Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Seborrhea

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang
“SEBORRHEA”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah
ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan pembuatan makalah
selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir
kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan
kemudahan bagi kita semua.

Yogyakarta, April 2013


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan bentuk khusus dari
dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang
dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk
dermatitis atopik 0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang
menyerang 2% hingga 5% dari penduduk.
Seborrhea biasa disebut dengan Dermatitis seboroik (DS) atau Seborrheic eczema merupakan
penyakit yang umum, kronik, dan merupakan inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh
pruritus, berminyak, bercak merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menutup daerah
inflamasi pada kulit kepala, muka, dan telinga. Daerah lain yang jarang terkena, seperti daerah
presternal dada. Beberapa tahun ini telah didapatkan data bahwa sekurang–kurangnya 50%
pasien HIV terkena dematitis seboroik. Ketombe berhubungan juga dermatitis seboroik, tetapi
tidak separah dermatitis seboroik. Ada juga yang menganggap dermatitis seboroik sama dengan
ketombe.
DS adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya mudah ditemukan pada tempat-
tempat seboroik. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6
bulan maupun dewasa. DS dikaitkan dengan peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan
folikel sebasea terutama pada daerah wajah dan badan. Jamur Pityrosporum ovale kemungkinan
merupakan faktor penyebab.
Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan
mikroorganisme tersebut yang juga merupakan flora normal kulit manusia. Pertumbuhan P.
Ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metaboliknya
yang masuk ke dalam epidermis maupun karena jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T
dan sel Langerhans. Akan tetapi, faktor genetik dan lingkungan diperkirakan juga dapat
mempengaruhi onset dan derajat penyakit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan seborrhea atau dermatitis seboroik?


2. Jelaskan tentang epidemiologi seborrhea?
3. Jelaskan tentang etiopatogenesis seborrhea?
4. Jelaskan tentang patogenesis seborrhea?
5. Bagaimana gambaran klinik dari seborrhea?
6. Pemeriksaan penunjang apa sajakah yang dapat dilakukan untuk mengetahui seborrhea?
7. Penyakit-penyakit apa saja yang dapat menjadi diagnosis banding dari seborrhea?
8. Jelaskan tentang penegakkan diagnosis dari seborrhea?
9. Jelaskan penatalaksanaan untuk seborrhea?
10. Terapi apa saja yang dilakukan untuk seborrhea?
11. Bagaimana kiat mengatasi seborrhea?
12. Bagaimana cara mencegah terjadinya seborrhea?
13. Jelaskan tentang pragnosis dari seborrhea?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari seborrhea atau dermatitis seboroik.


2. Untuk mengetahui tentang epidemiologi seborrhea.
3. Untuk mengetahui tentang etiopatogenesis dari seborrhea.
4. Untuk mengetahui patogenesis seborrhea.
5. Untuk mengetahui gambaran klinik dari seborrhea.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui
seborrhea.
7. Untuk mengetahui penyakit-penyakit apa saja yang dapat menjadi diagnosis banding dari
seborrhea.
8. Untuk mengetahui tentang penegakkan diagnosis dari seborrhea.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk seborrhea.
10. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan untuk seborrhea.
11. Untuk mengetahui kiat mengatasi seborrhea.
12. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya seborrhea.
13. Untuk mengetahui tentang pragnosis dari seborrhea.
BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN SEBORRHEA

Seborrhea disebut pula dengan Dermatitis seboroik yaitu kelainan kulit berupa peradangan
superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah
seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak
mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus, selangkangan dan glutea. Pada dermatitis
seboroik didapatkan kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuama yang kering atau
berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai adanya krusta.
Istilah dermatitis seboroik (DS) dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh
factor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik. Dermatitis seboroik (DS)
adalah penyakit kulit dengan peradangan superfisialis kronis, dengan predileksi pada area
seboroik, yang remisi dan eksaserbasi.
Area seboroik yaitu bagian badan yang banyak kelenjar sebasea (kalenjar lemak) yaitu: kepala
(“Scalp”, telinga, saluran telinga, belakang telinga, leher), muka (alis mata, kelopak mata,
glabella, lipatan nasolabial, bibir, kumis, pipi, hidung, janggut/ dagu), badan atas ( daerah
presternum, daerah interskapula, areolae mammae) dan pelipatan-pelipatan (ketiak, pelipatan
bawah mammae, umbilicus, pelipatan paha, daerah anogenital dan pelipatan pantat).
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit pada daerah yang banyak mengandung kelenjar
sebasea. Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit inflamasi di mana telah terbukti adanya
peran kolonisasi jamur Malassezia pada kulit yang terkena.
Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit yang berlangsung kronik dan kambuhan.
Dermatitis seboroik ditandai dengan kemerahan, gatal, dan kulit bersisik, paling sering mengenai
kulit kepala (ketombe), tetapi juga dapat mengenai kulit pada bagian tubuh lainnya seperti wajah,
dada, lipatan lutut, lengan dan lipat paha.
Dermatitis seborrheic umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini terkait dengan hormon
androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam tubuhnya. "Itulah kenapa, lewat dari masa
bayi, masalah ini akan menghilang seiring dengan berkurangnya kadar hormon
androgen. Namun, tidak semua bayi akan mengalami dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi
tertentu saja, terutama yang mengalami atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi
menyimpang terhadap bahan-bahan yang bersifat umum. Bila reaksi menyimpang itu terjadi di
kulit kepala, maka akan timbul dermatitis seborrheic bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini
tidak ditangani secara tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi. Biasanya disertai
proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai dengan sisik yang berada di atas
kulit yang kemerahan.
2.2 EPIDEMIOLOGI SEBORRHEA

Dermatitis seboroik bisa ditemukan pada seluruh ras, dan lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya aktifitas kelenjar sebasea yang
diatur oleh hormon androgen.
Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis seboroik dapat menyerang bayi
pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada dewasa pada umur 30 hingga 60 tahun. Insiden
memuncak pada umur 18–40 tahun. DS lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Berdasarkan pada suatu survey pada 1.116 anak–anak, dari perbandingan usia dan jenis kelamin,
didapatkan prevalensi dermatitis seboroik menyerang 10% anak laki–laki dan 9,5% pada anak
perempuan. Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya dan sedikit menurun apabila
umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan pasien (72%) terserang minimal atau dermatitis seboroik
ringan.
Pada penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), dapat terlihat pada hampir
35% pasien Terdapat peningkatan insiden pada penyakit Parkinson, paralisis fasial, pityriasis
versicolor, cedera spinal, depresi dan yang menerima terapi psoralen ditambah ultraviolet A
(PUVA). Juga beberapa obat–obatan neuroleptik mungkin merupakan faktor, kejadian ini sering
terjadi tetapi masih belum dibuktikan. Kondisi kronik lebih sering terjadi dan sering lebih parah
pada musim dingin yang lembab dibandingkan pada musim panas.

2.3 ETIOPATOGENESIS SEBORRHEA

Etiologi dari penyakit ini belum terpecahkan. Faktor predisposisinya adalah kelainan
konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana caranya
belum dipastikan. Ini merupakan dermatitis yang menyerang daerah–daerah yang mengandung
banyak glandula sebasea, bagaimanapun bukti terbaru menyebutkan bahwa hipersekresi dari
sebum tidak nampak pada pasien yang terkena dermatitis seboroik apabila dibandingkan dengan
kelompok sehat. Pengaruh hormonal seharusnya dipertimbangkan mengingat penyakit ini jarang
terlihat sebelum puberitas. Ada bukti yang menyebutkan bahwa terjadi status hiperproliferasi,
tetapi penyebabnya belum diketahui.
Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan glandula sebasea. Glandula tersebut
aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 8-12 tahun akibat stimulasi
hormon androgen dari ibu berhenti. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan
pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil baligh dan insidennya mencapai puncaknya
pada umur 18-40 tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita.
Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor timbulnya dermatitis
seboroik, tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara keaktifan kelenjar tersebut
dengan suseptibilitas untuk memperoleh dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik dapat
diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti pada psoriasis. Pada orang yang
telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh faktor
kelelahan, stres emosional, infeksi, atau defisiensi imun.
Penelitian–penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik, pleomorfik, Malasssezia ovalis
(Pityrosporum ovale), pada beberapa pasien dengan lesi pada kulit kepala. P. ovale dapat
didapatkan pada kulit kepala yang normal. Ragi dari genus ini menonjol dan dapat ditemukan
pada daerah seboroik pada tubuh yang kaya akan lipid sebasea, misalnya kepala dan punggung.
Pertumbuhan P. ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk
metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri melalui
aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Hubungan yang erat terlihat karena kemampuan untuk
mengisolasi Malassezia pada pasien dengan DS dan terapinya yang berefek bagus dengan
pemberian anti jamur.
Bagaimanapun, beberapa faktor (misalnya tingkat hormon, infeksi jamur, defisit nutrisi, dan
faktor neurogenik) berhubungan dengan keadaan ini. Adanya masalah hormonal mungkin dapat
menjelaskan mengapa keadaan ini muncul pada bayi, hilang secara spontan, dan muncul kembali
setelah pubertas. Pada bayi dijumpai hormon transplasenta meninggi beberapa bulan setelah lahir
dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun. Juga didapati bahwa
perbandingan komposisi lipid di kulit berubah. Jumlah kolesterol, trigliserida, parafin meningkat
dan kadar sequelen, asam lemak bebas dan wax ester menurun. Keadaan ini diperparah dengan
peningkatan keringat. Stres emosional memberikan pengaruh yang jelek pada masa
pengobatan. Obat–obat neuroleptik seperti haloperidol dapat mencetuskan dermatitis seboroik
serta faktor iklim. Lesi seperti DS dapat nampak pada pasien defesiensi nutrisi, contohnya
defesiensi besi, defesiensi niasin, dan pada penyakit Parkinson. DS juga terjadi pada defesiensi
pyridoxine.

Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan dermatitis seboroik yaitu:
1. Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan
2. Infeksi Pityrosporum ovale
3. Infeksi oleh Candida atau Staphylococcus
4. Hipersensitif terhadap bakeri ataupun antigen epidermal
5. Kelainan neurotransmiter (mis : pada penyakit parkinson)
6. Respon emosional terhadap stres atau kelelahan
7. Proliferasi epidermal yang menyimpang
8. Diet yang abnormal
9. Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan neuroleptik)
10. Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)
11. Imunodefisiensi

2.4 PATOGENESIS SEBORRHEA

Walaupun banyak teori yang disebutkan, tetapi penyebab pasti dari dermatitis seboroik belum
diketahui secara pasti.
Dermatitis seboroik dihubungkan dengan adanya kulit yang tampak berminyak (seboroik
oleosa), walaupun peningkatan produksi sebum tidak selalu didapatkan pada beberapa pasien.
Pada anak-anak, produksi sebum dan dermatitis seboroik saling berhubungan. Pada pemeriksaan
histologik, kelenjar sebasea berukuran besar. Selain itu didapatkan juga perubahan komposisi
lipid pada permukaan kulit yang menunjukkan adanya peninggian kadar kolesterol, trigliserida
dan parafin, yang disertai penurunan kadar squalene, asam lemak bebas dan wax ester.
Dermatitis seboroik yang disebabkan oleh Pityrosporum ovale berkaitan dengan reaksi imun
tubuh terhadap sel jamur di permukaan kulit maupun produk-produk metabolitnya di dalam
epidermis. Reaksi peradangan yang timbul melalui perantaraan sel langerhans dan aktivasi
limfosit T. Bila Pityrosporum ovale telah berkontak dengan serum, maka akan dapat
mengaktifkan sistem komplemen melalui jalur aktivasi langsung maupun alternatif. Pada anak,
selain Pityrosporum ovale, sering pula ditemukan Candida albicanspada lesi-lesi kulit.
Peningkatan proliferasi epidermal pada dermatitis seboroik, menjelaskan mengapa penyakit
ini cukup responsif pada terapi dengan sitostatik. Selain itu, dermatitis seboroik sering berkaitan
dengan kelainan-kelainan neurologik seperti penyakit parkinson pasca ensefalitis, epilepsi,
trauma supraorbital, paralisis nervus fasialis, polimielits, siringomielia, dan kuadriplegia.
Kelainan pada sistem neurologik menyebabkan abnormalitas pada neurotransmitter dan
bermanifestasi sebagai gangguan fungsi kelenjar sebum.Hal ini berdasarkan fakta, bahwa
beberapa obat yang dapat menginduksi parkinson ternyata juga dapat menginduksi dermatitis
seboroik, sementara pemberian L-dopa selain memperbaiki kondisi parkinson, juga lesi kulit
dengan dermatitis seboroik.

2.5 GAMBARAN KLINIK


Dermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan gambaran berbagai variasi klinis. Secara
garis besar gejala klinis DS bisa terjadi pada bayi dan orang dewasa. Pada bayi ada 3 bentuk,
yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata (penyakit Leiner) yang
terbagi menjadi familial dan non-familial. Sedangkan pada orang dewasa, berdasarkan daerah
lesinya DS terjadi pada kulit kepala (pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal,
konjungtivitis, pada daerah lipatan nasolabial, area jenggot, dahi, alis), daerah fleksura (aksilla,
infra mamma, umbilicus, intergluteal, paha), badan (petaloid, pitiriasiform) dan generalisata
(eritroderma, eritroderma eksoliatif). Distribusinya biasanya bilateral dan simetris berupa bercak
ataupun plakat dengan batas yang tidak jelas, eritema ringan dan sedang, skuama berminyak dan
kekuningan.
Lesi di kulit kepala dapat bermanifestasi menjadi dua tipe:
Pityriasis sicca : tipe yang kering,biasanya berawal dari bercak yang kecil yang kemudian
meluas ke seluruh kulit kepala berupa deskuamasi kering, dan dengan membentuk skuama halus
(ketombe).
Pytiriasis steatoides: tipe yang basah, ditandai oleh skuama yang berminyak disertai eritema
dan akumulasi krusta yang tebal. Pada tipe yang berat dapat disertai dengan erupsi
psoriasiformis, eksudat, krusta yang kotor serta bau yang busuk. Rambut pada tempat tersebut
mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian verteks dan frontal. Penderita akan mengeluh
rasa gatal yang hebat.
Pada anak sering dimulai dengan skuama eritem yang non eksematous pada kulit kepala
(cradle cap) atau di daerah selangkangan yang bermanifestasi sebagai skuama kering atau bercak
bulat/oval berbatas tegas dengan ukuran bermacam-macam yang ditutupi oleh krusta berminyak
berwarna coklat kekuningan. Dimana di daerah frontal dan parietal tanpa disertai kemerahan.
Cradle Cap ini biasanya muncul dalam 3 sampai 4 minggu setelah kelahiran, dan dapat meluas
disertai eritema ke daerah wajah, dada, selangkangan dan daerah-daerah flexural. Meskipun
dermatitis seboroik pada anak memiliki ciri yang mirip dengan dermatitis seboroik pada orang
dewasa tapi jarang dengan lesi folikular.
Di daerah supra orbital, skuama berlapis tampak di alis dengan dasar yang eritema dan gatal.
Dapat terjadi marginal blepharitis bila sudut dari kelopak mata menjadi eritem dan granular.
Skuama halus berwarna merah muda kekuningan sering menutupi kelopak mata.
Lesi di bibir jarang ditemukan, tapi bila ada akan bermanifestasi sebagai Cheilitis
Eksfoliativa dimana bibir tampak menjadi kering, kemerahan, berskuama dan pecah-pecah.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah pemeriksaan
histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada penyakit lain, seperti pada
dermatitis atopik atau psoriasis.Gambaran histopatologi tergantung dari stadium penyakit.
Gambaran histopatologis dermatitis seboroik tidak spesifik berupa hiperkeratosis, akantosis,
fokal spongiosis dan parakeratosis. Dibedakan dengan psoriasis yang memiliki akantosis yang
regular, rete ridges yang tipis, eksositosis, parakeratosis dan tidak dijumpai spongiosis. Neutrofil
dapat dijumpai pada kedua jenis penyakit.
Secara umum terbagi atas tiga tingkat : akut, sub akut dan kronik. Pada akut dan sub akut,
terdapat sedikit infiltrat perivaskuler berupa limfosit dan histiosit, ada spongiosis dan hiperplasia
psoriasiformis. Dapat pula ditemukan folikel yang tersumbat oleh proses ortokeratosis dan
parakeratosis ataupun oleh krusta-skuama yang mengandung neutropil yang menutupi ostium
folikularis.
Pada bagian epidermis. Dijumpai parakeratosis dan akantosis. Pada korium, dijumpai
pembuluh darah melebar dan sebukan perivaskuler. Pada DS akut dan subakut, epidermisnya
ekonthoik, terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada perivaskuler
superfisial, spongiosis ringan hingga sedang, hiperplasia psoriasiform ringan, ortokeratosis dan
parakeratosis yang menyumbat folikuler, serta adanya skuama dan krusta yang mengandung
netrofil pada ostium folikuler. Gambaran ini merupakan gambaran yang khas. Pada dermis
bagian atas, dijumpai sebukan ringan limfohistiosit perivaskular. Pada DS kronik, terjadi dilatasi
kapiler dan vena pada pleksus superfisial selain dari gambaran yang telah disebutkan di atas yang
hampir sama dengan gambaran psoriasis. 2-4.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain:
a. Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan tinea kapitis
maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.
b. Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopik.
c. Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana memiliki karakteristik yang
khas yakni menigkatnya kadar kolesterol, trigliserida dan parafin disertai penurunan
kadar squalene, asam lemak bebas dan wax ester.

2.7 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dermatitis seboroik tergantung pada lokasi dari kelainan dan umur dari
pasien. Pada anak, diferensial diagnosisnya adalah dermatitis atopik, tinea kapitis dan psoriasis.
1. Psoriasis Vulgaris
Psoriasis vulgaris meskipun jarang pada bayi, memiliki ciri yang mirip dengan dermatitis
seboroik. Bedanya terdapat skuama yang tebal, kasar, dan berlapis-lapis, disertai tanda tetesan
lilin, Kobner dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda, psoriasis sering terdapat di
ekstremitas bagian ekstensor terutama siku, lutut, kuku dan daerah lumbosakral. Jika psoriasis
mengenai scalp, maka sukar dibedakan dengan DS. Perbedaannya ialah skuamanya lebih tebal
dan putih, seperti mika. Psoriasis inversa yang mengenai daerah fleksor juga dapat menyerupai
DS. Selain itu, pada pemeriksan histopatologis terdapat papilomatosis.
2. Pitiriasis Rosea
Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan lesi
inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Lesi awal berupa herald patch, umumnya di badan,
soliter, bentuk oval dan terdiri atas eritema serta skuama halus dan tidak berminyak di pinggir.
Lesi berikutnya lebih khas yang dapat dibedakan dengan DS, yaitu lesi yang menyerupai pohon
cemara terbalik. Tempat predileksinya juga berbeda, lebih sering pada badan, lengan atas bagian
proksimal dan paha atas, jarang pada kulit kepala.
3. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies
dermatofit dan biasanya menyerang anak–anak. Kelainan pada tinea kapitis dapat ditandai
dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih
berat, yaitu kerion. Bercak-bercak seboroik pada kulit kepala yang berambut kadang-kadang
membingungkan. Biasanya lesi DS pada kulit kepala lebih merata dan mempunyai lesi kulit yang
simetris distribusinya. Pada tinea kapitis dan tinea kruris, eritema lebih menonjol di pinggir dan
pinggirannya lebih aktif dibandingkan di tengahnya. Pada pemeriksaan didapatkan KOH positif
dimana terlihat hifa yang bersekat, bercabang, serta spora. Untuk menyingkirkan tinea kapitis
dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit pada kultur jamur.
4. Liken Simpleks Kronikus
Liken simpleks kronikus adalah peradangan kulit kronis yang gatal, sirkumskrip ditandai
dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenfikasi). Tidak biasa terjadi pada
anak tetapi pada usia ke atas, berbeda dengan DS yang sering juga terjadi pada bayi dan anak-
anak. Timbul sebagai lesi tunggal pada daerah kulit kepala bagian posterior atau sekitar
telinga.Tempat predileksi di kulit kepala dan tengkuk, sehingga kadang sukar dibedakan dengan
DS. Yang membedakannya ialah adanya likensifikasi pada penyakit ini.
5. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal.
Biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak. Skuama kering dan difus, berbeda dengan DS yang
skuamanya berminyak dan kekuningan. Selain itu, pada dermatitis atopik dapat terjadi
likenfikasi.
Ciri khas yang paling berguna sebagai pembeda dermatitis seboroik dari dermatitis atopik
adalah adanya lesi yang makin meningkat jumlahnya di daerah dahi dan dagu pada tahap awal,
dan di axilla pada tahap lebih lanjut. Selain itu dermatitis seboroik biasanya hilang spontan
dalam usia 6-12 bulan. Tes-tes dengan bahan-bahan allergen dan pemeriksaan kadar IgE
merupakan tanda khas dermatitis atopik.

6. Systemic Lupus Erythematosus


SLE adalah penyakit yang basanya bersifat akut, multisistemik dan menyerang jaringan
konektif dan vaskular. SLE sulit dibedakan dengan DS, oleh karena pada SLE juga dapat
dijumpai skuama. Yang dapat membedakan ialah lesi SLE berbentuk seperti kupu-kupu, tersering
di area molar dan nasal dengan sedikit edema, eritema dan atrofi. Terdapat gejala demam,
malaise, serta tes antibodi-antinuklear (+).
7. Rosasea
Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada derah sentral wajah (yang menonjol/
cembung). Gambaran histopatologi terdapat daerah ektasia vaskular, edema dermis dan
diorganisasi jaringan konektif dermis. Ditandai dengan kemerahan pada kulit dan talangiektasis,
disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi, papul, pustul dan edema.
8. Kandidosis
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida, biasanya
oleh Candida albicans.
Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan DS jika mengenai lipatan paha dan perianal. Lesi
dapat berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik dan basah. Perbedaannya ialah pada
kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas dengan satelit-satelit di
sekitarnya. Predileksinya juga bukan pada daerah-daerah yang berminyak, tetapi lebih sering
pada daerah yang lembab. Selain itu, pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10 %, terlihat sel
ragi, blastospora atau hifa semu.
Beberapa penyakit kulit lainnya sebagai diferensial diagnosis dari dermatitis seboroik pada anak:
a. Dermatitis kontak iritan
b. Dermatitis diaper iritan
c. Kandidosis
d. Dermatitis kontak alergi
e. Dermatofita
f. Pedikulosis kapitis
2.8 PENCEGAHAN DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, riwayat penyakit,
gambaran klinis maupun hasil dari pemeriksaan penunjang. Dari riwayat didapatkan bahwa
dermatitis ini terjadi pada bayi terutama yang berusia 1 bulan, tampak sebagai peradangan yang
mengenai kulit kepala dan lipatan-lipatan intertriginosa yang disertai skuama berminyak dan
krusta. Daerah-daerah lain seperti seperti bagian tengah wajah, dada dan leher juga dapat
terkena. Pada kasus yang berat sering didapatkan bercak-bercak kemerahan berlapis dan tidak
gatal di wajah, badan dan tungkai.
Penegakan diagnosis lainnya dapat dilakukan berdasarkan:
1. Karakteristik skuamanya khas. Kulit kepala di daerah frontal dan parietal akan ditutupi
dengan krusta yang berminyak, tebal dan sering dengan fissura ( crusta lactea / milk
crust, cradle cap ). Rambut tidak rontok dan peradangan jarang. Dalam perjalanannya,
kemerahan semakin meningkat dan daerah dengan skuama akan membentuk bercak
eritem yang jelas dan diatasnya dilapisi skuama berminyak. Dapat terjadi perluasan
hingga ke frontal melampaui daerah yang berambut. Lipatan retroaurikular, daun telinga
dan leher juga sangat mungkin terkena. Otitis eksterna, dermatitis intertriginosa maupun
infeksi-infeksi oportunistik dari C. albicans, S. aureus, dan bakteri-bakteri lainnya, sering
muncul bersama-sama dengan dermatitis seboroik.
Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang ditemukan pada dermatitis seboroik juga
dapat dijumpai pada dermatitis atopik atau psoriasis, sehingga diagnosis sangat sulit untuk
ditegakkan oleh karena baik gambaran klinis maupun gambaran histologi dapat serupa. Oleh
sebab itu, perlu ketelitian untuk membedakan DS dengan penyakit lain sebagai diferensial
diagnosis. Psoriasis misalnya yang juga dapat ditemukan pada kulit kepala, kadang disamakan
dengan DS, yang membedakan ialah adanya plak yang mengalami penebalan pada liken
simpleks.
2. Pemeriksaan histopatologi: gambaran dermatitis kronis, spongiosis lebih jelas. Pada
epidermis dapat ditemukan parakeratosis fokal dengan abses Munro. Pada dermis
terdapat pelebaran ujung pembuluh darah di puncak stratum papilaris disertai sebukan
sel-sel neutrofil dan monosit.
3. Pemeriksaan KOH 10-20 %: negatif, tidak ada hifa atau blastokonidia.
4. Pemeriksaan lampu Wood: fluoresen negatif (warna violet).

2.9 PENATALAKSANAAN SEBORRHEA

Penatalaksanaan seborrhea tergantung kepada usia penderita:


1. Anak-anak
Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan minyak mineral yang mengandung
asam salisilat secara perlahan dengan menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam hari.
Selama sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo setiap hari setelah sisiknya
menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.
2. Bayi
Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi dengan krim hydrocortisone.
Selama ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang lembut; setelah sisik
menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu. Kini banyak sediaan krim, lotion, dan shampoo di
pasaran untuk membasmi ketombe. Produk-produk yang digunakan untuk mengatasi ketombe
biasanya mengandung asam salisilat, coal tar, zinc pyrithione, selenium sulfida dan belerang.
Walaupun sebagian digolongkan sebagai obat yang dijual bebas dan sebagian digolongkan
sebagai kosmetik, produk-produk tersebut hanya dapat mengatasi gejala-gejala dari ketombe,
tetapi tidak mengatasi penyebab ketombe.

2.10 TERAPI SEBORRHEA

Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik dengan keratolitik dan sampo,
menghambat pertumbuhan jamur dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi
sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid topikal. Pasien harus diberitahu
bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering kambuh. Harus dihindari faktor pencetus,
seperti stres emosional, makanan berlemak, dan sebagainya.
Terapi dermatitis seboroik dapat meliputi:
1. Umum
Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik dengan keratolitik dan sampo,
menghambat pertumbuhan jamur dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi
sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid topikal. Pasien harus diberitahu
bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering kambuh. Harus dihindari faktor pencetus,
seperti stres emosional, makanan berlemak, dan sebagainya. Perawatan rambut, dicuci dan
dibersihkan dengan shampo.
2. Khusus
a) Sistemik
 Antihistamin H1 sebagai penenang dan anti gatal.
 Vitamin B kompleks.
 Kortikosteroid oral dapat menurunkan insiden dermatitis seboroik. Misalnya Prednison 20-30
mg sehari untuk bentuk berat. Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan.
 Antibiotik seperti penisilin, eritromisin pada infeksi sekunder (dermatitis seboroik).
 Preparat azol akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap P. Ovale, juga dapat mempengaruhi
berat ringannya dermatitis seboroik. Misalnya Ketokonazol 200 mg per hari.
 Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi aktivitas kelenjar
sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan
produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan tampak setelah 4
minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa tahun yang
ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya.
 Narrow band UVB (TL-01) yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x
seminggu selama 8 minggu, sebagian besar penderita mengalami perbaikan.

b) Topikal
Pengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis seboroik dan dandruffkronik pada stadium
awal. Terapi yang dapat digunakan, contohnya fluocinolone, topikal steroid solution. Pada orang
dewasa dengan DS dalam keadaan tertentu menggunakan steroid topikal satu atau dua kali
seminggu, disamping penggunaan sampo yang mengandung sulfur atau asam salisil dan
selenium sulfide 2%, 2 – 3 kali seminggu selama 5 – 10 menit. Atau dapat diberikan sampo yang
mengandung sulfur, asam salisil, zing pirition 1 – 2 %. Steroid topikal potensi rendah dapat
efektif mengobati DS pada bayi dan dewasa pada daerah fleksura maupun DS recalcitrant
persistent pada dewasa. Topikal golongan azol dapat dikombinasikan dengan regimen desonide
(satu dosis per hari selama dua minggu) untuk terapi pada wajah. Dapat juga diberikan salap
yang mengandung asam salisil 2%, sulfur 4% dan ter 2%. Pada bayi dapat diberikan asam salisil
3% - 5% dalam minyak mineral. 2,4-5,10,17
c) Obat Alternatif
Terapi alami saat ini menjadi semakin populer. Tea tree oil (Melaleuca oil) adalah minyak
esensial yang berasal dari Australia. Terapi ini dapat efektif bila digunakan setip hari dalam
bentuk sampo 5 %.

2.11 KIAT MENGATASI SEBORRHEA

Bila dermatitis seborrheic maupun infeksi ringworm sudah dalam kondisi yang parah,
segeralah minta bantuan ahli untuk mengatasinya. Pengobatan-pengobatan yang dilakukan oleh
dokter kulit misalnya, sangat diperlukan untuk penanganan yang efektif. Namun, meskipun
pertolongan ahli sangat diperlukan, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk
penyembuhan yang lebih maksimal:
1. Umumnya anak yang berbakat atopik di kepala akan mengalami "ketombean" yang lebih parah
kalau cuaca sedang panas. Soalnya di saat seperti ini aktivitas kelenjar androgennya akan
meningkat. Usahakan meminimalisir suasana tidak nyaman tersebut, misalnya dengan memakai
payung bila keluar rumah, menghindari ruangan yang pengap, menghindari baju yang tebal, dan
sebagainya. Sangat baik bila kita bisa menyediakan ruangan ber-AC untuk anak.
2. Sebaiknya, jangan mengangkat sisik di kepala anak sebelum ada perintah dokter. Dikhawatirkan
akan terjadi infeksi. Mungkin saja alat yang digunakan tidak steril. Bila infeksi terjadi, maka bisa
lebih berbahaya. Dokter akan memberikan obat bila sisik di kepala anak terlihat banyak dan
harus diangkat. Selain itu, terutama pada bayi, obat tersebut biasanya dicampur dengan minyak
agar mudah mengenai kulit kepala.
3. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan produk yang dibuat khusus
untuk membersihkan kulit kepala dari kotoran. Namun hati-hati, gunakan sampo yang betul-
betul diperuntukkan bagi anak, bukan untuk orang dewasa. Sampo untuk orang dewasa
umumnya mengandung bahan sulfaktan, bahan pewangi, pengawet, dan sebagainya yang bisa
mengiritasi kulit dan mata. Sedangkan sampo bayi sengaja tidak mendapat tambahan bahan-
bahan yang bakal membahayakannya. Sampo tersebut harus lembut karena fungsi kelenjar kulit
pada bayi dan anak belum bekerja secara sempurna.
4. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala memang sangat efektif. Namun tidak
semua bayi dan anak betul-betul membutuhkannya. Bila tanpa sampo tak ada kelainan yang
muncul, lebih baik gunakan air bersih saja ketika menyuci kepalanya. Frekuensi yang dianjurkan
untuk pemakaian sampo adalah seminggu dua kali atau tiga kali. Namun, umumnya sampo bayi
sangat lembut, sehingga tidak masalah bila dipakai setiap hari.
5. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak mengeluarkan keringat dan membuat
kepalanya bau. Bila ingin menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo jenis mild.
6. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya dengan mengontrol populasi
jamur. Kita bisa mencuci rambut anak setiap hari dan pijatlah kulit kepala dengan sampo secara
perlahan karena akan menghilangkan jamur lewat serpihan kulit yang lepas.
7. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu harus dilakukan oleh dokter. Kita
bisa menggunakan obat antijamur yang bisa didapat di apotek. Carilah produk-produk yang
mengandung 2% clotrimezol. Pada beberapa anak yang sensitif dengan produk krim, oleskan
sedikit saja. Namun jika terjadi ruam, cobalah konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan
alternatif pengobatan yang lain.
8. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit kepala anak yang terkena
infeksi. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan lebih lanjut.

2.12 PENCEGAHAN SEBORRHEA

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:


1. Hindari rangsangan gesek, lebih berhati-hati menggunakan sabun dan handuk
2. Hindari sabun yang beraroma
3. Gunakan sabun yang tinggi kadar minyaknya
4. Hindari makanan pemicu radang gatal, batasi makanan berprotein tinggi
5. Mandi dengan air hangat cenderung dingin jangan air panas
6. Hindari gosokan alkohol pada kulit yang meradang
7. Hindari kontak langsung dengan bahan/senyawa penyebab alergi, bila bisa ditemukan
8. Menggunakan krim pelembab (moisturiser). Krim pelembab dapat digunakan sesering mungkin
9. Menggunakan moisturiser atau bath oil untuk mandi
10. Menghindari faktor-faktor di lingkungan yang memicu atau memperparah eksema, misalnya:
a. Mainan, air liur, atau makanan di sekitar mulut
b. Bahan seperti wol aau pelapis cat seat
c. Detergen, sabun, bubble bath, antiseptik
d. Kontak dengan bulu hewan
11. Mengatasi gatal. Garukan akan memperparah eksema dan berisiko menyebabkan infeksi.
Beberapa cara untuk mengatasi gatal dan garukan:
a. Mengalihkan perhatian anak saat ia mengaruk
b. Menghindari kondisi yang terlalu hangat untuk anak
c. Menggunakan krim pelembab (yang ditaruh di kulkas sebelumnya) sebelum tidur
d. Memakaikan sarung tangan pada anak saat tidur
e. Jika perlu, berikan obat yang diresepkan dokter untuk mengurangi gatal di malam hari
f. Selalu memotong pendek kuku anak
g. Jika gatal sangat berat, kompres dingin dan teknik balut basah dapat digunakan untuk membantu
anak tidur.

2.13 PRAGNOSIS SEBORRHEA

Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik. Dapat sembuh sendiri secara
spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan mungkin dapat timbul kembali saat memasuki usia
pubertas. Meskipun demikian, bila terkena dermatitis seboroik pada saat kanak-kanak , bukan
berarti memiliki indikasi akan terkena dermatitis seboroik tipe dewasa suatu saat nanti.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Seborrhea adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang menyebabkan timbulnya
sisik pada kulit kepala, wajah dan kadang pada bagian tubuh lainnya. Dermatitis seboreik sering
ditemukan sebagai penyakit keturunan dalam suatu keluarga. Salah satu penyebab ketombe
adalah Pitysporum ovale ( P. Ovale ). Biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan sisik
kering atau berminyak di kulit kepala (ketombe), kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa
kerontokan rambut.

3.2 SARAN

1. Saran Untuk Tenaga Kesehatan


Penyusun berharap hendaknya kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami tentang macam-
macam masalah sering terjadi pada neonatus, bayi dan balita terutama Seborrhea. Serta bagaiman
tindakan kita untuk mengatasinya.
2. Saran Untuk Mahasiswa
Penyusun berharap agar mahasiswa prodi DIII Kebidanan lebih mengetahui tentang masalah
yang serimg terjadi pada neonatus, bayi dan balita. Serta dapat menerapkan saat praktek di
lapangan

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Salemba Medika: Jakarta.
Djuanda Adhi, Budimulja Unandar. 2002. Dermatitis Seboroik dan Tinea Kapitis, Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi ketiga. Hal 93-95, 183-185. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Http://obstetriginekologi.com/artikel/pencegahan+miliariasis+pada+bayi.html. Di akses pada tanggal
16 April 2013, Pukul: 09.00 WIB
Http://Ibuprita.suatuhari.com/tips/seborrhea-pada-neonatus-bayi-dan-balita. Di akses pada tanggal 17
April 2013, Pukul: 13.00 WIB
Ismail Sofyan,dkk. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran UI:Jakarta.
Siregar, R. S. 2002. Dermatitis Seboroika, dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua,
hal 104-106. Balai Penerbit EGC: Jakarta.
Sudarti, dkk.,2010, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita, nuha medika, jogyakarta.
A. Latar Belakang

Prelevansi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri, virus atau jamur. Selain itu
bergantung pada lingkungan dan kondisi setiap individu. Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah
seborrhea. Seborrhea dapat dijumpai pada bayi cukup bulan, pada minggu-minggu pertama pasca
kelahiran. Seborrhea terjadi pada sekitar 40% bayi baru lahir. Menetap beberapa minggu dan
menghilang tanpa pengobatan.(Wahyuningsih,2009)

Penanggulangan seborrhea dengan peningkatan higiene, menggunakan shampoo, menghindari udara


panas, mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh kulit untuk mencegah infeksi. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang seborrhea pada bayi 0-1 tahun di BPS Sri
Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah tahun 2008 berdasarkan pendidikan, pekerjaan, informasi dan
umur ibu.(Wahyuningsih,2009)

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif, subjek penelitian yaitu semua ibu yang memiliki bayi 0-1
tahun di BPS Sri Wahyuningsih. Sedangkan objek penelitiannya adalah pengetahuan ibu tentang
seborrhea. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 80 responden. Alat pengolahan data yang
digunakan adalah lembar kuisioner yang berisi pertanyaan tentang pengetahuan ibu mengenai
seborrhea.(Wahyuningsih,2009)

Hasil penelitian menunjukkan adalah pengetahuan ibu tentang seborrhea pada bayi 0-1 tahun di BPS Sri
Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah berturut-turut yaitu ibu yang berpengetahuan baik 47
responden (58,75%), cukup 22 responden (27,50%), kurang 11 responden (13,75%). berdasarkan
pendidikan menunjukkan sebagian besar berpendidikan dasar yaitu 32 responden (40%), yang
berpendidikan menengah yaitu 29 responden (36,25%), yang berpendidikan tinggi yaitu 19 responden
(23,75%), berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa responden yang bekerja yaitu 39 (48,75%) dan yang
tidak bekerja yaitu 41 responden (51,25%), berdasarkan informasi yang didapat menunjukkan bahwa
informasi tinggi sebanyak 29 responden (36,25%) dan informasi rendah sebanyak 51 responden
(63,75%), sementara berdasarkan umur menunjukkan sebagian besar berada pada umur dewasa awal
yaitu 30 responden (37,5%), dewasa menengah 29 responden (36,25%), dewasa akhir yaitu 21
responden (26,25%). Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang
seborrhea atau dermatitis seboroik, khususnya mengenai definisi, gambaran klinik, penatalaksanaan,
terapi, kiat mengatasi, dan cara mencegah dari dermatitis seboroik.(Wahyuningsih,2009)
Dermatitis seboroik (Seborrhea) adalah kelainan papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi dan orang
dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif.
(Lubis,2010)

Tujuan untuk mengetahui proporsi dan karakteristik pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP.H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012.
(Lubis,2010)

Metode penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan analisis data
sekunder dari catatan rekam medis pasien dermatitis seboroik.(Lubis,2010)

Hasil jumlah pasien dermatitis seboroik yang berkunjung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari
2010 – Desember 2012 berjumlah 123 orang. Proporsi pasien dermatitis seboroik0,75%. Karakteristik
pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan umumnya berjenis kelamin
laki-laki yaitu 55,3 %, usia neonatus (0-28 hari)yaitu 13,0%,etnis batak yaitu 32,5%, dengan pendidikan
orang tua SMA/Sederajat yaitu 38,2%, pekerjaan orang tua PNS 30,9%, lesi terbanyak di wajah dan
kepala 33,3%. Pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid topikal
84,6%. (Lubis,2010)

Kesimpulan proporsi pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan
periode 2010 – 2012 adalah 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik umumnya laki-laki, usia
neonates (0-28 hari), etnis batak, pendidikan orang tua SMA/Sederajat , pekerjaan PNS , lesi terbanyak di
wajah dan kepala , pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid secara
topikal.(Lubis,2010)

Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik mengangkat kasus seborrhea.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan seborhea?

2. Apa penyebab atau etiologi dari seborhea?

3. Apa saja tanda dan gejala dari seborhea?

4. Bagaimana pencegahan dari seborhea?

5. Apa diagnosa dari seborhea?

6. Bagaimana cara mengatasi terjadinya seborhea?

7. Bagaimana pengobatan seborhea ?

8. Bagaimana penatalaksanaan asuhan bayi dengan seborhea?

C. Tujuan

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pinatalaksanaan asuhan pada bayi dengan kasus dan mendokumentasikannya dalam
SOAP.

2. Tujuan khusus

 Mengumpulkan data subjektif pada klien dengan kasus seborrhea

 Mengumpulkan data objektif pada klien dengan kasus seborrhea

 Melakukan analisis berdasarkan data subjektif dan objektif

 Melakukan asuhan pada klien dengan kasus seborrhea

 Mendokumentasikan asuhan pada klien dengan kasus seborrhea

D. Manfaat

1. Bagi Penulis

Mahasiswa mampu dan diharapkan dapat memahami tentang kasus seborrhea.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Menjadi bahan evaluasi dalam pembelajaran asuhan neonatus.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Seborhea

Seborrhea adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang menyebabkan timbulnya sisik pada kulit
kepala, wajah dan kadang pada bagian tubuh lainnya.Biasanya, proses pergantian sel-sel pada kulit
kepala terjadi secara perlahan-lahan dan tidak terlihat oleh mata. Proses pergantian tersebut terjadi
setiap bulan. Jika proses ini menjadi lebih cepat, maka akan timbul gangguan pada kulit kepala yang kita
sebut ketombe. Gangguan yang lebih parah yaitu dermatitis seboroik, berupa serpihan berwarna kuning
berminyak yang melekat pada kulit kepala.(Marni,2012)

Seborrhea yaitu lapisan kulit yang berlapis-lapis pada kepala bayi.Seborrhea bukan merupakan masalah
yang mengganggu secara fisik namun mengganggu penampilan bayi/anak.Seborrhea merupakan sekresi
sebum yang berlebihan. Sebum adalah kelenjar sebasea berminyak terdiri dari lemak.(Wahyuni,2012)

Seborrhea sering digolongkan kedalam kelompok dermatitis.Biasanya dimulai dari kepala, kemudian
menjalar kewajah, kuduk, leher dan badan.Morfologinya berbeda dengan dermatitis atau eczema lainnya
yang terlihat lapisan kulit berlapis-lapis pada kepala bayi. Penyebabnya belum diketahui, ada anggapan
bahwa penyakit radang ini berdasarkan gangguan konstitusional dan sering terdapat factor hereditas dan
umumnya menyerang kulit yang berlemak dan dipicu oleh makanan yang berlemak, makan berkalori
tinggi.(Wahyuni,2012)

Dermatitis seboroik (DS) termasuk dalam golongan chronic papulosquamous dermatosis yang dapat
dengan mudah dikenali. Bisa ditemukan pada usia bayi dan dewasa, sering dikaitkan dengan peningkatan
produksi sebum (seborrhea) pada kulit kepala dan folikel sebasea pada wajah dan tubuh.(Ervianti,2012)
Dermatitis seborrheic umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini terkait dengan hormone
androgen milik ibunya yang masih tersisa didalam tubuhnya. Namun, tidak semua bayi akan mengalami
dermatitis seborrheic, terutama yang mengalami atopic, yakni kecenderungan untuk bereaksi
menyimpang terhadap bahan-bahan yang bersifat umum. Bila reaksi menyimpang itu terjadi dikulit
kepala, maka akan timbul dermatitis seborrheic bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini tidak
ditangani dengan tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi. Biasanya disertai proses inflamasi
atau peradangan didalam kulitnya. Ditandai dengan sisik yang berada diatas kulit yang kemerahan.
(Marni,2012)

Anak yang atopic umumnya lahir dari orang tua yang berbakat atopic.Bila orang tua menderita alergi
terhadap benda-benda tertentu, hal ini kemungkinan menurun kepada anaknya. Biasanya, anak yang
aktopik akan mengalami eksim dan mengalami kelainan dilipatan-lipatan tubuh seperti ketiak,
selangkangan, lipatan leher, lipatan hidung, maupun dibagian tubuh lain yang memiliki rambut, seperti
alis dan disekitar kemaluan bagi anak yang sudah puber. Hal ini terjadi karena kelenjar minyak selalu
berada dalam satu unit dengan folikel rambut. Oleh karena yang paling banyak memiliki kelenjar minyak
adalah kepala, maka gangguanpun sering terjadi di kepala seperti dermatitis seborrhoic dan ketombean.
(Marni,2012)

Seborhea merupakan kelainan kulit berupa peradangan superficial dengan papuloskuamosa yang kronik
dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea,
seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilicus,
selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seborrhoic didapatkan kelainan kulit yang berupa eritema,
edema, serta skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berb agai
ukuran disertai adanya kruasta. (Rukiyah dkk,2013)

2. Penyebab Seborhea

Penyebab tidak diketahui.Dermatitis seboroik sebagai penyakit keturunan dalam


suatu keluarga.Salah satu penyebab ketombe adalah Pitysporum ovale (P. Ovale). Walaupun namanya
sedikit menakutkan, tetapi P.Ovale adalah jamur yang secara alami terdapat pada kulit kepala dan bagian
kulit yang lain.(Marni,2012)

Penyebab dapat berupa sekresi kelenjar keringat yang berlebihan atau adanya peranan mikroorganisme
di kulit kepalayang menghasilkan suatu metabolit yang dapat menginduksi terbentuknya ketombe di kulit
kepala(Harahap, 1990).

Mikroorganisme yang diduga sebagai penyebab utama ketombe adalah Pityrosporum ovale (P.Ovale)atau
Malassezia furfur.Jamur ini sebenarnya merupakan flora normal di kulit kepala, namun pada kondisi
rambut dengan kelenjar minyak berlebih, jamur ini dapat tumbuh dengan subur(Figueras, 2000).

Dalam jumlah yang sedikit, jamur ini tidak menyebabkan kerugian yang berarti. Namun, dengan adanya
perubahan cuaca, hormon, dan stres, kulit kepala kita akan mengahasilkan lebih banyak minyak,
sehingga menyebabkan jamur P.Ovale berkembang biak.(Marni,2012)

Dengan berkembangbiaknya jamur tersebut, akan menyebabkan gatal pada kulit kepala dan
memmpercepat kerontokan sel kulit yang lama. Hasilnya : timbul ketombe.(Marni,2012)
Penyebab dari seborrhea belum diketahui secara pasti, tetapi sejenis jamur yaitu Pityrosporum ovale
mungkin merupakan factor kausatif.Jamur ini termasuk kedalam kelas Malassezia sp. Dalam hidupnya
sangat bergantung pada lemak, oleh karena itu sering ditemukan pada daerah kulit yang kaya sebum
seperti dibadan, wajah, punggung dan kulit kepala. Manifestasi seboroik dermatitis yang dipicu oleh
jamur ini juga dapat berupa dandruff (pityriasis sicca) yang diduga merupakan tipe noninflamasi dari
dermatitis seborrhoik.(Rukiyah dkk,2013)

Meskipun jamur ini merupakan flora normal kulit, bila jumlahnya berlebih ataupun karena respon imun
host yang abnormal, maka dapat bermanifestasi sebagai dermatitis seborrhoik.Beberapa penelitian
menunjukkan adanya perbaikan setelah memberikan antifungal seperti ketokonazol baik topical maupun
sistemik. Faktor genetik dan lingkungan sekitar, mungkin dapat pula sebagai pemicu dermatitis
seborrhoik, disamping factor hormonal dan imun.(Rukiyah dkk,2013)

Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan seborrhea:

1. Aktifitas kelenjar sebum yang berlebihan

2. Infeksi pityrosporum ovale

3. Infeksi oleh kandida atau staphylococcus

4. Hipersensitif terhadap bakteri ataupun antigen epidermal

5. Kelainan neurotransmitter (misalnya: pada penyakit parkinson)

6. Respon emosional terhadap stress atu kelelahan

7. Proliferasi epidermal yang menyimpang

8. Diet yang abnormal

9. Obat-obatan

10. Factor lingkungan (temperature dan lingkungan)

11. Imunodefesiensi

(rukiyah dkk,2013)

Penyebab seborrhea:

1. Faktor hereditas, yaitu disebabkan karena adanya faktor keturunan orang tua

2. Intake makanan berlemak dan berkalori tinggi

3. Asupan minuman beralkohol

4. Adanya gangguan emosi

5. Kelenjar minyak pada bayi biasanya bekerja terlalu aktif akibat tingginya kadar hormon ibu yang
mengalir didalam tubuh bayi

6. Pengaruh hormon ibu biasanya hanya berlangsung pada bulan-bulan pertama kehidupan sikecil.
Gangguan ini akan hilang setelah bayi berusia 6-7 bulan.
Kondisi ketombe yang parah atau dermatitis seboroik (seborrhea), seringkali ditemukan di kulit kepala.
Namun dapat juga ditemukan di alis mata, pipi, di belakang telinga atau bagian dada. Seborrhea berupa
sisik berwarna kuning berminyak yang melekat pada kulit kepala.

Faktor resiko terjadinya dermatitis seboroik:

 Stres

 Kelelahan

 Cuaca dingin

 Kulit berminyak

 Jarang mencuci rambut

 Pemakaian losyen yang mengandung alcohol

 Penyakit kulit (misalnya jerawat)

 Obesitas (kegemukan)

(Marni,2012)

Proses pergantian kulit mati, yang kemudian diganti dengan sel-sel kulit dibawahnya disebut keratinisasi.
Ada beberapa hal yang membuat periode keratinisasi ini tidak normal, diantaranya:

 Keaktifan kelenjar minyak kulit yang meningkat. Ketombe terjadi pada kulit kepala yang produksi
minyaknya berlebihan.

 Adanya peningkatan jumlah fungus bernama Pityrosporum Ovale. Fungus ini bertanggung-jawab
pada proses pemecahan lemak kulit, yang menyebabkan iritasi kulit kepala.

 Makanan berlemak,

 Mengakibatkan produksi minyak dari kelenjar minyak bertambah. Asupan lain yang juga punya
andil besar merangsang kelenjar minyak membentuk minyak kulit adalah sambal, alkohol, kopi,
serta rokok.

 Zat atau bahan yang menempel pada kulit kepala seperti obat-obatan tertentu, sabun, shampoo,
minyak rambut. Zat-zat ini secara langsung merangsang kulit kepala, atau menjadi media yang
baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.

 Hormon tertentu. Hormon yang dapat memacu keaktifan kelenjar minyak misalnya hormon
Androgen.

 Hal lain seperti stress, genetika, cuaca

(Marni,2012)

Seborrhea ini bukan cuma terdapat pada kulit kepala saja.Inilah yang kemudian menjadi Seborrheic
Dermatitis, atau keadaan kulit yang berwarna merah, bersisik, dan sangat gatal. Bisa terjadi di kulit
kepala, samping kiri dan kanan hidung, alis, bulu mata, kulit di belakang kuping, dada bagian tengah,
pusar, ketiak, lipatan buah dada, selangkangan, atau bokong.(Marni,2012)

Setiap orang pastilah mengalami Seborrheic Dermatitis. Pada bayi disebut dengan nama Cradle Cap.
Tanpa diobati serius, Cradle Cap ini akan hilang saat usia bayi berkisar antara delapan hingga 12 bulan.
Cradle Cap pada bayi merupakan warisan hormon berlebih yang diberikan si ibu, sebelum bayi tersebut
lahir.(Marni,2012)

3. Tanda dan Gejala Seborrhea

Dermatitis seboreik biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan sisik kering atau berminyak di kulit
kepala (ketombe), kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan rambut. Pada kasus yang lebih
berat, timbul beruntusan/jerawat bersisik kekuningan sampai kemerahan di sepannjang garis rambut, di
belakang telinga, di dalam saluran telinga, alis mata dan dada.(Marni,2012)

Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik menyebabkan ruam tebal
berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala (cradle cap) dan kadang tampak sebagai sisik berwarna
kuning di belakang telinga atau beruntusan merah di wajah. Ruam di kulit kepala ini sering disertai
dengan ruam popok.Pada anak-anak, dermatitis seboroik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal di
kulit kepala yang sukar disembuhkan. Tanda dan gejalanya :

1. Kulit tampak berminyak

2. Ruam tebal berkeropeng berwarna kuning dikepala (Crdle cap)

3. Kadang tampak seperti sisik dibelakang telinga

4. Tampak erytrema,ketombe

5. Perasaan gatal yg hebat

6. Bayi biasanya rewel

7. Gatal

8. Kemerahan

(Marni,2012)

4. Pencegahan Seborhea

1. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan produk yang dibuat khusus
untuk membersihkan kulit kepala dari kotoran.

2. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala memang sangat efektif.

3. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak mengeluarkan keringat dan membuat
kepalanya bau. Bila ingin menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo jenis mild.

4. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya dengan mengontrol populasi
jamur.
5. Kita bisa mencuci rambut anak setiap hari dan pijatlah kulit kepala dengan sampo secara
perlahan karena akan menghilangkan jamur lewat serpihan kulit yang lepas.

6. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu harus dilakukan oleh dokter. Kita
bisa menggunakan obat antijamur yang bisa didapat di apotek. Carilah produk-produk yang
mengandung 2% clotrimezol. Pada beberapa anak yang sensitif dengan produk krim, oleskan
sedikit saja. Namun jika terjadi ruam, cobalah konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan
alternatif pengobatan yang lain.

7. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit kepala anak yang terkena
infeksi. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan lebih lanjut.(Marni,2012)

5. Diagnosa Seborrhea

Pemeriksaan untuk menemukan adanya seborhea dapat ditegakkan berdasarkan gejala-


gejalanya.Apabila pemeriksa menemukan gejala seperti serpihan atau sisik, gatal, kemerahan, dan
bayi rewel.Maka, dari itku ita dapat menegakkan diagnosa pada bayi yang mengalami seborrhea.
(Marni,2012)

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesa

2. Pemeriksaan fisik

3. Riwayat penyakit

4. Gambaran klinis maupun hasil dari pemeriksaan penunjang

6. Cara Mengatasi Seborrhea

Bila dermatitis seboroik maupun infeksi ringworm sudah dalam kondidi yang parah, segeralah minta
bantuan ahli untuk mengatasinya.Pengobatan-pengobatan yang dilakukan oleh dokter kulit misalnya,
sangat diperlukan untuk penanganan yang efektif.Namun, meskipun pertolongan ahli sangat diperlukan,
ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk penyembuhan yang lebih maksimal.

Umumnya anak yang berbakat atopic dikepala akan mengalami “ketombean” yang lebih parah kalau
cuaca sedang panas. Soalnya disaat seperti ini aktivitas kelenjar androgennya akan meningkat. Usahakan
meminimalisir suasana yang tidak nyaman tersebut, misalnya :

1. Dengan memakai payung keluar rumah

2. Gunakan topi pada bayi jika keluar rumah

3. Menghindari ruangan yang pengap

4. Menghindari baju yang tebal

5. Dan sebagainya, sangat baik bila kita bisa menyediakan ruangan ber-AC untuk anak

Sebaiknya,jangan mengangkat sisik dikepala anak sebelum ada perintah dokter. dikhawatirkan akan
terjadi infeksi. Mungkin saja alat yang digunakan tidak steril.Bila infeksi terjadi, maka bisa lebih
berbahaya. Dokter akan memberikan obat bila sisik dikepala anak terlihat banyak dan harus diangkat.
Selain itu, terutama pada bayi obat tersebut biasanya dicampur dengan minyak agar mudah mengenai
kulit kepala.(Marni,2012)

7. Pengobatan Seborrhea

Seborrhea pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam waktu 6 hingga 12 bulan dan
cenderung tidak rekuren hingga mencapai menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan
menghilangkan skuama dan usia pubertas. Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengkontrol,
bukan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan
gatal.(Rukiyah dkk,2013)

Khusus untuk perawatan kulit kepala dapat dilakukanberbagai terapi : skuama dihilangkan sisir yang
lembut khusus bayi, pembersihan krusta menggunakan larutan asam salisilat 3-5% dalam minyak zaitun
ataupun pelarut air, pengkompresan kulit kepala dengan minyak zaitun hangat (untuk skuama yang
tebal), pengolesan kortikosteroid berpotensi rendah (hidrokortison 1%) dalam bentuk krim atau lotion
dalam beberapa hari,penggunaan sampo ringan khusus untuk bayi, dan perawatan kulit kepala kulit bayi
lainnya yang cocok menggunakan emolien, krim ataupun pasta lembut. Bila ada infeksi sekunder
khususnya yang disebabkan oleh staphylococcus, dapat diberikan antibiotik oral.(Rukiyah,2013)

Untuk seborrhea yang berlangsung sangat lama dan penggunaan steroid telah memberikan efek
samping yang merugikan, pertimbangan menggunakan obat-obatan lain yang efektif terus dilakuka.
Beberapa preparat seperti tacrolimus,pimecrolimus dan inhibitor calcineurin yang efektif pada
pengobatan dermatitis atopik, ternyata juga efektif diberikan untuk mengatasi seboroik. Sementara
metronidazole dilaporkan cukup efektif dalam terapi dermatitis seborrhea sebagai pengganti
metronidazole.(Rukiyah,2013)

8. Penatalaksanaan Seborrhea

1. Anak-anak.

Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala,mengatasinya :

1. Dioleskan minyak mineral yang mengandung asam salisilat secara perlahan dengan
menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam hari.

2. Selama sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo setiap hari setelah sisiknya
menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu. (Marni,2012)

2. Bayi.

Penatalaksanaan :

1. Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi dengan krimydrocortisone.

2. Selama ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang lembut; setelah sisik
menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.

3. Kini banyak sediaan krim, lotion, dan shampoo di pasaran untuk membasmi ketombe. Produk-
produk yang digunakan untuk mengatasi ketombe biasanya mengandung asam salisilat, coal tar,
zinc pyrithione, selenium sulfida dan belerang. Walaupun sebagian digolongkan sebagai obat
yang dijual bebas dan sebagian digolongkan sebagai kosmetik, produk-produk tersebut hanya
dapat mengatasi gejala-gejala dari ketombe, tetapi tidak mengatasi penyebab ketombe.
(Marni,2012)

BAB III

TINJAUAN KASUS

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN PADA

BAYI DENGAN SEBORRHEA

Ibu ana memiliki seorang bayi berumur 3 hari, ibu ana membawa bayinyake BPS bidan rena pada tanggal
13 agustus 2014 dengan keluhan timbulnya sisik pada kulit kepala dan wajah anaknya disertai adanya
lemak berwarna putih.

Awalnya ibu ana tidak khawatir akan kondisi bayinya.Bahkan ibu ana sering mengangkat sisik pada kepala
bayinya dengan tangan setelah mandi untuk menghilangkan sisik berwarna putih
pada bayinya.Akan tetapi sejak pagi tadi timbul kemerahan pada daerah kulit yang berwarna putih
dibagian kepala. Dan ibu ana sangat cemes,apakah penyakit pada bayinya hal fisiologis atu tidak

Ibu ana melahirkan pada tanggal l0 agustus 2014 pukul 08:00 WIB,lahir pervaginam, kehamilan atermdi
BPS bidan Rena. Berat badan lahir 3000 gr, panjang 50 cm, jenis kelamin laki-laki.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dengan tanda-tanda vital nadi : 130x/I ,
pernafasan : 56x/I, suhu :37oC. pada pemeriksaan kepala terdapat lemak berwarna putih, bayi tidak
ikterus.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan rina, maka bidan rina mengatakan kepada ibu ana bahwa
anaknya mengalami seborrhea.

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BY Ny. A

USIA 3 HARI DENGAN SEBORHEA

DI BPS RENA Amd.Keb

TANGGAL 13 AGUSTUS 2014

1. Pengumpulan data

2. Identitas / biodata

Nama bayi : Bayi Ny.A

Umur bayi : 3 hari

Tanggal / jam lahir :10 agustus 2014/08.00 WIB

Jenis kelamin : laki-laki

Berat badan :3000 gram

Panjang badan : 50 cm
Nama ibu : Ny.A

Umur : 25 tahun

Suku/bangsa : minang/indonesia

Agama : islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : komplek wiswa indah,Padang

Telp : 0751-535251

Nama ayah : Tn.D

Umur : 28 tahun

Suku/bangsa : minang/indonesia

Agama : islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : wiraswasta

Alamat kantor : Jl. Jati no 1 padang

Telp : 0751-424140

1. Pemeriksaan umum

Jenis kelamin : Laki- laki

KU : Baik

Nadi : 130 x/i

Suhu : 37°c

Pernafasan :56 x/i

Berat badan sekarang : 2900 gr

2. Pemeriksaan fisik

1. Kepala : bulat,terdapat lemak

 Rambut : banyak

 Benjolan : tidak ada

 Ubun-ubun besar : datar,tidak cekung

 Luka : tidak ada,


 Perdarahan : tidak ada

 Sutura : melebar

2. Mata

 Simetris : ya

 Konjungtiva : kemerahan, bersih

 Kelenjar air mata : ada

 Sklera : ikterik

3. Telinga

 Simetris : ya

 Kelainan : tidak ada

4. Mulut

 Bibir : tidak ada celah

 Warna bibir : merah

 Langit – langit : tidak ada kelainan

 Lidah : normal

 Bila minum : tidak tersedak

5. Hidung

 Bentuk : mancung

 Gerakan cuping hidung : ya

 Kelainan : tidak ada

6. Leher

 Kelainan : tidak ada

7. Dada

 Ekspasi dada kanan – kiri saat bernafas : sama

 Retraksi otot dada : ada

 Klavikula : menonjol

 Ikterus : tidak

8. Abdomen

 tidak kembung
 tidak ada kelainan

9. Tali Pusat

 Perdarahan : tidak

 Bersih : ya

10. Punggung

 Integritas kulit : utuh

 Kelainan : tidak ada

11. Ekstremitas Atas dan Bawah

 Keutuhan jumlah jari : ya

 Gerakan : simetris

 Keluhan nyeri : tidak

 Tanda kelumpuhan : tidak ada

12. Genetelia

 Testis : : turun

 Kelainan : tidak ada

13. Anus

 Mekonium : ada

 Lobang anus : ada

14. Kulit

 Keriput : ada

 Tipis (transparan) : ya

 Lanugo : ada

 Ikterus : tidak ada

 Warna kulit : merah

15. Reflek

 Morro : ada, kuat

 Rooting : ada, kuat

 Suching : ada, kuat

 Walking : ada, kuat


 Grasping : ada, kuat

 Tonic neck : ada, kuat

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Dari kasus ibu ana mengatakan bayinya terdapat lemak berwarna putih dibagian kepala dan
bersisik.

Berdasarkan teori Seborrhea adalah kelainan kulit berupa peradangan superficial dengan
papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerah yang
kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada,
axilla, umbilicus, selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seborrhoic didapatkan kelainan kulit yang
berupa eritema, edema, serta skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan
dalam berb agai ukuran disertai adanya kruasta. (Rukiyah dkk,2013)

2. Ibu ana mengatakan awalnya hanya timbul lemak berwarna putih dibagian kepala,akan tetapi
sejak tadi pagi disertai kemerahan dibagian kepala dan wajah

Berdasarkan teori Seborrhea sering digolongkan kedalam kelompok dermatitis.Biasanya dimulai dari
kepala, kemudian menjalar kewajah, kuduk, leher dan badan.Morfologinya berbeda dengan dermatitis
atau eczema lainnya yang terlihat lapisan kulit berlapis-lapis pada kepala bayi. Penyebabnya belum
diketahui, ada anggapan bahwa penyakit radang ini berdasarkan gangguan konstitusional dan sering
terdapat factor hereditas dan umumnya menyerang kulit yang berlemak dan dipicu oleh makanan yang
berlemak, makan berkalori tinggi.(Wahyuni,2012)

3. Ibu mengatakan bayinya berusia 3 hari dan berjenis kelamin laki-laki

Berdasarkan penelitian umumnyabanyak yang mengalami seborrhea berjenis kelamin laki-laki yaitu 55,3
%, usia neonatus (0-28 hari) yaitu 13,0% (Lubis,2010),

Dermatitis seborrheic umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini terkait dengan hormone
androgen milik ibunya yang masih tersisa didalam tubuhnya. Namun, tidak semua bayi akan mengalami
dermatitis seborrheic, terutama yang mengalami atopic, yakni kecenderungan untuk bereaksi
menyimpang terhadap bahan-bahan yang bersifat umum(Marni,2012)

4. Pada kasus ibu ana sangat cemas dengan keadaan bayinya, apakah gejala pada bayinya hal yang
fisiologis atau tidak.

Berdasarkan teori Seborrhea pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam waktu 6 hingga
12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga mencapai menyembuhkan, yakni dengan membersihkan
dan menghilangkan skuama dan usia pubertas. Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip
mengkontrol, bukan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan
mengurangi eritema dan gatal.(Rukiyah dkk,2013)

5. Pada kasus ibu ana mengatakan sering mengangkat sisik dikepala bayinya untuk menghilangkan
sisik berwarna putih pada bayinya.
Berdasarkan teori Sebaiknya,jangan mengangkat sisik dikepala anak sebelum ada perintah dokter.
dikhawatirkan akan terjadi infeksi. Mungkin saja alat yang digunakan tidak steril.Bilainfeksi terjadi, maka
bisa lebih berbahaya. Dokter akan memberikan obat bila sisik dikepala anak terlihat banyak dan harus
diangkat. Selain itu, terutama pada bayi obat tersebut biasanya dicampur dengan minyak agar mudah
mengenai kulit kepala.(Marni,2012)

6. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan rina, maka bidan rina mengatakan kepada ibu ana
bahwa anaknya mengalami seborrhea.

Berdasarkan teori bidan melakukan pemeriksaan untuk menemukan adanya seborhea dapat ditegakkan
berdasarkan gejala-gejalanya.Apabila pemeriksa menemukan gejala seperti serpihan atau sisik, gatal,
kemerahan, dan bayi rewel.Maka, dari itu kita dapat menegakkan diagnosa pada bayi yang mengalami
seborrhea.(Marni,2012)

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

 Mahasiswa telah mampu mengumpulkan data subjektif

 Mahasiswa telah mampu mengumpulkan data objektif

 Mahasiswa telah mampu melakukan analisis berdasarkan data subjektif dan objektif

 Mahasiswa mampu melakukan asuhan pada klien dengan kasus seborrhea

 Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan pada klien dengan kasus seborrhea

 Data subjektif bisa terkumpul dengan cepat karena pasien kooperatif


A. Definisi
Adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala,
wajah dan kadang pada bagian tubuh lainnya. Biasanya, proses pergantian sel-sel pada kulit kepala
terjadi secara perlahan-lahan dan tidak terlihat oleh mata. Proses pergantian tersebut terjadi setiap bulan.
Jika proses ini menjadi lebih cepat, maka akan timbul gangguan pada kulit kepala yang kita sebut
ketombe. Gangguan yang lebih parah yaitu dermatitis seboroik, berupa serpihan berwarna kuning
berminyak yang melekat pada kulit kepala.

Pada Bayi

Dermatitis seborrheic, umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini terkait dengan hormon androgen
milik ibunya yang masih tersisa di dalam tubuhnya. "Itulah kenapa, lewat dari masa bayi, masalah ini
akan menghilang seiring dengan berkurangnya kadar hormon androgen."

Namun, tidak semua bayi akan mengalami dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama
yang mengalami atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang terhadap bahan-bahan yang
bersifat umum. Bila reaksi menyimpang itu terjadi di kulit kepala, maka akan timbul dermatitis seborrheic
bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini tidak ditangani secara tepat, mungkin saja akan berlanjut
menjadi infeksi. Biasanya disertai proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai dengan
sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan.

Anak yang atopik umumnya lahir dari orang tua yang berbakat atopik. "Bila orang tua menderita alergi
terhadap benda-benda tertentu, hal ini kemungkinan menurun pada anaknya,. Biasanya, anak yang
atopik akan mengalami eksim dan mengalami kelainan di lipat-lipatan tubuh, seperti ketiak,
selangkangan, lipatan leher, lipatan hidung, maupun di bagian tubuh lain yang memiliki rambut, seperti
alis dan di sekitar kemaluan pada anak yang sudah puber. Hal ini terjadi karena kelenjar minyak selalu
berada dalam satu unit dengan folikel rambut. Oleh karena yang paling banyak memiliki kelenjar minyak
adalah kepala, maka gangguan pun sering terjadi di situ seperti dermatitis seborrheic dan ketombean.

Kelainan Kulit Kepala


Seperti diungkapkan tadi, selepas dari masa bayi, maka dermatitis seborrheic segera menghilang karena
hormon androgen yang berasal dari ibu sudah habis. Namun bila lewat usia ini masih juga muncul, berarti
telah terjadi sesuatu yang tidak normal. Mungkin saja, sisik-sisik halus itu muncul karena adanya kelainan
pada kulit kepala anak balita. "Nah, pada usia balita penyebabnya belum bisa dipastikan. Salah satu
dugaan kuat adalah tumbuhnya jamur, sehingga memicu peningkatan produksi kelenjar minyak yang
lumayan pesat."
Normalnya, kata Ari, setiap sebulan sel-sel kulit kepala yang sudah tua digantikan oleh sel-sel yang
muda, sehingga jumlah serpihan kulit kepala yang lepas pun tidak banyak. Namun, sel kulit yang telah
terkena jamur akan lebih cepat lepas. Bisa setiap lima hari sekali. Peningkatan produksi kelenjar kulit
kepala umumnya disertai dengan rasa gatal, kerontokan rambut, rambut berbau tak enak, lebih
berminyak, dan sukar diatur.

Jadi, pada anak "ketombeannya" sedikit berbeda dari ketombe orang dewasa. Ketombe pada orang
dewasa adalah kelainan-kelainan yang terjadi pada area yang berambut, yang terkait dengan aktivitas
kelenjar kulit. Umumnya bila kelenjar kulit kepala berproduksi secara berlebihan, yang bisa saja terjadi
tanpa adanya campur tangan jamur atau yang lainnya, akan timbul sisik-sisik.
Menurut Boni E. Elewski, MD, seorang profesor dermatologi di Universitas Alabama Birmingham (UAB),
Amerika Serikat, berdasarkan hasil penelitiannya, ada sejenis jamur yang kerap menyerang kepala anak-
anak, yaitu jamur T. Tonsurans. Jamur ini bisa mengakibatkan infeksi tinea capitis atau ringworm. Hal ini
dipicu akibat adanya infeksi jamur pada kulit, yang awalnya menimbulkan rasa gatal.

Anak-anak yang tinggal di kota besar, diamati Elewski, lebih rentan menderita infeksi ini karena kondisi
lingkungannya yang lebih kurang bersih. Apalagi cara penularannya sangat mudah, bisa dari binatang
peliharaan yang terinfeksi, sisir rambut, topi, sikat, serta media di kepala lainnya.
Bila anak terkena ringworm, gejala yang timbul umumnya ruam, bercak merah berbentuk cincin atau
uang logam di sekitar perut, leher, paha, dan punggung yang pinggirannya terasa kasar serta halus di
bagian tengahnya. Nah, bila ringworm telah mengenai kulit kepala, maka akan muncul sisik yang mirip
dengan ketombe. Bila di kepala anak timbul sisik, mungkin sisik yang dialaminya merupakan infeksi
akibat jamur ini.

Namun, lanjut Elewski, untuk mendeteksi apakah anak mengalami ketombe atau terkena infeksi jamur
ringworm, bukanlah hal yang mudah, karena secara kasat mata gejalanya sangat mirip. Namun
terkadang, infeksi ringworm memperlihatkan tanda dimana kulit kepala akan mengeras karena sisik yang
berlapis-lapis atau menyebabkan rambut rontok.

Meskipun infeksi jamur ringworm tidak berbahaya, tetapi bila dibiarkan akan berdampak buruk pada
kondisi rambut anak. Soalnya, pada kondisi yang sudah parah, kerontokan rambut akan semakin hebat
dan menyebabkan terjadinya kebotakan secara permanen. Juga anak merasa tidak enak badan.

Untuk menghindari penularan, maka lingkungan di sekitar rumah harus mulai waspada terhadap anak
yang terinfeksi ringworm. Ia harus menggunakan peralatan-peralatan rambut seperti sisir, topi, bandana,
bando, pita, atau ikat rambut yang tersendiri. Agar lebih terjaga, cucilah semua peralatan tersebut bila
ingin dipakai adik atau kakaknya.

B. Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui. Dermatitis seboreik sering ditemukan sebagai penyakit keturunan dalam
suatu keluarga. Salah satu penyebab ketombe adalah Pitysporum ovale ( P. Ovale ). Walaupun namanya
mungkin sedikit menakutkan , tetapi P. Ovale adalah jamur yang secara alami terdapat pada kulit kepala
dan bagian kulit yang lain.

Dalam jumlah yang sedikit, jamur ini tidak menyebabkan kerugian yang berarti. Namun, dengan adanya
perubahan cuaca, hormon, dan stress, kulit kepala kita akan menghasilkan lebih banyak minyak,
sehingga menyebabkan jamur P. Ovale berkembang biak. Dengan berkembangbiaknya jamur tersebut,
akan menyebabkan gatal pada kulit kepala dan mempercepat kerontokan sel kulit yang lama. Hasilnya :
timbul Ketombe.

Kondisi ketombe yang parah atau dermatitis seboroik (seborrhea), seringkali ditemukan di kulit kepala.
Namun dapat juga ditemukan di alis mata, pipi, di belakang telinga atau bagian dada. Seborrhea berupa
sisik berwarna kuning berminyak yang melekat pada kulit kepala
Faktor resiko terjadinya dermatitis seboreik:

 Stres

 Kelelahan

 Cuaca dingin

 Kulit berminyak
 Jarang mencuci rambut

 Pemakaian losyen yang mengandung alkohol

 Penyakit kulit (misalnya jerawat)

 Obesitas (kegemukan).

Proses pergantian kulit mati, yang kemudian diganti dengan sel-sel kulit dibawahnya disebut keratinisasi.
Ada beberapa hal yang membuat periode keratinisasi ini tidak normal, diantaranya:

 Keaktifan kelenjar minyak kulit yang meningkat. Ketombe terjadi pada kulit kepala yang produksi
minyaknya berlebihan.

 Mikroorganisme,Adanya peningkatan jumlah fungus bernama Pityrosporum Ovale. Fungus ini


bertanggung-jawab pada proses pemecahan lemak kulit, yang menyebabkan iritasi kulit kepala.

 Makanan berlemak,

 Mengakibatkan produksi minyak dari kelenjar minyak bertambah. Asupan lain yang juga punya
andil besar merangsang kelenjar minyak membentuk minyak kulit adalah sambal, alkohol, kopi,
serta rokok.

 Zat atau bahan yang menempel pada kulit kepala seperti obat-obatan tertentu, sabun, shampoo,
minyak rambut. Zat-zat ini secara langsung merangsang kulit kepala, atau menjadi media yang
baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.

 Hormon tertentu. Hormon yang dapat memacu keaktifan kelenjar minyak misalnya hormon
Androgen.

 Hal lain seperti stress, genetika, cuaca.

Seborrhea ini bukan cuma terdapat pada kulit kepala saja? Inilah yang kemudian menjadi Seborrheic
Dermatitis, atau keadaan kulit yang berwarna merah, bersisik, dan sangat gatal. Bisa terjadi di kulit
kepala, samping kiri dan kanan hidung, alis, bulu mata, kulit di belakang kuping, dada bagian tengah,
pusar, ketiak, lipatan buah dada, selangkangan, atau bokong,? kupas Desi.

Setiap orang pastilah mengalami Seborrheic Dermatitis. Pada bayi disebut dengan nama Cradle Cap.
Tanpa diobati serius, Cradle Cap ini akan hilang saat usia bayi berkisar antara delapan hingga 12 bulan.
Cradle Cap pada bayi merupakan warisan hormon berlebih yang diberikan si ibu, sebelum bayi tersebut
lahir.

Bentuk Ringan dari Seborrhea Dermatitis


Seborrhea Dermatitis akan datang dan pergi sepanjang umur manusia. Paling banyak dialami pada
mereka yang jenis dan kulit rambutnya berminyak. dandruff/ketombe adalah bentuk lebih ringan dari
Seborrhea Dermatitis. Cirinya bersisik, tidak merah, namun sangat gatal.

Pada fase selanjutnya, ketombe dapat menimbulkan kebotakan, Kelenjar kulit minyak berada di akar
rambut, akar rambut ini yang digigit terus oleh kutu atau demodex,? paparnya. Kutu inilah yang membuat
akar rambut tidak kuat. Belum lagi ditambah perilaku menggaruk akibat rasa gatal luar biasa.

Pencegahan ketombe, harus disesuaikan dengan kemungkinan penyebabnya. Misalnya dengan diet
makanan rendah lemak dan karbohidrat, menghindari rokok, alkohol, sambal, menjaga kebersihan dan
kesehatan kulit kepala, menjauhi pemakaian obat atau kosmetika tertentu (minyak rambut, shampoo,
sabun), menghindari stress, hidup teratur, santai dan tenang.

Sementara pengobatannya sendiri, dilakukan dengan melihat penyebab dan keadaan penyakitnya. Pada
dasarnya, obat ketombe terbagi dua jenis. Pertama, obat topikal atau obat yang ditempelkan, kedua, obat
sistemik atau obat yang diminum,? ujar Desi. Obat yang ditempelkan antara lain obat penghilang rasa
sakit, penghilang rasa gatal dan radang, antibiotik, serta obat penenang.
Bisa juga diberikan obat hormonal seperti estrogen dan siproteron, bagi mereka yang tidak sembuh
terhadap pengobatan. Serta tambahan vitamin B Riboplavin, Piridoksin dan sebagainya. Shampoo dapat
menjadi alat pengobatan tetapi juga penyebab timbulnya ketombe. Shampoo biasa umumnya terdiri atas
50 persen hingga 70 persen air, tujuh persen hingga 15 persen surfaktan/deterjen, dua persen hingga
lima persen conditioner, dan tiga persen hingga lima persen pembentuk busa.

Tapi untuk obat anti ketombe, tukas Desi, harus ditambah zat lain seperti Selenium Sulfida, Sengpirition,
Ter, dan Ketokonazol. Desi tidak mengesampingkan adanya obat tradisional, seperti membilas kulit
kepala dengan air teh. ?Sebab teh mengandung dasinfektan,? cetusnya. Tapi terapi ini harus dilakukan
dalam jangka waktu lama, dan terus menerus setiap hari.

C. Gejala
Dermatitis seboreik biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan sisik kering atau berminyak di kulit
kepala (ketombe), kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan rambut. Pada kasus yang lebih
berat, timbul beruntusan/jerawat bersisik kekuningan sampai kemerahan di sepanjang garis rambut, di
belakang telinga, di dalam saluran telinga, alis mata dan dada.

Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik menyebabkan ruam tebal
berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala (cradle cap) dan kadang tampak sebagai sisik berwarna
kuning di belakang telinga atau beruntusan merah di wajah. Ruam di kulit kepala ini sering disertai
dengan ruam popok. Pada anak-anak, dermatitis seboreik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal di
kulit kepala yang sukar disembuhkan.

Serpihan/Sisik
Merupakan tanda yang paling mudah dilihat dan paling memalukan. Sisik tersebut adalah tanda bahwa
kulit di kepala anda rontok dan waktu pergantian sel-sel pada kulit kepala menjadi lebih cepat. Serpihan-
serpihan/sisik berwarna putih dengan berbagai ukuran dan bentuk yang terdapat di kulit kepala, rambut,
dapat juga melekat pada baju berwarna hitam favorit anda. Pergantian sel kulit kepala biasanya tidak
terdeteksi oleh mata. Namun dengan dipercepatnye proses pergantian ini, menyebabkan timbul
KETOMBE. Jadi, setiap butir serpihan/sisik yang anda lihat sebetulnya adalah kumpulan dari sejumlah
sel sel kulit kepala yang mati dalam jumlah besar, sehingga mudah menjadi perhatian.

Gatal
Satu tanda lagi bahwa anda ber-KETOMBE adalah gatal pada kulit kepala. Gatal tersebut terjadi karena
timbul peradangan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur P.Ovale. Jamur inilah yang
menyebabkan timbulnya ketombe dan gatal pada kulit kepala.

Kemerahan
Tanda ketiga dari ketombe dikenal dengan seborrhea. Dalam kondisi ini, terlihat kemerahan di sekitar
kulit kepala. Dapat juga terlihat di sekitar alis mata, pipi, belakang telinga atau bagian dada.

D. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

E. Pengobatan
Pengobatan dermatitis seboreik tergantung kepada usia penderita:
1. Anak-anak.
Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan minyak mineral yang mengandung asam salisilat
secara perlahan dengan menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam hari. Selama sisik masih ada,
kulit kepala juga dicuci dengan sampo setiap hari; setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2
kali/minggu.

2. Bayi.
Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi dengan krim hydrocortisone. Selama ada
sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang lembut; setelah sisik menghilang cukup dicuci 2
kali/minggu. Kini banyak sediaan krim, lotion, dan shampoo di pasaran untuk membasmi ketombe.
Produk-produk yang digunakan untuk mengatasi ketombe biasanya mengandung asam salisilat, coal tar,
zinc pyrithione, selenium sulfida dan belerang. Walaupun sebagian digolongkan sebagai obat yang dijual
bebas dan sebagian digolongkan sebagai kosmetik, produk-produk tersebut hanya dapat mengatasi
gejala-gejala dari ketombe, tetapi tidak mengatasi penyebab ketombe.
Satu yang mengklaim dapat membasmi jamur penyebab ketombe:
Fungasol® - ss. Fungasol® - SS mengandung Ketoconazole, yang merupakan bahan aktif yang paling
banyak diresepkan oleh dokter dokter di dunia untuk mengatasi ketombe, dan sekarang telah di jual
bebas tanpa resep di apotik-apotik dan toko-toko obat.
Fungasol-Solusi Tepat Atasi Ketombe
- Mengandung ketoconazole 1%
- Bahan aktif yang teruji secara klinis.
- Ampuh membasmi ketombe.
- Membunuh jamur P.Ovale penyebab ketombe.

F. Kiat Mengatasi
Bila dermatitis seborrheic maupun infeksi ringworm sudah dalam kondisi yang parah, segeralah minta
bantuan ahli untuk mengatasinya. Pengobatan-pengobatan yang dilakukan oleh dokter kulit misalnya,
sangat diperlukan untuk penanganan yang efektif. Namun, meskipun pertolongan ahli sangat diperlukan,
ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk penyembuhan yang lebih maksimal:
Umumnya anak yang berbakat atopik di kepala akan mengalami "ketombean" yang lebih parah kalau
cuaca sedang panas. Soalnya di saat seperti ini aktivitas kelenjar androgennya akan meningkat.
Usahakan meminimalisir suasana tidak nyaman tersebut, misalnya dengan memakai payung bila keluar
rumah, menghindari ruangan yang pengap, menghindari baju yang tebal, dan sebagainya. Sangat baik
bila kita bisa menyediakan ruangan ber-AC untuk anak.
Sebaiknya, jangan mengangkat sisik di kepala anak sebelum ada perintah dokter. Dikhawatirkan akan
terjadi infeksi. Mungkin saja alat yang digunakan tidak steril. Bila infeksi terjadi, maka bisa lebih
berbahaya. Dokter akan memberikan obat bila sisik di kepala anak terlihat banyak dan harus diangkat.
Selain itu, terutama pada bayi, obat tersebut biasanya dicampur dengan minyak agar mudah mengenai
kulit kepala.

1. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan produk yang dibuat khusus
untuk membersihkan kulit kepala dari kotoran. Namun hati-hati, gunakan sampo yang betul-betul
diperuntukkan bagi anak, bukan untuk orang dewasa. Sampo untuk orang dewasa umumnya
mengandung bahan sulfaktan, bahan pewangi, pengawet, dan sebagainya yang bisa mengiritasi
kulit dan mata. Sedangkan sampo bayi sengaja tidak mendapat tambahan bahan-bahan yang
bakal membahayakannya. Sampo tersebut harus lembut karena fungsi kelenjar kulit pada bayi
dan anak belum bekerja secara sempurna.

2. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala memang sangat efektif. Namun tidak
semua bayi dan anak betul-betul membutuhkannya. Bila tanpa sampo tak ada kelainan yang
muncul, lebih baik gunakan air bersih saja ketika menyuci kepalanya. Frekuensi yang dianjurkan
untuk pemakaian sampo adalah seminggu dua kali atau tiga kali. Namun, umumnya sampo bayi
sangat lembut, sehingga tidak masalah bila dipakai setiap hari.

3. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak mengeluarkan keringat dan membuat
kepalanya bau. Bila ingin menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo jenis mild.
4. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya dengan mengontrol populasi
jamur. Kita bisa mencuci rambut anak setiap hari dan pijatlah kulit kepala dengan sampo secara
perlahan karena akan menghilangkan jamur lewat serpihan kulit yang lepas.

5. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu harus dilakukan oleh dokter. Kita
bisa menggunakan obat antijamur yang bisa didapat di apotek. Carilah produk-produk yang
mengandung 2% clotrimezol. Pada beberapa anak yang sensitif dengan produk krim, oleskan
sedikit saja. Namun jika terjadi ruam, cobalah konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan
alternatif pengobatan yang lain.

6. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit kepala anak yang terkena
infeksi. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan lebih lanjut.

Selanjutnya klik disini: makalah asuhan kebidanan: Seborrhea


dapatkan kti skripsi kesehatan KLIK DISINI

Anda mungkin juga menyukai