponifikasi dengan

menggunakan panas yang menghasilkan sabun dan membebaskan

gliserol. Tahap selanjutnya dilakukan pemisahan dengan penambahan

garam (salting out), kemudian akan terbentuk 2 lapisan yaitu bagian atas

merupakan lapisan sabun yang tidak larut didalam air garam dan lapisan

bawah mengandung gliserol, sedikit alkali dan pengotor-pengotor dalam

fase air.
b. Metode Dingin

Cara ini merupakan cara yang paling mudah untuk dilakukan dan

tanpa disertai pemanasan. Namun cara ini hanya dapat dilakukan terhadap

minyak yang pada suhu kamar memang sudah berbentuk cair. Minyak

dicampurkan dengan larutan alkali disertai pengandukan terus menerus

hingga reaksi saponifikasi selesai. Larutan akan menjadi sangat menebal

dan kental. Selanjutnya dapat ditambahkan pewarna, pewangi dan zat

tambahan lain.

Berbeda dengan fully-boiled process, gliserol yang terbentuk

tidak dipisahkan. Ini menjadi suatu nilai tambah tersendiri kerena gliserol

merupakan humektan ynag dapat memberikan kelembaban. Lapisan

gliserol akan tertinggal pada kulit sehingga melembabkan kulit. Proses

pembuatan sabun secara dingin dikenal menghasilkan kualitas sabun yang

tahan lama. Sabun dari minyak kelapa dapat dibuat dengan proses ini.

c. Metode Semi-Panas (semi boiled)

Teknik ini merupakan modifikasi dari cara dingin. Perbedannya

hanya terletak pada penggunaan panas pada temperature 70-80o C. cara

ini memungkinkan pembuatan sabun dengan menggunakan lemak bertitik

leleh lebih tinggi.


Tabel 1.1 Syarat Mutu Sabun Mandi Cair (SNI 0 6-4085-1996).

Persyaratan
NO. Kriteria Uji Satuan
Jenis S Jenis D
Keadaan : Cairan Cairan
- Bentuk homogen homogen
1.
- Bau Khas Khas
- Warna Khas Khas
2. pH 25O C 8-11 6-8
Alkali bebas
(dihitung Tidak
3. % Maks. 0,1
sebagai dipersyaratkan
NaOH)
4. Bahan aktif % Min. 15 Min. 10
Bobot jenis, 1,01-1,10 1,01-1,10
5.
25OC
Cemaran
mikroba :
6. Koloni/g Maks. 1105 Maks. 1105
Angka
lempeng total

Keterangan jenis sabun :

Jenis S : Sabun mandi cair dengan bahan dasar sabun

Jenis D : Sabun mandi cair dengan bahan dasar detergent

G. Tinjauan Tentang Antiseptik

Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan untuk antiseptis. Secara

umum antiseptik adalah nontoksik karena digunakan untuk kulit, muklosa, atau

jaringan hidup lainnya. Sebagai antiseptik dituntut persyaratan sebagai berikut

(Darmadi, 2008):

1. Memiliki spectrum luas, artinya efektif untuk membunuh bakteri, virus,

jamur dan sebagainya.


2. Tidak merangsang kulit maupun mukosa.

3. Toksisitas atau daya absorbsi melalui kulit dan mukosa rendah.

4. Efek kerjanya cepat dan bertahan lama.

5. Efektivitasnya tidak terpengaruh oleh adanya darah atau pus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pada efektivitas antiseptik antara lain

sebagai berikut (Darmadi, 2008):

1. Faktor Antiseptik

a. Konsentrasi

1) Pada konsentrasi yang sedikit lebih tinggi, efek fungisid lebih kuat

daripada efek bakterisid.

2) Adanya perbedaan efek misalnya pada penggunaan fenol, bila

konsentrasinya dibawah 1% mempunyai efek bakteriostasis, tetapi bila

diatats 1,5% mempunyai efek bakterisid.

b. pH: efek klorheksidin 10 kali lebih kuat pada pH 6 daripada pH 9, juga

asam benzoate dan ester lebih aktif pada pH asam.

c. Zat Pelarut: klorheksidin dalam larutan alkohol kerjanya fungisid,

sedangkan larutannya dalam air hanya berdaya fungistatis lemah.

2. Faktor Mikroba

a) Jumlah mikroba, semakin banyak jumlah mikroba, makin lama waktu

yang diperlukan untuk membunuhnya.

b) Bentuk endospora sulit dibunuh, sedangkan bentuk vegetativ kepekaan

yang bervariasi.
3. Faktor Lingkungan

Adanya bahan organik, misalnya darah, pus, saliva, atau feses, dapat

menghambat kerja antiseptik.

4. Waktu Pemaparan

Larutan Iodine 4 % membunuh kuman dalam waktu 1 menit, sedangkan

larutan 1 % membunuh kuman memerlukan waktu 4 menit.

Mekanisme Kerja Antiseptik: antiseptik sebagai zat kimia yang sangat

berpengaruh terhadap mikroba, yaitu melalui protein yang membentuk struktur

seluler mikroba, yaitu melalui unsur protein yang membentuk struktur seluler

mikroba dengan akibat sebagai berikut (Darmadi, 2008) :

1. Rusaknya dinding sel

Adanya bahan kimi pada permukaan sel akan menimbulkan lisis yang

berakhir dengan kematian sel.

2. Adanya gangguan sistem enzim

Terjadi perubahan struktur kimia enzim yang berakibat terjadinya perubahan

struktur sel, sehingga sifat-sifat khasnya hilang.

3. Rusaknya asam nukleat

Berakibat pada kemampuan sel melakukan replikasi maupun sintesis enzim.

