Sop Pelayanan Mtbs
Sop Pelayanan Mtbs
Sop Pelayanan Mtbs
PELAYANAN : MTBS
PROSEDUR : PELAKSANAAN MTBS.
PUSKESMAS KELAPA
DI PUSKESMAS KELAPA
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi Petugas / Paramedis dalam pelayanan / pemeriksaan
Balita sakit.
2. SASARAN :
Petugas / Paramedis dalam melaksanakan MTBS.
3. URAIAN UMUM :
Anamnesa :
Wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama,
keluhan tambahan, lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan, riwayat
penyakit lainnya.
Pemeriksaan :
a. Untuk bayi muda umur 1 hari s/d 2 bulan :
» Periksa kemungkinan kejang.
» Periksa gangguan nafas.
» Ukur suhu tubuh.
» Periksa kemungkinan adanya infeksi bakteri.
» Periksa kemungkinan adanya icterus.
» Periksa kemungkinan gangguan pencernaan dan diare.
» Ukur berat badan.
» Periksa status imunisasi.
» Dan seterusnya lihat formulir MTBS.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Pasien bayi / balita dari loket pendaftaran menuju ruang KIA / Gizi untuk
ditimbang berat badannya, lanjut menuju ruang pelayanan MTBS.
2. PENDAHULUAN Menurut data WHO, lebih kurang 12 juta anak di dunia meninggal
setiap tahun sebelum mencapai umur 5 tahun Lebih dari 70% kematian tersebut
disebabkan karena pneumonia, diare, malaria, campak dan gizi buruk. Kita juga
menyaksikan setiap hari, bahwa berjuta-juta orang tua memeriksakan kesehatan anaknya
yang sakit, baik ke Puskesmas, Pustu, Bidan desa, Rumah Sakit, Dokter Praktek Swasta,
atau bahkan ke Dukun atau tenaga pengobatan tradisional lainnya. Petugas Puskesmas
sudah berpengalaman dalam mengobati penyakit-penyakit yang umum menyerang anak
namun mereka masih menggunakan pedoman terpisah untuk masing¬masing penyakit
Padahal ada beberapa penyakit yang saling berkaitan, misalnya diare berulang seringkali
menyebabkan gizi buruk sehingga petugas puskesmas mengalami kesulitan dalam
menggabungkan berbagai pedoman yang terpisah pada saat menangani anak yang
menderita beberapa penyakit
3. Untuk menurunkan angka kematian bayi WHO membuat strategi Integrated Management
of Childhood Illness (IMCI). 2. Metode ini pada tahun 1997 mulai dikembangkan di
Indonesia dengan nama Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), sebuah program yang
bersifat menyeluruh dalam menangani balita sakit yang datang ke pelayanan kesehatan
dasar. 3. Strategi ini memadukan pelayanan terhadap balita sakit dengan cara memadukan
intervensi yang terpisah menjadi satu paket tunggal (Integrated Management of
Childhood Illness). 4. Pada dasarnnya metode ini merupakan sebuah strategi menurunkan
kematian melalui tiga komponen utama, yaitu dengan meningkatkan ketrampilan petugas
kesehatan, meningkatkan dukungan sistem kesehatan, dan meningkatkan kemampuan
keluarga dan masyarakat. 5. Pengalaman menunjukkan bahwa pendekatan program
intervensi secara terpisah untuk masing- masing penyakit menimbulkan masalah,
misalnya kehilangan peluang dan putus pengobatan pada pasien yang menderita penyakit
lain selain penyakit yang dikeluhkan dengan gejala yang sama atau hampir sama. Strategi
MTBS
4. MTBS merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang
datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar Meliputi upaya kuratif
terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan
upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan
konseling pemberian makan Tujuan utama tata laksana ini untuk menurunkan Angka
Kematian Bayi dan Anak Balita dan menekan morbiditas karena penyakit tersebut. Dalam
menangani balita sakit, tenaga kesehatan (perawat, bidan/desa) yang berada di pelayanan
dasar dilatih untuk menerapkan pendekatan MTBS secara aktif dan terstruktur : 1.
Melakukan penilaian adanya tanda-tanda atau gejala penyakit dengan cara tanya, lihat,
dengar, raba 2. Membuat klasifikasi dan menentukan tindakan serta mengobati anak, 3.
Memberikan konseling dan pelayanan tindak lanjut pada saat kunjungan ulang.
5. Dalam penerapan MTBS, tenaga kesehatan diajarkan untuk memperhatikan semua gejala
anak sakit, sehingga dapat menentukan apakah anak sakit berat dan perlu dirujuk Balita
proses pertumbuhan dan perkembangan Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) :
penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi upaya promotif
dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling bagi ibu
MTBS merupakan manajemen balita sakit untuk 2 kelompok : 1.Kelompok usia 1 hari
sampai 2 bulan 2.Kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun
siska trisnawati
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS )
Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehata,dilaksanakan secara terpadu
mengenai klasifikasi,status gizi,status imun maupun penangan dan konseling yang diberikan.
MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan
menurunkan angka kesakitan.
2.TUJUAN MTBS
Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama,lamanya
sakit,pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit lainnya.
Pemeriksaan :
5. LANGKAH2 KEGIATAN
a. Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS
e. Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan dan memberikan
penyuluhan
f. Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila perlu dirujuk ke ruang
pengobatan untuk konsultasi ke dokter.
6.PENERAPAN MTBS
Program MTBS perlu persiapan untuk menerapkannya meliputi :
Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi,cairan yang biasa diberikan berupa oralgula-
garam,sayuran dan sup yang mengandung garam.
b) Terapi B
c) Terapi C
8.KONSELING MTBS
Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien sebagai upaya membantu
orang lain agar ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara dini.
penilaian berupa :
Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan,tanyakan kepada ibu cara pemberian makanan anak
sehari-hari dan selama sakit.bandingkan jawaban ibu dengan anjuran pemberian makan yang sesuai
umur anak.
o berapa kali?
o makanan/minuman apa?
o jika BB menurut umur sangat rendah,maka ditanya barapa banyak makan/minum yang diberikan?
6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI ex:pisang,pepaya,air jeruk dan air
tomat,makan pendamping diberikan 2x/hari,ssi pertambahan umur diberikan bubur tim ditambah
kuning telur,tempe,tahu,ayam,ikan,daging,wortel,bayam,kacang hijau,santan/minyak.frek 7-8
sendok/hari
9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga secara bertahap dimulai dari bubur nasi-
nasi tim dan makanan keluarga.berikan 3x/hari frek 9-11 sendok,dan beri makanan selingan 2x/hari
ex: bubur kacang hijau,pisang,biskuit dll diantara waktu makan.
12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak,beri nasi lunak yang ditambah
telur,ayam,ikan,tempe,tahu,daging,wortel,bayam,kacang,santan minyak.beri 3x/hari dan makanan
selingan 2x/hari.
> 2 tahun : makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi,lauk pauk,sayur dan buah,makanan selingan
2x/hari.
Jika anak diare,beri ASI lebih sering dan lebih lama.jangan diberi susu kental.
Nasehati ibu untuk kunjungan ulang sesuai waktu paling awal untuk permasalahan anaknya.
Pneumonia
Disentri
Malaria
Demam 2 hari
Campak
DBD
Diare
Infeksi telinga
Anemia 4 minggu
kunjungan berikutnya :
Nasehati ibu untuk makan dengan baik untuk menjaga kekuatan dan kesehatan dirinya
Pastikan bahwa ibu memperoleh imunisasi dan pelayanan terhadap: program KB,konseling PMS dan
pencegahan
Bayi tdk tidur Tidurkan bayi disamping ibu dan sering diberi ASI,jangan beri
sepanjang malam makanan lain
Bayi menolak menetek Mgkn bayi bingung puting,beri ASI,beri perhatian dan kasih sayang.
ASI tdk cukup Semakin sering meneteki semakin banyak produksi ASI
ibu mengatakan ASI Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan ASI,teteki bayi sesering
tdk keluar mungkin.
ibu mengeluh puting Beri paracetamol 1 tablet tiap 4-6jam,tetap beri ASI pada bayi.perbaiki
terasa sakit posisi dan perlekatan saat memberi ASI
Ibu mengeluh Usaha meneteki bayi sampai payudara kosong,kompres payudara dgn
payudara penuh air hangat dan teteki bayi segera mungkin
Mastitis dan abses Beri antibiotik,beri obat penghilang rasa sakit,kompres hangat,tetap
beri ASI.jika abses hentikan ASI dulu
Ibu sakit dan tdk mau Teteki bayi dulu baru ibu minum obat
meneteki
Ibu bekerja Teteki bayi pada pagi hari,pada waktu pulang kerumah dan lebih
sering pada malam hari.
2.PENGERTIAN DDTK
Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialasi dan kemandirian
a. Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri ini dapat meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan , lingkar kepala
dan lingkar lengan atas
Pengukuran berat badan ini bagian dari antropometri yang digunakan untuk menilai hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yg ada pada tubuh
Pengukuran ini merupakan bagian dari pengukuran antropometrik yang digunakan untuk menilai
status perbaikan gizi di samping factor genetik
2. Pertumbuhan dan perkembangan anak :
Anak pada usia 3-6 bulan mengangkat kepala dengan tegak pada posisi telungkup.
Anak pada usia 12-18 bulan minum sendiri dari gelas tanpa tumpah.
Anak pada usia 2-3 tahun berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan, melepas pakaian sendiri.
Anak pada usia 3-4 tahun mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna.
Anak pada usia 4-5 tahun mencuci dan mengeringkan tangan tanpa bantuan
Sebagai upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental dan
sosial
merupakan factor yang diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak, meliputi
factor bawaan, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan
jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung cepat dibandingkan dengan anak perempuan
serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki atau anak perempuan akan mengalami
pertumbuhan yang lebih cpat ketika mereka mencapai masa pubertas.
merupakan factor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya
potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (yaitu
lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu lingkungan setelah bayi lahir)
3). Factor hormonal
berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain hormone somatotropin, tiroid dan
glukokortikoid. Hormone somatotropin (growth hormone) berperan dalam mempengaruhi
pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilgo dan system
skeletal, hormone tiroid berperan menstimulasi metabolism tubuh. Hormone glukokortiroid
mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel intertisial dari testis (untuk memproduksi
testosteron) dan ovarium (untuk memproduksi estrogen), selnjutnya hormone tesebut menstimulasi
perkembangan seks, baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran
hormonnya
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar sperti duduk, berdiri,
dsb
Gerak halus atau motorik halus adala aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat sperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dsb
Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dsb
Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak
(makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dsb (Depkes, 2005)
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di
KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan
bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut
membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik,
mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.
Grafik pertumbuhan dalam KMS terdiri dari garis merah, pita warna kuning, hijau tua dan hijau
muda. Balita naik berat badannya bila :
c). Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan
pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah
Sakit.
d). Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami gangguan
pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
e). Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
f). Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita
warna diatasnya.
Manajemen terpadu Balita Sakit atau MTBS adalah suatu paket program komprehensif yang memadukan
upaya promotif dan kuratif melalui pendekatan pelayanan balita sakit di rawat jalan dengan identifikasi
penyakit-penyakit yang ada secara akurat, mengkombinasikan pengobatan semua penyakit tersebut, merujuk
penyakit yang berat secara cepat, menilai status gizi dan imunisasi serta menangani dan memberi bagi ibu
tentang perawatan anak balita di rumah, nasehat pemberian makan dan kapan harus kembali segera atau
kapan harus kembali untuk tindak lanjut, konseling bagi ibu untuk perawatan dirinya.
Tujuan MTBS adalah untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Anak Balita serta menekan morbiditas
karena penyakit terutama pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga dan malnutrisi. Sedangkan
sasaran utama Penerapan MTBS adalah para perawat, bidan, atau bidan di desa yang menangani balita sakit.
Pelaksanaan MTBS merupakan suatu bentuk pelayanan yang dilaksanakan di tingkat pelayanan dasar. MTBS ini
memfokuskan pada pelatihan petugas kesehatan di pelayanan dasar, petugas harus menangani semua kondisi
yang berhubungan secara langsung dengan gejala yang dikeluhkan saat itu. Keluhan yang ditangani petugas
misalnya akibat campak, anemia, kekurangan zat besi dan juga kondisi-kondisi yang tidak berhubungan secara
langsung, misalnya pemberian imunisasi dan pemberian vitamin A dimana xeropthalmia masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Kendala yang akan dihadapi petugas kesehatan dalam menerapkan
manajemen terpadu ini adalah waktu pelayanan yang lebih lama (Depkes RI, WHO & UNICEF, 2002).
Salah satu tujuan kegiatan ini untuk menilai dan membuat klasifikasi bayi muda sakit umur 1 hari sampai 2
bulan. Proses dan langkahnya sangat mirip dengan yang telah dijelaskan pada penanganan balita sakit
berumur 2 bulan sampai 5 tahun. Pedomannya difokuskan pada informasi dan ketrampilan untuk menangani
bayi muda antara lain:
1. Memeriksa kejang. Tanyakan pada ibu apakah bayi ada riwayat kejang. Lihat, dengar dan raba
adakah tanda/gejala kejang seperti berikut: apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun,
apakah bayi menangis melengking tiba-tiba, apakah ada gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata,
atau anggota gerak, apakah mulut mecucu, dan apakah ada kaku seluruh badan dengan atau tanpa
rangsangan. Kemudian klasifikasikan apakah bayi kejang..
2. Memeriksa gangguan napas. Lihat dan dengar adakah henti napas (apnea)>20 detik; hitung napas
dalam satu menit, apakah bayi
3. napas cepat (>60 kali per menit) atau napas lambat
4. Memeriksa hipotermi. Petugas mengukur suhu aksiler dengan termometer atau raba badan bayi;
apakah tangan, kaki, atau badan bayi teraba dingin; apakah bayi mengantuk atau letargis; adakah bagian
badan bayi berwarna merah dan mengeras (sklerema) ; dan apakah gerakan bayi kurang dari normal.
Kemudian klasifikasikan apakah bayi hipotermi berat atau hipotermi sedang.
5. Memeriksa kemungkinan infeksi bakteri. Lihat apakah bayi mengantuk/letargis atau tidak sadar,
lihat tanda/gejala kejang, lihat tanda/gejala gangguan napas, apakah bayi malas minum/tidak bisa minum
atau muntah, raba adakah bagian badan bayi berwarna merah dan mengeras (sklerema), raba apakah
ubun-ubun cembung, lalu ukur suhu aksiler dengan termometer atau raba badan bayi apakah bayi teraba
dingin atau teraba panas, lihat adakah pustul di kulit: apakah banyak/parah, lihat apakah mata bernanah:
apakah nanah banyak, lihat apakah nanah keluar dari telinga, apakah pusar kemerahan atau bernanah,
apakah kemerahan meluas sampai ke kulit perut, dan apakah pusar berbau busuk. Kemudian klasifikasikan
apakah mungkin infeksi bakteri sistemik, mungkin infeksi bakteri lokal berat atau infeksi bakteri lokal.
Memeriksa ikterus. Tanyakan apakah bayi kuning. Jika ya, pada umur berapa timbul kuning, tanyakan
apakah bayi lahir kurang bulan, apakah warna tinja bayi pucat, lihat adakah kuning pada bayi, dan tentukan
sampai di daerah manakah warna kuning pada bagian badan bayi. Kemudian klasifikasikan apakah bayi ikterus
patologik atau ikterus fisiologis.
Memeriksa gangguan saluran cerna. Tanyakan apakah bayi muntah. Jika ya, apakah muntah segera setelah
minum, muntah berulang atau muntah warna hijau. Adakah darah dalam tinja, apakah bayi tidak buang air
besar dalam 24 jam terakhir, lihat apakah bayi gelisah/rewel, raba apakah perut bayi kembung atau tegang,
raba apakah teraba benjolan di perut selain hati dan limpa, lihat apakah air liur berlebihan atau keluar terus
menerus, periksa lubang anus dengan menggunakan termometer rektal: adakah lubang anus. Kemudian
klasifikasikan apakah bayi ada gangguan saluran cerna.
Memeriksa apakah bayi diare. Jika ya, tanyakan sudah berapa lama, apakah diare disertai darah dalam tinja,
lihat keadaan umum bayi, apakah letargis atau tidak sadar, gelisah/rewel, apakah matanya cekung, cubit kulit
perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik) atau lambat. Kemudian
klasifikasikan apakah bayi diare dehidrasi berat, diare dehidrasi ringan/sedang, diare tanpa dehidrasi, diare
persisten berat atau mungkin disentri.
Memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian ASI. Tanyakan apakah bayi lahir
kecil atau berat lahir
Menentukan tindakan/pengobatan. Membebaskan jalan napas dan memberi oksigen, menangani kejang
dengan obat anti kejang, memberi antibiotik intramuskular dan antibiotik oral.
Konseling bagi ibu/keluarga. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah, mengajari ibu cara
mengobati infeksi bakteri lokal di rumah, mengajari ibu cara mengobati infeksi mata, mengajari ibu cara
mengobati infeksi kulit atau pusar, mengajari ibu cara mengobati luka/bercak putih (thrush) di mulut,
mengajari ibu posisi meneteki dan cara bayi melekat pada waktu menetek secara benar, mengajari ibu cara
meningkatkan ASI, menasehati ibu kapan harus segera dibawa ke petugas kesehatan, menasehati ibu kapan
kunjungan ulang dan menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.
Pemberian pelayanan tindak lanjut bagi bayi muda yang datang untuk kunjungan ulang.
Hubungi Kami