Laporan Pendahuluan Hemothorax
Laporan Pendahuluan Hemothorax
Laporan Pendahuluan Hemothorax
HEMOTHORAX
A. DEFINISI HEMOTHORAX
Hematotoraks merupakan suatu keadaan dimana darah terakumulasi pada rongga
pleura yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang menjadi predisposisi
terpenting perembesan darah berkumpul dikantong pleura tidak bisa diserap oleh lapisan
pleura.
Hemothoraks adalah adanya darah pada rongga pleura. Perdarahan mungkin berasal
dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar.
B. ETIOLOGI
Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang akan
menyebabkan rongga paksa tumpul pada rongga thorak (hemotothorak) dan rongga
abdomen. Trauma tajam dapat disebabkan oleh tikaman atau tembakan.
Penyebab utama hemothoraks adalah trauma, seperti luka penetrasi pada paru,
jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada. Trauma tumpul pada dada juga
menyebabkan hemothoraks karena laserasi pembuluh darah internal.
C. KLASIFIKASI
Hematothorax dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori berdasarkan jumlah
perdarahannya yaitu:
1. Hemotorax Kecil
Apabila volume kurang dari 300-500 ml, biasanya dalam keadaan ini darah
mampu diabsorbsi oleh paru-paru dari rongga plura. Proses ini akan memakan waktu
10-14 hari sampai pleura bersih dari darah tanpa menimbulkan komplikasi.
2. Hemotorax moderate
Apabila volume darah melebihi 500-1000 ml. Darah akan mengisi sepertiga dari
rongga pleura maka akan menimbulkan gejala penekanan paruparu dan kehilangan
darah di intravaskuler.
3. Hemotorax besar (large hemotorax)
Apabila volume darah dalam rongga pleura lebih dari 1000 ml. Pada hemotorax
besar, darah akan mengisi setengah atau lebih rongga pleura. Keadaan ini terjadi
apabila terjadi perdarahan pada pembuluh darah bertekanan tinggi. Hemotorax besar
membutuhkan penanganan drainase sesegera mungkin, bahkan apabila drainasi tidak
efektif untuk mengeluarkan darah maka dibutuhkan tindakan operasi bedah.
D. MANIFESTASI KLINIS
Respon tubuh dengan adanya hemothoraks di manifestasikan dalam dua area mayor
yaitu:
1. Respon hemodinamik
Respon hemodinamik tergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi. Tanda –
tanda shok seperti takhikardia, takhipneu, dan nadi yang lemah dapat muncul pada
pasien yang kehilangan 30 % atau lebih volume darah.
2. Respon respiratori
Respon respiratori akumulasi darah pada pleura dapat mengganggu pergerakan
nafas. Pada kasus trauma, dapat terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi, khususnya
jika terdapat injuri pada dinding dada. Akumulasi darah dalam jumlah yang besar
dapat menimbulkan dispneu.
E. PATHWAY
F. PATOFISIOLOGI
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,
menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru
menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau
menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah
ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah
seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler,
kolaps terjadi pendarahan. arteri dan kapiler, kapiler kecil , sehingga takanan perifer
pembuluh darah paru naik, aliran darah menurun. Vs :T ,S , N. Hb menurun, anemia, syok
hipovalemik, sesak napas, tahipnea,sianosis, tahikardia. Gejala / tanda klinis
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding dada.
Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia
dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul.
Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea
berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai
dengan penurunan curah jantung.
G. KOMPLIKASI
1. Adhesi pecah,
2. Bula paru pecah.
3. Kehilangan darah.
4. Kegagalan pernafasan
5. Kematian
6. Fibrosis atau parut dari membran pleura
7.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X dada : Menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area pleura, dapat
menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
2. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang yang dipengaruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengompensasi. PaCO2 kadang-kadang
meningkat PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.
3. Torasentesis : Menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).
4. Hb : Mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah.
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan perdarahan, dan
menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura. Penanganan pada hemothoraks
adalah:
1. Resusitasi cairan
Terapi awal hemothoraks adalah dengan penggantian volume darah yang
dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infuse cairan
kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian pemberian darah dengan
golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam
penampungan yang cocok untuk autotransfusi. Bersamaan dengan pemberian infuse
di pasang pula chest tube (WSD).
2. Pemasangan chest tube
Pemasangan chest tube (WSD) ukuran besar agar darah pada thoraks dapat cepat
keluar sehingga tidak membeku di dalam pleura. Hemothoraks akut yang cukup
banyak sehingga terlihat pada photo thoraks sebaiknya di terapi dengan chest tube
caliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura,
mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat
dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi WSD sendiri
adalah untuk mempertahankan tekanan negative intrapleura. Macam – macam WSD
antara lain :
a. WSD aktif : Continous suction, gelembung berasal dari gelombang sistem
b. WSD pasif : Gelembung udara berasal dari cavum thoraks pasien.
3. Thoracotomy
Tindakan thoracotomy ini dilakukan apabila pasien dalam keadaan:
a. Jika pada awal hemothoraks sudah keluar 1500 ml, kemungkinan besar penderita
tersebut membutuhkan thoracotomi segera.
b. Pada beberapa penderita pada walnya darah yang keluar < 1500 ml, tetapi
perdarahan tetap berlangsung terus
c. Bila di dapatkan kehilangan darah terus – menerus sebayak 200 cc/jam dalam
waktu 2 – 4 jam.
d. Luka tembus thoraks di daerah anterior, medial dari garis putting susu atau luka
di daerah posterior, medial dari scapula harus di pertimbangkan kemungkinan
diperlukannya thorakotomy karena kemungkinan melukai pembuluh darah besar,
struktur hilus atau jantung yang potensial menjadi tamponade jantung.
Transfusi darah diperlukan selama ada indikasi untuk torakotomy. Selama
penderita dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan chest tube
dan kehilangan darah selanjutnya harus ditambahkan di dalam cairan pengganti yang
akan diberikan. Warna darah (arteri/vena) bukan merupakan indicator yang baik untuk
dipakai sebagai dasar dilakukannya torakotomy.
Torakotomi sayatan dapat dilakukan disamping, dibawah lengan (aksilaris
torakotomy); dibagian depan, melalui dada (rara-rata sternotomy): miring dari
belakang kesamping (posterolateral torakotomy); atau dibawah payudara
(anterolateral orakotomy). Dalam beberapa kasus, dokter dapat membuat sayatan
anatar ulang rusuk (interkostal disebut pendekatan) untuk meminimalkan memotong
tulang, syaraf, dan otot. Sayatan dapat berkisar dari hanya dibawah 12,7 cm hingga
25 cm.
Caroline, Nancy, Eling, Bob. (2011). Caroline’s Emergency Care in the Street. London: Jones
and Barlett Publisher
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika