Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Desain Pembelajaran

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat suatu negara, upaya tersebut dapat
dilakukan dengan meningkatkan kemampuan cara guru mengajar. Proses belajar
dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, tidak ada batasan umur seseorang, tetapi
proses belajar yang umum di kenal orang adalah belajar di sekolah. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang paling dikenal masyarakat. Di sekolah
terjadi proses belajar mengajar dalam upaya menciptakan perubahan intelektual,
keterampilan, dan sikap. Adapun objek perubahan tersebut adalah siswa dan
subjeknya adalah guru.
Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, pihak sekolah terutama guru
harus mengupayakan membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar.
Untuk dapat menggerakkan minat dan motivasi belajar siswa, lembaga perlu
untuk melakukan sebuah inovasi baru dalam mengajar. Salah satunya adalah
dengan menggunakan sebuah strategi yang dapat membangkitkan semangat siswa
untuk belajar. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah dengan
menyediakan model-model desain pembelajaran yang dapat membangkitkan
gairah dan semangat siswa dalam belajar.
Banyak observasi yang dilakukan terkait dengan minat dan semangat
siswa dalam belajar. Menurut hasil observasi ketika pembelajaran berlangsung
siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran, ini disebabkan guru yang belum
maksimal dalam menerapkan desain pembelajaran yang dibuat, dan pembelajaran
masih bersifat teacher center, itulah sebabnya siswa cenderung bosan
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang
menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Ketepatan pemilihan model
pembelajaran akan berdampak pada keberhasilan belajar siswa serta tercapainya
tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu desain pembelajaran
yang dirancang untuk memperlancar proses pembelajaran. Suprijono
2

mengemukakan bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai


pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial1. Dari
pengertian model pembelajaran tersebut, model pembelajaran dapat dipahami
sebagai suatu desain, pola atau rancangan yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Hal itu dilakukan untuk menciptakan
suasana yang menunjang agar siswa merasa bebas untuk merespon secara alami
dan teratur, dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dalam makalah
ini, penulis akan membahas tentang model-model desain pembelajaran. Adapun
makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan dan bab
penutup.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan mode desain pembelajaran?
2. Apa saja model-model desain pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sejalan dengan rumusan masalah di
atas, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian model desain pembelajaran
2. Untuk mengetahui model-model desain pembelajaran.

1
Suprijono Agus, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakrta:
Pustaka Pelajar, 2012), h. 46
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Desain Pembelajaran


Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam
pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda
sesungguhnya, misalnya globe merupakan bentuk dari bumi. Selanjutnya istilah
model digunakan untuk menunjukkan pengertian petama sebagai kerangka proses
pemikiran2.
Jadi Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru
memilih model pembelajarn yang sesuai dan efisen untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sedangkan model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan
pengelolaan dan pengembangan yang dilakaukan terhadap komponen-komponen
pembelajaran3.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang,
misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses.
Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori
tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan
spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang
memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk
berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem,
desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan

2
Harjanto, Perecanaan pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cpta, 1997), h. 51
3
Kasmiati, Dessain tujuan Dan Materi Pembelajaran Bahasa Arab, (Pekanbaru: Kreasai
Edukasi, 2013), h. 30
4

sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu


belajar.
Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala
adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus
teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran.4 Pernyataan
tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus
sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum
yang digunakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek
penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat
terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini
berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan
pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu
terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar
yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu
oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
Desain pembelajaran atau sering juga disebut perencanaan pembelajaran
yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan
dengan baik, disertai dengan berbagai langkah antisipatif guna memperkecil
kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Guru hendaknya memilih desain pembelajaran yang dapat
menimbulkan minat dan memotivasi peserta didik dalam belajar.5
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.

4
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2005),
h. 136
5
Uno, Hamzah, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 82
5

B. Model-Model Desain Pembelajaran


Ada berbagai model desain pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pendekatan tertentu. Beberapa model-model desain pembelajaran
tersebut adalah :
1. Model Dick and Carey
Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistem
adalah model pembelajaran yang dikemukakan oleh Walter Dick dan Lou Carrey
tahun 1985, yang dikenal dengan model Dick and Carrey. Dick and Carey (1985)
memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap
pembelajaran adalah proses yang sitematis. Menurut Dick and Carey (2001),
pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan
pembelajaran (Instructional Systems Development /ISD).
Komponen model Dick and Carey meliputi pembelajar, pengajar, materi,
dan lingkungan. Demikian pula, di lingkungan pendidikan non formal model ini
meliputi warga belajar (pembelajar), tutor (pengajar), materi, dan lingkungan
pembelajaran. Semua berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Komponen dan tahapan model Dick and Carey lebih
kompleks jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain, seperti
Morrison, Ross, & Kemp. Walaupun model Morrison, Ross, & Kemp juga
memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit berbeda.
Mereka menyebutkan desain pembelajaran sebagai metode yang sistematis tetapi
bukan pendekatan sitematis. Tahapan yang digunakan yaitu perencanaan,
pengembangan, evaluasi, dan management proses.6
Selain itu, sebuah bahan ajar bukan hanya untuk dibaca, tetapi melibatkan
unsur-unsur proses pembelajaran. Dick and Carey melalui kegiatan mendesain,
mengembangkan, mengimplementasi, dan mengevaluasi. Kedua-duanya tidak
jauh berbeda dan masing-masing merupakan sebuah sistem. Kegiatan melalui
tahapan-tahapan inilah yang disebut sebagai kegiatan mendesain pembelajaran.

6
Wisnu Nugroho Aji, Model Pembelajaran Dick and Carey dalam Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia, Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 2, Desember 2016, 119-126
(Klaten: Universitas Widya Dharma Klaten, 2016), h. 120
6

Berbagai model dapat dikembangkan dalam mengorganisasi pengajaran.


Satu di antaranya adalah model pembelajran Dick and Carrey (1985). Adapun
langkah-langkah pembelajarannya mencakup:
1) Mengidentifkasi tujuan umum pembelajaran
2) Melaksanakan analisis pengajaran
3) Mengidentifkasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4) Merumuskan tujuan performansi
5) Mengembangkan butirbutir tes acuan patokan
6) Mengembangkan strategi pengajaran
7) Mengembangkan dan memilih material pengajaran
8) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9) Merevisi bahan pembelajaran
10) Mendesain dan melakukan evaluasi sumatif
Menurut Uno secara umum, penggunaan model pengajaran Dick and
Carrey adalah sebagai berikut.
a. Model Dick and Carrey terdiri atas 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas
maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok
sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain.
b. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carrey menunjukkan hubungan
yang sangat jelas dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan
langkah yang lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat dalam Dick
and Carrey sangat ringkas, tetapi isinya padat dan jelas dari suatu urutan
ke urutan berikutnya.
c. Langkah awal pada model Dick and Carrey adalah mengidentifkasi tujuan
pengajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum, baik di
perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya
dalam mata pelajaran tertentu yang memiliki tujuan pembelajaran dalam
kurikulumnya untuk dapat melahirkan suatu rancangan pembelajaran7.

7
Hamzah Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 24
7

Model pembelajaran Dick and Carey dapat diaplikasi dalam pembelajaran


Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran Dick and Carrey mengacu kepada
tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran, sehingga model ini tepat
diaplikasikan dalam mata pelajaran yang berbasis keterampilan. Selain hal
tersebut, model Dick dan Carrey memiliki 10 langkah pembelajaran yang
sistematis, dari mengidentifkasi tujuan umum pembelajaran sampai melaksanakan
evaluasi.
2. Model Kemp
Model Kemp memberikan bimbingan kepada para pemakainya untuk
berfikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pengajaran. Model
kemp ini dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan, yaitu:
1) Apa yang harus dipelajari (tujuan pengajaran)
2) Apa/bagaimana prosedur, dan sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk
mencapai hasil belajar yang diinginkan (kegiatan dan sumber
belajar).
3) Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai
(evaluasi).8
Pada dasarnya,perencanaan dalam desain pembelajaran terdiri atas delapan
langkah:
1) Menentukan tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan umum untuk
pembelajaran tiap topiknya;
2) Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut
didesain;
3) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat
dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar;
4) Menentukan isi meteri pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;
5) Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar
belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik;

8
Rusman, Model Pembelajaran,
8

6) Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang


menyenagkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa
akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan,
7) Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi
personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk
melaksanakan rencana pembelajaran;
8) Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan
pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali
beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan.
Perencanaan desain pembelajaran model Kemp dapat digunakan pada
tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan, maupun perguruan tinggi. Menurut Kemp,
desain pembelajaran terdiri dari banyak bagian dan fungsi yang saling
berhubungan dan harus dikerjakan secara logis agar mencapai apa yang
dinginkan. Model desain sistem instruksional yang dikembangkan oleh kemp
merupakan model yang berbentuk lingkaran. Model berbentuk lingkaran
menunjukan adanya proses kontinyu dalam menerapkan desain sistem
pembelajaran. Menurut kemp langkah tiap-tiap pengembangan berhubungan
langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik
manapun sesuai di dalam siklus tersebut.
Kelebihan dam Kekurangan Model Pembelajaran Kemp adalah :
1.Kelebihan
Dalam Model pembelajaran Kemp ini, di setiap melakukan langkah atau
prosedur terdapat revisi terlebih dahulu gunanya untuk menuju ketahap
berikutnya. Tujuannya adalah apabila terdapat kekurangan atau kesalahan di tahap
tersebut, dapat dilakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum melangkah ke tahap
berikutnya.
2.Kekurangan
Model pembelajaran Jerold E. Kemp ini agak condong ke pembelajaran
klasikal atau pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, peran guru di sini
mempunyai pengaruh yang besar, karena mereka dituntut dalam rangka prrogram
pengajaran, instrumen evaluasi, dan strategi pengajaran.
9

3. Model ASSURE
Model pembelajaran ASSURE merupakan salah satu model yang dapat
menuntun pembelajar secara sistematis untuk merencanakan proses pembelajaran
secara efektif. Model ini telah diperkenalkan oleh Heinich, Molanda, Russell pada
tahun 1989. Khususnya pada kegitan pembelajaran yang menggunakan media dan
teknologi. Desain pembelajaran ASSURE merupakan salah satu desain
pembelajaran sederhana, mudah dipelajari serta memanfaatkan media dan
teknologi. Model ini dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran
yang efektif dan efisien, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang
menggunakan media dan teknologi.9
Model desain pembelajaran ASSURE ini adalah suatu model desain
pembelajaran yang merupakan sebuah formulasi untuk kegiatan belajar mengajar
(KBM) yang berorientasi kelas. Model ASSURE merupakan jembatan antara
peserta didik, materi, dan media. Model ini bersifat praktis dan mudah
diimplimentasikan dalam mendesain aktivitas pembelajaran. Dalam menganalisis
karakteristik siswa sangat memudahkan untuk menentukan metode, media dan
bahan ajar yang akan digunakan, sehingga dapat menciptakan aktivitas
pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik10.
Setiap kegiatan belajar mengajar yang efektif perlu perencanaan yang
baik. Kegiatan pembelajaran akan maju setelah melalui beberapa tahapan. Gagne
mengartikan tahapan itu adalah saat proses pembelajaran terjadi. Hasil penelitian
Gagne mengungkapkan bahwa desain materi belajar di mulai dengan
membangkitkan rasa keingintahuan siswa pada materi-materi yang baru.
Mendorong serta melatih siswa dengan umpan balik, menilai pemahaman siswa,
dan mendorong siswa untuk melanjutkan aktivitas yang ingin diketahuinya.
Adapun komponen-komponen model desain Assure adalah:
1) Analyze Learners ( Menganalisis peserta didik)

9
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Dian Rakyat, 2009),
hlm. 110
10
Heri Achmadi, Suharno & Nunuk Suryani, Penerapan Model Assure dengan
Menggunakan Media Power Point dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Sebagai Usaha Peningkatan
Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Man Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal
Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, 2014, hlm. 35-48
10

Langkah awal yang dilakukan dalam menerapkan model ini


adalah mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan melakukan aktivitas
pembelajaran. Siapakah siswa yang akan melakukan proses pembelajaran.
Pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa akan sangat membantu
siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Analisis terhadap
karakteristik siswa meliputi beberapa aspek penting, yaitu karakteristik
umum, kompetensi spesifik yang telah dimiliki sebelumnya dan gaya belajar
siswa.11
a) Karakteristik umum
Karakteristik umum pada dasarnya menggambarkan tentang
kondisi siswa seperti usia, kelas, pekerjaan, dan gender. Analisis
sederhana yang dilakukan oleh guru sebelum memulai sebuah program
pembelajaran seringkali membawa dampak yang positif. Analisis
karaketistik siswa meliputi aktivitas atau prosedur untuk mengidentifikasi
dan menentukan karakteristik siswa yang akan menempuh program
pembelajaran yang didesain. Karakteristik siswa meliputi kondisi social
ekonomi, penguasaan isi atau materi pelajaran dan gaya belajar.12
b) Kompetensi yang sudah dimiliki
Kompetensi dan kemampuan awal menggambarkan tentang
pengetahuan dan keterampilan yang sudah dan belum dimiliki oleh
seseorang sebelum mengikuti program pembelajaran. Untuk memperoleh
informasi tentang kemampuan awal yang dimiliki siswa selain melalui
pre-test juga dapat dilakukan melalui perbincangan antara guru dengan
siswa.Setiap guru yang menghadapi kelas baru, lebih dulu menerima jika
para siswa yang berada dalam kelas itu tidak sama pandainya. Dalam
setiap pembelajaran, siswa merupakan faktor terpenting. Siswa yang lebih
pintar dapat digunakan sebagai pembantu guru dalam proses
pembelajaran.

11
Benny A. Pribadi, Model Desain...hlm. 113
12
Ibid,...hlm. 121
11

Pada awal pembelajaran, guru lebih aktif karena banyak yang harus
dilakukan. Namun pada proses pembelajaran selanjutnya, guru menjadi
semakin pasif. Pada bagian tengah dan akhir pembelajaran, siswa lebih
aktif karena mereka yang lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
c) Gaya belajar siswa
Menurut S. Nasution, gaya belajar adalah cara yang konsisten yang
dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi,
cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal.13
Secara garis besar ada tiga gaya belajar siswa, yaitu:
1) Gaya belajar visual
2) Gaya belajar auditori
3) Gaya Belajar Kinestetik
2) State Objectives (Merumuskan tujuan pembelajaran)
Langkah selanjutnya dari model desain pembelajaran ASSURE adalah
menetapkan tujuan pembelajaran yang bersifat spesifik. Tujuan pembelajaran
dapat diperoleh dari silabus atau kurikulum, informasi yang tercatat dalam buku
teks atau dirumuskan sendiri perancang atau instrukutur. Tujuan pembelajaran
merupakan rumusan atau pernyataan yang mendiskripsikan tentang pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa setelah menempuh proses
pembelajaran. Keuntungan yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan
pembelajaran adalah :
a. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat
b. Pokok bahasan dapat dibuat seimbang
c. Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat
disajikan
d. Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi
e. Guru dapat menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar
yang cocok dan menarik

13
Nasution S, Berbagai pendekatan dalam proses belajar & mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011), hlm. 94
12

f. Guru dapat mempersiapkan berbagai peralalatan atau bahan keperluan


mengajar
g. Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar
h. Guru dapat menjamin hasil belajar akan lebih baik14
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan tentang apa yang
diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Dalam sistem pembelajaran, tujuan
adalah sasaran yang dituju.Suatu sasaran harus jelas menggambarkan suatu
keadaan, tujuan pembelajaran harus dapat memberikan gambaran secara jelas
tentang bentuk perilaku yang diharapkan.Selain menggambarkan kompetensi yang
perlu dikuasai oleh siswa, rumusan tujuan pembelajaran juga mendiskripsikan
kondisi yang diperlukan oleh siswa untuk menunjukkan hasil belajar yang telah
dicapai dan tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan
yang dipelajari.
3) Select Methods, Media and Materials (memilih metode, media dan bahan ajar)
Langkah berikutnya adalah memilih metode, media, dan bahan ajar yang
akan digunakan. Ketiga komponen ini berperan penting dalam membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran.
Pemilihan metode, media dan bahan ajar yang tepat akan mampu
mengoptimalkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mencapai
kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam memilih metode, media dan
bahan ajar yang akan digunakan ada beberapa pilihan yang dapat
dilakukan, yaitu memilih media dan bahan ajar yang ada, memodifikasi
bahan ajar yang telah tersedia, dan memproduksi bahan ajar baru.15

4) Utilize Materials (Memanfaatkan Metode, Media dan Bahan ajar)


Setelah memilih metode, media dan bahan ajar langkah selanjutnya adalah
menggunakan ketiganya dalam kegiatan pembelajaran.Sebelum menggunakan
metode, media dan bahan ajar, perancang terlebih dahulu perlu melakukan uji
coba untuk memastikan bahwa ketiga komponen tersebut dapat berfungsi efektif
untuk digunakan dalam situasi yang sebenarnya16.

14
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 34
15
Benny A. Pribadi, Model Desain...hlm. 114
16
Ibid,...hlm. 115
13

Langkah berikutnya adalah menyiapkan kelas dan sarana pendukung yang


diperlukan untuk dapat menggunakan metode, media, dan bahan ajar yang
dipilih.Setelah semuanya siap, ketiga komponen tersebut siap dilaksanakan.
5) Requires Learner Participation (Partisipasi Pelajar)
Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan mental siswa secara aktif
dengan materi yang sedang dipelajari. Pemberian latihan merupakan contoh cara
melibatkan aktivitas mental siswa dengan materi yang sedang dipelajari. Siswa
yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran akan dengan mudah mempelajari
materi pembelajaran. Setelah aktif melakukan proses pembelajaran, pemberian
umpan balik berupa pengetahuan tentang hasil belajar akan memotivasi siswa
untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
6) Evaluate and Revise (Penilaian dan Revisi)
Setelah mendesain aktivitas pembelajaran maka langkah selanjutnya yang
perlu dilakukan adalah evaluasi atau penilaian. Salah satu tujuan penilaian adalah
mengukur tingkat pemahaman atas materi yang baru saja diberikan. Evaluasi juga
bermanfaat untuk melakukan penilaian apakah seluruh proses pembelajaran sudah
berjalan dengan baik atau belum, atau adakah proses pembelajaran yang perlu
ditingkatkan dan direvisi untuk meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran itu
sendiri atau tidak.
4. Model ADDIE
Menurut Benny, ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya
lebih generik yaitu model ADDIE (AnalysisDesign-Develop-Implement-
Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser
dan Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam
membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis
dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.17
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
a. Analysis (analisa)
b. Design (desain / perancangan)
c. Development (pengembangan)

17
Benny A. Pribadi, Model Desain...hlm. 128-132
14

d. Implementation (implementasi/eksekusi)
e. Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Langkah-langkah pengembangan produk, model penelitian dan pengembangan ini
lebih rasional dan lebih lengkap daripada model 4D. Model ini memiliki
kesamaan dengan model pengembangan sistem basis data yang telah diuraikan
sebelumnya. Inti kegiatan pada setiap tahap pengembangan juga hampir sama.
Oleh sebab itu, model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk
pengembangan produk seperti model, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, media dan bahan ajar.
Model ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry (1996) untuk
merancang sistem pembelajaran. Berikut ini diberikan contoh kegiatan pada setiap
tahap pengembangan model atau metode pembelajaran, yaitu:
a. Analysis
b. Design
c. Development
d. Implementation
e. Evaluation
5. Model Hanafin And Peck
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri
daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase
pengembangan dan implementasi. Dalam model ini, penilaian dan pengulangan
perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model desain pembelajaran
berorientasi produk.18
Fase pertama dari model Hanafim dan Peck adalah analisis kebutuhan
(Need Assessment). Di model sebelumnya yakni model ADDIE juga menerangkan
bahwa tahap pertama dari model tersebut adalah analisa (Analysis) yang
didalamnya memuat Need Assessment. Pengertian analisis kebutuhan dalam
konteks pegembangan kurikulum menurut John Mc-Neil ialah : ‘the process by
which one defines educational needs and decides what their priorities are’.

