Hikayat Abdullah PDF
Hikayat Abdullah PDF
Hikayat Abdullah PDF
HIKAYAT ABDULLAH
BIN ABDUL KADIR, MUNSHl
SINGAPORE
PRINTED AT THE MALAYA PUBLISHING H OUSE, LIMITED
1939.
Hadiah dari
HIKAYAT ABDULLAH
BIN A B D U L KADIR, MUNSHI.
Fourth Edition
SINGAPORE
MALAYA PUBLISHING HOUSE, LIMITED.
1939.
Kaya .Palal
Rantai Besi .
terlebeh baik-lah mati; anak orang lain, sahaya ini lain." Maka
jawab bonda-ku. "Mengapa? tiada-kah engkau makan? atau tiada-
kah pakaian? maka jikalau tiada seperti anak orang kaya, maka
seperti anak orang miskin pun ada juga bapa-mu memeliharakan
engkau ini; mengapa chuma-chuma engkau menangis?" Maka
jawab-ku, "Jikalau kira-nya bonda beri makan mas sakali pun
sa-hari-hari, tiada berguna kalau hati-ku ta'suka." Maka kata
bonda-ku, "Apa-tah yang engkau susahkan?" Maka jawab-ku,
"Lihat-lah bapa ini, sa-hari-hari di-suroh-nya belajar ta'satu-satu,
tiada boleh senang; dan lagi tiada di-beri-nya berkampong-kam-
pong sama kawan-kawan; seperti orang dudok di-dalam kubur,.
demikian-lah malam siang ada dengan kerja." Maka apabila di-
dengar oleh bonda-ku akan segala-perkataan-ku itu, maka di-pelok-
nya leher-ku sambil di-chium-nya muka-ku, kata-nya, "Anak, meng-
apa engkau bodoh ini? bukan-lah belum sampai akal-mu, sampai-
sarapai-lah engkau budak-budak, sekarang belum lagi engkau tahu
akan guna-nya ilmu itu, nanti di-belakang kelak baharu-lah engkau
tahu akan guna-nya ilmu itu, dan kaseh ibu-bapa itu akan anak-
nya; bahwa bukan-kah engkau ini anak-ku sa'orang? maka jikalau
tiada engkau tahu mengaji dan menulis seperti pekerjaan anak
orang baik-baik, neschaya kemudian kelak besar-lah engkau sesal-
kan atas ibu-bapa-mu itu sebab tiada mengajar engkau akan per-
kara yang baik itu. Ada pun pada masa ini engkau rasa'i ia'itu
terlebeh paint dari-pada hempedu, nanti kemudian kelak baharu-
lah engkau tahu ada pun ia'itu terlebeh manis dari-pada ayer
madu; maka pada masa itu-lah baharu kelak engkau puji akan
gebajikan ibu-bapa-mu itu. Shahadan jikalau kami kedua ting-
galkan ka-pada-mu beberapa banyak harta sakali pun, jikalau tiada
untong-mu, neschaya sa-bentar juga ia lennyap dari-pada mata-
mu; tetapi ilmu dan pengajaran yang baik itu bukan-nya demiki-
an, sa-hingga bercherai-lah nyawa dari-pada tuboh-mu maka ia
pun bercherai-lah." Bahwa benar-benar-benar perkataan bonda-
ku itu; maka sekarang-lah baharu ku rasa'i manis-nya ilmu itu
terlebeh dari-pada ayer madu ada-nya.
Bermula maka tatkala lagi tengah aku berchakap-chakap de-
ngan bonda-ku itu, maka bapa-ku pun masok-lah, maka terhenti-lah
chakap itu. Ada pun adat bapa-ku itu, apabila di-pandang-nya
akan daku, tiada pernah dengan manis muka-nya, melainkan
bapa-ku itu tiada mau mengatakan aku ini tahu atau pandai atau
memuji aku, sebab takut-nya aku mendapat hati ada-nya.
Maka ada-lah semenjak itu maka barang surat kiriman, atau
surat tanda tangan, atau surat-surat wakil, atau surat wasiat dan
sa-bagai-nya, maka jikalau ada orang datang hendak membuat
surat ka-pada bapa-ku, maka sakalian-nya itu di-suroh oleh bapa-
ku tulis kapada-ku; maka mula-mula di-katakan-nya demikian-
demikian hal-nya, dan sa-kian sa-kian banyak wang-nya, dan sa-
kian sa-kian lama perjanjian-nya, maka di-suroh-nya aku karang
sendiri; pada sakali dua kali ada juga sedikit-sedikit salah, maka
ketiga kali-nya sudah-lah betul. Kemudian dari-pada itu di-
pulangkan-lah oleh bapa-ku akan segala perkakas-nya dan peti-
peti tulis-nya ka-pada-ku.
