Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Analisis Argentometri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

Laporan Titrasi Pengendapan - Argentometri

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam
yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini
adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada
analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah
diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- ) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut
sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida dengan menggunakan
larutan standar perak nitrat AgNO3.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titrant
dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+
dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut.

1.2 TUJUAN PERCOBAAN


1. Penetapan konsentrasi larutan AgNO3 dengan larutan NaCl 0,1N.
2. Penetapan kadar Cl dalam air laut dan garam dapur dengan metode mohr.

3. Penetapan kadar Cl dalam air laut dan garam dapur dengan metode fajans.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Titrasi Pengendapan


Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan
yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang
mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi
pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990)

2.2 Pengertian Argentometri


Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi
argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga
seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat
ditentukan. (Underwood, 1992)

2.3 Cara Mohr


Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada titrasi ini akan
terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih diendapkan
sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau sedikit bas, tetapi
tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu asam
maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi
klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut
disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator tersebut biasanya digunakan
pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir terbentuknya endapan garam Ba yang
berwarna merah. (Khopkar, 1990)

2.4 Cara Volhard


Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode
volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN terbentuk
sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk
warna merah gelap [FeSCN]2+.
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam karena pada
suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke larutan klorida
tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi balik dengan menggunakan
Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990)

2.5 Cara Fajans


Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat
diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat
diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang
dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk endapan
dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan,
flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI H+ + FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah muda.
Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini
diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang semula putih menjadi merah
muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan
(iii) larutan yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990)

2.6 Penetapan Titik Akhir Dalam Reaksi Pengendapan


A. Pembentukan suatu endapan berwarna
Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida dan bromide. Pada
titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat, sedikit larutan kalium
kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator. Pada titik akhir, ion kromat ini
bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah yang sangat sedikit sekali
dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit sekali basa,
yakni dalam jangkauan pH 6,59. (Bassett, 1994)

B. Pembentukan suatu senyawaan berwarna yang dapat larut


Contoh prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan adanya asam nitrat
bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar. Indikatornya adalah larutan
besi(III) ammonium sulfat. Penambahan larutan tiosianat menghasilkan mula-mula endapan
perak klorida. Kelebihan tiosianat yang paling sedikitpun akan menghasilkan pewarnaan coklat
kemerahan, disebabkan oleh terbentuknya suatu ion kompleks.
Ag+ + SCN- AgSCN
Fe3+ + SCN- [FeSCN]2+
Metode ini dapat diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide dalam larutan
asam. Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi balik dengan
larutan tiosianat standar. (Bassett, 1994)
Ag+ + Cl- AgCl
Ag+ + SCN- AgSCN

C. Penggunaan indikator adsorpsi


Aksi dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada titik ekuivalen, indikator
itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi terjadi suatu perubahan dalam indikator
yang menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda, maka dinamakan indikator adsorpsi.
Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti warna deret flouresein misalnya
flouresein an eosin yang digunakan sebagai garam natriumnya.
Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi dengan
larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion flouresein
akan membentuk suatu kompleks dari perak yang merah jambu. (Bassett, 1994)
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN

3.1.1 Alat yang digunakan


a. Batang pengaduk
b. Botol timbang
c. Bulp
d. Buret 50 ml
e. Corong
f. Erlenmeyer 250 ml
g. Kaca arloji
h. Klem dan statif
i. Labu ukur 100 ml
j. Labu ukur 250 ml
k. Neraca analitik
l. Pipet gondok 25 ml
m. Pipet tetes
n. Pipet volume 10 ml

3.1.2 Bahan yang digunakan


a. Larutan AgNO3 0,1 N
b. Larutan NaCl 0,1 N
c. Larutan K2CrO4 5%
d. Indikator flouresein
e. Sampel garam dapur
f. Sampel air laut
g. Aquadest

3.2 PROSEDUR KERJA


A. Standarisasi larutan AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl 0,1 N
1. Dipipet 10 ml larutan baku NaCl 0,1 N ke dalam Erlenmeyer
2. Ditambahkan 1 ml larutan K2CrO4 5%
3. Dititrasi dengan larutan AgNO3 hingga larutan berwarna coklat
4. Dikocok hingga warna tidak hilang dan dicatat volume yang dibutuhkan

B. Penetapan kadar Cl dalam air laut (Metode Mohr)


1. Ditimbang 10 gram larutan cuplikan ke dalam botol timbang, diencerkan hingga 100 ml dengan
aquadest
2. Dipipet larutan tersebut 25 ml ke dalam Erlenmeyer
3. Ditambahkan 5 tetes indikator K2CrO4 5%
4. Dititrasi dengan larutan AgNO3 hingga larutan berwarna coklat merah yang tidak hilang setelah
dikocok
5. Dicatat volume yang dibutuhkan

C. Penetapan kadar Cl dalam garam dapur (Metode Mohr)


1. Ditimbang 0,6 gram garam dapur, dilarutkan ke dalam aquadest dan diterakan dalam labu ukur
100 ml
2. Dipipet larutan tersebut 25 ml ke dalam Erlenmeyer
3. Ditambahkan 5 tetes indikator K2CrO4 5%
4. Dititrasi dengan larutan AgNO3 hingga larutan berwarna coklat merah yang tidak hilang setelah
dikocok
5. Dicatat volume yang dibutuhkan

D. Penetapan kadar Cl dalam air laut (Metode Fajans)


1. Ditimbang 10 gram larutan cuplikan ke dalam botol timbang, diencerkan hingga 100 ml dengan
aquadest
2. Dipipet larutan tersebut 25 ml ke dalam Erlenmeyer
3. Ditambahkan 5 tetes indikator flouresein
4. Dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah muda
5. Dicatat volume yang dibutuhkan

E. Penetapan kadar Cl dalam garam dapur (Metode Fajans)


1. Ditimbang 0,6 gram garam dapur, dilarutkan ke dalam aquadest dan diterakan dalam labu ukur
100 ml
2. Dipipet larutan tersebut 25 ml ke dalam Erlenmeyer
3. Ditambahkan 5 tetes indikator flouresein
4. Dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah muda
5. Dicatat volume yang dibutuhkan

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA PENGAMATAN


A. Standarisasi larutan AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl 0,1 N

Volume I II x

Larutan NaCl 10 ml 10 ml 10 ml

Larutan AgNO3 10,2 ml 10,2 ml 10,2 ml

B. Penetapan kadar Cl dalam air laut (Metode Mohr)

Volume I II x

Sampel air laut 25 ml 25 ml 25 ml

Larutan AgNO3 13,1 ml 13,1 ml 13,1 ml

C. Penetapan kadar Cl dalam garam dapur (Metode Mohr)

Volume I II x

Sampel garam 25 ml 25 ml 25 ml

Larutan AgNO3 24,1 ml 24 ml 24,05 ml

D. Penetapan kadar Cl dalam air laut (Metode Fajans)


Volume I II x

Sampel air laut 25 ml 25 ml 25 ml

Larutan AgNO3 13,6 ml 13,5 ml 13,55 ml

E. Penetapan kadar Cl dalam garam dapur (Metode Fajans)

Volume I II x

Sampel garam 25 ml 25 ml 25 ml

Larutan AgNO3 34 ml 33,8 ml 33,9 ml

4.2 PERHITUNGAN
Pembuatan larutan standar AgNO3 0,1 N

Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan NaCl 0,1 N

Penentuan kadar Cl dalam air laut (Metode Mohr)

Penentuan kadar Cl dalam garam dapur (Metode Mohr)


Penentuan kadar Cl dalam air laut (Metode Fajans)

Penentuan kadar Cl dalam garam dapur (Metode Fajans)

4.3 REAKSI
Metode Mohr
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
putih

2 AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2KNO3


merah coklat

Metode Fajans
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
putih

4.4 PEMBAHASAN
Dasar teori argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran
dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana Ag+ dari
titran akan bereaksi dengan Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut.
Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode mohr dengan
indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning.
Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya
warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen. Pada
percobaan ini, larutan AgNO3 yang digunakan dibuat dengan melarutkan 8,49 gram AgNO3
dengan aquadest hingga volumenya 500 ml ke dalam labu ukur. Konsentrasi yang didapatkan
adalah 0,0980 N dengan rata-rata volume titrasi 10,2 ml.
Pada percobaan kali ini dilakukan penentuan kadar Cl dalam sampel garam dapur dan air
laut. Titrasi yang digunakan adalah argentometri dengan metode mohr dan fajans. Hal pertama
yang dilakukan adalah membuat larutan sampel. Untuk sampel garam dapur ditimbang 0,6 gram
yang dilarutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur 100 ml. sedangkan untuk sampel air laut
ditimbang 10 gram dan dilarutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur 100 ml.
Pada metode mohr, sampel garam dan air laut dititrasi dengan larutan AgNO3 standar dan
larutan K2CrO4 sebagai indikator. Dari larutan garam dan air laut yang telah dibuat, masing-
masing dipipet 25 ml untuk dititrasi. Pada awal penambahan, ion Cl- dari NaCl yang terdapat
dalam larutan bereaksi dengan ion Ag+ yang ditambah sehingga membentuk endapan putih
AgCl. Sedangkan larutan pada awalnya berwarna kuning karena penambahan indikator K2CrO4
5%. Saat terjadi titik ekuivalen yaitu saat ion Cl- tepat habis bereaksi dengan ion Ag+,
penambahan AgNO3 yang sedikit berlebih menyebabkan ion Ag+ bereaksi dengan ion CrO42-
dari indikator membentuk endapan putih dengan warna larutan merah bata. Dari percobaan yang
dilakukan didapatkan kadar Cl sebesar 1,82 % untuk air laut, sedangkan kadar Cl pada garam
dapur sebesar 55,78 %.
Pada metode fajans, penentuan kadar Cl dalam garam dan air laut menggunakan indikator
adsorpsi yaitu indikator flouresein, dari larutan garam dapur dan air laut, masing-masing dipipet
25 ml ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan indikator flouresein akan membuat larutan menjadi
warna kuning kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 standar dimana titik akhir titrasi dicapai
saat larutan membentuk endapan merah muda. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan
kadar Cl dalam garam dapur sebesar 78,62 %, sedangkan kadar Cl dalam air laut sebesar 1,88 %.
Dari percobaan ini, dapat dibuktikan bahwa air laut dan garam dapur mengandung ion Cl-.
Hal ini terlihat dari terbentuknya endapan putih yang menunjukkan jika ion Ag+ telah bereaksi
terlebih dahulu dengan ion Cl- membentuk AgCl.

BAB 5
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
1. Standarisai larutan AgNO3 dilakukan dengan metode mohr; larutan standar primer yang
digunakan adalah NaCl 0,1 N dan larutan K2CrO4 sebagai indikator. Konsentrasi yang
didapatkan adalah 0,0980 N.
2. Penentuan kadar Cl dalam air laut dan garam dapur dengan metode mohr menggunakan larutan
peniter AgNO3standar dan indikator K2CrO4. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya
endapan merah bata. Kadar Cl dalam air laut sebesar 1,82 % dan garam dapur 55,78 %.
3. Penentuan kadar Cl dalam air laut dan garam dapur dengan metode fajans menggunakan
indikator adsorpsi yaitu indikator flouresein. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya
endapan merah muda. Kadar Cl dalam air laut sebesar 1,88 % dan garam dapur 78,62 %.

DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku Kedokteran :
EGC. Jakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.
Day, RA. Jr dan Al Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima. Erlangga. Jakarta.
ARGENTOMETRI METODE MOHR

TITRASI PENGENDAPAN : ARGENTOMETRI


I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat melalukan titrasi pengendapan
metode mohr
a. siswa mampu menentukan kadar NaCl pada air laut dan menentukan kadar NaCl pada garam
Dapur
b.
II. Dasar Teori
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah satu
cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri (Day &
Underwood, 2001).
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan
ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida(Cl-, Br-, I-)
(Khopkar,1990). Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Argentometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan ke
dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara
sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan
indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan
yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi
netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-functiondari reagen/analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.(Skoog et
al.,1996)

Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan
larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang
digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan
pemeriksaan dapat ditentukan (Isnawati, 2010).
Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan tertentu.Jika
Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka kesimpulan yang lebihumum
mengenai pengendapan dasar larutan adalah :y Pengendapan terjadi jika Q > Kspy Pengendapan
tak terjadi jika Q < Kspy Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (Petrucci, 1989).Jika suatu garam
memiliki tetapan hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut.
Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam tertentu sangat kecil, dapat
dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu
garam dapat berubah dengan perubahan temperatur.Umumnya kenaikan temperatur akan
memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut
juga akan semakin besar (Petrucci, 1989).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk komplek ion sejenis, dll. (Pantang,2010)
III. Prinsip Percobaan
Percobaan ini berdasarkan pada reaksi pengendapan zat yang cepat mencapai
kesetimbangan pada setiap penambahan titran. Adapun pentiter yang digunakan adalah larutan
baku AgNO3.
Titrasi argentometri ini dapat dilakukan dengan 3 macam metode, yaitu:
a. Cara Mohr
Dilakukan dalam suasana netral, sebagai indikatornya digunakan kalium kromat. Titik
akhir titrasi dengan cara ini adalah merah bata.

Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan
volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya
didasarkan pada pengukuran volumenya.
Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas :
1. Asidimetri dan alkalimetri
2. Oksidimetri
3. Argentometri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi kresipilasi (pengendapan dari ion Ag+).

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri,
zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
(AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag + dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Underwood,1992).

Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Amperometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan kedalam
larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang
mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia,
biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi.
Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.
(skogg,1965)
Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas :
1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana
netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan
cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 9,0. Dalam
suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk
endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42- + 2H- CrO72- + H2O

Basa : 2Ag+ + 2OH- 2 AgOH


2AgOH Ag2O + H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan
alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium
karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan
kadarnya dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang
kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi
menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar
bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi
dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida
telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak
kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator digunakan
larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat
merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan
menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji
dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.

Pembentukan Endapan Berwarna


Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam-basa.
Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi
pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana
digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan
dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE). Titrasi Mohr
terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 10,0. Dalam larutan asam konsentrasi ion
kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4- hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan
hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat terjadi reaksi :
2H+ + 2CrO4- 2HCrO4 Cr2O72- + 2H2O

Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak
dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion kromat dan karenanya menimbulkan galat yang
besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut. Proses argentometri termasuk dalam titrasi
yang menghasilkan endapan dan pembentukan ion kompleks. Proses argentometri menggunakan
AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk
menentukan garam-garam dari halogen dan sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat membentuk
endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag+ sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NaCL + Ag+ AgCl + Na+
KCN + Ag+ AgCl + K+
KCN + AgCN K [Ag(CN)2 ]

Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat digunakan sebagai
larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN- tercapai untuk garam kompleks K
[Ag(CN)2 ] karena proper tersebut dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat
dilakukan dalam suasana amoniatial karena garam kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion
komplek diamilum (Harizul, Rivai. 1995).

III. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan
a. Statif : 1 buah
b. Klem : 1 buah
c. Corong kaca : 1 buah
d. Kaca arloji : 1 buah
e. Pengaduk kaca : 1 buah
f. Buret asam 50 ml : 1 buah
g. Pipet tetes : 1 buah
h. Neraca timbangan : 1 buah
i. Labu ukur 500 ml : 1 buah
j. Labu ukur 100 ml : 1 buah
k. Erlenmeyer 100 ml : 2 buah
l. Erlenmeyer 250 ml : 1 buah
m. Gelas beker 250 ml : 1buah
n. Gelas ukur 50 ml : 1 buah
2. Bahan yang digunakan
1. NaCl kering : 2,925 gram
2. Larutan standar NaCl 0,1N : secukupnya
3. Larutan AgNO3 0,1N : secukupnya
4. Larutan sample garam dapur kasar : 30 ml
5. NH4 CNS padatan : 4,5 gram
6. Larutan NH4CNS : secukupnya
7. AgNO3 padatan : 8,496 gram
8. Larutan HNO3 6 N : 2,5 ml x 3
9. Larutan KBR : 5 ml x 3
10. Fluoresein : 0,5 ml x 3
11. Ferri Amonium sulfat : 0,5 ml x 3
12. Akuades : secukupnya
13. HNO3 encer : 1 ml x 3

STANDARDISASI LARUTAN AgNO3 DENGAN LARUTAN STANDARD NaCl


(MENGGUNAKAN METODE MOHR).

Cara Kerja :

Siapkan larutan NaCl 0,1000 N sebanyak 1000 mL dengan cara melarutkan 5,80 gram
NaCl p.a (telah dikeringkan dalam oven 110oC selama 1 jam) dengan aquades di dalam
labu ukur 1000 ml.
Siapkan larutan AgNO3 0,1000 N sebanyak 500 mL dengan cara melarutkan 9,00 gram
AgNO3 dengan aquades di labu ukur 500 mL.
Ambil 25,00 mL NaCl dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 ml,
tambah 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator.
Titrasi dengan larutan AgNO3 yang telah disiapkan sampai pertama kali terbentuk warna
merah bata.
Percobaan diulang 3 kali
Hitung normalitas AgNO3 dengan persamaan :
PENENTUAN KADAR NaCl DALAM GARAM DAPUR

Tujuan :
Menetapkan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara menstandardisasi larutan garam dapur
dengan larutan standar AgNO3 menggunakan metode Mohr (Garam dapur telah dikeringkan
didalam oven selama 1 jam dengan suhu 1100C)
Cara Kerja :

Larutkan 1,00 gram garam dapur dengan aquades di dalam labu ukur 250 mL.
Ambil 25,00 mL larutan garam dapur tersebut, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL,
tambahkan 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator.
Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai terbentuk warna merah bata.
Percobaan diulang 3 kali
Hitung kadar NaCl dalam garam dapur.

FP = faktor pengenceran, dalam prosedur ini 250/25

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM AIR LAUT

Tujuan :
Menentukan kadar ion klorida dalam air laut dengan cara menstandardisasi larutan air laut
dengan larutan standar AgNO3.
Cara Kerja :

Larutkan 5,00 mL sampel air laut dengan aquades 25 mL didalam erlenmeyer 250 mL
Tambahkan 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator
Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai pertama kali terbentuk warna merah bata.
Percobaan diulang 3 kali
Hitung molaritas (M) ion khlorida dalam air laut.
Argentometri _ D.10

BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi,struktur dan


sifat kimia atau materi berdasarkan perubahan yang menyertai terjadinya reaksi kimia
atau suatu materi yang di ciptakan atau memusnahkan serta dapat dijelaskan proses
atau reaksi yang ditimbulkan dari kejadian tersebut misalnya terjadi perubahan materi
dan energy.
Kita hidup dalam era polimer Bahan bahan polimer alam yang sejak dahulu telah
dikenal dan dimanfaatkan, seperti kapas, wool, dan damar Polimer sintesis. Setelah
semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion Ag pada saat titik akhir titrasi dicapai
akan bereaks idengan indicator membentuk endapan coklat kemerahan. Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL, merupakan reaksi
terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitasmia yang semakin meningkatkan
Kadar halogen dalam air dapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
suatu metode analisis titrimetri titrasi yang digunakan adalah titrasi argentometri
(http://burungkicauan.net/pengertian-reaksi-argentometri)

Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif


melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai
suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa Kristal atau koloid,dan
dapat dikeluarkan dari larutandengan penyaringan atau pemusingan. Endapan
terbentuk jika larutn menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan
suatu endapan,menurut defenisi adalah sama dengan konsenterasi molar dari larutan
jenuhnya. Kelarutan tergantung pada berbagai kondisi,seperti suhu,tekanan,konsentrasi
bahan-bahan lain dalam larutan itu,dan pada komposisi pelarutnya.(G.Svehla, 1979)
Terdapat dua cara dalam menentukan konsentrasi suatu larutan. Cara
pertama membuat larutan dengan konsentrasi tertentu,yaitu dengan menimbang zat
secara tepat menggunakan peralatan yang akurat. Cara kedua menggunakan perkiraan
jumlah zat yang terlarut dan perkiraan jumlah zat pelarut,kemudian konsentrasinya
ditentukan dengan metode titrasi. Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk
menentukan kadar suatu larutan. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan
tepat disebut larutan baku atau larutan standar,sedangkan indicator adalah zat yang
memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik
akhir titrasi.(Nana Sutresna, 2008)
Titrasi argentometri biasa juga di sebut dengan titrasi pengendapan yang
merupakan titrasi yang memperlihatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak
mudah larut antara titran.Jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan
yang cepat setiap kali titran di tambahkan analit,tidak adanya interpensi yang
mengganggu titrasi dan titik akhir titrasi mudah diamati.
Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi
kembali. Perak nitrat berlebihan ditambahkan ke sampel yang mengandung ion klorida
atau bromide. Sisa AgNO3 selanjutnya dititradi kembali dengan ammonium tiosianidat
menggunakan indicator besi (III) ammonium sulfat. (prof.Dr.Ibnu Gholib
Gandjar,DEA.,Apt, 2009)
Argentometri adalah titrasi pengendapan yang menggunakan larutan standar
AgNO3 sebagai larutan bakunya.Biasa ada tiga metode Mohr,metode Volhard dan
metode Vajans.
Ada dua syarat untuk titrasi ini yaitu :
1. Konsentrasi mula-mula larutan yang hendak dititrasi cukup besar
2. Hasil kali kelarutan (KSP) harus sekecil mungkin,karena semakin kecil KSP maka
semakin tajam perubahan.(Raymonds, 2001)

Maksud percobaan ini adalah untuk menetapkan ion klorida dalam cuplikan
suatu sampel dengan metode argentometri.
Tujuan percobaan adalah untuk mengetahui pembakuan dan penetapak kadar
dari suatu zat dengan menggunakan larutan baku AgNO3
Prinsip percobaan adalah berdasarkan metoda Mohr yaitu titrasi yang
berdasarkan atas endapan yang menggunakan larutan baku argenti nitrat 0,1 N dan
indicator kalium kromat yang membentuk endapan perak yang sukar larut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis
dengan menggunakan ion perak,biasanya ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini
adalah ion iodide (Cr-,Br-,P-).
Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terdapat dalam suatu larutan jenuh dari
garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan. Dasar titrasi argento
adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analis.
Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi
argentometri dapat dibedakan atas tiga metode yaitu metode Mohr,metode Volhard,dan
metode Vajans.
a. Metode Mohr
Metode ini di pakai terutama dalam penentuan klorida dan bromida.Suatu larutan
klorida dititrasi dengan larutan AgNO3,maka akan terjadi :
Ag+ + Cl- AgCl
Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator larutan K2CrO4 dengan ion Ag+
berlebih menghasilkan endapan merah dari AgCrO4. Kelebihan dari AgCl yang
berwarna putih mulai berubah warna menjadi kemerah-merahan. Titrasi ini harus
dilakukan dalam suasana netral agar dapat diperoleh dalam keadaan murni. Sebagai
larutan baku primer mempunyai bobot equivalen yang tinggi.
b. Metode Volhard
Titrasi ini dilakukan secara tak langsung di mana ion halogen di endapkan oleh ion Ag +
berlebih-lebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan KCNS atau NH2CNS. Titk
akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator ion FE+++ yang dengan ion CNS
berlebihan menghasilkan larutan berwarna merah. Titrasi dilakukan dalam suasana
asam yang berlebihan.
c. Metode Vajans
Metode ini adalah suatu halogen dengan AgNO3 membentuk endapan perak
halogenida yang pada titik equivalen dapat mengabsorpsi berbagai zat warna,dengan
demikian terjadi perubahan warna. Klorida dapat dititrasi dengan indicator flouresen
bromida,iodide dan thiosianat dapat dititrasi dalam suasana asam lemah.(Prof.Dr.Ibnu
Gholib Gandjar,DEA.,Apt,2009)
Kurva titrasi.
Bila kita alurkan volume titransebagai absis dan pAg atau pX (X =anion
+
yang di endapkan oleh Ag ) sebagai ordinat,maka akan diperoleh kurva titrasi. Di situ
titrant ialah AgNO3 dan yang di titrasi adalah NaCl. Perhitungan koordina adalah
sebagai berikut :
a) Awal : pCl = -log [NaCl] ; misal [NaCl]= 0,1 maka pCl = 0,1
b) Sebelum titik akhir : Ag+ + Cl- AgCl
n) + y ny
Di mana a = mmol Cl- semula (jumlah analitis)
n = mmol Ag+ yang telah di tambahkan
y = mmol Ag+ yang tak terendapkan sebagai akibat
kesetimbangannya;
maka jumlah AgCl yang terendap (tanpa kesetimbangan)ialah n mmol. Boleh
dibayangkan,bahwa kemudian y mmol AgCl larut kembali untuk memenuhi hokum
kesetimbangan ,dengan membentuk kembali y mmol Ag+ dan Cl-. Maka dalam keadaan
setimbang terdapat y mmol Ag+ dan (a n) + y mmol Cl-,sehingga :
. = Ksp AgCl (W.Harjadi, 1993)
Indicator adsorbs pada titrasi pengendapan
Jika AgNO3 ditambahkan pada NaCl yang mengandung zat berpendar
flour,titik akhir di tentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga.
Jika didiamkan,tampak endapan berwarna,sedangkan larutan tidak berwarna
disebabkan adanya adsorbsi indicator pada endapan AgCl. Warna yang terbentuk
dapat berubah akibat adsorbs pada permukaan. Dengan indicator anion,reaksi tersebut
:
Jika Cl yang berlebih :(AgCl)Cl- + FL tidak bereaksi
(jika FL =C20H11O5 yaitu zat berpendapat flour)
Jika Ag+ yang berlebihan (AgCl) Ag+ + FL (AgCl)(AgFL)adsorbsi
(S.M.Khopkar, 2007)
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikena ladalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak. Titrasi
ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuananalit yang berupa
ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3.
Titras iargentometr itidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan
tetapi juga dapat dipaka iuntuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asamlemak, dan
beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dar ianalit
membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl :
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) ->AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42-
dimanadengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat
kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai
adalah tiosianida dan indicator adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi
yang dipakai maka titrasi argentometri dapat di bedakan atas Argentometri dengan
metode Mohr,Volhard,atau Fajans. Selain menggunakan jenis indicator diatas maka kita
juga dapat menggunakan metode potensi ometri untuk menentukan titik ekuivalen.

B. Uraian Bahan
1. Aquadest (FI Edisi III hal.96)
Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Air suling
Berat molekul : 18.02
Rumus molekul : H2O
erian : Cairan jernih,tidak berbau,tidak berasa
dan tidak berwarna.
impanan : Dalam wadah tertutup
iat : Sebagai pelarut
2. Argenti nitrat (FI Edisi III hal.97)
Nama resmi : ARGENTI NITRAS
Nama lain : Argenti nitrat
Berat molekul : 169,87
Rumus molekul : AgNO3
Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur
berwarna putih,tidak berbau,menjadi gelap
jika terkena cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,larut dalam
etanol 95% P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Antiseptikum ekstern,kuastikum

3. Kalium kromat (FI Edisi III hal.690)


Nama resmi : KALII IROMAT P
Nama lain : Kalium kromat
Berat molekul : 194,19
Rumus molekul : K2CrO4
Khasiat : Murni pereaksi
4. Kalium klorida(FI Edisi III hal.329)
Nama resmi : KALII CHLORIDA
Nama lain : Kalium klorida
Berat molekul : 74,55
Rumus molekul : KCl
Pemerian : Hablur berbentuk kubus atau berbentuk
prisma,tidak berwarna atau serbuk putih,
tidak berbau,rasa asin,mantap di udara
Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air,sangat mudah
larut dalam air mendidih,praktis tidak larut
dalam etanol mutlak P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Sumber ion kalium

BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
1. Buret 50 ml
2. Corong gelas
3. Erlenmeyer
4. Labu ukur 100 ml
5. Label
6. Lab halus dan lab kasar
7. Pipet tetes
8. Pipet volume 5ml.10ml,dan 25ml
9. Sendok tanduk
10. Statif
11. Timbangan analitik

b. Bahan yang digunakan


1. Aquadest (H2O)
2. Argenti nitrat (AgNO3)
3. Kalium kromat (K2CrO4)
4. Kalium klorida (KCl)

B. Cara kerja
a. Pembuatan larutan baku AgNO3
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang secara seksama AgNO3
3. Masukkan dalam labu ukur 100 ml.
4. Masukkan aquadest 30 ml kocok hingga larut
5. Masukkan volumenya dengan aquadest sampai tanda
b. Pembakuan AgNO3
1. Isi buret dengan AgNO3
2. Timbang dengan seksama NaCl 100 mg dan masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
3. Cukupkan volumenya sampai tanda dengan aquadest,kemudian kocok hingga larut
4. Dipipet 25 ml larutan ini,di pindahkan ke dalam Erlenmeyer
5. Tambahkan dengan indikator kalium kromat kurang lebih 3 tetes,lalu di kocok
hingga larut
6. Di titrasi dengan indicator argenti nitrat 0,1 N hingga membentuk endapan merah bata
7. Di lakukan sebanyak 3 kali

c. Penetapan kadar AgNO3


1. Di siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Timbang secara seksama KCl sebanyak 0,18 gram
3. Masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan aquadest sebanyak 25 ml
4. Tambahakan indikator K2CO3 sebanyak 2-3 tetes,
5. Titrasi dengan larutan AgNO3
6. Catat volume titrasi dan hitung % kadarnya
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel pengamatan
No Sampel Berat sampel Volume Perubahan warna
titrasi
1 KCl 0,18 gram(180 mg) 27,8 ml Kuning-merah bata

2 KCl 0,18 gram(180 mg) 28,8 ml Kuning-merah bata

3 KCl 0,18 gram(180 mg) 34,4 ml Kuning-merah bata

B. Reaksi reaksi
a. K2CrO4 + 2 AgNO3 Ag2CrO4 + 2KNO3
b. AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
C. Perhitungan
1. % K1 =
= x 100 %
= 115,136 %

2. % K2 = = x 100 %
= 119,28 %
3. % K3 =
= x 100 %
= 142,05 %
4. % kadar rata rata =
=
= 125,48 %
D. Pembahasan
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis
dengan menggunakan perak nitrat (AgNO3),biasanya ioin-ion yang di tentukan dalam
titrasi ini adalah ion iodide.
Dalam percobaan digunakan larutan baku AgNO3,KCl sebagai zat uji dan
indicator K2CrO4. Pada zat uji yang pertama dengan berat sampel adalah 180
mg,volume titrasi yang di dapatkan adalah 27,8 ml,dengan perubahan warna yang
terjadi adalah dari warna kuning menjadi warna merah bata. Pada uji yang ke dua
dengan berat sampel 180 ml,volume titrasi yang di dapatkan adalah 28,8 ml,dengan
perubahan warna dari warna kuning menjadi merah bata.Pada uji yang ke tiga dengan
180 ml,volume titrasi yang di dapatkan adalah 34,3 ml dan dengan perubahan warna
dari warna kuning menjadi warna merah bata.
Pada percobaan ini juga di dapatkan mg dan %kadar dari larutan KCl yaitu :
Pada percobaan pertama,mg yang di dapatkan sebesar 207,245 dan % kadar yang di
dapatkan adalah 115,136%. Pada percobaan ke dua,mg yang didapatkan sebesar
214,704 dan % kadar yang didapatkan adalah 119,28 % Pada percobaan ke tiga, mg
yang didapatkan sebesar 225,706 dan % kadar yang didapatkan adalah 142,05%.Dan
mg rata-rat yang didapatkan adalah 215,88 dan %kadar rata-rata adalah 125,84 %.
Pada percobaan ini % kadar KCl yang didapatkan lebih besar daripada % kadar KCl
pada literature yang menyatakan bahwa KCl mengandung tidak kurang dari 99,0% KCl.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kesalahan pada saat praktikum
adalah :
a. Alat yang digunakan tidak steril
b. Bahan yang digunakan sudah terkontaminasi dengan zat yang lain
c. Kurangnya ketelitian praktikan pada saat melakukan percobaan baik pada saat
penimbangan maupun pada saat titrasi
d. Kurang teliti pada saat membaca volume titrasi

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada percobaan pertama,mg yang di dapatkan sebesar 207,245 dan % kadar yang di
dapatkan adalah 115,136%. Pada percobaan ke dua,mg yang didapatkan sebesar
214,704 dan % kadar yang didapatkan adalah 119,28 %. Pada percobaan ke tiga, mg
yang didapatkan sebesar 225,706 dan % kadar yang didapatkan adalah 142,05%.Dan
mg rata-rat yang didapatkan adalah 215,88 dan %kadar rata-rata adalah 125,84 %.
2. % kadar KCl yang didapatkan tidak sesuai dengan literature Karena %kadar yang
didapatka lebih besar daripada % kadar KCl pada literature yang menyatakan bahwa
KCl mengandung tidak kurang dari 99,0% KCl.
B. Saran
Kami sebagai praktikan sangat mengharapkan bimbingan dan arahan dari
para asisten baik pada saat praktikum maupun pada saat pembuatan laporan.

DAFTAR PUSTAKA

DIRJEN POM,1979. Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI ; Jakarta

Harjadi.W,1993. Ilmu kimia Analitik Dasar. Gramedia ;Jakarta

http://kimiaanalisa.web.id/titrasi-pengendapan-argentometri/

http://burungkicauan.net/pengertian-reaksi-argentometri

Khopkar S.M,2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia


[
Jakarta
Prof.Dr.Ibnu Gholib,2009. Kimia Farmasi Analis. Pustaka Pelajar ; Yogyakarta

Raymonds,2001. Frame Analisis chemistry of pharmacy 2. Makassar

Shehla.G,1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Edisi Ke
Lima. Kalma Media Pustaka;Jakarta

Sutresna Nana,2008. Cerdas Belajar Kimia. Grafindo Media Pratama;Jakarta

Tim Dosen,2011. Penuntun Praktikum Kimia analis. Universitas Indonesia Timur;Makassar

Anda mungkin juga menyukai