Lta Dian Retno Wati
Lta Dian Retno Wati
Lta Dian Retno Wati
Oleh :
DIAN RETNO WATI
NIM : 1748401036
Oleh :
DIAN RETNO WATI
NIM : 1748401036
Formulasi dan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi
Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)
ABSTRAK
Pada tahun 2018, BPOM RI menemukan 112 miliar rupiah kosmetik ilegal
dan dan/atau mengandung bahan dilarang (BD)/bahan berbahaya (BB) antara lain
pewarna berbahaya atau pewarna sintesis yang disalahgunakan pada sediaan tata
rias yang dapat menyebabkan kanker, kelainan pada janin, dan iritasi kulit.
Pewarna alami merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan, maka ekstrak
ubi jalar ungu dapat digunakan sebagain pewarna alami dalam eye shadow. Ubi
jalar ungu (Ipomoea batatas L.) merupakan bahan pengganti pangan yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pewarna karena mengandung pigmen antosianin.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi eye shadow tipe
compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan variasi
konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%. Kemudian masing-masing
konsentrasi dilakukan evaluasi mutu eye shadow tipe compact powder meliputi uji
organoleptis, homogenitas, efektivitas (oles), kekerasan dan kesukaan. Penelitian
yang dilakukan bersifat eksperimental. Hasil evaluasi dianalisis menggunakan
analisa univariat.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa eye shadow tipe
compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan variasi
konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% memiliki peningkatan warna
mulai dari putih keunguan hingga ungu tua; berbau khas; dan memiliki tekstur
yang halus. Semua konsentrasi memiliki susunan yang homogen. Pada konsentrasi
5%-20% memiliki efektivitas pada saat pengolesan yang baik, dan pada
konsentrasi 10%-30% memiliki kekerasan yang baik yaitu tidak mudah pecah
serta pada uji kesukaan eye shadow tipe compact powder yang paling disukai
adalah formula eye shadow tipe compact powder konsentrasi tertinggi yaitu 30%.
iii
POLYTECHNIC OF HEALTH
TANJUNGKARANG PHARMACEUTICAL
DEPARTMENT Final Project Report, June 2020
ABSTRACT
iv
BIODATA PENULIS
Riwayat Pendidikan
TK (2003 - 2005) : TK Dharma Pertiwi Merbau Mataram
SD (2005 - 2011) : SD Negeri 1 Merbau Matarm
SMP (2011 - 2014) : SMP Negeri 2 Merbau Mataram
SMA (2014 - 2017) : SMA Negeri 1 Tanjung Bintang
DIII (2017-2020) : Poiteknik Kesehatan Tanjungkarang
Jurusan Farmasi.
v
LEMBAR PERSETUJUAN
Penulis
Pembimbing I
Pembimbing II
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Penulis
Diterima dan disah kan oleh tim penguji Ujian Akhir Program Diploma III
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Farmasi, sebagai persyaratan
menyelesaikan pendidikan Diploma III.
Tim Penguji
Mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi
Poltekkes Tanjungkarang
vii
LEMBAR PERNYATAAN
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka
saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya.
viii
MOTTO
ix
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin, rasa syukur yang berlimpah ku panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya serta kemudahan dalam setiap langkahku, menjadi tempat memohon dan mencurahkan segala isi hati dan keluh
kesah dalam menjalani kehidupan ini, sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini yang akan ku persembahkan untuk :
Bapak dan ibu ku tercinta, tersyang, tersegala-galanya yaitu yang telah memberikan kasih sayang, doa,
dukungan, mokesabaran dan pengorbanan yang selalu kalian berikan kepadaku serta jasa-jasa kalian yang tak terhingga.
Sampai saat ini mungkin ku belum mampu berbuat lebih untuk membahagiakan kalian, biarkanku tuk tetap terus berdoa
dan berusaha agar suatu saat nanti dapat membahagiakan kalian seperti kalian membahagiakanku hingga saat ini. Dan kelak
kalian tersenyum bangga melihat keberhasilanku berkat usaha dan doa kalian yang selalu menyertaiku, Aamiin…..
Ya Allah ampunilah dosa kedua orang tuaku, jauhkan mereka dari azab kubur dan api neraka, berilah selalu kesehatan kepada mereka, serta keselamatan
di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin Ya Rabbal Alamin……
Untuk Mamas dan mba ku tersayang, terimakasih atas kasih sayang, dukungan, bantuan dan semangatnya. Semoga ku
bisa menjadi adik yang membanggakan untukmu dan semoga kita dapat menjadi harapan, kebanggan, dan anak yang berbakti
kepada bapak dan ibu. Untuk keponakanku yang lucu sekaliii, yang selalu memberikan semangat dengan tingkah lucu dan
menggemaskanmu serta selalu membuat tawa untukku..
My best friend kuliah terterterr…..Yoke yang gk bisa jauh dariku ,
sahabat berangkat kuliah, di kosan, pas tidur, apalagi makan, pokoknya ape-ape kalo bisa berdua dah terimakasih atas
dukungan, dan semangatnya ya sebenarnya dia juga perlu penyemangat. Walaupun kadang suka atau banyak
menyebalkannya tapi aku sayang kamu. Banyak keluh kesah yang mungkin kuceritakan padanya begitupun sebaliknya.
x
Terimakasih kepada Pembimbing Utama Bapak Indra Gunawan, M. Sc., Pembimbing Kedua Ibu Ani Hartati, S. Si.,
Apt., M. Si., Penguji Ibu Dra. Dias Ardini yang telah meluangkan waktunya, bimbingan, saran, masukan, arahan dan ilmu yang
telah diberikan selama penyusunan LTA ini, Dosen dan Staff Farmasi yang telah sabar mendidik, mengajarkan banyak hal,
dan memberikan tauladan yang baik, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan di Jurusan Farmasi. Semoga semua
ilmu yang Bapak/Ibu berikan dapat bermanfaat dan menjadi berkah di kehidupan saya. Aamiin…..
Untuk sahabat-sahabat BRS ( Bocah Rantau Squad) = Srik, Rohmiyani, Yoke, Milea, Pialala, Umi, Eka, Devi, Nova, Hawa yang selalu
tak henti-hentinya ghibah time terimakasih untuk semua-muanya, waktu, motivasi, semangat, dukungan, canda-tawa, keluh kesah curhatan,
dan pemikiran yang gk selalu sama dan masih banyak lagi momen kebersamaan yang mungkin gk bakal dilupain dan gk bisa disebutin satu-
satu…....ILY
Teruntuk teman-teman sealmamater dan seperjuangan yang juga berjuang tuk gelar Amd. Farm., semua anak Farmasi’17
yang telah menjadi bagian dalam cerita dan kenangan hidupku. Terimakasih atas semangat, saran, canda tawa dan kontroversi” yang
mungkin ada selama 3 tahun ini dan diujung kelulusan kita bersamaan dengan adanya pandemi covid-19 yang membuat kita disebut-
sebut sebagai lulusan jalur corona. Tetap semangat dan berjuang gapai cita-cita kalian setinggi mungkin dan kelak kita semua bisa
menjadi orang-orang sukses yang diberkahi dan diridhoi serta berguna bagi kedua orang tua, keluarga, sahabat, dan semua orang,
Aamiin…
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobil’alamin.
Segala puji serta syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Fomulasi dan
Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas L.) .
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam proses penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat disusun
atas bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui Laporan
Tugas Akhir ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Warjidin Aliyanto, S.KM., M.Kes. selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang.
2. Ibu Dra. Pudji Rahayu, Apt., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
3. Ibu Dra. Dias Ardini, Apt., M. TA. selaku dosen penguji, penulis
mengucapkan terimakasih telah memberikan arahan , dan masukan untuk
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Indra Gunawan, M. Sc. selaku dosen pembimbing utama, penulis
mengucapkan terimakasih untuk setiap waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran
yang diluangkan dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir ini.
