Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

LP Asfiksia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA

Disusun Oleh Kelompok C :


1. Ayu Nurtanti
2. Evie Riyanti
3. Farah Audina Rif’ati
4. Nur Aida Perdani
5. Restu Setiasih
6. Siti Pujiati

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2018/2019
1. Definisi
Asfiksia berarti hipoksia progresif penimbunan CO2 dan asidosis
jika prosese ini berlangsung terlalu jauh dapat mengaibatkan kerusakan
otak atau kematian, mempengaruhi fungsi vital lainnya. Asfiksia lahir
ditandai dengan hipoksemia (PaO2 menurun) dan hiperkarbia
(peningkatan PaCO2) (FKUI, 2007).
Asfiksia neonatum adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapt
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir
(Hidayat, 2005).
2. Etiologi
a. Faktor ibu
1) Pre eklamsi dan eklamsi, DM, anemia, HT
2) Perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta)
3) Partus lama dan macet
4) Demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV)
5) Kehamilan lewat waktu
6) Gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani
7) Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio
b. Faktor tali pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapus tali pusat
c. Faktor bayi
1) Bayi premature ( < 37 minggu)
2) Presentasi janin abnormal
3) Persalinan dengan tindakan ( ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep)
4) Gangguan peredaran darah pada tali pusat karena tekanan tali pusat
5) Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi atau analgetik yang
diberikan pada ibu, perdarahan intra kranial, dan kelainan bawaan.
3. Manifestasi klinis
a. Pada kehamilan
1) DJJ > 160 x permenit atau < 100 x permenit,
2) Halus dan ierguler,
3) Adanya pengeluaran mekonium
b. Setelah bayi lahir
1) Bayi pucat dan sianosis
2) Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3) Hipoksia
4) Asidosi metabolic dan respiratorik
5) Perubahan fungsi jantung
6) Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologic, kejang, nistagamus, menangis kurang baik/tidak
menangis
7) Bayi tidak bernafas/ nafas megap-megap, tidak ada reflex
rangsangan, denyut jantung < 100 kali permenit, kulit sianosis,
pucat, tonus otot menurun, apgar Skor menurun.
4. Patofisiologi
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan
pertukaran gas serta transport 02 akan menyebabkan berkurangnya
penyediaan 02 dan kesulitan pengeluaran C02. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat dan lamanya
asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap, sehingga menimbulkan
komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita.
Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran
C02 tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila
keadaan tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme
anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk
akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya keseimbangan asam basa
berupa asidosis metabolik. Keadaan ni akan menganggu fungsi organ
tubuh, sehingga mungkin terjadi penurunan sirkulasi kardiovaskuler yang
ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut jantung.
5. Pathway
6. Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi
bayi baru lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup
bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi
bayi baru tahir mengikuti tahap tahapan-tahapan yang dikenal dengan
ABC resusitasi :
a. Memastikan saluran nafas terbuka :
1) Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
2) Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea
3) Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka
b. Memulai pernapasan :
1) Lakukan rangsangan taktil
2) Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3) Mempertahankan sirkulasi darah (Rangsang dan pertahankan
sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan)
4) Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit )
Cara resusitasi : Pengawasan suhu, pembersihan jalan nafas dan rangsang
untuk menimbulkan pernafasan
7. Komplikasi
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke
otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya,
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan
ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia
padapembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium AGD : mengkaji tingkat dimana paru-paru mampu
memberikan O2 yang adekuat.
b. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
c. Babygram (photo rongten dada)
d. Ekstrolit darah
e. Gula darah
f. Pulse oximetry : metode pemantauan non invasive secara kontinau
terhadap saturasi O2 Hb, pemantauan SPO2
9. Asuhan Keperawatan Menurut Teori
a. Pengkajian focus
1) Data biografi
2) Riwayat persalinan
3) Pemeriksaan fisik
4) Riwayat kesehatan klien / bayi saat ini
5) Riwayat kelahiran bayi
6) Nilai apgar skore
7) Pengkajian ABC
8) Pemerikasaan tingkat perkembangan/refleks premitif
b. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan mukus
2) Ketidakefektifan pola nafas b.d pengembangan dada tidak optimal
3) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
4) Resiko cidera b.d anomaly congenital tidak terdeteksi, tidak
teratasi pemajanan pada agen infeksius
5) Resiko hipotermia b.d transisi lingkungan
6) Perubahan proses keluarga b.d pergatian status kesehatan anggota
keluarga
7) Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan imunitas yang kurang
c. Intervensi
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan mukus
a) Bersihkan jalan nafas
b) Auskultasi suara nafas
c) Berikan O2 baik nasal atau dengan headbox
d) Monitor status O2
e) Monitor respirasi
f) Lakukan fisioterapi dada
g) Posisikan bayi untuk memaksimalkan ventilasi
h) Kalaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
2) Ketidakefektifan pola nafas b.d pengembangan dada tidak optimal
a) Buka jalan nafas
b) Posisikan bayi
c) Auskultasi suara nafas
d) Keluarkan lender dengar suction
e) Monitor adanya cuping hidung
f) Monitor respirasi
g) Berikan O2 sesuai indikasi
h) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan suction
i) Kolaborasi dengan untuk pemeriksaan AGD dan terapi
3) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
a) Kaji bunyi paru, frekuensi, kedalaman pernafasan dan produksi
sputum
b) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
c) Pantau keadaan dan keluhan pasien
d) Pantau vital sign
4) Resiko cidera b.d anomaly congenital tidak terdeteksi, tidak teratasi
pemajanan pada agen infeksius
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
b) Pakai sarung tangan steril
c) Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
d) Bebaskan dari cidera dan komplikasi
5) Resiko hipotermia b.d transisi lingkungan
a) Hangatkan bayi
b) Monitor gejala hipotermi atau hipertermi
c) Monitor vital sign
d) Monitor adanya bradikardi
e) Monitor pernafasn
f) Kaji warna kulit dan gejala sianosis
6) Perubahan proses keluarga b.d pergatian status kesehatan anggota
keluarga
a) Tentukan proses tipe keluarga
b) Identifikasi efek pertukaran peran dalam anggota keluarga
c) Bantu anggota keluarga menggunakan metode support yang
ada
d) Bantu anggota kelaurga untuk merencanakan strategi yang
normal dalam segala situasi
7) Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan imunitas yang kurang
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
b) Lakukan tehnik aseptic dan antiseptic dalam pemberian askep
c) Lakukan perawatan tali pusat
d) Jaga kebersihan badan dan lingkungan bayi
e) Observasi tanda infeksi
f) Hindarkan bayi kontak dengan yang sakit
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. 2013. Nursing Interventions Classifcation


(NIC) (6th ed.). America:Mosby Elsevier
Hidayat, A, A.2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Medika Selemba: Jakarta.
Mohan, H. 2013. Pathology Practical Book. Ed 3. Jaypee Replika press PVT
Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetric. Cet . penerbit buku kedokteran
EGC : Jakarta
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson,E. (2013). Nursing Outcomes
Classsifcation (NOC) (5th ed.). United States of America: Mosby Elsevier
Nanda International. (2015). Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifkasi
2015-2017 (10th Ed.). Jakarta : EGC
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan
Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai