LP Sindrom Gerontik
LP Sindrom Gerontik
LP Sindrom Gerontik
OLEH:
KELOMPOK 1/PSIK
PUTRI DEWI ARUMSARI
NIM 170070301111037
A. PENGERTIAN LANSIA
Menurut Departemen Sosial (1997), lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena
permasalahan tidak mampu berperan secara konstributif dalam pemabngunan (non
potensial).
Menurut Departeman Kesehatan RI (2008), manusia usia lanjut adalah seseorang
yang usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini
akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya, termasuk kesehatannya, oleh
karena itu kesehatan lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dan tetap
terpelihara serta ditingkatkan sehingga para lanjut usia tersebut dapat ikut serta dalam
pembangunan.Usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60+ tahun (WHO,
2010 dalam Syerniah, 2010).
Batasan Usia Lanjut
a. Usiapertengahan (middle age) yaitukelompokusia 45-59 tahun.
b. Lanjutusia (elderly) yaitukelompokusia 60-74 tahun.
c. Lanjutusiatua (old), yaitukelompokusia 75-90 tahun.
d. Usiasangattua (very old), yaitukelompokusia di atas 90 tahun.
(WHO, dalam Nugroho, 2000, dalam Syerniah, 2010)
3. TeoriNon-stochastic
1. Teori Diprogram
Hayflick dan Moorehead (1996, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006)
menyatakan bahwa pembelahan sel normal dibatasi oleh waktu yang mengartikan
bahwa harapan hidup setiap orang telah diprogramkan.Pembatasan kerja sel ini
tampak pada penurunan fungsi hormon khususnya hormon reproduksi.Pada wanita
penurunan sekresi estrogen dan progesterone mengakibatkan wanita mengalami
menopause (Meiner dan Lueckenotte, 2006; Fortinash dan Worret, 2004; Matteson
dan McConnel, 1998, dalam Syerniah, 2010).
2. Teori imunitas
Proses menua menurunkan pertahanan tubuh terhadap kuman patogen. Hal ini
ditandai dengan meningkatnya insiden penyakit infeksi dan produksi autoantibodi
yang mengarah pada penyakit autoimun (Meiner dan Lueckenotte, 2006; Fortinash
dan Worret, 2004; Matteson dan McConnel, 1998, dalam Syerniah, 2010).
4. Teoripsikologis
Menurut Birren dan Cunningham (1985, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006)
mekanisme adaptasi lansia adalah memori, kemampuan belajar, perasaan, fungsi
intelektual dan motivasi untuk melakukan atau tidak melakukan aktivitas. Pada aspek
psikologis proses menua tidak hanya terjadi perubahan pada perilaku tetapi juga aspek
perkembangan yang berhubungan dengan kehidupan dewasa tua (Syerniah, 2010).
a. Teorihirarkikebutuhandasarmanusia Maslow
Motivasi individu digambarkan sebagai suatu hirarki kebutuhan yang penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan semua individu yang ditujukan sebagai
partisipasi aktif dalam hidup dan kerja keras untuk aktualisasi diri (Crason dan Arnold,
1996 dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006). Lansia juga mempunyai kebutuhan
dasar yang akan memotivasi lansia untuk melakukan aktivitas. Pada lansia yang
mengalami perasaan putus asa dan tidak mempunyai harapan akan menurunkan
motivasi lansia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lansia akan mejadi lamban
dalam beraktivitas bahkan dapat menjadi apatis (Syerniah, 2010).
b. Teori individualism oleh Carl Jung
Jung (1960, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006) mengemukakan suatu teori
perkembangan kepribadian melalui kehidupan usia anak, remaja, dan remaja akhir,
usia pertengahan dan usia tua. Kepribadian individu merupakan komponen dari ego,
keadaan individu yang tidak disadari dan kumpulan keadaan yang tidak
disadari.Kepribadian seseorang dilihat sebagai sesuatu yang diorientasikan pada
lingkungan eksternal atau pengalaman internal yang bersifat subjektif.Keseimbangan
antara dua kekuatan ini harus ada pada setiap individu dan merupakan hal yang
penting bagi kesehatan mental. Dengan menurunnnya tanggung jawab dan tuntuatan
dari keluarga dan ikatan sosial, yang sering terjadi pada lansia, maka orang akan
menjadi lebih introvert (Jung, dalam Stanley, Blair dan Beare, 2005). Lansia yang
sehat mental mempunyai pandangan positif tentang diri sendiri dan nilai-nilai yang
dimilikinya, tanpa melihat kepada keterbatasan fisik yang dialaminya maupun
kehilangan yang telah dialami.Masa lalu dipandang positif dan memberikan kepuasan
bagi dirinya dan kehidupannya. Lansia yang tidak mempunyai pandangan positif
tentang perubahan yang dialaminya pada masa tua akan merasa putus asa dan
meminimalkan interaksi dengan orang lain. Perasaan putus asa dan menghindari
kontak sosial merupakan gejala depresi lansia (Syerniah, 2010).
c. Teoridelapantingkatanhidupmenurut Erikson
Tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai
kehidupan yang dijalani dengan integritas Stanley, Blaire, dan Blair, 2005) Pada
lansia yang tidak mampu mencapai integritas ini akan mengalami rasa penyesalan
atau putus asa. Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai
masa tua yang sukses.Setiap individu mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan
setiap tahapan dengan sukses.(Meiner dan Lueckenotte, 2006, dalam (Syerniah,
2010).
d. Ekspansi peck teori Erikson
Peck (1998) Tahapan delapan tugas perkembangan erikson, yaitu ego versus
keputusasaan menjadi tiga tahapan, yaitu perbedaan ego versus preokupasi peran
kerja, trancedence tubuh versus preokupasi tubuh dan transcendence ego versus
preokupasi ego (Ignatavius dan Workman, 2005, dalam Meiner dan Lueckenotte,
2006; Stanley, Blair dan Beare, 2005, dalam Syerniah, 2010).
Pada tahapan perbedaan ego versus preokupasi peranan kerja, tugas lansia
adalah mencapai identitas dan perasaan berharga dari sumber lain selain dari peran
kerjanya. Akibat pension dan penghentian bekerja telah menurunkan perasaan nilai
(harga) diri lansia.Sebaliknya lansia dengan perbedaan ego yang baik dapat
menggantikan peranan kerjanya dengan aktivitas dan peran baru sebagai sumber
utama untuk harga dirinya (Ignatavius dan Workman, 2005, dalam Meiner dan
Lueckenotte, 2006; Stanley, Blair dan Beare, 2005, dalam (Syerniah, 2010).
Tahapan kedua; transcendence tubuh versus preokupasi tubuh mengarah
pada pandangan bahwa kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan
fisik.Tugas lansia pada tahap ini melalui interksi interpersonal dan aktivitas psikososial
lansia dapat mencapai esejahteraan meskipun mengalami kemunduran fisik
(Ignatavius dan Workman, 2005, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006; Stanley, Blair
dan Beare, 2005, dalam (Syerniah, 2010).
Tahap ketiga; transcendence ego versus preokupasi ego melibatkan
penerimaan tentang kematian individu. Hal ini melibatkan secara aktif bagi setiap
individu bahwa kematian adalah sesuatu yang telah ditetapkan dan akan mencapai
transcendence ego (Ignatavius dan Workman, 2005, dalam Meiner dan Lueckenotte,
2006; Stanley, Blair dan Beare, 2005, dalam (Syerniah, 2010). Berdasarkan teori ini
lansia dapat mencapai kesejahteraan melalui interksi dengan orang lain ataupun
aktivitas psikososial yang baru meskipun mengalami perubahan fisik yang
menurunkan kemampuan fungsi tubuhnya (Syerniah, 2010).
2. Klasifikasi
Terdapat beberapa klasifikasi sindrom geriatric, diantaranya adalah:
a. Imobilisasi
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih,
diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi
fisiologis.Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.Imobilisasi menyebabkan
komplikasi lain pada lansia bila tidka ditangani dnegan baik. Gangguan keseimbangan
(instabilitas) akan memudahkan pasien geriatric terjatuh dan dapat mengalami patah
tulang (Pranarka, 2011).
b. Instability (jatuh)
Gangguan keseimbangan (instabilitas) akan memudahkan pasien geriatri terjatuh dan
dapat mengalami patah tulang. Terdapat banyak faktor yang berperan untuk
terjadinya instabilitas dan jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien) dan faktor
risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan). Prinsip dasar tatalaksana usia
lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh adalah mengobati berbagai
kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan
berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang
sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang
cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
c. Intelectual impairment (gangguan kognitif)
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual pada pasien lanjut usia
adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan
memori yang dapat disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan
gangguan tingkat kesadaran.Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia
mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi
perasa, dan terganggunya aktivitas
d. Inkontinensia
Inkontinensia adalah keluarnya urin tidak terkendali pada waktu yang tidak
dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan
masalah sosial dan higienis.Masalah inkontinensia urin dapat diatasi dengan baik jika
memahami pendekatan klinis dan penanganannya.
e. Isolastion (depresi)
Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus tidak
dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai bagian dari
proses menua. Prevalensi depresi pada pasien geriatri yang dirawat mencapai 17,5%.
Deteksi dini depresi dan penanganan segera sangat penting untuk mencegah
disabilitas yang dapat menyebabkan komplikasi lain yang lebih berat. Etiologi dan
patogenesis berhubungan dengan polifarmasi, kondisi medik dan obat-obatan. Faktor-
faktor yang memperberat depresi adalah:
Kehilangan orang yang dicintai
Kehilangan rasa aman
Taraf kesehatan menurun
f. Impotence (impotensi)
Sebanyak 50 % pria pada umur 65 tahun dan 75 % pria pada usia 80 tahun
mengalami impotensi. 25 % terjadi akibat mengomsumsi obat-obatan seperti:
Anti hipertensi
Anti psikosa
Anti depresan
Litium (mood stabilizer)
Selain karena mengonsumsi obat-obatan, impotensi dapat terjadi akibat
menurunnya kadar hormon
g. Imunodeficiency
Perubahan yang terjadi dari proses menua adalah:
Berkurangnya imunitas yang dimediasi oleh sel
Rendahnya afinitas produksi antibody
Meningkatnya autoantibodi
Terganggunya fungsi makrofag
Berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat
Atropi timus
Hilangnya hormon timus
Berkurangnya produksi sel B oleh sel-sel sumsum tulang
h. Infection
Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia lanjut.
Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, sepsis, dan
meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor lingkungan
memudahkan usia lanjut terkena Infeksi terjadi akibat beberapa hal antara lain adanya
penyakit komorbid kronik yang cukup banyak, menurunnya daya tahan/imunitas
terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasi usila sehingga sulit/jarang mengeluh,
sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini(Pranarka, 2011)
i. Immunodeficiency(Malnutrisi)
Jenis malnutrisi:
Malnutrisi primer, yang terjadi sebab dietnya mutlak salah atau kurang
Malnutrisi sekunder atau bersyarat
Kelemahan nutrisi merujuk pada hendaya yang terjadi pada usia lanjut karena
kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja. Anoreksia pada
usia lanjut merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan makan yang
menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan. Faktor predisposisi dari
malnutrisi adalah:
Pancaindra untuk rasa dan bau berkurang
Kehilangan gigi alamiah
Gangguan motilitas usus akibat tonus otot menurun
Penurunan produksi asam lambun(Pranarka, 2011)
j. Impaction (konstipasi)
keluhan-keluhan jika lansia menderita konstipasi yaitu sebagai berikut yang
berlangsung dalam waktu 3 bulan:
Konsistensi feses keras
Mengejan dengan keras saat BAB
Rasa tidak tuntas saat BAB, meliputi 25 % dari keseluruhan BAB
Frekuensi BAB 2 kali seminggu atau kuran
Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan konstipasi adalah:
Obat-obatan (narkotik golongan NSAID, antasid aluminium, diuretik,analgetik, dll)
Kondisi neurologis
Gangguan metabolic
Psikologis
Penyakit saluran cerna
Lain-lain (diet rendah serat, kurang olahraga, kurang cairan)
k. Insomnia
Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien
geriatric.Umumnya mereka mengeluh bahwa sulit tidur, tidur tidak memuaskan, dan
sulit mempertahankan kondisi tidur.
Pada usia lanjut umumnya mengalami gangguan tidur, seperti:
Kesulitan untuk tertidur (sleep onset problem)
Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance problem)
Bangun terlalu pagi (early morning awakening)
Faktor yang dapat menyebabkan insomnia pada usia lanjut adalah:
Perubahan irama sirkadian
Gangguan tidur primer
Penyakit fisik (hipertiroid, arteritis)
Penyakit jiwa
Pengobatan polifarmasi
Demensia (Sullivan, 2009).
l. Iatrogenic Disorder (Gangguan Iatrogenic)
Karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu multipatologik, seringkali
menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya.
Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat
tersebut yang dapat mengancam jiwa. Pemberian obat pada lansia haruslah sangat
hati-hati dan rasional karena obat akan dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia
terjadi penurunan fungsi faal hati sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat
obat. Selain penurunan faal hati juga terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus
berkurang), dimana sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada
lansia sisa metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek
toksik
m. Impairment of Hearing, Vision, and Smell
Gangguan penglihatan dan pendengaran juga sering dianggap sebagai hal yang
biasa akibat proses menua. Prevalensi gangguan penglihatan pada pasien geriatri
yang dirawat di Indonesia mencapai 24,8%.Gangguan penglihatan berhubungan
dengan penurunan kegiatan waktu senggang, status fungsional, fungsi sosial, dan
mobilitas. Gangguan penglihatan dan pendengaran berhubungan dengan kualitas
hidup, meningkatkan disabilitas fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul, dan
mortalitas (Hidayat, 2006)
3. Manifestasi Klinis
Terdapat beberapa manifestasi dari sindrom geriatric diantaranya adalah:
1) Imobilisasi
a. Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan
b. Keterbatsan mengerakan sendi
c. Adanya kerusakan aktivitas
d. Penurunan ADL dibantu orang lain
e. Malas untuk bergerak atau latihan mobilitas
2) Inkontinensia
a. Inkontinensia stress: keluarnya urin selama batuk, mengejan
b. Inkotinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin dengan
gambaran seringnya terburu-buru berkemih
c. Enuresis nokturnal: keluarnya urin saat tidur malam hari
3) Demensia
a. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif
b. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek
c. Gangguan kepribadian dan perilaku
d. Mudah tersinggung, bermusuhan
e. Keterbatasan dalam ADL
f. Kesulitan mengatur dalam penggunaan keuangan
g. Tak bisa pulang kerumah bila berpergian
h. Sulit mandi makan, berpakaian dan toilet
4) Konstipasi
a. Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
b. Mengejan keras saat BAB
c. Masa feses yang keras dan sulit keluar
d. Perasaan tidak tuntas saat BAB
e. Sakit pada daerah rectum saat BAB
f. Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
g. Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses
h. Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB
i. Depresi
5) Ganguan tidur
6) Keluhan somatik berupa nyeri kepala, dizzi (puyeng), pandangan kabur, gangguan
saluran cerna, ganguan nafsu makan, kontipasi, perubahan berat badan
7) Gangguan psikomotor berupa aktivitas tubuh meningkat, aktivitas mental meningkat
atau menurun, tidak mengacuhkan kejadian disekitarnya, fungsi seksual berubah
(libido menurun), gejala biasanya lebih buruk dipagi hari.
5) Malnutrisi
a. Kelelahan dan kekurangan energi
b. Pusing
c. Sitem kekebalan tubuh yang rendah (mengakibatkan tubuh kesulitan melawan
infeksi
d. Kulit kering dan bersisik
e. Gigi yang membusuk’
f. Gusi bengkak dan berdarah
g. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
h. Badan badan kurang
i. Pertumbuhan yang lambat
j. Kelemahan pada otot
k. Perut kembung
l. Tulang yang mudah patah
m. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
6) Insomnia
a. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
b. Wajah kelihatan kusam
c. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap dibawah mata
d. Lemas, mudah cemas
e. Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori dan mudah tersinggung
7) Immune Deficeincy
a. Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandungkan bakteri
b. Diare kronik umum terjadi (sering disebut gastroenteritis)
c. Infeksi respiratorius dan oral thrushumum terjadi
d. Terjadi failure to thrive tanpa adanya infeksi
8) Impoten
a. Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi
secara berulang (paling tidak selama 3 bulan)
b. Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
c. Ereksi hanya sesaat (Stanley, 2006)
4. Penatalaksanaan
Berikut beberapa penatalaksanaan secara umum sindrom geriatrik, diantaranya:
a. Pemberian asupan diet protein, vitamin C,D,E, & mineral yang cukup. Orang usia
lanjut umumnya mengonsumsi protein kurang dari angka kecukupan gizi (AKG).
Proporsi protein yang adekuat merupakan faktor penting; bukan dalam jumlah besar
pada sekali makan. Hal penting lainnya adalah kualitas protein yang baik, yaitu
protein sebaiknya mengandung asam amino esensial. Leusin adalah asam amino
esensial dengan kemampuan anabolisme protein tertinggi sehingga dapat
mencegah sarkopenia. Leusin dikonversi menjadi hydroxy-methyl-butyrate (HMB).
Suplementasi HMB meningkatkan sintesis protein dan mencegah proteolysis
b. Olaharaga teratur
Perlu pemantauan rutin kemampuan dasar seperti berjalan, keseimbangan, fungsi
kognitif. Aktivitas fisik dapat menghambat penurunan massa dan fungsi otot dengan
memicu peningkatan massa dan kapasitas metabolik otot sehingga memengaruhi
energy expenditure, metabolise glukosa, dan cadangan protein tubuh. Resistance
training merupakan bentuk latihan yang paling efektif untuk mencegah sarkopenia
dan dapat ditoleransi dengan baik pada orang tua.Program resistance training
dilakukan selama 30 menit setiap sesi, 2 kali seminggu.Aktivitas fisik tanpa asupan
nutrisi yang adekuat menyebabkan keseimbangan protein negatif dan menyebabkan
degradasi otot. Kombinasi resistance training dengan intervensi nutrisi berupa
asupan protein yang cukup dengan kandungan leusin, khususnya HMB yang
adekuat, merupakan intervensi terbaik untuk memelihara kesehatan otot orang usia
lanjut
c. Pencegahan ifeksi dengan vaksin
Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stres misalnya pembedahan elektif dan
reconditioning cepat setelah mengalami stres dengan renutrisi dan fisioterapi
individual (Stanley, 2006)
Hidayat, A. Alimul. (2006). Pengantsar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Indonesia. hlm. 1335-1340.
Setiati S, Harimurti K, Dewiasty E, Istanti R, Yudho MN, Purwoko Y, et al. Profile of nutrient
intake in urban metropolitan and urban non-metropolitan Indonesia elderly population
and factors associated with energy intake: multi-centre study. In press. 2013.
Setiati S, Santoso B, Istanti R. Estimating the annual cost of overactive bladder in Indonesia.
Indones J Intern Med. 2006:38(4):189-92.
Sullivan DH, Johnson LE. Nutrition and aging. In: Halter JB, Ouslander JG. Tinetti ME.
Studenski S, High KP, Astana S (editors).Hazzard’s geriatric medicine and
gerontology. 6th ed. New York: Mc Graw Hill; 2009.p.439-57.
Waters DL, Baumgartner RN, Garry PJ, Vellas B. Advantages of dietary, exercise-related,
and therapeutic interventions to prevent and treat sarkopenia in adult patients: an
update. Clinical Interventions in Aging. 2010(5):259-70.