5. Ibu Ani Hartati, S. Si., Apt., M. Si. selaku dosen pembimbing pendamping,
penulis mengucapkan terimakasih juga selalu memberikan bimbingan,
arahan, dan masukan untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Segenap panitia LTA, serta staff dan karyawan di Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang dan semua rekan mahasiswa/i Jurusan Politeknik
Kesehatan Farmasi Tanjungkarang serta semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan bantuan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
xii
saran demi perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Bandar Lampung, Juni 2020
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR SAMPUL LUAR...........................................................................................i
LEMBAR SAMPUL DALAM......................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................................iii
BIODATA PENULIS........................................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................vi
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................vii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................................viii
MOTTO..................................................................................................................................ix
PERSEMBAHAN...............................................................................................................x
KATA PENGANTAR......................................................................................................xii
DAFTAR ISI........................................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian......................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6
E. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................7
xiv
F. Evaluasi Sediaan Eye Shadow Tipe Compact powder 35
G. Alur Penelitian 37
H. Pengumpulan Data 38
I. Pengolahan dan Analisis Data 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Table 4.2 Hasil Uji Organoleptik (Warna) Eye Shadow Tipe Compact
Powder.......................................................................................................41
Table 4.3 Hasil Uji Organoleptik (Bau) Eye Shadow Tipe Compact
Powder.......................................................................................................43
Table 4.4 Hasil Uji Organoleptik (Tekstur) Eye Shadow Tipe Compact
Powder.......................................................................................................44
Table 4.5 Hasil Uji Homogenitas Eye Shadow Tipe Compact Powder....45
Table 4.6 Hasil Uji Efektivitas (Oles) Eye Shadow Tipe Compact
Powder.......................................................................................................46
Table 4.7 Hasil Uji Kekerasan Eye Shadow Tipe Compact Powder..........47
Table 4.5 Hasil Uji Kesukaan Eye Shadow Tipe Compact Powder............49
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir,
dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik
(Permenkes RI No.1176/2010:I:1(1)).
Kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit dapat digolongkan menjadi 2
yaitu, kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic) dan kosmetik riasan
(dekoratif atau makeup). Jenis kosmetik dekoratif diperlukan untuk merias
dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih
menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri
(self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi
sangat besar (Tranggono & Latifah, 2007:8).
Pertumbuhan industri kosmetik di Indonesia saat ini cukup tinggi.
Masyarakat terutama kaum wanita, semakin sadar akan pentingnya kosmetik
sebagai kebutuhan sehari-hari. Tren penggunaan kosmetik yang semakin
berkembang akan berpengaruh pada semua jenis kosmetik, salah satunya eye
shadow. Eye shadow pun semakin berkembang seiring perkembangan zaman.
Banyak gaya dan warna baru yang di cetuskan para ahli rias dan menjadi tren
yang diikuti masyarakat.
Eye shadow adalah bagian dari kosmetik yang digunakan sebagai perona
mata. Eye shadow memerlukan bahan yang sangat aman dan cara pemakaian
yang hati-hati karena dikenakan pada kulit dekat mata, biasanya pada kelopak
mata atas (Tranggono & Latifah, 2007: 96). Wanita sangat senang mewarnai
kelopak mata dengan eye shadow, karena eye shadow akan memberikan
kesan mata lebih menonjol dan menarik dengan adanya warna, bayangan dan
efek berkilau pada mata.
1
2
Tren adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap orang di setiap
pergantian tahun. Dalam dunia kecantikan, tren sudah menjadi kiblat yang
pasti akan diikuti oleh semua pencinta kosmetik. Adapula warna-warna yang
diprediksi menjadi tren di dunia kecantikan (Suaramerdeka, 2019:1).
Prediksi tren makeup 2020 menurut Dhirman Putra untuk riasan mata
maupun pilihan warna lipstik nampaknya sudah tidak akan menampilkan
warna bold / warna-warna yang berani. Bold sudah lewat, sekarang lebih ke
warna-warna natural (Stylo.ID, 2019:2). Menurut prediksi dan pandangan
makeup artis profesional Archangela Chelsea tentang eye shadow, pada tahun
2020 banyak penggunaan tren smokey eyes (tampilan mata yang lebih intense
dan dramatis) tetapi tetap menggunakan warna yang natural. Warnanya lebih
bold tapi bukan merah atau hitam. Warna yang akan tren ialah ungu, ungu
tua, cokelat dan abu-abu. Sehingga efek yang timbul saat diaplikasikan
menjadi smokey eyes (Tribunpontianak, 2019:2).
Melihat peluang bisnis yang besar dalam dunia kosmetik, banyak oknum
tidak bertanggungjawab membuat dan menjual kosmetik palsu dengan harga
yang jauh lebih murah dari produk aslinya. Dalam Siaran Pers Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia menyatakan bahwa selama
tahun 2018, BPOM RI menemukan 112 miliar rupiah kosmetik ilegal dan
dan/atau mengandung bahan dilarang (BD)/bahan berbahaya (BB) serta 22,13
miliar rupiah obat tradisional (OT) ilegal/atau mengandung bahan kimia obat
(BKO).
Berdasarkan Public Warning/Peringatan No. B-HM.01.01.1.44.11.18.
5410 tanggal 14 November 2018 tentang kosmetik mengandung bahan
berbahaya temuannya di dominasi oleh produk kosmetik yang mengandung
merkuri, hidrokinon, asam retinoat, timbal dan pewarna dilarang merah K3
(Cl 15585) serta rhodamin B. Sebagai contoh merah K3 dan Rhodamin B
yang sering disalahgunakan pada sediaan tata rias (eye shadow, lipstik,
perona pipi) yang merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan
sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Resiko yang ditimbulkannya
antara lain dapat menyebabkan kanker (karsinogenik), kelainan pada janin
(teratogenik), dan iritasi kulit (BPOM, 2018).
3
Maraknya penggunaan zat warna pada era teknologi seperti saat ini
menyebabkan banyaknya sintesis-sintesis zat warna yang mempunyai
keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai
kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil dan lebih
murah. Adanya pewarna sintetik dapat mengurangi kelemahan dari zat warna
alami, antara lain tidak stabil, konsentrasi pigmen rendah, keseragaman
warna kurang baik dan spektrum warna tidak seluas pewarna sintetik
(Paryanto dkk, 2012:1).
Pewarna sintesis memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
pewarna alami, namun demikian penggunaan pewarna sintesis dapat
menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan serta berpengaruh kurang
baik terhadap semua bentuk kehidupan. Sedangkan penggunaan pewarna
alami juga memiliki beberapa keuntungan disamping aman dan mewarnai
produk pangan, beberapa diantaranya juga dapat sebagai pengawet,
penghambat sintesis aflatoksin, suplemen vitamin dan anti kanker, serta
penurun kolesterol dalam darah. Kepedulian terhadap kesehatan dan
lingkungan menjadikan pewarna alami sebagai alternatif utama pengganti
pewarna sintesis (Lestari, 2015:1-13).
Menyadari berbagai kelemahan yang disebabkan oleh pemakaian
pewarna sintetis yang mengandung bahan berbahaya, penggunaan pewarna
alami merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan karena dianggap
lebih aman. Pewarna alami ini dapat di peroleh dari tumbuhan, hewan
maupun mineral-mineral yang ada di alam. Indonesia sendiri memiliki
kekayaan alam yang berlimpah dan bisa dimanfaatkan sebagai pewarna
alami. Salah satu kekayaan alam Indonesia yang berpotensi dikembangkan
sebagai zat warna alami adalah ubi jalar ungu.
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) merupakan bahan pengganti pangan
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna karena mengandung pigmen
antosianin didalamnya (Winarti, dkk, 2008:1). Antosianin merupakan
pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan.
Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air bertanggung jawab terhadap
4
warna merah, biru dan warna ungu bunga, buah dan sayuran (Warner,
2015:165).
Penelitian yang dilakukan oleh Winarti, dkk, 2008 tentang ekstraksi dan
stabilitas warna ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai pewarna alami
menyebutkan bahwa pada ekstraksi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.)
menggunakan perbandingan pelarut etanol : asam asetat : air = 25 : 1 : 5
dengan pH pelarut 6,80 dan polaritas 32,77 menghasilkan ekstrak warna dari
ubi jalar ungu (konsentrasi antosianin) tertinggi yaitu 1,3170 mg/100 gr.
Menurut penelitian Ermawati, Chasanah, dan Hidayah, 2017 tentang
formulasi sediaan lipstik ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.)
menyebutkan bahwa warna yang dihasilkan mulai dari merah, ungu muda,
ungu hingga ungu tua. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai pewarna alami
juga pernah dilakukan oleh Pinesti, 2013 dalam formulasi sediaan lipstik
mendapatkan hasil lipstik yang berwarna ungu pucat dan ungu.
Penelitian tentang lipstick cair yang mengandung ekstrak ubi jalar ungu
sebagai pewarna alami oleh Hardiyantri dan Pratama menyatakan bahwa hasil
organoleptis menunjukkan formula lipstik cair menghasilkan warna merah
keunguan. Tidak hanya pada kosmetik, ubi jalar ungu dimanfaatkan sebagai
pewarna alami namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati,
Maryanti dan Sentari, 2012 tentang aplikasi ekstrak ubi jalar ungu sebagai
pewarna alami tahu menyatakan bahwa adanya penyerapan zat warna yang
dapat dilihat dari tahu yang semula berwarna putih menjadi ungu.
Telah ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas mengenai
formulasi eye shadow dengan pewarna alami diantaranya pada tahun 2018
oleh Dwiwulandari dkk mengenai formulasi sediaan eye shadow
menggunakan ekstrak air buah jamblang (Syzygium cumini) dalam bentuk
compact powder disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi 20%, 25% dan
30% ekstrak buah jamblang berpengaruh pada hasil uji mutu fisik dan pada
warna yang dihasilkan pada formula dengan ekstrak 30% ialah warna yang
sangat disukai. Penelitian yang dilakukan oleh Harahap, 2018 tentang
formulasi sediaan eye shadow compact powder ekstrak buah seduduk
(Melastoma malabathricum L.) sebagai pewarna menyatkan bahwa dari hasil
5
B. Rumusan Masalah
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) memiliki kandungan antosianin yang
dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami yang diharapkan menghasilkan
warna ungu pada sediaan. Sekarang ini banyak beredar kosmetik yang
mengandung bahan pewarna sintesis berbahaya. Masyarakat sekarang pun
banyak yang belum paham akan bahaya dari pewarna sintetis. Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang menjadi landasan
peneliti adalah apakah ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dapat
diformulasikan dan dibuat ke dalam sediaan eye shadow tipe compact powder
yang menghasilkan warna ungu seperti penelitian sebelumnya mengenai
formulasi dengan pemanfaatan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai
pewarna alami namun dengan sediaan yang berbeda.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui apakah eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu
(Ipomoea batatas L.) sebagai pewarna alami dapat menghasilkan warna ungu
pada sediaan, dapat dibuat dan memenuhi persyaratan sesuai dengan literatur
yang berlaku (SNI, 1998).
6
2. Tujuan khusus
a. Mengatahui sifat organoleptik eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi
jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30% sebagai pewarna.
b. Mengetahui homogenitas eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar
ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30% sebagai pewarna.
c. Mengetahui efektivitas (oles) eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi
jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30% sebagai pewarna.
d. Mengetahui kekerasan eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar
ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30% sebagai pewarna.
e. Mengetahui kesukaan terhadap panelis dari eye shadow tipe compact powder
ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%,
15%, 20%, 25% dan 30% sebagai pewarna.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dan pengetahuan serta dapat mengaplikasikan ilmu
yang telah di dapat selama menjalani perkuliahan di Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang khususnya dalam ilmu farmasetika.
2. Bagi institusi
Menambah khasanah informasi bagi mahasiswa di Jurusan Farmasi Poltekkes
Tanjungkarang terutama untuk pengayakan mata kuliah farmasetika dan
formulasi eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea
batatas L.) sebagai pewarna dengan variasi konsentrasi.
3. Bagi masyarakat
Memberikan tambahan informasi tentang pemanfaatan zat warna alami dari
ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.).
7
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian pembuatan eye shadow tipe compact
powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai pewarna alami
diekstraksi dengan metode maserasi kemudian diformulasikan dalam Eye
Shadow tipe compact powder dengan variasi konsentrasi ekstrak yaitu 0%,
5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30% dan dilakukan beberapa uji terhadap sediaan
eye shadow tipe compact powder berupa organoleptis, homogenitas,
kekerasan, efektivitas sediaan, dan uji kesukaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kosmetika
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti
keterampilan menghias dan mengatur. Menurut Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015
Tentang Persyaratan Teknis Kosmetika, dinyatakan bahwa definisi kosmetik
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian
luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian
luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau
melindugi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Per Ka BPOM No.
19/2015: I: 1(1)).
Sub Bagian Kosmetika Medik Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta , membagi
kosmetik menjadi beberapa macam :
1. Kosmetika Pemeliharaan dan perawatan, yang terdiri atas :
a. Kosmetika pembersih (cleansing)
b. Kosmetika pelembab (moisturizing)
c. Kosmetika pelindung (protecting)
d. Kosmetika penipis (thinning)
2. Kosmetika rias/dekoratif, yang terdiri atas :
a. Kosmetika rias kulit terutama wajah
b. Kosmetika rias rambut
c. Kosmetika rias kuku
d. Kosmetika rias bibir
e. Kosmetika rias mata
3. Kosmetika pewangi/parfum. Termasuk dalam golongan ini :
a. Deodoran dan antiperspiran
b. After shave lotion
8
9
Peranan zat warna dalam kosmetik dekoratif, zat warna untuk kosmetik
dekoratif berasal dari berbagai kelompok (Tranggono dan Latifah, 2007:91) :
1. Zat Warna Alam yang larut
Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya
dampak zat warna alam ini pada kulit lebih baik dari pada zat warna sintetis,
tetapi kekuatan pewarnaanya relatif lemah, tak tahan caahaya, dan relatif
mahal. Misalnya alkalain-zat warna merah yang diekstrak dari kulit akal
alkana (Radix alcannae), klorofil daun-daun hijau, henna yang diekstrak dari
daun Lawsonia inermis.
2. Zat Warna Sintetis yang Larut
Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari anilin, sekarang benzene,
toluene, anthracene, dan hasil isolasi dari coal-tar lain yang berfungsi sebagai
produk awal bagi kebanyakan zat warna dalam kelompok ini sehingga sering
disebut sebagai zat warna anilin atau coal-tar.
3. Pigmen-Pigmen Alam
Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat
secara alamiah, misalnya alumunium silikat, yang warnanya tergantung pada
kandungan besi oksida atau mangan oksida. Zat warna ini murni, sama sekali
tidak berbahaya, penting untuk mewarnai bedak-krim dan make-up sticks.
Warnanya tidak seragam, tergantung asalnya, dan pada pemanasan kuat
menghasilkan pigmen warna baru.
11
4. Pigmen-Pigmen Sintetis
Sejumlah zat warna asal coal-tar juga di klasifikasikan sebagai pigmen
sintetis. Daya larutnya dalam air, alkohol, dan minyak rendah sehingga
umumnya hanya digunakan dalam bentuk bubuk padat yang terdispersi halus.
Banyak pigmen sintetis yang tidak boleh digunakan dalam preparat kosmetik
karena toksis, misalnya cadmium sulfide dan prussian blue.
5. Lakes Alam dan Sintesis
Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu atau lebih zat warna yang
larut air di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan mengikatnya
sedemikian rupa (biasanya reaksi dengan kimia) sehingga produk akhirnya
menjadi bahan pewarna yang hampir tidak larut dalam air, minyak, atau
pelarut lain.
C. Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar. Bagi perlindungan kulit fungsi mantek asam kulit cukup
penting, sehingga ia disebut “the first line barrer of the skin” (pelindungan
pertama kulit). Yang lebih berperan dalam fungsi “mantel asam” kulit bukan
pada segi keasamannya-meskipun ini penting dakam mencegah infeksi
mikroorganisme karena umumnya mikroorganisme tidak tahan dalam
lingkungan yang bersifat asam-tetapi lebih pada susunan bahan-bahannya,
terutama pada susanan asam-asamnya. Hendaknya pH kosmetik diusahakan
sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis “mantel asam” kulit, yaitu
antara 4,5 – 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007:11,21).
Mata merupakan organ tubuh yang sering dinilai keindahannya dalam
penampilan seseorang. Estetika dari mata sering mejadi bahan ucapan, tulisan
atau lukisan baik dalam lagu cinta, novel, puisi, atau lukisan wanita cantik
jelita. Rias mata merupakan hal yang dapat dilupakan begitu saja, apabila
seseorang ingin berpenampilan lebih tentu dengan selalu mempertimbangkan
kondisi, keperluan dan tujuan yang ingin dicapai. Ada 3 bagian mata yang
12
perlu dirias, yaitu kelopak mata (eye lid), bulu mata (eye lash), dan alis mata
(eye brow) (Wasitaatmadja, 1997:133).
E. Compact powder
Compact powder adalah sediaan dasar berupa padatan lembut, homogen,
mudah disapukan merata pada kulit dengan spon, tidak menimbulkan iritasi,
biasanya berbentuk cake dan dapat digunakan sebagai pembawa sediaan
kosmetik untuk berbagai tata rias (Depkes RI, 1985:17).
Kosmetik dengan bentuk sediaan compact powder memiliki fungsi yang
hampir sama dengan dengan kosmetik dengan sediaan bubuk/serbuk. Sediaan
serbuk/bubuk biasanya digunakan di rumah sementara bentuk padat/compact
powder digunakan saat jauh dari rumah untuk merias wajah. Bahan yang
digunakan untuk membuat sediaan padat/compact powder pada dasarnya
sama dengan yang digunakan sediaan bubuk/serbuk tetapi perlu ditambahkan
bahan pengikat untuk membuatnya menjadi bentuk kompak/padat (Mitsui,
1997:376).
Bentuk sediaan compact powder memiliki adhesivitas yang baik terhadap
kulit, mudah diaplikasikan serta lebih nyaman dan efisien. Karena bentuknya
yang padat maka tidak mudah bertaburan. Teksturnya yang kering
memudahkan untuk meratakan pada kelopak mata untuk sediaan eye shadow
tipe compact powder dan hasil akhirnya tampak natural, matte, dan tidak
mudah crease atau pecah. Namun sediaan eye shadow tipe compact powder
memiliki kekurangan yaitu warna yang dihasilkan tidak terlalu pigmented
atau kurang terlihat, sehingga untuk hasil yang pigmented perlu diaplikasikan
berkaki-kali (Willkinson and Moore, 1982 dalam Dwiwulandari, Darsono dan
Wijaya, 2018).
Jepang, dan Indonesia. Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas
hampir di semua provinsi Indonesia pada mulanya terpusat di Pulau Jawa.
Pada tahun 196 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat
di dunia karena berbagai daerah di Indonesia menanam ubi jalar (Rukmana,
1997:11).
Di Indonesia, makanan dari ubi jalar masih disajikan dalam bentuk
sederhana. Padahal ubi jalar dapat diolah menjadi macam-macam bentuk
makanan seperti yang telah dilakukan di negara-negara maju. Bahkan, ubi
jalar juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan
minuman, industri tekstil, industri kosmetik, dan industri lem (Juanda dan
Cahyono, 2000:9).
1. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea L
Spesies : Ipomoea batatas (L.) (Rukmana, 1997:17)
2. Morfologi
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) termasuk tumbuhan
semusim (annual) yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang,
16
ubi, daun, bunga, buah dan biji. Batang tanaman berbentuk bulat, tidak
berkayu, berbuku-buku, dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat
(menjalar). Panjang batang tanaman bertipe tegak antara 1 m-2 m, sedangkan
pada tipe merambat (menjalar) antara 2 m-3 m.ukuran batang dibedakan atas
tiga macam, yaitu besar, sedang, dan kecil. Warna batang biasanya hijau tua
sampai keungu-unguan.
Pada bagian batang yang berbuku-buku tumbuh daun bertangkai agak
panjang secara tunggal. Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi
rata atau berlekuk dangkal sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian ujung
daun meruncing. Helaian daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk
jantung, namun ada pula yang bersifat menjari. Daun biasanya berwarna hijau
tua atau hijau kekuning-kuningan.
Dari ketiak daun akan tumbuh karangan bunga. Bunga ubi jalar
berbentuk mirip terompet, tersusun dari lima helai daun mahkota, lima helai
daun bunga, dan satu tangkai putik. Mahkota bunga berwarna putih atau putih
keungu-unguan.
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) yang sudah berumur ±3 minggu
setelah tanam biasanya sudah membentuk ubi. Bentuk ubi biasanya bulat
sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk ubi yang
ideal adalah lonjong agak panjang dengan berat antara 200 g – 250 g per ubi.
Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerahan, tergantung
jenis (varietas)nya. Daging ubi berwarna putih, kuning, atau jingga sedikit
ungu. Ubi yang berkadar tepung tinggi rasanya cenderung manis (Rukmana,
1997:17-20).
fosfor (P), kalsium (Ca), dan natrium (Na). Kandungan lainnya yang terdapat
ubi jalar adalah protein, lemak, serat kasar, kalori, dan abu (Juanda dan
Cahyono, 2000:11).
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) mengandung antosianin (zat warna
pada tanaman) berkisar antara 14,68 – 210 mg/100 gr. Besar kandungan
antosianin dalam ubi jalar ungu tergantung pada intensitas warna pada ubi
jalar ungu tersebut. Semakin tinggi kadar antosianin pada ubi jalar, maka
semakin ungu warna umbinya (Anonim, 2009).
4. Antosianin
Antosianin berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthos yang berarti bunga
dan kyanos yang berarti biru tua. Namun, sebenarnya pigmen ini tidak hanya
ditemui pada bunga, tetapi juga pada berbagai bagian tanaman seperti kulit
buah, daging buah, umbi, biji, daun, dan sebagainya. Pigmen yang terletak
pada umbi, contohnya ubi ungu dan wortel ungu (Lestario, 2018: 4).
e. Kopigmentasi
Kopigmen (penggabungan antosianin dengan antosianin atau komponen
organik lainnya) dapat mempercepat atau memperlambat proses degradasi,
tergantung kondisi lingkungan. Bentuk kompleks turun dengan adanya
protein tannin, flavonoid lainnya, dan polisakarida. Walaupun sebagian
komponen tersebut tidak berwarna, mereka dapat meningkatkan warna
antosianin dengan pergeseran batokromik, dan meningkatkan penyerapan
warna pada panjang gelombang penyerapan warna maksimum. Kompleks ini
cenderung menstabilkan selama proses dan penyimpanan (Fennema, 1996
dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19).
G. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari berbagai tanaman
obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
bagian tanaman obat tersebut dengan menggunakan pelarut tertentu (Marjoni,
2016: 15 ). Ekstrak adalah suatu produk hesil pengambilan zat aktif melalui
proses ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan
diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat (Marjoni,
2016:23).
rendah dan pada suhu 35oC- 40oC sampai volumenya mejadi kira-kira
seperlima volume ekstrak asal (Harbone, 1987:80).
Dalam penelitian ekstraksi dan stabilitas warna ubi jalar ungu (Ipomoea
batatas L. Sin) sebagai pewarna alami. Penelitian ini terdiri dari dua tahap
yaitu tahap I adalah ekstraksi zat warna ungu dari ubi jalar ungu dengan
berbagai perbandingan pelarut (campuran etanol, asam asetat dan air yaitu
5:1:25;10:1:20;15:1:15;20:1:10 dan 25:1:5). Penelitian tahap II, uji stabilitas
zat warna ungu dari ubi jalar ungu terhadap pengaruh pH, kadar gula, kadar
garam, lama pemanasan, suhu pemanasan dan pada pembuatan jelly
karagenan serta agar-agar. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik
21
yang digunakan adalah perbandingan jenis pelarut etanol : asam asetat : air =
25: 1 :5 dengan pH pelarut 6,80 dan polaritas 32,77 mengahasilkan ekstrak
warna ubi jalar ungu (konsentrasi antosianin) tertinggi yaitu 1,3170 mg/100
gr. Ekstrak warna dari ubi jalar ungu lebih stabil pada kondisi pH asam dari
pada pH basa, masih stabil pada kadar gula sampai 50%; kadar garam sampai
8%; terjadi penurunan stabilitas pada pemanasan sampai suhu 80 oC, namun
stabil pada suhu yang lebih tinggi; terjadi penurunan stabilitas pada lama
pemanasan sampai 60 menit, namun stabil pada waktu yang lebih lama, tetap
stabil untuk diaplikasikan pada pembuatan jelly dan agar-agar (Winarti; Ulya;
Dhini, 2008:213).
2. Isopropil miristat
Pemerian : Cairan yang jernih, tidak berwarna, praktis tidak berbau dengan
rasa lembut
Kelarutan : Bercampur dengan aseton, kloroform, etanol, etil asetat, lemak,
alkohol berlemak, minyak tetap, hidrokarbon cair, toluen dan lilin.
Praktis tidak larut dalam gliserin, propilen glikol dan air
Kegunaan : Zat pengikat (Wade & Paul, 1994 : 241).
3. Propil paraben
Pemerian : Serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol (95%)
P; dalam 3 bagian aseton P; dalam 140 gliserol P dan dalam 40
bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
Kegunaan : Zat pengawet (Depkes RI, 1979:535).
23
4. Metil paraben
Pemerian : Serbuk hablur halus; putih; hampit tidak berbau; tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam
3,5 bagian etano (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah
larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam
60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih
Kegunaan : Zat pengawet (Depkes RI, 1979:378).
5. Mika
Pemerian : Serbuk, tidak berwarna, tidak berbau, lembut dan mengkilap
Kelarutan : tidak larut dalam air, asam encer, pelarut alkali dan organik
Kegunaan : Zat pengkilat
( https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/muskovite ).
6. Talk
Pemerian : Serbuk halus, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas
dari butiran; warna putih atau putih kelabu
Kelarutan : Tidak larut hampir dalam semua pelarut
Kegunaan : Zat tambahan/pengisi (Depkes RI, 1979:591).
a. Penglihatan
Penilaian kualitas sensori prduk bisa dilakukan dengan melihat bentuk,
ukuran, kejernihan, kekeruhan, warna, dan sifat-sifat permukaan
(Setyaningsih dkk, 2010:8).
b. Penciuman
Bau dan aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk di
klasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar. Penciuman
dapat dilakukan terhadap produk secara langsung (Setyaningsih dkk, 2010:9).
c. Perabaan
Indra peraba terdapat pada hampir semua permukaan tubuh, beberapa bagian
seperti rongga mulut, bibir, dan tangan lebih peka terhadap sentuhan. Untuk
menilai suatu tekstur suatu produk dapat dilakukan perabaan dengan
menggunakan ujung jari tangan (Setyaningsih dkk, 2010:11).
2. Uji homogenitas
Dispersi warna diuji dengan meyebarkan serbuk pada permukaan kertas
berwarna putih dan diuji pada kaca pembesar. Tidak boleh ditemukan adanya
lapisan warna atau ketidaksempurnaan pada disperse Eye Shadow tipe
compact powder yang menyebabkan pulverasi (penyerbukan) yang tidak
merata (Butler, 2000:194).
4. Uji kekerasan
Langkah yang baik dilakukan uji keretakan terhadap sediaan eye shadow tipe
compact powder dengan menjatuhkan pada permukaan kayu 3 kali pada
25
ketinggian 8-10 inci karena sediaan eye shadow tipe compact powder
memiliki kecenderugan mudah pecah. Jika cake yang dihasilkan tidak rusak,
mengindikasikan bahwa kekompakan lulus uji dan dapat disimpan tanpa
menghasilkan hal-hal yang tidak memuaskan (Butler, 2000:195).
5. Uji kesukaan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis diminta tanggapan pribadinya
tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Mereka juga
mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut
skala hedonik. Tingkatan kesukaan meliputi “sangat suka”, “suka”, “agak
suka”, atau “tidak suka” (Setyaningsih dkk, 2010 : 59).
26
K. Kerangka Teori
Sediaan Kosmetik
L. Kerangka Konsep
Shadow tipe
compact powder
ekstrak ubi jalar
ungu (Ipomoea
batatas L.) dengan
konsentrasi 5%,
10%, 15%, 20%,
25% dan 30%
memiliki ketinggian
kencenderungan 8-10 inci
mudah pecah atau
tidak
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah formulasi dan pembuatan eye shadow tipe
compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.). formulasi
tersebut dibuat dalam 7 variasi konsentrasi yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30%
31
32
Tabel 3.2 Formula Eye Shadow tipe Compact powder dengan Ekstrak
Ubi Jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dalam 5 gram
Komponen Fungsi Formula (gram)
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
Ekstrak ubi ungu Pewarna - 0,25 0,5 0,75 1 1,25 1,5
Zink stearat Perekat 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Isopropil miristat Pengikat 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015
Propil paraben Pengawet 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
Metil paraben Pengawet 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009
Mika Pengkilat 1 1 1 1 1 1 1
Talk Pengisi 3,675 3,425 3,175 2,925 2,675 2,425 2,175
Keterangan :
Formula 0 : Formula Eye Shadow tipe compact powder tanpa ekstrak
Formula 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 5%
Formula 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 10%
Formula 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 15%
Formula 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 20%
Formula 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 25%
Formula 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 30%
c. Ambil ekstrak kental ubi jalar ungu, kemudin tambahkan isopropil miristat,
campurkan hingga homogen (massa II).
d. Setelah massa II sudah homogen tambahkan pada massa I secara perlahan-
lahan kemudian gerus hingga semua bahan tercampur merata.
e. Setelah homogen lalu diayak menggunakan mesh 100.
f. Kemudian masukan sediaan kedalam wadah dan padatkan.
7. Pengulangan
Pengulangan pada eksperimen ini (Hanafiah, 2001:9) :
(t – 1)(r – 1) ≥ 15
(7 – 1)(r – 1) ≥ 15
7r – 7 ≥ 15
r ≥3,14≈4
b. Uji homogenitas
Dispersi warna diuji dengan meyebarkan serbuk pada permukaan kertas
berwarna putih dan diuji pada kaca pembesar. Pengujian ini dilakukan untuk
melihat apakah warna pada Eye Shadow terdispersi secara merata atau tidak.
36
c. Uji efektivitas
Uji efektivitas (uji oles) dilakukan terhadap sediaan masing-masing formula
dengan cara dioleskan sampai memberikan warna pada punggung telapak
tangan dan diamati warnanya. Persyaratan uji ini adalah sediaan dapat
disapukan oleh aplikator eye shadow (berujung spons) dan mudah dioles pada
kulit menggunakan pembanding sediaan eye shadow yang beredar (Keihler,
1956 dalam Harahap & Sari, 2018).
d. Uji kekerasan
Langkah yang baik dilakukan uji keretakan terhadap sediaan Eye Shadow tipe
compact powder dengan menjatuhkan pada permukaan kayu 3 kali pada
ketinggian 8-10 inci karena sediaan Eye Shadow tipe compact powder
memiliki kecenderugan mudah pecah. Syarat kekerasan sediaan yang baik
adalah sediaan Eye Shadow yang tidak boleh pecah atau retak. Uji ini untuk
mengetahui kekerasan sediaan akhir sesuai dengan persyaratan sediaan
compact powder (Butler, 2000 : 195).
e. Uji kesukaan
Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap
sediaan yang dibuat. Tingkat kesukaan meliputi “sangat suka”, “suka”, ”agak
suka” dan “tidak suka”. Panelis yang digunakan sebanyak 15 orang.
Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah menilai sediaan dengan
kriteria intensitas warna saat dioleskan pada punggung telapak tangan, bau
dan tekstur dengan tingkat kesukaan (Setyaningsih dkk, 2010 : 59).
37
G. Alur Penelitian
Pengajuan izin penelitian di Lab.
Farmakognosi & Farmasetika Politeknik
Perizinan penelitian Kesehatan Tanjung Karang, dan
Laboratorium Kimia Unila.
a. Uji Organoleptis
Pengujian Eye Shadow b. Uji homogenitas
tipe compact powder c. Uji efektivitas
d. Uji kekerasan
e. Uji kesukaan
H. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini dilakukan uji organoleptis, homogenitas, efektivitas,
kekerasan dan uji kesukaan. Untuk uji kekerasan dan homogenitas dilakukan
oleh peneliti, sedangkan untuk uji organoleptis, efektivitas dan uji kesukaan
dilakukan oleh panelis. Pada pengujian ini teknik pengumpulan data
dilakukan dengan metode checklist. Pengumpulan data dilakukan oleh
peneliti untuk uji homogenitas dan kekerasan dan mengumpulkan 15 orang
panelis untuk uji organoleptis, uji efektifitas dan uji kesukaan.
2. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan analisa univariat yaitu
analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada
umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi seperti jumlah panelis
yang memilih variabel organoleptis, daya oles dan kesukaan serta persentase
dari tiap variabel organoleptis, homogenitas, efektivitas (uji oles), kekerasan,
dan kesukaan yang didapat dan telah diketahui jumlah distribusinya
(Notoatmodjo, 2010:182)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Sampel ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) yang digunakan pada
penelitian ini diperoleh dari pasar yang berada di Desa Merbau-Mataram
Lampung Selatan. Ubi jalar ungu tersebut kemudian diidentifikasi. Sampel
yang telah diidentifikasi selanjutnya dikeringkan sehingga diperoleh simplisia
ubi jalar ungu. Kemudian ditumbuk dan diayak sehingga menjadi serbuk
simplisia ubi jalar ungu.
Serbuk simplisia ubi jalar ungu sebanyak 1000 gram diekstraksi dengan cara
maserasi. Hasil dari ekstraksi yang diperoleh adalah ekstrak kental ubi jalar
ungu sebanyak 70,65 gram. Ekstrak tersebut berwarna ungu pekat, berbau
khas dengan konsistensi yang kental. Rendemen ekstrak yang diperoleh
adalah 7,065%.
Hasil ekstrak ubi jalar ungu dibuat formulasi eye shadow tipe compact
powder dengan F0 (0%) ekstrak, F1 (5%) ekstrak, F2 (10%) ekstrak, F3
(15%) ekstrak, F4 (20%) ekstrak, F5 (25%) ekstrak dan F6 (30%) ekstrak.
Setelah itu dilakukan uji organoleptik yang meliputi warna, aroma dan
tekstur, kemudian dilakukan uji kesukaan dan uji efektivitas (oles) yang
dilakukan oleh panelis. Uji homogenitas, dan uji kekerasan dilakukan oleh
peneliti.
Pada uji fitokimia ekstrak ubi jalar ungu untuk mengetahui senyawa
antosianin yang terkandung didalamnya. Ekstrak yang telah didapat kemudian
dilakukan uji fitokimia yaitu uji antosianin dengan hasil sebagai berikut:
40
41
1. Pengujian Organoleptik
Hasil pengujian organoleptik berupa warna, bau dan tekstur terhadap sediaan
eye shadow tipe compact powder yang dilakukan oleh 15 orang panelis
mahasiswi tingkat III Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjung Karang adalah
sebagai berikut :
a. Warna
Hasil pengujian organoleptik berupa warna terhadap sediaan eye shadow tipe
compact powder adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Uji Organoleptik (Warna) Eye shadow Tipe Compact
powder
Penilaian Warna
No Formula (%)
Putih Putih Ungu Ungu Ungu
Keunguan Muda Tua
1 F0 100 0 0 0 0
2 F1 33,33 66,66 0 0 0
3 F2 0 100 0 0 0
4 F3 0 20 80 0 0
5 F4 0 0 13,33 86,66 0
6 F5 0 0 0 20 80
7 F6 0 0 0 0 100
42
b. Aroma
Hasil pengujian organoleptik berupa bau terhadap eye shadow tipe compact
powder adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Organoleptik (bau) Eye shadow Tipe Compact powder
Formulasi
No Bau (%)
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
1 Bau yang Kuat 0 0 0 6,66 26,66 86,66 100
2 Bau yang Lemah 40 86,66 100 93,33 73,33 13,33 0
3 Tidak Berbau 60 13,33 0 0 0 0 0
43
Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian organoleptik terhadap bau
eye shadow tipe compact powder menunjukkan bahwa formula 0 sebanyak
60% panelis menyatakan tidak berbau, formula 1 hingga formula 4
kebanyakan panelis menyatakan bau yang lemah dengan presentase tertinggi
formula 2 yaitu 100% panelis menyatakan bau yang lemah. Sedangkan
formula 5 dan formula 6 panelis menyatakan bau yang kuat. Terdapat panelis
yang menyatakan bau yang kuat mulai dari formula 3.
c. Tekstur
Hasil pengujian organoleptik berupa tekstur terhadap eye shadow tipe
compact powder adalah sebagai berikut
Tabel 4.4 Hasil Uji Organoleptik (tekstur) Eye shadow Tipe Compact
powder
Formulasi
No Tekstur (%)
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
1 Halus 100 100 100 100 100 81,66 73,33
2 Kasar 0 0 0 0 0 18,33 26,66
44
60
Halus
40
Kasar
20
0
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder
2. Pengujian Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan peneliti berdasarkan kriteria yaitu homogen dan
tidak homogen. Hasil pengujian homogenitas berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
45
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Eye shadow Tipe Compact powder
Hasil Pengujian Homogenitas
No Formula (%)
Homogen Tidak Homogen
1 F0 100 0
2 F1 100 0
3 F2 100 0
4 F3 100 0
5 F4 100 0
6 F5 100 0
7 F6 100 0
Persentase Pengujian
Warna (%)
Hasi
l Uji
Ho
mo
geni
tas
Eye
Sha
do
w
Tip
e
Co
mp
act
Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian homogenitas eye shadow
tipe compact powder menunjukkan bahwa tidak ada warna yang tidak merata
pada saat dilihat dengan kaca pembesar. Sehingga semua sediaan mulai dari
formula 0 hingga formula 6 peneliti menyatakan 100% sediaan homogen.
Tabel 4.6 Hasil Uji Efektivitas (Oles) Eye shadow Tipe Compact powder
Hasil Pengujian Efektivitas (Oles)
No Formula (%)
Tidak Baik Baik
1 F0 0 100
2 F1 0 100
3 F2 0 100
4 F3 0 100
5 F4 0 100
6 F5 54,99 44,99
7 F6 76,66 23,33
60
Tidak Baik
40
Baik
20
0
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder
4. Pengujian Kekerasan
Hasil pengujian kekerasan berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil Uji Kekerasan Eye shadow Tipe Compact powder
Hasil Pengujian Kekerasan
No Formula (%)
Pecah Tidak Pecah
1 F0 100% 0%
2 F1 75% 25%
3 F2 25% 75%
4 F3 0% 100%
5 F4 0% 100%
6 F5 0% 100%
7 F6 0% 100%
Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian kekerasan eye shadow tipe
compact powder menunjukkan bahwa formula 0 sebanyak 100% peneliti
menyatakan pecah, formula 1 sebanyak 75% peneliti menyatakan pecah,
formula 2 sebanyak 75% peneliti menyatakan tidak pecah dan formula 3, 4, 5,
6 sebanyak 100% peneliti menyatakan tidak pecah.
48
5. Pengujian Kesukaan
Hasil pengujian kesukaan terhadap eye shadow tipe compact powder yang
dilakukan oleh 15 panelis mahasiswi tingkat III Jurusan Farmasi Poltekkes
Tanjung Karang adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil Uji Kesukaan Eye shadow Tipe Compact powder
Hasil Pengujian Kesukaan
No Formula (%)
Sangat Suka Suka Agak Suka Tidak Suka
1 F0 0 0 0 100
2 F1 0 0 66,66 33,33
3 F2 0 0 86,66 13,33
4 F3 0 73,33 26,66 0
5 F4 13,33 86,66 0 0
6 F5 76,66 23,33 0 0
7 F6 81,66 18,33 0 0
Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian kesukaan eye shadow tipe
compact powder menunjukkan bahwa formula yang paling tidak disukai ialah
formula 0 dengan persentase 100% panelis menyatakan tidak suka. Eye
shadow tipe compact powder yang sangat disukai oleh panelis adalah formula
6 dengan 81,66% panelis menyatakan sangat suka.
B. Pembahasan
Eye shadow adalah kosmetik mata yang digunakan untuk memberikan
aksen menarik pada kelopak mata biasanya digunakan pada kulit kelopak
mata atas. Eye shadow tipe compact powder bentuknya hampir serupa dengan
bedak padat. Penggunaan eye shadow ini pun cukup mudah hanya dengan
mengoleskan kuas kecil pada eye shadow, lalu pulaskan perlahan pada
kelopak mata (Muliyawan & Suriana, 2013:99).
Sebelum dilakukan pembuatan sediaan eye shadow tipe compact powder.
Bahan ubi jalar ungu yang akan digunakan terlebih dahulu dibuat menjadi
ekstrak. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi.
Metode maserasi ini digunakan karena peralatan yang digunakan sangat
sederhana, teknik pengerjaan sederhana dan mudah dilakukan, biaya
operasional relatif rendah, serta proses ekstraksi lebih hemat penyari
(Marjoni, 2016 :46). Proses maserasi dilakukan di tempat terlindung cahaya
agar meminimalisir kerusakan zat-zat yang mudah rusak oleh cahaya.
Berawal dari ubi jalar ungu dibuat serbuk simplisia terlebih dahulu. Proses
pembuatan simplisia dilakukan dengan mengumpulkan bahan baku/ubi jalar
ungu sebanyak 6 kg, kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang
menempel (sortasi basah) dikupas lalu dicuci dengan air yang mengalir
sampai bersih. Ubi jalar ungu yang telah bersih dan bebas air pencucian lalu
dirajang, kemudian dijemur di bawah sinar matahari secara tidak langsung
atau ditutup dengan kain hitam untuk meminimalkan kerusakan kandungan
zat aktif/senyawa yang terdapat dalam tanaman (Depkes RI, 1986:2).
Pengeringan/penjemuran bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak dalam penyimpanan serta mengurangi kadar air sehingga
memperkecil kemungkinan untuk di tumbuhi jamur dan lebih banyak
50
penyaringan agar maserat bebas dari serbuk simplisia. Maserat 1 dan maserat
2 digabungkan kemudian dievaporasi di rotary evaporator untuk
mempercepat proses penguapan pelarut terutama etanol, setelah dievaporasi
didapatkan ekstrak cair, lalu ekstrak diuapkan di waterbath hingga didapatkan
ekstrak kental dengan berat konstan sebanyak 70,65 gram. Dari hasil ekstrak
tersebut diketahui bahwa rendemen yang diperoleh sebesar 7,065%.
Menurut Marjoni (2016) beberapa hal yang mempengaruhi hasil ekstraksi
adalah jumlah simplisia, derajat kehalusan simplisia, jenis pelarut, waktu
ekstraksi, metode ekstraksi dan kondisi saat proses ekstraksi. Ekstrak yang di
dapat dalam ekstraksi ubi jalar ungu berwarna ungu pekat. Hal ini
menunjukkan bahwa pH dari ekstrak ubi jalar ungu adalah asam.