18
Afandi, Muhammad dan Badarudin, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm. 22
15

Artinya, bahwa analisis kebutuhan merupakan sebuah proses yang didefinisikan


sebagai sebuah kebutuhan pendidikan dan ditentukan sesuai dengan
prioritasnya.19 Jadi pada intinya, proses ini merupakan proses untuk menentukan
hal utama dari apa yang dibutuhkan dalam pendidikan.
Menganalisis kebutuhan menjadi hal dasar dalam mendesin pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Tidak mudah mengidentifikasi apa yang dibutuhkan
dalam pembelajaran. Terdapat langkah-langkah dalam fase analisis kebutuhan,
Glasgow mengemukakan secara detail langkah-langkah need assessment yakni :20
1. Tahapan Pengumpulan Informasi
2. Tahapan Identifikasi Kesenjangan
3. Analisis Performance
4. Mengidentifikasi Kendala Beserta Sumber-sumbernya
5. Identifikasi Krakteristik Siswa
6. Identifikasi Tujuan
7. Menentukan Permasalahan
Setelah semua langkah dijalankan, kemudian dilakukan sebuah tes atau
penilaian terhadap hasil dalam fase ini. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui
ada atau tidakkah kebutuhan yang seharusnya ada tetapi tidak tercatat. Sebab, hal
ini justru akan menjadikan msalah baru di masa yang akan datang.
Fase kedua dari Hanafin dan Peck adalah fase desain (Design). Hanafin
dan Peck menyatakan fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan
mendokumenkan kaidah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan
media tersebut. Dokumen tersebut dapat berupa story board. Jadi, hasil dari need
assessment kemudian dituangkan ke dalam sebuah papan dan caranya dengan
mengikuti aktifitas yang sudah dianalisis dalam need assessment sebelumnya.
Dokumen ini nantiya akan memudahkan kita dalam menentukan tujuan
pembuatan media pembelajaran, karena merupakan sebuah papan. Dalam fase
kedua ini, tidak lupa dilakukan tes atau penilaian sebelum dilanjutkan ke fase
pengembangan dan implementasi.

19
Wina Sanjaya, Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008),
hlm. 91
20
Ibid,...hlm. 93
16

Fase terakhir dari model Hanafin dan Peck adalah pengembangan dan
implementasi. Hanafin dan Peck mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase
ini ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilain formatif dan sumatif.
Penilaian formatif ialah penialain yang dijalankan saat proses pengembangan
media berlangsung, sedangkan penilaian sumatif dijalankan pada akhir proses.
Pada fase ini media dikembangkan dan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang telah dibuat berdasarkan analisis kebutuhan dan desain yang telah
dijalankan.
17

BAB III
PENUTUP

Desain pembelajaran merupakan rancangan atas proses pembelajaran berdasarkan


kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya sehingga menjadi
acuan dalam pelaksanaannya untuk menciptakan pembelajaran yang efektif.
Dengan tujuan menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan
meminimalisir kesukaran siswa dalam memahami pembelajaran.
Macam-macam model perencanaan pembelajaran yaitu:
1) Model Dick & Carrey
2) Model Kemp
3) Model Assure
4) Model Addie
5) Model Hanafin dan Peck
18

DAFTAR PUSTAKA

Benny A. Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian


Rakyat

Hamzah Uno. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hamzah Uno. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar


yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara

Harjanto. 1997. Perecanaan pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cpta

Heri Achmadi, Suharno & Nunuk Suryani. 2014. Penerapan Model Assure
dengan Menggunakan Media Power Point dalam Pembelajaran Bahasa
Inggris Sebagai Usaha Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Kelas X Man Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Teknologi
Pendidikan dan Pembelajaran

Kasmiati. 2013. Dessain tujuan Dan Materi Pembelajaran Bahasa Arab.


Pekanbaru: Kreasai Edukasi

Muhammad Afandi dan Badarudin. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:


Alfabeta

Nasution S. 2011. Berbagai pendekatan dalam proses belajar & mengajar.


Jakarta: Bumi Aksara

Suprijono Agus. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem.


Yogyakrta: Pustaka Pelajar

Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit


Alfabeta

Wina Sanjaya. 2008. Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana

Wisnu Nugroho Aji. 2016. Model Pembelajaran Dick and Carey dalam
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Kajian Linguistik dan Sastra,
Vol. 1 No. 2, Desember 2016, 119-126. Klaten: Universitas Widya Dharma
Klaten.

Anda mungkin juga menyukai