Sa-bermula ada-lah pada zaman itu dalam negeri Malaka ter-
lalu-lah mahal orang yang tahu menulis dan mengarang barang
suatu, melainkan ada-lah empat lima orang yang terpakai dalam
pekerjaan itu; pertama-tama Khoja Muhammad, ia'itu peranakkan
Keling Malaka, maka ia-lah menjadi tolk Kompeni; maka kemu-
dian dari-pada itu Jamal Muhammad bin Nur Muhammad Surati;
dan bapa-ku Abdul Kadir bin Muhammad Ibrahim; dan Mahid
bin Ahmad Lebai. Maka ada-lah dari-pada pihak anak-anak Ma-
layu yang ku ketahui, Enchek Yahya bin Abdul Wahid, dan En-
chek Ismael bin Muhammad Arif Surati. Maka ada-lah sakalian
orang yang ku sebutkan sakalian-nya orang terbilang, sebab ter-
sangat usaha merika'itu belajar dan menchari ilmu, sa-hingga
menjadi pandai ada-nya. Maka merika yang tersebut ini-lah di-
ehari orang salah sa'orang dalam barang pekerjaan; dan lagi di-
malu'i orang dalam sa-barang majlis, dan lagi merika'itu hidup
dalam pekerjaan itu-lah, tiada dengan pekerjaan yang lain. Maka
dari sebab maamur-nya negeri Malaka pada masa itu, sa-bentar
pun tiada-lah boleh senang merika'itu, pada tiap-tiap hari ada-lah
pekerjaan yang mendatangkan faedah, tidak satu-satu ada-lah
pekerjaan; maka terpuji-lah nama merika'itu sampai ka-negeri
mana-mana, dan terpakai ka-pada orang puteh, dan termulia dalam
majlis yang besar-besar.
Shahadan ada pun dari-hal anak muda-muda yang pada za-
man itu, tiada-lah sa'orang pun yang ingin dengan suka hati-nya
hendak belajar akan pekerjaan dari-hal tulis-menulis dan bacha
ketelum-nya itu ada yang sa-puloh, ada yang dua tiga-belas depa,
maka di-situ-lah di-atur-nya meriam berkeliling; dan tebal-nya sa-
panjang-panjang kota itu ada-lah sa-tengah tiga depa; maka pada
tiap-tiap ketelum-nya itu ada-lah rumah di-bawah tanah itu, ia'itu
dengan sa-lengkap-nya, serta dengan perigi dan kandang kuda-nya;
maka dari dalam tembok kota itu ada jalan yang boleh orang ber-
jalan berkeliling, maka sampai ketelum-ketelum itu ada pintu-nya
j a n g boleh keluar. Shahadan ada pun tinggi kota itu ada-lah kira-
kira sa-puloh depa yang kelihatan sampai ka'atas; maka khabar-
nya konon bagaimana tinggi di-atas, bagitu juga dalam kaki-nya;
maka pada tatkala hendak di-robohkan itu, di-gali, ku lihat ada
tujoh delapan depa dalam-nya, belum juga bertemu dengan kaki-
nya.
Kalakian ada-lah kota itu pintu-nya empat, satu pintu besar,
tempat-nya di-iringan jambatan besar, maka dalam pintu besar itu
ada pula satu pintu kechil, maka dari-pada pintu itu-lah orang
masok keluar kalau sudah pukul delapan malam; maka ada-lah
kira-kira sa-puloh lima-belas depa jauh-nya ka-kanan, ada pula
suatu pintu, ia'itu tempat masok keluar barang-barang, dan kereta
kuda sakalian-nya berjalan dari situ-lah; maka pada kedua pintu
itu ada-lah supai menjaga berganti-ganti. Dan lagi di-sa-belah
Bukit China ada suatu pintu kechil, dan di-sa-belah Bandar Hilir
ada suatu pintu hampir-hampir rupa-nya seperti pintu besar itu
juga.
