Penetapan Kadar Abu Dan Mineral
Penetapan Kadar Abu Dan Mineral
Penetapan Kadar Abu Dan Mineral
I. Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu:
1. Mengetahui cara analisis kadar abu pada gula semut
2. Mengukur kadar abu bahan pangan dengan metode pengeringan langsung
Prinsip dari pengabuan cara kering(yang paling sering digunakan) yaitu dengan
mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500–600ºC dan kemudian
melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut
(Sudarmadji, 1996). Pemilihan metode pengabuan bergantung pada tujuan pengabuan,
jenis mineral yang akan diukur, dan metode penentuan mineral yang digunakan.Prinsip
penentuan kadar abu didalam bahan pangan adalah menimbang berat sisa mineral hasil
pembakaran organik pada suhu sekiar 550 ⁰C. Penenetuan kadar abu dapat dilakukan
secara langsung dengan cara membakar bahan pada suhu tinggi (500-600⁰C) selama
beberapa (2-8) jam dan keudian menimbang sisa pembakaran yang tertinggal sebagai abu
jumlah sampel pada analisis kadar abu adalah sekitar 2-5 g untuk bahan yang banyak
mengandung mineral (misalnya: ikan, daging, susu, biji-bijian), atau sekitar 0 g untuk
bahan seperti jelly, selai, sirup dan buah kerin, atau lebih bessar lagi (25-5- g) untuk
bahan yang mengandung sedikit mineral seperti buah segar, jus, dan anggur (Legowo dan
Nurwantoro, 2004).
Peralatan :
1. Cawan
2. Tanur (Furnace)
3. Penjepit Cawan
4. Neraca Analitik
Cara Kerja
W1 − W₂
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = 𝑥 100%
𝑊
Keterangan
2. Abu Sulfat
Prinsip :
Peralatan :
1. Cawan Porselen
2. Tanur
3. Neraca Analitik
Perhitungan :
W₁
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 𝑆𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 = x 100%
W
Keterangan :
W = Bobot Contoh
Peralatan :
1. Penangas air
2. Tanur
3. Kertas Saring Whatman No.41
4. Cawan Porselen
Cara Kerja
Perhitungan :
W1 − W₂
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 𝑡𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑎𝑚 = x 100%
W
Keterangan :
W₁ = Bobot Cawan + Abu
W₂ = Bobot Cawan Kosong
W = Bobot Cuplikan
4. Kealkalian Abu
Prinsip : Kealkalian abu ditetapkan dengan titrasi asam basa
Pereaksi : H₂O₂ 3%, HCl 0,5 N, NaOH 0,5 N, Indikator PP
Peralatan :
1. Erlenmeyer 250 mL
2. Pipet Ukur 25 mL
3. Penangas Air
4. Buret
Cara Kerja
Perhitungan :
(V1 −V2 )x N x 100
𝐾𝑒𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑢 = ml N NaOH/100 gram
W
Keterangan :
W = Bobot Cuplikan
V₁ = Volume NaOH untuk titrasi blako
V₂ = Volume NaOH untuk titrasi Contoh
N = Normalitas NaOH
Cara Kerja
menyaring
Titrasi dengan larutan KMnO4 0.01 N dalam keadaan panas sampai larutan warna
merah jambu
Perhitungan:
𝑣𝑜𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑥 20 𝑥 𝑣𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑏𝑢 𝑥 100
Mg Ca/100 g sampel =
𝑣𝑜𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑏𝑢 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
IV. DATA PENGAMATAN
Sampel Berat Cawan Berat sampel Berat cawan Berat cawan Berat Abu
(gram) awal (gram) + sampel + bahan (gram)
(gram) setelah
pengabuan
(gram
1 (AS) 33,9796 2,0110 35,9906 34,0060 0,0264
2 (AT) 35,1341 5,0048 40,1389 35,2877 0.1536
3 (AT) 20,8438 5,0040 25,8478 21,0134 0,1696
4 (AS) 23,8136 2,0459 25,8595 23,8667 0,0531
PENGOLAHAN DATA
0,0264
% 𝑎𝑏𝑢 (1) = × 100 = 1,31 %
2,0110
0,1536
% 𝑎𝑏𝑢 (2) = × 100 = 3,07 %
5,0048
0,1696
% 𝑎𝑏𝑢 (3) = × 100 = 3,39 %
5,0040
0,0264
% 𝑎𝑏𝑢 (4) = × 100 = 2,595 %
2,0110
Catatan:
𝑁 × 𝑉 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
Konsentrasi KMnO4 =
𝑉 KMnO4
0.01 𝑁 × 10 𝑚𝐿
=
7.7 𝑚𝐿
= 15.5850 mg/100 g
PEMBAHASAN
Analisis kadar abu dalam bahan pangan merupakan pengukuran jumlah residu dari
proses pembakaran/oksidasi komponen organik pada bahan pangan. Kadar abu yang kami uji
yaitu abu total. Pengujian didasarkan pada analisis Proksimat dengan metode langsung atau
pengabuan kering dengan pemijaran sampel pada furnace pada suhu 500-600 °C. Prinsip nya
yaitu Destruksi komponen organic hingga terbentuk abu warna putih keabuan dan berat yang
konstan.
Mula-mula sampel dilakukan pemanasan menggunakan oven biasa pada suhu sekitar 50-
60°C, hal ini dilakukan untuk mencegah case hardening pada gula, yaitu pengerasan
permukaan akibat caramelisasi ikatan gula dan hydrogen dari gula tersebut, sehingga pada
proses penguapan air akan lebih mudah karena tidak ada halangan dari caramel nya.
Kemudian, proses penguapan air pada suhu ±97°C pada suhu laboratorium. Kemudian
dilanjutkan pemijaran pada Bunsen untuk menghilangkan komponen organic atau karbonnya,
yang ditandai dengan warna hitam pada cawan ketika proses pemijaran. Setelah dari Bunsen,
dilanjutkan ke furnace untuk dilakukan pengabuan. Abu tersebut dipijar hingga padatan
berwarna putih dan didapat berat konstan, data nya dapat kita lihat di Data Pengamatan.
Dari kadar abu yang telah didapat, abu total kemudian di buat menjadi larutan untuk di
analisa kadar mineral yang terdapat abu gula semut. Abu merupakan senyawa an organic dan
residu dari proses pemijaran. Mineral yang kami uji kadarnya yaitu kalsium. Pada penentuan
kadar mineral kalsium, prinsipnya yaitu pengendapan sebagai kalsium oksalat, dan
endapatkan tersebut kemudian dilarutkan dalam H2SO4 encer panas dan dititrasi dengan
KMnO4. Dari hasil titrasi tersebut didapatkan volume akhir rata ratanya yaitu 1.50 mL titran,
sehingga didapatkan kadar kalsium dalam 100 g sampel sebesar 15.5850 mg.
Pada SNI tersebut ditunjukkan bahwa kadar kalsium dalam gula merah aren 75 mg/100 g
gula. Namun kadar kalsium pada gula merah aren yang kami analisa sebesar 15.5850 mg/100
g sampel. Terdapat beberapa kesalahan yang menyebabkan hasil tersebut, bisa dari proses
pengabuan yang tidak sempurna karena dilakukan lebih dari 2 minggu. Faktor lain yang
menyebabkan kurangnya kadar yang terhitung karena dalam metode ini yang merupakan
metode pengabuan kering atau dry ashing akan menyebabkan menghilangnya elemen elemen
yang volatile yang menyebabkan kontaminasi, sehingga bisa dikatakan bahwa yang terukur
merupakan kalsium murni. Namun suhu yang kita gunakan berubah ubah dalam proses
pengabuannya, maka dapat menjadi faktor dalam ketidaktepatana kadar yang terbacanya.
KESIMPULAN
- Rata rata kadar abu dari empat sampel > 2%, sehingga tidak memenuhi syarat.
- 4 sampel digunakan untuk penentuan kadar abu total, abu sulfat, abu tak larut dalam
asam, dan abu alkalinitas.
- Kadar mineral kalsium dalam sampel adalah 15.5850 mg/100g sampel
DAFTAR PUSTAKA