Antiseptik digunakan sebagai bagian dari prosedur atau tindakan

medis/perawatan antara lain (Darmadi, 2008):

1. Pengobatan lokal misalnya pada kulit, mulut dan tenggorokan.

2. Untuk irigasi daerah-daerah tubuh yang terinfeksi.

3. Mencuci luka terutama pada luka kotor.


4. Mencegah infeksi pada perawatan luka.

5. Mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang.


46

H. Formulasi Sabun Mandi Cair

1. Master Formula

Tabel 1.2 Master Formula (Soebagio, 2011)


Nama Bahan Konsentrasi (g)

Minyak Zaitun 30 mL

KOH 16 mL

NaCMC 1 gram

Asam stearat 0,5 gram

BHA 1 gram

Lendir lidah buaya 6 gram

Aquadest ad 100 ml

2. Modifikasi Formula

Tabel 1.3 Modifikasi Formula


Tiap 125 mL mengandung :
BAHAN A (%) B (%) C (%) KEGUNAAN
Ekstrak daun 10% 10% 10% Zat aktif
kemangi
KOH 8% 8% 8% Pembentuk sabun

Oleum Cocos 10% 10% 10% Pembentuk sabun


Na-CMC 3% 3% 3% Pengental
Sodium lauril 10% 15% 20% Pembusa
sulfat
Trietanolamin 3% 3% 3% Pengemulsi

Nipasol 0,02% 0,02% 0,02% Pengawet


Nipagin 0,18% 0,18% 0,18% Pengawet

Propilenglikol 10% 10% 10% Humektan


-tokoferol 0,05% 0,05% 0,05% Antioksidan
OMP 0,05% 0,05% 0,05% Pengaroma
Aquadest Ad Ad Ad Pelarut
125 ml 125 ml 125 ml
47

I. Uraian Bahan

a. Na-CMC (Carboxy Methyl Cellulose Natrium)

Nama resmi : NATRIICARBOXIMETHYLCELLULOSUM

Sinonim : Natrium Karboksimetilselulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran; putih atau kuning gading;

tidak berbau atau hamper tidak berbau;

higroskopik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air; membentuk

suspensi; kolodial; tidak larut dalam etanol

(95%) p; dalam eter p; dan dalam pelarut

organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Zat tambahan, basis pengental.

Konsentrasi : 3 6% (Rowe, dkk. 2009)

b. Triaethanolamin

Nama resmi : TRIAETHANOLAMINUM

Sinonim : Trietanolamina

Pemerian : Cairan kental; tidak berwarna hingga kuning

pucat; bau lemah mirip amoniak;

higroskopik.

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol

(95%) p; Larut dalam klorofom p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari


48

cahaya.

K/P : Zat tambahan, pengemulsi.

Konsentrasi : 3,6 7,2% (Rowe, dkk. 2009)

c. Propilenglikol

Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM

Sinonim : Propilenglikol

Rumus molekul : C3H8O2

Rumus Bangun :

Gambar 1.3 Rumus Bangun Propilenglikol

Pemerian : Cairan kental; jernih; tidak berwarna; tidak

berbau; rasa agak manis; higroskopik.

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol

(95%) p dan dengan kloroform p; larut dalam

6 bagian eter p; tidak

dapat campur dengan eter minyak tanah p

dan dengan minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

K/P : Zat tambahan, humektan.

Konsentrasi : 10 20% (Rowe, dkk. 2009)


49

d. Nipagin

Nama resmi : METHYLIS PARABENUM

Sinonim : Nipagin, metilparaben

Rumus Molekul : C8H8O3

Rumus Bangun :

Gambar 1.4 Rumus Bangun Nipagin

Pemerian :
Berwujud hablur kecil; tidak berwarna

atau serbuk hablur; putih; tidak berbau atau

berbau khas lemah; mempunyai rasa sedikit

terbakar.
Kelarutan :
Bahan ini sukar larut dalam air, dalam

benzena dan dalam karbon tetraklorida;

mudah larut dalam etanol dan dalam eter.


Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik.
K/P :
Sebagai zat tambahan, pengawet.
Konsentrasi :
0,02 0,3% (Rowe, dkk. 2009).

Untuk penggunaan tunggal 0,4% dan untuk


penggunaan kominasi pengawet
menggunakan konsentrasi 0,8% (BPOM,
2010).
50

e. Nipasol

Nama resmi : PROPYLIS PARABENUM

Sinonim : Nipagin, Propil paraben

Rumus molekul : C10H12O3

Rumus Bangun :

Gambar 1.5 Rumus Bangun Nipasol


Pemerian : Serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak

berasa.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5

bagian etanol (95%) p, dalam 3 bagian aseton

p, dalam 140 bagian gliserol p dan dalam 40

bagian minyak lemak, mudah larut dalam

larutan alkali hidroksida.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik..
K/P : Sebagai zat tambahan, pengawet.
Konsentrasi : 0,01 0,6% (Rowe, dkk. 2009).

Untuk penggunaan tunggal 0,4% dan untuk

penggunaan kominasi pengawet

menggunakan konsentrasi 0,8% (BPOM,

2010).
51

f. Aquadest (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air suling

Rumus molekul : H2O

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak

berbau; tidak berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

K/P : Zat tambahan, pelarut.

g. Oleum Menthae (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : OLEUM MENTHAE

Sinonim : Minyak Permen

Rumus molekul : Cairan tidak berwarna, kuning pucat atau

Pemerian : kuning kehijauan, bau aromatic, rasa pedas

dan hangat, kemudian dingin.

Penyimpanan : Larut dalam 4 bagian volume etanol (70%)

P, larutan opalensi yang terjadi tidak lebih

kuat dari opalensi larutan yang dibuat

dengan menambahkan 0,5 mL peraknitran

0,1 N pada campuran 0,5 mL natrium

klorida 0,02 N pada campuran 0,5 mL air.

K/P : Sebagai pengaroma

Konsentrasi : 1-2% (Rowe, dkk. 2009).


52

h. Natrium Lauril Sulfat (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : NATRIUM LAURIL SULFAT P

Sinonim : Natrium Sodium Sulfat

Pemerian : Serbuk atau hablur; warna putih atau kuning

pucat; bau lemah dan khas.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan

berkabut; larut sebagian dalam etanol (95%)

P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Zat tambahan, pembusa.


Konsentrasi : 10 % (Rowe, dkk. 2009).

i. Oleum Cocos (Depkes RI, 1979)

Nama Resmi : OLEUM COCOS

Sinonim : Minyak Kelapa

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning

pucat; bau khas, tidak tengik

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada

suhu 60O, sangat mudah larutdalam kloroform

Pdan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya, ditempat sejuk.

K/P : Zat tambahan, pembentuk sabun.


53

Konsentrasi : 4-20 % (Rowe, dkk. 2009).

j. tokoferol (Depkes RI I979)

Nama Resmi : TOCOPHEROLUM

: Vitamin E
Sinonim
: Tidak berbau atau sedikit berbau, tidak berasa
Pemerian
atau sedikit berasa.

: Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam


Kelarutan
larutan alkali, larut dalam etanol (95%) P,

dalam eter P, dalam aseton P dan dalam

minyak nabati, sangat mudah larut dalam

kloroform P.

: Antioksidan.
K/P
: Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari
Penyimpanan
cahaya.

: 0,001-0,05% (Rowe, dkk. 2006).


Konsentrasi
54

k. KOH (Kalium Hidroksida) (Depkes RI I979)

Nama Resmi : Kalium Hidroksida

Sinonim : KOH

Pemerian : Massa berbentuk batang, pellet atau bongkahan,

putih, sangat mudah meleleh basah.

Larut dalam 1 bagian air, dalam 3 bagian etanol

Kelarutan : (95%) P, sangat mudah larut dalam etanol

mutlak P mendidih .

Sebagai pembentuk sabun.


K/P : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari

Penyimpanan : cahaya.

Konsentrasi : 8%.

J. Alasan Penggunaan Bahan

1. Ekstrak Daun Kemangi

Bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun cair antiseptik

diantaranya sebagai zat aktif yaitu ekstrak daun kemangi yang memiliki

konsentrasi bunuh minimalnya untuk Staphylococcus aureus sebanyak

0,5% dan untuk Escherchia coli 0,25%.

2. KOH (Kalium Hidroksida)

Untuk bahan tambahan yaitu KOH (Kalium Hidroksida sebagai

pembentuk sabun yang merupakan alkali bebas, kelebihan alkali bebas

dalam sabun dapat disebabkan karena konsentrasi alkali yang pekat atau

berlebih pada proses penyabunan dan akibat dari kelebihan alkali bebas
55

dalam sabun, karena alkali mempunyai sifat yang keras dan dapat

mengakibatkan terjadinya iritasi pada kulit (Handayani, 2009).

3. Oleum Cocos

Oleum cocos sebagai pembentuk sabun yang bersifat asam lemak,

asam lemak bebas dalam jumlah kecil dapat mengakibatkan rasa yang

tidak enak dan dapat menghasilkan bau tengik, asam lemak juga dapat

mengakibatkan karat dan warna gelap jika lemak dipanaskan dalam wajan

besi (Handayani, 2009).

4. Na CMC (Natrium Carboksil Metil selulosa)

Na CMC sebagai pengental, kekentalan Na CMC dipengaruhi oleh

pH, suhu dan konsentrasi. Larutan Na CMC mempunyai kekentalan

maksimum pada pH 7-9. Pada pH dibawah 5 akan terjadi penurunan

kekentalan, sedangkan pada pH dibawah 3 dapat terjadi pengendapan asam

karboksimetil selulosa. Peningkatan suhu akan mengakibatkan penurunan

kekentalan sedangkan kenaikan konsentrasi Na CMC dalam larutan dapat

menyebabkan kenaikan kekentalan (Kusumah, 2008).

5. SLS (Sodium Lauril Sulfat)

SLS sebagai pembusa, SLS berfungsi untuk menurunkan tegangan

permukaan larutan sehingga dapat melarutkan minyak serta membentuk

mikroemulsi menyebabkan busa terbentuk. SLS juga mengangkat minyak-

minyak alami yang dihasilkan oleh kulit yang berfungsi sebagai pelembab

alami yang mengakibatkan kulit menjadi kering. SLS yang digunakan


56

melebihi batas yang dianjurkan dapat menyebabkan terjadinya iritasi

epidermis (Roslan, 2009).

6. Trietanolamin

Trietanolamin sebagai bahan pengemulsi. Trietanolamin dapat

bereaksi dengan asam membentuk garam dan ester. Reaksi yang terjadi

antara trietanolamin dan asam lemak bebas membentuk sabun yang dapat

berfungsi sebagai detergent maupun emulsifying agent. Garam yang

dihasilkan dari reaksi trietanolamin tidak mengiritasi kulit. Penggunaan

bahan Trietanolamin secara berlebihan selain dapat menyebabkan alergi

juga dapat membentuk nitrosamine yang menyebabkan kanker

(Shintaningsih, 2007).

7. Nipagin dan Nipasol

Nipagin dan Nipasol sebagai bahan pengawet. Nipagin bersifat

stabil dan tidak mudah menguap, senyawa ini efektif pada rentang pH luas

dan memiliki spektrum antimikroba yang luas serta memiliki efektifitas

paling tinggi terhadap jamur dan kapang. Nipagin dapat terserap sempurna

melalui kulit dan saluran cerna. Nipasol efektif sebagai pengawet pada

rentang pH 4-8, peningkatan pH dapat menyebabkan penurunan aktivitas

antimikrobanya. Penggunaan bahan pengawet nipagin dan nipasol secara

berlebihan dapat mengakibatkan iritasi kulit (BPOM, 2010).

8. Propilenglikol

Propilenglikol sebagai bahan humektan. Propilenglikol juga

berfungsi sebagai pengawet, emollient, plasticizer dan pelarut yang


57

bercampur dengan air. Propilenglikol incompatible dengan zat-zat

pengoksidasi seperti kalium permanganat, propilenglikol juga bersifat

lebih iritan terhadap kulit (Soebagio, 2009).

9. -tokoferol

-tokoferol sebahgai zat antioksidan. Antioksidan merupakan zat

kimia yang secara bertahap akan teroksidasi dengan adanya efek seperti

cahaya, panas, logam peroksida atau secara langsung bereaksi dengan

oksigen (Agus, 2006). Zat antioksidan atau penangkal radikal bebas sangat

diperlukan bagi kelangsungan beberapa proses fisiologis dalam tubuh.

Namun, radikal bebas yang berlebihan dapat membahayakan tubuh karena

dapat merusak makromolekul dalam sel seperti karbohidrat, protein, DNA

dan sebagainya. Kerusakan makromolekul selanjutnya mengakibatkan

kematian (Wresdiyati, 2007).


58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

Penelitian eksperimen merupakan penelitian menggunakan suatu percobaan

yang dirancang secara khusus guna mengembangkan data yang diperlukan

untuk menjawab pertanyaan penelitian.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2014 bertempat

di Laboratorium Teknologi Farmasi Akademi Farmasi Bina Husada Kendari,

Sulawesi Tenggara.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman kemangi yang berada di

desa Morome, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah daun kemangi yang diambil dari

desa Morome, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan..

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Sabun cair antiseptik ekstrak daun kemangi

(Ocimum basillicum L).


59

2. Variabel terikat : Uji evaluasi fisik sediaan.

D. Defenisi Operasional

1. Ekstrak daun kemangi adalah ekstrak yang diperoleh dengan cara metode

maserasi yaitu memasukkan sebanyak 1 bagian daun kemangi dan 75 bagian

etanol 96% kedalam suatu bejana lalu didiamkan pada kondisi terlindung dari

cahaya selama 5 hari sambil sesekali diaduk dan hasil maserasi diuapkan

pada rotary evaporator pada suhu 40O C dengan tekanan 100 atm yang

menghasilkan ekstrak kental daun kemangi.

2. Sediaan sabun cair antiseptik adalah sediaan kosmetik berbentuk cairan kental

yang dipergunakan secara topikal sebagai sabun antiseptik yang diperoleh

dengan menggunakan ekstrak kental daun kemangi sebagai zat aktifnya.

E. Kerangka Konsepsional

Ekstrak daun kemangi (Ocimum


basillicum L.) konsentrasi 10 %

Formula A Formula B Formula C

Uji fisik dari sabun


mandi antiseptik
ekstrak daun kemangi

Hasil

Gambar 1.6
60

F. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Batang pengaduk

b. Bejana maserasi

c. Erlenmeyer

d. Gelas kimia

e. Gelas ukur

f. Hot plate

g. Indikator universal

h. Kaca arloji

i. Kain flanel

j. Lakban hitam

k. Pisau

l. Rotary evaporator

m. Sendok tanduk

n. Tabung reaksi

o. Timbangan analitik

p. Termometer

q. Wadah sabun

2. Bahan

a. Aluminum foil

b. Aquadest

c. -tokoferol
61

d. Daun kemangi

e. Kertas perkamen

f. KOH

g. Nipagin

h. Nipasol

i. Oleum Cocos

j. Oleum Menthae Pip

k. Sodium Lauril Sulfat

l. Propilenglikol

m. Triethanolamin

G. Prosedur Penelitian

1. Penyiapan Sampel Daun Kemangi

a. Pengumpulan bahan baku

b. Sortasi basah: sortasi basah dilakukan untuk memisahkan bahan baku

dengan benda asing yang terikut pada proses pengumpulan bahan baku.

c. Pencucian: pencucian dilakukan untuk memisahkan kotoran atau benda

asing yang menempel pada bahan baku.

d. Pengubahan bentuk/perajangan: perajangan dilakukan untuk

memperbesar luas permukaan simplisia.

e. Pengeringan: pengeringan dilakukan dengan mengurangi kadar air dalam

simplisia. Selain itu, pengeringan dilakukan agar simplisia tidak mudah

membusuk.
62

f. Sortasi kering: sortasi kering dilakukan untuk menghidari benda asing

yang mungkin terikut pada proses pengeringan.

2. Proses Ekstraksi (Maserasi)

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Dimasukkan simplisia kedalam bejana maserasi.

c. Diambahkan etanol 96% kedalam bejana maserasi dengan konsentrasi

1:75.

d. Ditutup bejana dan biarkan selama 5 hari pada temperatur kamar dan

terlindung dari cahaya, sambil sekali-sekali diaduk.

e. Setelah 5 hari larutan disaring kedalam wadah penampung.

f. Simplisia diperas dan ditambahkan lagi cairan penyari seperti semula dan

dilakukan cairan penyari tidak lagi berwarna hijau.

g. Ekstrak kemudian dipekatkan dengan alat Rotary evaporator.

3. Pembuatan sabun cair.

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Ditimbang semua bahan yang digunakan.

c. Dimasukkan oleum cocos kedalam gelas kimia, kemudian tambahkan

dengan KOH (Kalium Hidroksida) yang sebelumnya telah dilarutkan

dengan aquadest panas, masukkan sedikit demi sedikit sambil terus

dipanaskan pada suhu 80oC hingga mendapatkan sabun kental.

d. Dimasukkan sodium lauril sulfat, Trietanolamin, dan Propilenglikol pada

suhu 80oC.
63

e. Kemudian dimasukkan Na CMC sedikit demi sedikit terus dipanaskan

hingga larut. Lalu ditambahkan nipagin, nipasol aduk homogen, suhu

diturunkan sampai 50oC lalu tambahkan ekstrak daun kemangi sedikit

demi sedikit sambil diaduk sampai homogen.

f. Kemudian masukkan -tokoferol dan OMP (Oleum Menthae Piperitae)

aduk sampai homogen.

g. Dicukupkan volumenya hingga mencapai 125 mL, aduk homogen.

h. Dimasukkan ke dalam wadah sabun mandi cair.

H. Uji Kualitas Sabun Cair

1. Uji Organoleptik

a. Diamati bentuk, perubahan warna, dan bau dari formula sabun cair

b. Pengamatan dilakukan minggu pertama , kedua dan ketiga.

2. Uji Homogenitas

a. Sediaan sabun cair diletakkan pada kaca arloji.

b. Sabun diraba secara seksama, apakah sediaan sabun cair tersebut terdapat

butiran-butiran kasar atau tidak.

c. Apabila pada sediaan tersebut terdapat butiran-butiran kasar, berarti

sediaan tersebut tidak homogen.

d. Pengamatan dilakukan minggu pertama, kedua dan ketiga.

3. Uji pH

a. Ditimbang sebanyak 1 g sampel sediaan formula sabun cair

b. Dilarutkan dalam 10 mL air.

c. Dicelupkan kertas pH universal.


64

d. Diamkan dalam beberapa saat sampai terjadi perubahan warna pada

kertas pH universal tersebut.

e. Diamati perubahan warna yang ditunjukan pada kertas pH universal

tersebut, lalu dicatat.

4. Uji Tinggi Busa

a. Dimasukkan sediaaan sabun cair kedalam tabung reaksi sebanyak 1mL.

b. Ditambahkan sedikit aquadest.

c. Dikocok selama 20 detik secara konstan.

d. Diukur tinggi busa.


65

5. Diagram Alir

Daun Kemangi
- Dibersihkan
- Dicuci
- Ditimbang
Ekstraksi dengan metode maserasi

- Diupakan
- Rotary Evaporator
Ekstrak kental

Formula A Formula B Formula C

Evaluasi Uji Fisik

Uji Uji Uji pH Uji busa


Organoleptik Homogenitas

Data

Anaisis data

Hasil

Kesimpulan

Gambar 1.7
66

6. Analisis Data

1. Jenis Data

a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian di

Laboratorium Teknologi Farmasi Bina Husada Kendari.

b. Data sekunder yaitu data yang berasal dari literatur yang mendukung

penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah yaitu menggunakan teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data

berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukannya pengujian.

3. Penyajian Data

Data yang dianalisa dalam bentuk tabel kemudian dijabarkan dalam

bentuk narasi (uraian dan dilakukan penyimpulan).


67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ekstrak daun kemangi menggunakan metode ekstraksi secara maserasi

dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Dari hasil ekstraksi diperoleh ekstrak cair

yang berwarna hijau tua, kemudian diuapkan menggunakan alat rotary evaporator,

namun hasil penguapan yang diperoleh tidak begitu kental, sehingga dilakukan

penguapan lanjutan dengan cara diangin-anginkan. Sampai hasil ekstrak yang

diperoleh benar-benar ekstrak kental.

Metode ekstraksi yang dipilih menggunakan metode maserasi karena metode

ini cukup mudah dan menggunakan alat-alat yang sederhana. Digunakan pelarut

etanol karena flavonoid dapat larut dengan baik pada pelarut ini. Etanol bersifat

cukup selektif, kapang sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral,

absorbsinya baik, dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan dan

memerlukan panas yang lebih sedikit untuk proses pemekatan. Selain itu, beberapa

penelitian sebelumnya (Wiyono, 2013) yang mengekstraksi flavonoid dengan

menggunakan pelarut etanol 96%.


68

1. Uji Organoleptik

Tabel 1.5 Hasil Uji Stabilitas Sediaan

Minggu Jenis Uji Parameter Konsentrasi Pembusa Formula


Ke Formula A Formula B Formula C
1 Organoleptik Warna Kuning Hijau Kuning
kehijauan kehijauan
Bau Bau khas Bau khas Bau khas
Tekstur Kental Cair Cair
2 Organoleptik Warna Kuning Hijau Kuning
kehijauan kehijauan
Bau Bau khas Bau khas Bau khas
Tekstur Kental Cair Cair
3 Organoleptik Warna Kuning Hijau Kuning
kehijauan kehijauan
Bau Bau khas Bau khas Bau khas
Tekstur Kental Cair Cair

Parameter yang diamati dalam uji stabilitas fisik ini meliputi perubahan

warna, bau, dan bentuk. Dari hasil pengamatan bentuk, didapatkan hasil bahwa

seluruh sediaan Sabun Cair yang dibuat tidak mengalami perubahan bentuk dari

awal pembuatan hingga minggu ketiga pada penyimpanan suhu kamar.

Konsistensi (bentuk atau kepadatan) dari sediaan dipengaruhi oleh variasi

konsentrasi pembusa yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi pembusa yang

digunakan maka sediaan pun semakin nampak cair.

Bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan adalah bau khas dari pengaroma

yang digunakan dan dari daun kemangi itu sendiri, dan tidak terjadi perubahan

bau selama penyimpanan. Pemberian variasi pembusa pada ketiga formula tidak

mempengaruhi aroma pada sediaan sabun cair.


69

Dari hasil pengamatan warna yang dihasilkan pada sediaan sabun cair dari

ketiga formulasi A, B, dan C memiliki warna yang sama yakni kuning kehijauan.

Namun pada minggu ketiga setelah pengamatan terjadi perubahan warna menjadi

hijau pada sediaan sabun cair dari warna sebelumnya. Hal ini diduga disebabkan

stabilitas flavonoid yang menurun selama penyimpanan. Stabilitas flavonoid dapat

dipengaruhi oleh pH, cahaya, dan temperatur yang dapat menyebabkan warna

mudah terdegradasi. Selain itu, konsistensi ekstrak yang masih kental diduga

mempengaruhi kestabilan warna sehingga kemungkinan besar bisa diatasi dengan

menyiapkan ekstrak dalam bentuk kering.

2. Uji Homogenitas

Tabel 1.6 Hasil Uji Homogenitas

Homogenitas
Formula (Minggu ke)
I II III
A Homogen Homogen Homogen
B Homogen Homogen Homogen
C Homogen Homogen Homogen

Uji Homogenitas dilakukan dengan cara memindahkan sediaan di kaca

objek untuk melihat adanya partikel atau butiran-butiran kasar. Untuk uji

homogenitas masing-masing formula sabun cair ini, tidak ditemukan adanya

butiran-butiran kasar yang berarti bahwa formula yang dihasilkan terdispersi

dengan baik.
70

3. Uji pH

Konsentrasi Pembusa Formula


Minggu
Jenis Uji Parameter Formula Formula Formula
Ke-
A (10%) B (15%) C (20%)
1 Kadar Ph pH 8 8 8

2 Kadar pH pH 9 9 9

3 Kadar pH pH 9 9 9

Kadar pH mengindikasikan tingkat keasaman atau alkali dari kulit. Kadar

pH normal kulit memiliki range 4,5-6,5. Pengujian pH dilakukan pada ketiga

sediaan sabun cair selama masa penyimpanan tiga minggu. Pengukuran pH

menggunakan pH universal yang dilakukan dengan mencocokan warna yang

diperoleh pada tabel warna yang tertera. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

pH dari sediaan sabun cair antiseptik dari ekstrak daun kemangi tidak melebihi

atau mengurangi dari pH yang ditentukan yaitu pH untuk sabun mandi cair 8-11.

(SNI 0 6-4085-1996).

4. Uji Tinggi Busa

Minggu Uji Tinggi Busa (cm)


Ke- Formula A Formula B Formula C
(10%) (15%) (20%)
I 3,2 cm 4,9 cm 5,3 cm
II 3,2 cm 4,7 cm 5 cm
III 3 cm 4,5 cm 4,9 cm

Salah satu daya tarik sabun adalah kandungan busanya. Perilaku konsumen

menunjukkan bahwa mereka akan merasa puas jika, sabun yang dipakai berbuih

banyak. Daya busa mempunyai kecenderungan makin menurun dengan semakin


71

lamanya pengadukan dan sema-kin banyaknya rasio air-sabun (Wijana, 2009).

Pengujian tinggi busa dari sabun mandi cair dengan cara sediaaan sabun cair

dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 1mL, ditambahkan dengan sedikit

aquadest lalu dilakukan pengocokan selama 20 detik secara konstan dan diukur

tinggi busa dengan menggunakan mistar.

Adanya penurunan busa tersebut karena daya buih dipengaruhi oleh pH,

sehingga semakin menurun pH daya busa yang dihasilkan ikut menurun.

Disamping itu, adanya peningkatan jumlah air yang ditambahkan dalam sabun

juga berpengaruh terhadap busa yang dihasilkan.

Perbedaan daya busa ini bisa juga disebabkan oleh perbedaan kandungan

alkali dalam sabun cair yang dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan dalam proses

saponifikasi, alkali memegang peran yang sangat penting. Disamping itu,

penurunan daya busa juga dipengaruhi oleh kandungan asam lemak bebas yang

terdapat dalam sabun yang dihasilkan, karena asam lemak bebas yang terdapat

dalam sabun dapat menghambat daya bersih dari sabun itu yang ditandai dengan

sedikitnya buih yang dihasilkan


72

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai formulasi

sediaan Sabun Cair Antiseptik Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basillicum L.)

dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstrak daun kemangi 10% dapat diformulasi dalam bentuk sediaan sabun

cair antiseptik dengan variasi konsentrasi penggunaan pembusa 10%, 15%

dan 20%.

2. Penambahan konsentrasi Sodium Lauril Sulfat sebagai pembusa dapat

mempengaruhi bentuk dari sediaan, formula A dengan Konsentrasi 10%

memiliki bentuk yang lebih bagus daripada kedua formula yang lain.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji coba penggunaan

produk sabun cair antiseptik ekstrak daun kemangi pada hewan uji coba selama

21 hari, untuk mengetahui efektivitas produk.

Sabun cair ekstrak daun kemangi perlu adanya pengembangan dalam segi

warna, aroma serta pengemasan agar dapat diterima di lingkungan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Agus, Wahyudi. 2006. Pengaruh Penambahan Kurkumin dari Rimpang Temu


Giring Pada Aktivitas Antioksidan Asam Askorbat dengan Metode FTC. Akta
Kimia Indonesia. Institut Teknologi Sepuluh. Surabaya.
Barel, A.O., Paye, M., dan Mibach, H.I., 2009, Handbook of Cosmetic Science
and Technology, 3rd edition, 462, 771, Informa Healthcare USA, Inc., New
York.
BPOM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta : BPOM RI.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengandaliannya. Jakarta :
Salemba Medika.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Depkes RI. 2010. Undang- undang Tentang Notifikasi Kosmetika. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Erlivawidji. 2012. Kosmetik. http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter2011.pdf
(diakses pada tanggal 03 Maret 2014).
Gunawan, Didik. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta L:
Penebar Swadaya.
Handayani A.P, Hika Citra. 2009. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak
Etanol 96% Biji Alpukat (Perseae americana Mill) Terhadap Formulasi
Sabun Padat Transparan. Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Kusumah, Dewi. 2008. Potensi Pemanfaatan Tempe Kedelai Dalam Pembuatan
Bubur Instan Untuk Diabetes dengan Komplikasi Gangren. Skripsi: Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Mardiana, Lina., Paimin Fendy R. 2005. Ramuan Tradisional Untuk Kesuburan
Suami Istri. Jakarta: Penebar Swadaya Indonesia.
Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Perpustakaan Nasional Katalog
Dalam Terbitan.
Maryati, Fauzia Ratna Sorayya., dan Rahayu Triastuti. 2007. Uji Aktivitas
Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi Terhadap Staphylococcus aureus
dan Escherchia coli. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol 8, No.1,
2007: 30-38: UMS. Surakarta.
Maulida, Dewi., Zulkarnaen Naufal. 2010. Ekstraksi Antioksidan (Likopen) Dari
Buah Tomat dengan Menggunakan Solven Campuran n-Heksana, Aseton
dan Etanol. Skripsi: UDS. Semarang.
Naomi, Phatalina., Gaol Lumban A.M., dan Toha M. Yusuf. 2013. Pembuatan
Sabun Lunak dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi
Kimia. Jurnal Teknik Kimia: Universitas Sriwijaya. Palembang.
Perdana, Farid Kurnia. 2010. Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan
Soda Q Sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q. Jurnal
Teknik Kimia.
Putriyanti, Dian. 2007. 100 % Cantik Rahasia Dibalik Buah & Sayur.
Yogyakarta: Best Publisher.
Ramdani Nurul Fitri., Mambo Christi., dan Wuisan Jane. 2014. Uji Efek Daun
Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada
Kelinci (Oryctolagus cuniculus).Sripsi: USR. Manado.
Roslan, Anis Nadia Bt., Sunariani, Jenny., Irmawati, Anis. 2009. Penurunan
Sensitivitas Rasa Manis Akibat Pemakaian Pasta Gigi yang Mengandung
Sodium Lauril Sulphate 5%. Jurnal PDGI Vol 58, No 2. Surabaya.
Rowe, C.R, Paul, J.S., dan Owen S.C. 2009. Handbook Of Pharmaceutical
Excipients Fith Edition. Washington : Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association.
Rowe, C.R, Paul, J.S., dan Marian E.Q. 2006. Handbook Of Pharmaceutical
Sixth Edition. Washington : Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association.
Salimah, Nur Azizah. 2013. Uji Aktivitas Dan Efektivitas Waktu Kumur Sediaan
Mouthwash Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L. Forma
Citratum Back) Terhadap Pertumbuhan Mikroba Mulut. Skripsi: UGM.
Yogyakarta.
Shintaningsih, Lucia. 2007. Optimasi Komposisi Polysorbate 80 & Cetyl Alkohol
Sebagai Emulsifying Agent Dalam Lotion Virgin Coconot Oil dengan
Aplikasi Desain Faktorial. Skripsi: Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Sjamsoe Emmy S., Daili., Menaldi, Sri Linuwih., dan Wisnu I Made. 2005.
Penyakit Kulit Yang Umum di Indonesia. Jakarta: PT. Medical Multimedia
Indonesia.
Soebagio, Boesro., Sriwidodo., dan Anggraini Irni. 2011. Formulasi Sabun Mandi
Cair dengan Lendir Daun Lidah Buaya. Jurnal Farmasi. Universitas
Padjajaran. Jatinangor-Sumedang.
Standar Nasiolan Indonesia.1996. Sabun Mandi Cair. Dewan Standarisasi
Nasional.
Soebagio, Boesro., Sriwidodo., Narsa Angga Cipta. 2009. Pengaruh Propilen
glikol Terhadap Laju Difusi Krim Natrium Diklofenak dengan Basis
Hidrofobik Secara In Vitro. Jurnal Farmasi. Universitas Padjajaran.
Jatinangor-Sumedang.
Sulistianingsih. 2010. Uji Kepekaan Beberapa Sediaan Antiseptik Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus aureus Resisten
Metisilin (MRSA). Tesis: UNPAD. Jatinangor.
Suryo, Joko. 2010 Herbal Penyembuh Impotensi & Ejakulasi Dini. Yogyakarta: B
First (PT Bentang Pustaka).
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Tommy, Emilan., Kurnia Ashfar., Utami Budi., Diyani Liliek Nurlinda., dan
Maulana Adhen. 2011. Konsep Herbal Indonesia: Pemastian Mutu Produk
Herbal. Tesis: UI. Depok.
Tranggono Retno Iswari., Latifah Fatma. 2007. Buku Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM.
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta : UI Press, 3-
6.
Wijana, Susinggih., Soemarjo., dan Harnawi Titik. 2009. Studi Pembuatan Sabun
Mandi Cair Dari Daur Ulang Minyak Goreng Bekas (Kajian Pengaruh
Lama Pengadukan Dan Rasio Air:Sabun Terhadap Kualitas). Jurnal
Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 1. Universitas Brawijaya. Malang
Wiyono, Weny. 2013. Penentuan Nilai Sun Protectif Factor (SPF) Secara In
Vitro Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol Kulit Alpukat. Jurnal Ilmiah
Farmasi Universitas Sam Ratulangi Volume 2 Nomor 03 2013.
Wresdiyati, Tutik., Astawan, Made., Fitriani, Dini., Andyane, I Ketut Mudite.,
Novelina, Safitri., Aryani, Saptina. 2007. Pengaruh Tokoferol Terhadap
Profil Superoksida Dismutase dan Malondialdehida Pada Jaringan Hati
Tikus di Bawah Kondisi Stres. Jurnal Veteriner. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN I

Perhitungan Bahan :

BAHAN FA (%) FB (%) FC (%) KEGUNAAN

Ekstrak daun
10% 10% 10% Zat aktif
kemangi

Pembentuk
KOH 8% 8% 8%
sabun
Pembentuk
Oleum Cocos 10% 10% 10%
sabun

Na-CMC 3% 3% 3% Pengental

Sodium lauril
10% 15% 20% Pembusa
sulfat

Trietanolamin 3% 3% 3% Pengemulsi

Nipasol 0,02% 0,02% 0,02% Pengawet

Nipagin 0,18% 0,18% 0,18% Pengawet

Propilenglikol 10% 10% 10% Humektan

-tokoferol 0,05% 0,05% 0,05% Antioksidan

OMP 0,05% 0,05% 0,05% Pengaroma

Aquadest Ad 125 ml Ad 125 ml Ad 125 ml Pelarut


2. Formula A

Tiap 125 mL mengandung :

10
Ekstrak Daun Kemangi 10% = 100 125 = 12,5
8
KOH 8% = 100 125 = 10
10
Oleum Cocos 10% = 125 = 12,5
100
3
Na CMC 3% = 100 125 = 3,75
10
Natrium Lauril Sulfat 10% = 100 125 = 12,5
3
Triethanolamin 3% = 100 125 = 3,75
0,02
Nipasol 0,02% = 125 = 0,025
100
0,18
Nipagin 0,18% = 125 = 0,225
100
10
Propilenglikol 10% = 100 125 = 12,5
0,05
-tokoferol 0,05% = 125 = 0,0625
100
0,05
OMP 0,05% = 125 = 0,0625
100

Aquadest ad 125 mL = 125 mL (12,5 + 10 +12,5 + 3,75 + 12,5 +


3,75 + 0,025 + 0,225 + 12,5 +
0,0625 + 0,0625)
= 125 mL 67,875
= 57,125 Ml
3. Formula B

Tiap 125 mL mengandung :


10
Ekstrak Daun Kemangi 10% = 100 125 = 12,5
8
KOH 8% = 100 125 = 10
10
Oleum Cocos 10% = 100 125 = 12,5
3
Na CMC 3% = 125 = 3,75
100
10
Natrium Lauril Sulfat 15% = 100 125 = 18,75
3
Triethanolamin 3% = 100 125 = 3,75
0,02
Nipasol 0,02% = 125 = 0,025
100
0,18
Nipagin 0,18% = 125 = 0,225
100
10
Propilenglikol 10% = 100 125 = 12,5
0,05
-tokoferol 0,05% = 125 = 0,0625
100
0,05
OMP 0,05% = 125 = 0,0625
100

Aquadest ad 125 mL = 125 mL (12,5 + 10 +12,5 + 3,75 + 18,75 +


3,75 + 0,025 + 0,225 + 12,5 +
0,0625 + 0,0625)
= 125 mL 74,125
= 50,875 mL
4. Formula C

Tiap 125 mL mengandung :


10
Ekstrak Daun Kemangi 10% = 100 125 = 12,5
8
KOH 8% = 100 125 = 10
10
Oleum Cocos 10% = 100 125 = 12,5
3
Na CMC 3% = 100 125 = 3,75
10
Natrium Lauril Sulfat 20% = 100 125 = 25
3
Triethanolamin 3% = 125 = 3,75
100
0,02
Nipasol 0,02% = 125 = 0,025
100
0,18
Nipagin 0,18% = 125 = 0,225
100
10
Propilenglikol 10% = 100 125 = 12,5
0,05
-tokoferol 0,05% = 125 = 0,0625
100
0,05
OMP 0,05% = 125 = 0,0625
100

Aquadest ad 125 mL = 125 mL (12,5 + 10 +12,5 + 3,75 + 25 +


3,75 + 0,025 + 0,225 + 12,5 +
0,0625 + 0,0625)
= 125 mL 80,375
= 44,625 mL
Lampiran II

Daun Kemangi (Ocimum basillicum L.)

Penyiapan Sampel
Proses Maserasi

Pembuatan Formula
Pengujian Fisik Sediaan
Lampiran III

Brosur dan Etiket

OCIMUM Body Wash Antiseptic

KOMPOSISI:
Ocimu Body Wash Antiseptik mengandung:
Ekstrak Daun Kemangi 10 %
Sodium Lauril Sulfat

INDIKASI:
Ocimum Body Wash Antiseptic efekteif untuk membunuh kuman
penyebab bau badan tak sedap dan gatal-gatal

CARA PEMAKAIAN:
Gunakan setiap hari saat mandi untuk memberikan rasa segar dan

bersih sesudah mandi.

PERHATIAN:
Ocimum Body Wash Antiseptic hanya untuk pemakaian luar,
hindari kontak dengan mata dan kelopak mata.

PENYIMPANAN:
Simpan di tempat yang sejuk dan kering 15-25 0 C

KEMASAN:
Ocimum Body Wash Antiseptik @ 125 mL
No. Reg : CD 0201410001
No. Batch : A 020014
Exp. Date : Juli 2017
Diproduksi Oleh:

PT. Maya W MW
KENDARI SULAWESI TENGGARA
ETIKET

OCIMUM
Body Wash
Antiseptic
OCIMUM
Komposisi :
Body Wash
Ocimum Body Wash Antiseptik mengandung :
Antiseptic
Ekstrak Daun Kemangi, Propilenglikol,
Body Wash Antiseptic

Body Wash Antiseptic


Triethanolamin, Kalium Hidroksida, Oleum Cocos,
Na-CMC, Sodium Lauril Sulfat, Oleum Menthae
Piperitae, -tokoferol Metilparaben, Propilparaben,
Ekstrak Daun Kemangi

OCIMUM
OCIMUM

Aquadest.

Indikasi :

Ocimum Body Wash Antiseptic efekteif untuk


membunuh kuman penyebab bau badan tak sedap
dan gatal-gatal

Cara Pemakaian :

Gunakan setiap hari saat mandi untuk memberikan


rasa segar dan bersih sesudah mandi.

Kemasan:

Ocimum Body Wash Antiseptic @


125 mL

No. Reg : CD 0201410001

No. Batch : A 020014

Exp. Date : Juli 2017

Netto 125 mL

Diproduksi Oleh:

PT. Maya W

KENDARI SULTRA
YAYASAN BINA HUSADA KENDARI

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI

Jalan Sorumba No. 1/Kendari Sulawesi Tenggara 93117/Tlp./Fax. 0401-3190193

LAPORAN HASIL UJI

NAMA : Heny Eka Safitri

NIM : F.12.047

JUDUL : Formulasi Sediaan Sabun Cair Minyak Atsiri Lengkuas Merah


(Alpinia purpurata K. Schum) Kombinasi Sari Tomat (Solanum
lycopersicum L) Sebagai Antijamur

TANGGAL : 1 juli 21 juli 2015


1. Data Hasil Pengujian Organoleptik

Minggu Jenis Uji Parameter Konsentrasi Pembusa Formula


Ke
Formula A Formula B Formula C
1 Organoleptik Warna Putih Putih Putih
Kekuningan kekuningan kekuningan
Bau Bau khas Bau khas Bau khas
Tekstur Kental Kental Kental
2 Organoleptik Warna Putih Putih Putih
Kekuningan kekuningan kekuningan
Bau Bau khas Bau khas Bau khas
Oleum Oleum Oleum
orange orange orange
Tekstur Cair Kental Kental
3 Organoleptik Warna Kuning Kuning Kuning
Muda
Bau Bau khas Bau khas Bau khas
Oleum Oleum Oleum
orange orange orange
Tekstur Kental cair cair
2. Data Hasil Pengukuran pH
Konsentrasi Pembusa Formula
Minggu
Jenis Uji Parameter Formula Formula Formula
Ke-
A B C

1 Kadar pH pH 9 9 10
2 Kadar pH pH 10 10 10
3 Kadar pH pH 10 11 11

3. Data Hasil Pengujian Homogenitas


Homogenitas
Formula (Minggu ke)
I II III
A (10%) Homogen Homogen Homogen
B (15%) Homogen Homogen Homogen
C (20%) Homogen Homogen Homogen

Data yang terlampir diatas merupakan data yang benar-benar diperoleh

pada waktu melakukan penelitian di Laboratorium Teknologi Farmasi

Akademi Farmasi Bina Husada Kendari Sulawesi Tenggara.

Kendari, 2015
Menyetujui, Mengetahui,
Laboran Laboratorium Farmasetika Kepala Laboratorium Farmasetika

Hasnawati, Amf Drs. H. Adami

Anda mungkin juga menyukai