Mahmudatussa’adah dkk (2014) menyatakan bahwa warna ekstrak antosianin
ubi jalar ungu pada pH asam kuat 1-3 berwarna merah, pada asam lemah pH
4-6 berwarna ungu, pH 7 berwarna biru, pada pH basa lemah 8-9 berwarna
hijau, dan pada pH 10-14 berwarna kuning.
Ekstrak yang didapat dilakukan skrining fitokimia yaitu uji antosianin
untuk mengetahui apakah masih terkandung antosianin didalam ekstrak
setelah dilakukan beberapa perlakuan seperti penguapan di rotary evaporator
dan pemanasan diatas waterbath. Berdasarkan uji antosianin, didapatkan hasil
bahwa ekstrak ubi jalar ungu masih mengandung antosianin didalamnya.
Dibuktikan ketika ekstrak ubi jalar ungu yang mulanya berwarna ungu ketika
ditambahkan NaOH 10% berubah warna menjadi hijau dan ketika
ditambahkan dengan HCl (p) maka warna seketika berubah menjadi merah.
Hal tersebut terjadi karena prubahan pH, ketika dalam keadaan asam kuat
berwarna merah sedangkan dalam keadaan basa berwarna hijau (Armanzah &
Hendrawati, 2016:6).
Pembuatan eye shadow tipe compact powder dilakukan dengan cara
menimbang seluruh bahan serbuk maupun cairan serta ekstrak yang
dibutuhkan. Setelah itu masukkan semua bahan serbuk kedalam mortir 1 dan
masukkan bahan cair ditambah dengan ekstrak dalam mortir 2 digerus
masing-masing bahan dalam mortir hingga homogen. Kemudian campurkan
massa 1 dan massa 2 hingga homogen, ayak lalu padatkan didalam wadah.
52
Sediaan eye shadow tipe compact powder dibuat sebanyak 5 gram dengan
tujuh formula dengan masing-masing variasi konsentrasi dan dilakukan
empat kali pengulangan (Hanafiah, 2001:9).
Masing-masing formula eye shadow tipe compact powder kemudian
dilakukan evaluasi meliputi uji organoleptik yang terdiri dari warna, bau, dan
tekstur, homogenitas, kekerasan, efektivitas (uji oles), serta uji kesukaan
(hedonik).
1. Organoleptik eye shadow tipe compact powder
Pengujian organoleptik dilakukan oleh panelis yang terdiri dari 15
mahasiswi Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjung Karang. Berdasarkan hasil
pengujian organoleptik, eye shadow tipe compact powder berwarna putih
hingga ungu tua. Eye shadow tipe compact powder dengan formula F0
berwarna putih karena tidak mengandung ekstrak. eye shadow tipe compact
powder yang dibuat dengan penambahan ekstrak sebesar 5%, 10%, 15%,
20%, 25% dan 30% mempunyai warna yang berbeda-beda. Mulai dari
penambahan ekstrak 5% eye shadow tipe compact powder sudah
menunjukkan adanya warna. Peningkatan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu
cenderung meningkatkan intensitas warna eye shadow dari putih keunguan
hingga ungu lebih tua. Eye shadow tipe compact powder dengan bau khas
ditemukan pada formula yang menggunakan ekstrak ubi jalar ungu. Bau yang
diberikan adalah bau khas serbuk simplisia ubi jalar ungu, semakin besar
konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu maka semakin kuat bau khas pada sediaan
eye shadow tipe compact powder tersebut. Tekstur dari eye shadow tipe
compact powder didapat hasil yang halus (Dwiwulandari; Dkk, 2018:5).
2. Homogenitas Eye Shadow Tipe Compact Powder
Uji homogenitas dilakukan dengan cara menyebarkan serbuk pada
permukaan kertas berwarna putih kemudian dilihat pada kaca pembesar.
Sediaan yang homogen adalah sediaan yang bebas dari partikel kasar dan
warnanya tercampur merata (Butler, 2000 : 194). Hasil pengamatan pada eye
shadow tipe compact powder menunjukan bahwa warna pada sediaan yang
dibuat terdispersi merata dan tidak ada warna yang berbeda atau tidak merata
saat ditaburkan pada kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. Hal ini
53
terjadi karena sebagian besar komponen eye shadow tipe compact powder
adalah serbuk sehingga lebih mudah untuk dihomogenkan. Serbuk lebih
mudah tercampur dan terdispersi dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan
lainnya (Murtini, 2016 : 28).
3. Efektvitas (oles) Eye Shadow Tipe Compact Powder
Uji efektivitas yang dilakukan adalah uji oles. Eye shadow yang dibuat
kemudian di bandingkan dengan eye shadow yang beredar di pasaran setelah
diaplikasikan pada punggung telapak tangan. Persyaratan uji ini adalah
sediaan dapat disapukan oleh aplikator dan mudah dioles pada kulit (Barel,
2001). Sediaan eye shadow menghasilkan polesan yang baik ketika sediaan
memberikan warna yang merata dan homogen saat dipoleskan pada kulit
tangan. Berdasarkan uji oles yang dilakukan diperoleh hasil bahwa sediaan
yang menghasilkan pemolesan yang baik adalah eye shadow tipe compact
powder pada konsentrasi ekstrak 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%.
Hal ini ditandai dengan kemudahan pada saat pemolesan dan satu kali
pemolesan telah memberikan warna yang jelas pada kulit punggung tangan.
Sedangkan eye shadow tipe compact powder pada konsentrasi ekstrak 25%
dan 30% mudah saat dioleskan namun perlu 2-3 kali pengolesan agar warna
yang dihasilkan merata dan maksimal. Hal ini disebabkan karena ekstrak
yang digunakan cukup tinggi atau banyak. Menurut Meyer (1982) dalam
Armanzah (2016) salah satu kandungan karbohidrat yang ada dalam ubi jalar
ungu adalah amilum (pati) dan gula. Dimana amilum dan gula dapat
berfungsi sebagai bahan pengikat atau perekat (Santoso, 2008). Sehingga
semakin banyak ekstrak yang ditambahkan pada eye shadow tipe compact
powder dengan konsentrasi zat warna 25% dan 30% ini semakin mengeras
(padat) dan sukar dioleskan pada kulit untuk sekali pemolesan.
4. Kekerasan Eye Shadow Tipe Compact Powder
Pengujian kekerasan dilakukan bertujuan untuk memastikan sediaan
mudah pecah atau tidak karena biasanya eye shadow tipe compact powder
memiliki kecenderungan yang mudah pecah. Hal tersebut berhubungan
dengan ketahanan sediaan terhadap tekanan atau benturan, sehingga
bentuknya tetap sama. Kekerasan yang rendah dapat menyebabkan sediaan
54
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan penilaian panelis terhadap uji organoleptik eye shadow tipe
compact powder ekstrak ubi jalar ungu dari masing-masing sediaan yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:
a. F0 (0% ekstrak) memiliki warna putih, tidak berbau, tekstur halus.
b. F1 (5% ekstrak) memiliki warna putih keunguan, berbau khas, tekstur halus.
c. F2 (10% ekstrak) memiliki warna putih keunguan, berbau khas, tekstur halus.
d. F3 (15% ekstrak) memiliki warna ungu muda, berbau khas, tekstur halus.
e. F4 (20% ekstrak) memiliki warna ungu, berbau khas, tekstur halus.
f. F5 (25% ekstrak) memiliki warna ungu lebih tua (ungu tua), berbau khas,
tekstur halus.
g. F6 (30% ekstrak) memiliki warna ungu lebih tua (ungu tua), berbau khas,
tekstur halus.
2. Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan seluruh formula pada eye shadow
tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu yang dihasilkan menunjukkan
susunan homogen dengan persentase sebesar 100%.
3. Hasil uji efektivitas (oles) yang telah dilakukan terhadap eye shadow tipe
compact powder yang dihasilkan menunjukkan bahwaa eye shadow tipe
compact powder yang memenuhi syarat adalah F0, F1, F2, F3, dan F4.
Sedangkan F5 dan F6 tidak memenuhi syarat pengolesan.
4. Hasil uji kekerasan yang telah dilakukan terhadap eye shadow tipe compact
powder yang dihasilkan menunjukkan bahwa F0 dan F1 tidak memenuhi
syarat kekerasan.
5. Hasil uji kesukaan yang telah dilakukan terhadap eye shadow tipe compact
powder menggunakan ekstrak ubi jalar ungu menunjukkan bahwa eye
shadow tipe compact powder yang paling disukai adalah F6.
55
56
B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penambahan parfum (corigen
odoris) untuk memberikan aroma yang lebih enak dan menarik.
2. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian
mengenai pemanfaatan pewarna alami dari ekstrak ubi jalar ungu untuk
formulasi sediaan kosmetika lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Bithilo Camilan Lezat Bergizi dari Ubi Jalar Ungu [Online].
Tersedia http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/719/ [23 Agustus
2019]
Armanzah, Raynaldi Syarif., dan Tri Yuni Hendrawati. 2016. Pengaruh Waktu
Maserasi Zat Antosianin Sebagai Pewarna Alami Dari Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas L. Poir). Seminar Nasional Sains dan Teknologi.
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta. 2407-1846
Barel, A. O., et all. 2001. Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcel
Dekker, Inc., New York. 886 Halaman.
Hanafiah, Kemas Ali. 2001. Rancangan Percobaan Teori & Aplikasi. Jakarta.
Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya Palembang. 193 halaman
Harahap dan Putri Nirmala Sari. 2018. Formulasi Sediaan Eye Shadow Compact
PowderEkstrak Buah Seduduk (Melastoma malabathricum L.) Sebagai
Pewarna. Skripsi Sarjana. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Hardiyanti, B, Erlina & Pratama, Jainuri Erik. 2017. Mutu Fisik Dan Tantangan
Volunteer Sediaan Lipstick Cair Yang Mengandung Ekstrak Ubi Jalar
Ungu (Ipomoea batatas L.) Sebagai Pewarna Alami. Akademi Farmasi
Putra Indonesia, Malang.
Juanda, Dede; Cahyo, Bambang. 2000. Ubi Jalar Budidaya Dan Analisis Usaha
Tani. Kanisius, Yogyakarta. 95 Halaman
Lestari, Puji. 2015. Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna Alam Untuk Keperluan
Industri, 32, 1-13
Lestario Lydia Ninan. 2017. Antosianin, Sifat Kimia, Perannya Dalam Kesehatan.
Dan Prospeknya Sebagai Pewarna Makanan. Univeristas Gadjah Mada.
Yogyakarta. 228 halaman.
Murtini, Gloria. 2016. Farmasetika Dasar. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi.
Kementerian Kesehatan RI. 168 Halaman.
Mitsui, T., 1997. New Cosmetic and Science. Elsevier Science. Amsterdam. 499
Halaman.
Paryanto, dkk. 2012. Pembuatan Zat Warna Alami dalam Bentuk Serbuk untuk
Mendukung Industri Batik di Indonesia. Jurnal Rekayasa Proses Volume 6
Nomor 1. Universitas Sebelas Maret:Surakarta
Stylo.ID, 2019. Prediksi Tren Makeup 2020 Menurut MUA Dhirman Putra :
Warna Bold Sudah Lewat!.
https://stylo.grid.id/amp/ 141904021/prediksi-tren-makeup-2020-menurut-
mua-dhirman-putra-warna-bold-sudah-lewat? page=all. [03 Desember
2019]
Tranggono Retno Iswari, dan Latifah, Fatma. 2007. Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. 987 halaman.
TribunPontianak, 2019. Tren makeup 2020 – dari lipstik hinggan eyeliner, tak ada
lagi lipstik nude & bold di mata.
https://pontianak.tribunnews.com/2019/12/02/tren-makeup-2020-dari-
lipstik-hingga-eyeliner-tak-ada-lagi-lipstik-nude-bold-di-mata.
[03 Desember 2019]
Wade, Ainley, Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Second Edition. London: The Pharmaceutical Press London. 651 Halaman.
Wasitaatmadja, Syarif M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI Press. 212
Halaman.
Ampas Maserat
Ampas Maserat
Ditimbang masing-masing
bahan sesuai formulasi
Massa 1 Massa 2
Formula Eye Shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea
batatas L.) dalam 5 gram.
Konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu yang digunakan 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%
dan 30%. Berikut perhitungan bahan-bahan yang digunakan :
F2 (10%) = 10
5 = 0,5 g
100
F3 (15%) = 15
5 = 0,75 g
100
F4 (20%) = 20
5 =1g
100
F5 (25%) = 25 5 = 1,25 g
100
F6 (30%) = 30
5 = 1,5 g
100
2. Zink stearat =
6
5 = 0,3 g
100
5 = 0,015 g
100
5 = 0,001 g
100
5 = 0,09 g
100
6. Mika = 20
5 =1g
100
7. Talk
F1 (5%) = {5 g – (0,25+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g}
= (5 g – 1,656 g)
= 3,344 g
F2 (10%) = {5 g – (0,5+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g}
= (5 g – 1,825 g)
= 3,175 g
F3 (15%) = {5 g – (0,75+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g}
= (5 g – 2,075 g)
= 2,925 g
F4 (20%) = {5 g – (1+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g}
= (5 g – 2,325 g)
= 2,675 g
F5 (25%) = {5 g – (1,25+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g}
= (5 g – 2,575 g)
= 2,425 g
F6 (30%) = {5 g – (1,5+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g}
= (5 g – 2,825 g)
= 2,175 g
Lampiran 5 Dokumentasi Pembuatan Serbuk Simplisia
Cuci bersih ubi jalar ungu Dikupas kulit ubi jalar ungu
dengan air mengalir
Perhalus ubi jalar ungu kering Ayak serbuk ubi jalar ungu
dengan cara ditumbuk
Lampiran 6 Dokumentasi Pembuatan ekstrak
Ekstra
k ubi
jalar
ungu
(Warn
a=ung
u)
Ungu
Penambahan
NaOH
10%
(Warna=Hijau)
Hijau
Penambahan
HCL
Pekat
(Warna=Merah)
Merah
Ungu
Hasil Hasil
Hijau Merah
Lampiran 8 Dokumentasi Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder
Uji organoleptik dan uji kesukaan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) terhadap 15 orang panelis
Uji efektivitas (oles) dengan 15 orang panelis
(......................................................)
Lembar Pengujian Homogenitas Formulasi Eye Shadow
Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)
Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta
untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan pengamatan anda
terhadap homogenitas eye shadow yang dihasilkan. Beri tanda ceklis pada
kolom yang telah disediakan berdasarkan homogenitas sediaan, 1 =
Homogen, 2 = Tidak Homogen
Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta
untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan pengamatan anda
terhadap efektifitas (uji oles) eye shadow yang dihasilkan. Beri tanda ceklis
pada kolom yang telah disediakan berdasarkan daya oles sediaan, 1 = Tidak
Baik, 2 = Baik.
Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta
untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan pengamatan anda
terhadap kekerasan eye shadow yang dihasilkan. Beri tanda ceklis pada
kolom yang telah disediakan berdasarkan kekerasan sediaan, 1 = Tidak
Pecah, 2 = Pecah.
Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta
untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan kesukaan anda
terhadap eye shadow yang dihasilkan. Beri tanda ceklis pada kolom yang
telah disediakan berdasarkan kesukaan terhadap sediaan, 1 = Sangat Suka,
2 = Suka, 3 = Agak Suka, 4 = Tidak Suka.
(......................................................)
Lampiran 11 Lembar Pengolahan Data
Putih 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Putih
0
1 Ungu muda 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Ungu 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 20
0
Ungu tua 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 12 80
1
Putih
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
keunguan
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0%
2 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Ungu 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 20
0
Putih 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
3 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Ungu 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 20 Ungu
0
Ungu tua 1
1
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 12 80 20%
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Ungu 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 20 80%
Ungu tua 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 12 80
1
Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 6 Warna 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Putih
1 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu tua 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Putih
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
keunguan
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0%
2 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu tua 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Ungu muda
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu
Ungu tua 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 0%
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu tua
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100%
Ungu tua 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
kuat
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0
26,66%
Bau yang kuat 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 20
1 0
lemah
Bau yang kuat 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 5 33,33
1 1
73,33%
3 Bau yang lemah 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 10 66,66
0 0
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0
kuat
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
86,66%
Bau yang kuat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 86,66
0
lemah
Bau yang kuat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 86,66
0
13,33%
3 Bau yang lemah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 13,33
1
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Halus 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 86,66
1 1
1 1
Kasar 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13,33 Halus
0 0
0
Halus 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 86,66 81,66%
1 1
2 1
Kasar 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13,33
0 0
0
Halus 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 80
1 1
3 1
Kasar 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 20 Kasar
0 0
0
4 Halus 0 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 73,33 18,33%
Kasar 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 26,66
0 1
0
Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 6 Tekstur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Halus 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 86,66
Kasar 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13,33 Halus
2 Halus 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 73,33 73,33%
Kasar 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 26,66
3 Halus 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 66,66
Kasar 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 33,33 Kasar
4 Halus 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 66,66 26,66%
Kasar 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 33,33