26 77 1 PB PDF
26 77 1 PB PDF
26 77 1 PB PDF
Agus Ruliyansyah 1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media perlakuan invigorasi yang terbaik terhadap
peningkatan performansi benih kedelai. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Agronomi Fakultas
Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Waktu pelaksanaan penelitian selama delapan minggu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen lapangan dengan pola
Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 4 ulangan yaitu: kontrol, abu
gosok, serbuk gergaji, larutan KNO3 2% dan larutan NaCl 2%. Variabel pengamatan dalam penelitian
ini adalah daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan laju pertumbuhan
kecambah.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan laju
pertumbuhan kecambah. Invigorasi yang menggunakan serbuk gergaji merupakan perlakuan terbaik
dari perlakuan lainnya dilihat dari kamampuan benih untuk memulihkan integritas membran sehingga
dapat memulihkan atau mengurangi kebocoran sel ketika proses imbibisi berlangsung dan mengurangi
perubahan metabolik selama perkecambahan. Perlakuan serbuk gergaji telah mampu menghasilkan
rerata daya berkecambah, keserempakan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah tertinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis keragaman peningkatan performansi benih kedelai dengan
perlakuan invigorasi
14
Agus Ruliyansyah Peningkatan Performansi Benih
Pengaruh yang sangat nyata menunjukkan digunakan dalam proses pertumbuhan yaitu
bahwa invigorasi mampu untuk meningkatkan perkecambahan.
performansi benih yang telah menurun Perlakuan invigorasi merupakan salah
performansinya. Menurut Ashari (1995), satu alternatif yang dapat digunakan untuk
dalam kaitannya dengan proses mengatasi mutu benih yang rendah yaitu
perkecambahan benih maka sebelum embrio dengan cara memperlakukan benih sebelum
memulai aktivitasnya, selalu didahului dengan tanam untuk mengaktifkan kegiatan
proses fisiologis hormon dan enzim yang metabolisme benih sehingga benih siap
kemudian menyebabkan terjadinya memasuki fase perkecambahan (Sutariati,
pembongkaran zat-zat cadangan makanan 2001).
seperti karbohidrat, protein lemak, dan Untuk mengetahui perbedaan pengaruh
mineral. Proses kimiawi tersebut berperan perlakuan yang diberikan, maka dilakukan uji
sebagai penyedia energi yang kemudian akan lanjut dengan menggunakan metode kontras
ortogonal pada masing-masing perlakuan.
Tabel 2. Uji kontras ortogonal peningkatan performansi benih kedelai dengan perlakuan invigorasi
terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan taju
pertumbuhan kecambah
Berdasarkan hasil uji kontras ortogonal kecepatan tumbuh dan laju pertumbuhan
pada Tabel 2, diketahui bahwa perlakuan kecambah. Osmoconditioning yang
invigorasi berpengaruh sangat nyata terhadap menggunakan larutan KNO3 2% (p3) berbeda
peningkatan performansi benih kedelai seperti sangat nyata dengan osmoconditioning yang
daya berkecambah, kecepatan tumbuh, menggunkan larutan NaCl 2% (p4) dalam
keserempakan tumbuh dan laju pertumbuhan meningkatkan daya berkecambah, kecepatan
kecambah. Perlakuan invigorasi berbeda nyata tumbuh, keserempakan tumbuh dan laju
dengan kontrol dalam meningkatkan daya pertumbuhan kecambah.
berkecambah, keserempakan tumbuh tetapi Diduga perbedaan yang nyata pada
tidak untuk kecepatan tumbuh dan laju variabel daya berkecambah serta
pertumbuhan kecambahan. Invigorasi yang keserempakan tumbuh antara benih yang
menggunakan teknik matriconditioning (p1 diberikan perlakuan invigorasi dengan kontrol
dan p2) berbeda sangat nyata dengan invigorasi karena benih yang diberikan perlakuan
yang menggunakan teknik osmoconditioning invigorasi mengalami imbibisi air yang
(p3 dan p4) dalam meningkatkan daya terkontrol sehingga air masuk kedalam benih
berkecambah, kecepatan tumbuh, secara perlahan sampai terjadi keseimbangan.
keserempakan tumbuh dan laju pertumbuhan Imbibisi yang terkontrol ini memungkinkan
kecambah. Matriconditioning yang benih mengoptimalkan faktor internalnya
menggunakan serbuk gergaji (p2) berbeda untuk memulai perkecambahan seperti
sangat nyata dengan matriconditioning yang pemulihan integritas membran, karena benih
menggunakan abu gosok (p1) dalam yang telah deteriorasi membrannya mengalami
meningkatkan daya berkecambah, kerusakan. Kerusakan membran ini juga
keserempakan tumbuh, tetapi tidak untuk mengakibatkan kerusakan dinding sel
15
Agus Ruliyansyah J. Perkebunan & Lahan Tropika, Vol. 1, Juni 2011
sehingga terjadi kebocoran jika benih Imbibisi air merupakan proses awal
berimbibisi. perkecambahan benih yang diikuti oleh
Terganggunya struktur membran akan serangkaian proses lainnya seperti pencernaan,
menyebabkan berbagai perubahan metabolik, pengangkutan zat makanan, asimilasi,
dapat dikurangi dengan cara mengimbibisi pernafasan dan pertumbuhan. Proses
benih terlebih dahulu pada konsentrasi yang perkecambahan lebih lajut dijelaskan oleh
mengurangi laju penyerapan air (Powell dan Kamil (1986) yaitu setelah benih menyerap
Matthews, 1978 dalam Ilyas,1995). air, terjadi pengaktivan enzim-enzim yang
Selama perlakuan invigorasi juga terjadi kemudian masuk ke dalam endosperm dan
perubahan aktivitas fisiologi dan biokimia di mencerna zat makanan. Enzim amilase
dalam benih. Beberapa jenis enzim yang erat merobak pati menjadi gula seperti glukosa,
kaitannya dengan perbaikan membran seperti fruktosa, atau sukrosa. Enzim lipase
ATPase, ACC sintetase dan isocitrate lyse merombak lemak menjadi gliserin dan asam
meningkat selama perlakuan invigorasi. lemak, sedangkan enzim protease merombak
Perubahan komposisi lemak membran akibat protein menjadi asam amino.
aktivitas enzim tersebut menyebabkan Pemberian perlakuan invigorasi ternyata
meningkatnya integritas membran sehingga belum dapat memperbaiki kecepatan tumbuh.
mengurangi kebocoran metabolik (Sutariati, Tidak berpengaruhnya pada kecepatan tumbuh
2001). diikuti pula oleh laju pertumbuhan kecambah
Hubungan antara fase serapan air dengan sehingga antara benih yang diberi perlakuan
metabolisme benih menurut Lakitan (1996) dengan kontrol tidak menunjukkan pengaruh
dapat diuraikan sebagai berikut: Penyerapan yang berbeda. Hal ini terjadi karena perlakuan
air pada fase I tidak tergantung pada proses invigorasi belum dapat menyingkat waktu
metabolisme benih, sebaliknya hidrasi perkecambahan benih.
berbagai substansi yang terkandung dalam sel Perbedaan yang sangat nyata juga terjadi
benih merupakan titik awal dari reaksi-reaksi antara matriconditioning yang menggunakan
biokimia yang akan berlangsung pada benih. abu gosok dan serbuk gergaji dengan
Walaupun serapan air relatif terhenti pada fase osmoconditioning yang menggunakan larutan
II, namun pada fase ini metabolisme benih KNO3 2% dan larutan NaCl 2%. Diduga abu
berlangsung secara aktif sebagai persiapan gosok dan serbuk gergaji yang digunakan
untuk perkecambahan benih. untuk matriconditioning benih dapat menjadi
Penyerapan air pada fase III berkaitan sistem yang ideal untuk perbaikan membran
dengan proses munculnya radikula. dan memobilisasi enzim.
Berdasarkan keterangan tersebut, diduga Penggunaan abu gosok dan serbuk gergaji
bahwa pada benih yang telah mengalami dianggap aman karena kedua bahan ini tidak
kerusakan membran sel akibat proses mengandung senyawa yang dapat meracuni
penurunan mutu benih (deteriorasi) akan benih. Yunitasari dan Ilyas (1994)
mengalami kebocoran pada saat imbibisi fase I menjelaskan bahwa abu gosok dan serbuk
sehingga mempengaruhi proses metabolisme gergaji merupakan bahan kimia inert yang
yang terjadi pada fase II. Akumulasinya tidak beracun. Abu gosok mengandung bahan
menyebabkan kegagalan benih untuk yang sama dengan bentuk asalnya, yaitu
berkecambah atau berkecambah abnormal. jerami. Serbuk gergaji mengandung komponen
Kuswanto (1996) juga menjelaskan kimia yang sama seperti dalam batang kayu.
bahwa benih yang telah mengalami penurunan Kemampuan mengalirkan air yang tinggi
(deteriorasi) bila mengalami imbibisi akan dari media abu gosok dan serbuk gergaji
terjadi kebocoran membran sel sehingga ada terlihat jika media ini diberikan air secara
unsur-unsur yang keluar dari benih. berlebihan, media ini tidak larut tapi segera
Kebocoran ini menyebabkan benih menjadi membentuk endapan. Sehingga abu gosok dan
kekurangan bahan yang dapat dirombak untuk serbuk gergaji memiliki daya larut yang
menghasilkan tenaga yang dibutuhkan untuk rendah dan tetap utuh selama conditioning.
proses sintesis protein guna pembentukan dan Menurut Yunitasari dan Ilyas (1994), abu
pertumbuhan sel-sel, akibatnya akan banyak gosok dan serbuk gergaji memiliki kapasitas
ditemukan kecambah abnormal atau bahkan daya pegang air tinggi. Hal ini dibuktikan
benih yang tidak mampu berkecambah sama dengan kapasitas daya pegang air tinggi pada
sekali. keadaan jenuh. Abu gosok 165,68% dan
16
Agus Ruliyansyah Peningkatan Performansi Benih
serbuk gergaji 451,58%. Luas permukaan yang Menurut Yunitasari dan Ilyas (1994),
besar ditunjukkan oleh kemampuan terdapat perbedaan kemampuan memegang air
memegang air yang besar. Makin luas suatu antara serbuk gergaji dengan abu gosok yang
tekstur makin luas permukaan efektifnya dan dipengaruhi oleh sifat fisik permukaan media.
makin tinggi daya serapnya (kemampuan Serbuk gergaji memiliki sifat yang paling
memegang air). mudah menyerap air dan memiliki
Larutan KNO3 2% dan larutan NaCl 2% kemampuan memegang air yang tinggi
pada penelitian ini terbukti tidak efektif dalam dibandingkan dengan abu gosok.
meningkatkan daya berkecambah, kecepatan Perbedaan hasil perkecambahan antara
tumbuh, keserempakan tumbuh dan laju perlakuan abu gosok dan serbuk gergaji
pertumbuhan kecambah. Penggunaan kedua sebagai media matriconditioning karena abu
jenis larutan ini memberikan pengaruh yang gosok mengandung silikat yang dapat
buruk terhadap benih sehingga hasilnya lebih mengikis kulit benih sehingga menyebabkan
rendah jika dibandingkan dengan kontrol. kerusakan pada kulit saat pencampuran abu,
Diduga larutan KNO3 dan NaCl tidak air, dan benih dilakukan. Kerusakan kulit
cocok sebagai media omoconditioning benih benih berpengaruh pada proses
kedelai. Menurut Ilyas (1994) penggunaan perkecambahan sehingga jika dibandingkan
larutan garam untuk media priming dapat pula dengan serbuk gergaji, perlakuan abu gosok
menimbulkan efek keracunan terhadap benih. lebih rendah perkecambahannya.
Tipisnya kulit benih kedelai juga dapat Penggunaan larutan KNO3 dan NaCl
menyebabkan embrio mengalami keracunan sebagai bahan osmoconditioning juga
karena larutan garam dapat menerobos masuk menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
hingga ke embrio. terhadap variabel pengamatan. Diduga
Lama perendaman selama 24 jam juga perbedaan ini disebabkan kandungan bahan
diduga belum tepat sehingga menyebabkan yang digunakan berbeda. Namun penggunaan
rendahnya perkecambahan benih karena kedua larutan ini memberikan hasil
perendaman yang terlalu lama dapat perkecambahan yang rendah jika
menyebabkan keracunan pada embrio.Daya dibandingkan dengan perlakuan lainnya
larut oksigen yang rendah pada KNO3 dan termasuk kontrol.
NaCl dapat menjadi penyebab rendahnya
perkecambahan karena benih yang telah turun SIMPULAN
mutunya setelah berimbibisi mempunyai laju
respirasi yang rendah, sehingga laju respirasi Perlakuan invigorasi yang dikenakan pada
yang rendah ditambah ketersedian oksigen benih kedelai menunjukkan pengaruh sangat
yang sedikit menyebabkan benih gagal dalam nyata terhadap daya berkecambah, kecepatan
berkecambah. Oksigen dalam proses respirasi tumbuh, keserempakan tumbuh dan laju
sangat diperlukan untuk proses pembongkaran pertumbuhan kecambah. Matriconditioning
zat makanan untuk mendapatkan energi. yang menggunakan serbuk gergaji
Suplai oksigen dalam pelaksanan penelitian memberikan hasil yang terbaik terhadap
telah diusahakan dengan penggunaan aerator perkecambahan benih kedelai.
namun belum menunjukkan hasil yang baik. Osmoconditioning yang menggunakan larutan
Menurut Byrd (1983), semua aksi dan KNO3 2% dan NaCl 2% dengan lama
reaksi fisik serta kimia memerlukan energi, perendaman 24 jam terbukti tidak efektif
demikian juga proses perkecambahan. Energi meningkatkan performansi benih kedelai.
ini diperoleh melalui perombakan zat makanan
dan subtrat lain melalui proses respirasi. DAFTAR PUSTAKA
Kekurangan oksigen menyebabkan energi
yang digunakan untuk proses perkecambahan
Ashari S. 1995. Hortikultura (Aspek
juga berkurang.
Budidaya), Universitas Indonesia
Hasil uji lanjut yang dilakukan antara
Press, Jakarta.
serbuk gergaji dengan abu gosok juga
menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat Badan Pusat Statistik Pusat. 2000. Produksi
nyata pada daya berkecambah, dan Tanaman Padi dan Palawija di
keserempakan tumbuh. Serbuk gergaji Indonesia, Jakarta.
menunjukkan hasil yang terbaik.
17
Agus Ruliyansyah J. Perkebunan & Lahan Tropika, Vol. 1, Juni 2011
Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. 2000. Kuswanto H. 1996. Dasar-dasar Teknologi,
Statistik Pertanian Tanaman Pangan, Produksi dan Sertifikasi Benih, Andi
Pontianak. Offset, Yogyakarta.
Gaspersz V. 1991. Metode Perancangan Rukmana R & Yuniarsih Y. 1999. Kedelai,
Percobaan, Armico, Bandung. Budidaya dan Pascapanen, Kanisius,
Ilyas S. 1995. Perubahan Fisiologis dan Yogyakarta.
Biokemis dalam Proses “Seed Sutariati GAK. 2001. Peningkatan
Conditioning”, Keluarga Benih Vol. Performansi Benih Cabai,
VI. No. 2, Laboratorium Ilmu dan SitusHijau.com
Teknologi Benih, Iinstitut Pertanian
Bogor, Bogor. Yunitasari M & Ilyas S. 1994. Kemungkinan
Beberapa Media Padatan sebagai
Ilyas S. 2001. Mutu Benih, Makalah dalam Media Matriconditioning Benih Cabe
Studium Generale Fakultas Pertanian (Capsicum annum L.). Keluarga Benih
Universitas Tanjungpura, Fakultas Vol. V. No.2, Laboratorium Ilmu dan
Pertanian Institut Pertanian Bogor, Teknologi Benih, Institut Pertanian
Bogor. Bogor, Bogor.
Kamil D. 1986. Teknologi Benih I, Angkasa,
Bandung.
18