Bab I & Ii
Bab I & Ii
Bab I & Ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbahaya (Wim de jong et al, 2005). Penyakit ini dapat terjadi pada semua
umur, tetapi umumnya terjadi pada dewasa dan remaja muda, yaitu pada
umur 10-30 tahun (Agrawal, 2008) dan insiden tertinggi pada kelompok umur
tersering nyeri abdomen akut dan memerlukan tindakan bedah segera untuk
tidak muncul lagi. Insiden terjadinya appendisitis di negara maju lebih tinggi
jumlah penderita pada tahun 2008 sebanyak 734.138 orang dan meningkat
pada tahun 2009 menjadi 739.177 (Santacrore & Craigh, 2012). Sementara
1
untuk Indonesia insidennya 120/100.000 per tahun. Jumlahnya semakin
berkurang dalam berapa dekade terakhir (Jonathan Gleade, 2005) Rasio pria :
penduduk di Indonesia.
menimbulkan respon berupa nyeri, rasa nyeri tersebut biasanya timbul setelah
nyeri pada setiap orang berbeda-beda dalam hal skala ataupun tingkatannya
dan orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri
yang dialaminya
2
farmakologi dan teknik non farmakologi adalah cara yang efektif untuk
utama menuju kenyamanan (Catur, 2005 dikutip dari Yusrizal, 2012). Untuk
Rawat Inap Bedah Pria Putra Spesialst Hospital Melaka Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Rawat Inap Bedah Pria Putra Spesialst Hospital Melaka Tahun 2018”.
3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Akut di Ruang Rawat Inap Bedah Pria Putra Spesialst Hospital Melaka
Tahun 2018
2. Tujuan Khusus
tindakan yang segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien
4
3. Bagi Perguruan Tinggi
4. Bagi Mahasiswa
5. Bagi Pembaca
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
I. Definisi Apendisitis
akut yang paling sering. Sedangkan menurut (Wim de jong et al, 2005)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga
darurat.
6
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti
kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum.
Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh
feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu
merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian
awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar
7
Gambar 2.1 Appendik Normal dan Appendik Inflamasi
saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan
posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu
daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.
2008). Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing
peritoneum.
Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin. Pada
8
cabang nervus vagus) dan simpatis (berasal dari nervus thorakalis X). Hal
Nasution, 2010 ).
9
Gambar 2.3 Anatomi Fisiologi
3. Klasifikasi Apendisitis
1. Apendisitis Akut
10
Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
2. Apendisitis Kronik
adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang
parut dan ulkus lama dimukosa , dan adanya sel inflamasi kronik.
4. Etiologi Apendisitis
nyeri abdomen bawah dan tengah yang samar samar, tumpul, difus.
11
Pembendungan serosa merangsang peradangan peretoneum
prietalis dengan pergesaran atau nyeri yang lebih hebat ke kuadran kanan
c. Pemberian barium
e. Tumor
5. Patofisiologi Apendisitis
12
dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang
kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
2007).
13
14
15
16
17
18
6. Manifestasi Klinis Apendisitis
dan spina anterior ilium). Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas
37,5-38,5°C.
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul
sebagai akibat dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak
(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu
jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah
perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti
berjalan, bernafas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena
19
b. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rectum, akan timbul
berulang-ulang (diare).
7. Diagnosis
pada seluruh saluran cerna, sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh
Obstipasi karena penderita takut untuk mengejan. Panas akibat infeksi akut
jika timbul komplikasi. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi,
antara 37,5-38,5 C tetapi jika suhu lebih tinggi, diduga sudah terjadi
perutnya yang sakit, kembung bila terjadi perforasi, dan penonjolan perut
UGM, 2010). Pada palpasi, abdomen biasanya tampak datar atau sedikit
20
kembung. Palpasi dinding abdomen dengan ringan dan hati-hati dengan
sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari lokasi nyeri.
1. Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri
tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini
6. Obturator sign (+) adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan
21
Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok pada auskultasi akan terdapat
pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher) akan terdapat nyeri pada jam 9-
Interpretasi:
Skor 7-10 = apendisitis akut, Skor 5-6= curiga apendisitis akut,
22
8. Pemeriksaan Diagnostik Apendisitis
1. Laboratorium
hebatnya peradangan.
2. Radiologi
USG menunjukan densitas pada kuadran kanan bawah atau tingkat aliran
udara setempat.
23
c. Uji psoas dan uji obturator.
8. Komplikasi Apendisitis
1. Perforasi
Insidens perforasi 10-32%, rata-rata 20%, paling sering terjadi pada usia
muda sekali atau terlalu tua, perforasi timbul 93% pada anakanak
Perforasi jarang timbul dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
2. Peritonitis
24
9. Penatalaksanaan Apendisitis
septikemia.
2. Terapi farmakologis
3. Terapi bedah
Bila diagnosis klinis sudah jelas, maka tindakan paling tepat adalah
2005).
25
10. Apendiktomi
I. Defenisi
26
penderitanya. Nyeri pasca operasi mungkin sekali disebabkan oleh
(Sjamsuhidajat,2002).
adalah :
gangguan pernafasan.
27
analgetik dan memberikan perawatan fisik. Sentuhan fisik yang
(Syamsuhidayat, 2002).
2000).
28
e. Mobilisasi dini
(Sulaiman, 2003).
1. Pengkajian
a. Identitas
kanan bawah, timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin berapa
beberapa waktu. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus menerus, dapat hilang
29
2. Riwayat penyakit yang pernah ada sebelumnya, seperti kelainan
emfisema, bronchitis)
d. Kebiasaan merokok
f. Dukungan Keluarga
sebelumnya.
g. Pekerjaan
kembali bekerja kepada pekerjaan nya semula hal ini akan menyebabkan
30
h. Nyeri Pre Operatif
pasien, harapan, dan metode manajemen nyeri yang dipilih, serta harapan
3. Pola eliminasi
Do : Pola BAB/BAK.
31
4. Pola tidur dan Istirahat
atau keluarga.
melampiaskannya.
32
8. Pola sistem kepercayaan
a. Kepala
b. Mata (kiri-kanan)
c. Telinga
33
d. Hidung
e. Mulut
f. Leher
g. Dada (Paru-Paru)
h. Jantung
34
Perkusi : Normal atau tidak
i. Abdomen
atau tidak
a. Pre Operasi.
penurunan peristaltik.
35
b. Post Operatif
1. Nyeri berhubungan dengan agen injury fisik (luka insisi post operasi
appendik).
pembedahan).
36
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Pre Operasi
agen injury biologi ( distensi b. Pain Control. 1. Kaji tingkat nyeri, secara komprehensif, termasuk
jaringan intestinal oleh c. Comfort Level. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
1.Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyaman.
nyeri, mampu menggunakan teknik non 3. Gunakan teknik komunikasi terapautik untuk
2.Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
37
3.Tanda-tanda vital dalam rentang normal. 7. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (
Diastole 70-80 mmhg. 8. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
HR : 60 – 100 intervensi.
4.Tampak rileks, mampu tidur atau istirahat. 13. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
penurunan peristaltik. 1. BAB 1-2 Kali / hari. 2. Tinjau ulang pola diet dan jumlah atau tipe masukan
38
4. Berikan obat sesuai indikasi, contoh : pelunak feses.
berhubungan dengan mual, 1. Kelembaban membrane mukosa. Monitor asupan dan pengeluaran, periksa turgor kulit.
3. Haluaran urin adekuat : 0,5 – 1 cc / Kg BB 2. Kaji membran mukosa, turgor kulit dan pengisian
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal. 3. Awasi masukan dan haluaran, catat warna urine atau
39
b. Post Operasi
injury fisik (luka insisi post b. Congart level 1. Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,
1.Mampu mengenali kapan nyeri terjadi. berat nya nyeri dan faktor pencentus.
3.Melaporkan nyeri yang terkontrol. 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu meliputi
pembedahan) 1. Tandadan gejala infeksi tidak terjadi. 1. Pakai sarung tangan dengan tepat.
40
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal. 2. Pastikan teknik perawatanluka yang tepat.
digunakan pasien.
diresepkan.
dengan keterbatasan gerak. Kiteria Hasil : 1. Jelaskan alasan diperlukannya tirah baring.
41
3. Gerakan otot. 4. Balikan (pasien) sesuai dengan kondisi kulit.
teksturnya kasar.
tepat.
42