Maka jambatan pun ada tiga; satu jambatan besar, ia'itu
jalan ka-sa-belah Malaka; dan kedua jambatan kechil nama-nya,
ia'itu jalan ka-sabelah Bukit China; ketiga jambatan ka-sa-belah
Bandar Hilir. Ada pun perbuatan jambatan-jambatan yang ter-
sebut itu, semua-nya boleh di-angkat-angkat sa-belah sa-belah;
maka pada malam di-angkat-nya jambatan itu; dan lagi jikalau
ada barang suatu pergadohan atau perang dan sa-bagai-nya, di-
angkat-nya jambatan itu. Dan lagi jikalau ada perahu-perahu
besar hendak masok ka-dalam sungai itu, adat-nya di-bayar, maka
keluar pun demikian.
Bermula ada-lah pada keliling kota itu di-perbuat-nya kubu
dari-pada tanah, ada tebal-nya dua depa; maka di-kaki kubu itu
di-buboh-nya pula ranjau besi bercheranchangan, maka di-sa-belah
ranjau itu ada pula parit, lebar-nya ada kira-kira lima depa, dan
ada-lah tinggal lagi enam tujoh ekur yang boleh sampai ka-Malaka
maka dalam itu pun tinggai sa'ekur sahaja yang hidup betul.
Maka oleh Raja Farquhar dan Doctor Chalmers di-bayar-nya akan
pawang itu seperti perjanjian-nya; maka segala tulang-tulang
gajah-gajah yang mati itu semua-nya di-ambil oleh Raja dan Doctor
Chalmers di-hantarkan-nya ka-negeri England.
Sa-bermula ada pun di-rumah Tuan Farquhar itu ada-lah di-
peliharakan-nya sa'ekur harimau, terlalu besar. Maka ada pun
harimau itu asal-nya di-dapat orang dalam hutan Naning di-chelah
batang, besar-nya seperti sa'ekur kuching ada-nya, maka di-bawa-
kan orang ka-Malaka di-berikan hadiah ka-pada Tuan Farquhar;
kemudian di-peliharakan-nya di-rumah-nya dalam kota, di-perbuat-
kan-nya sangkaran besar dari-pada nibong, ada-lah sa-hari-hari di-
beri-nya makan daging kerbau; akan tetapi-nya tiada di-beri-nya
daging mentally sebab takut ia menchium bau darah, nanti menjadi
garang; maka di-rebuskan dahulu, kemudian baharu di-beri. Maka
dengan hal yang demikian sampai besar-lah sudah, serta dengan
tambun-nya, ada sa-besar anak lembu. Maka ada-lah pada tiap-
tiap hari laki-laki dan perempuan datang melihat; maka apabila
orang dekat-dekat dengan kandang-nya itu, maka tiada-lah ia man
diam, melainkan berpusing-pusing juga ia dalam kandang itu; maka
terkadang-kadang ia menderam dan mengaum, terkejut-lah orang
nenengar bunyi suara-nya. Maka pada suatu hari kandang harimau
itu sudah burok, maka di-suroh panggilkan tukang kayu orang
China, hendak di-surohkan baiki kandang itu. Maka datang-lah
tukang kayu itu mengintai-ngintai di-chelah kandang itu; maka
tiba-tiba di-tampar-nya sakali muka China itu, sa-hingga terchabut-
lah sa-belah biji mata-nya, dan luka sa-belah muka-nya; maka jatoh-
lah orang China itu terpengsan seperti orang mati; maka berlari-
lah orang pergi memberi tahu raja. Maka apabila di-lihat oleh
raja hal itu, terlalu-lah sangat marah-nya, maka di-suroh-nya
supai tembak harimau itu dengan peluru, maka mati-lah harimau
itu sa-bentar itu juga. Sa-telah itu maka di-suroh kuliti, lalu di-
masokkan kabu-kabu, maka di-jahit menjadi seperti harimau hidup
juga kelihatan ada-nya.
Bermula ada-lah di-rumah Raja Farquhar itu ku lihat di-peli-
harakan-nya berbagai-bagai jenis binatang; ada harimau akar, ada
kuching hutan, ada anjing hutan, ada landak, ada burong kasuari,
ada yang kena jatoh mati, ada yang terbang. Kemudian di-beli-
nya pula beberapa ekur monyet, maka di-lepaskan-nya ka'atas pohon
sena di-hadapan rumah-nya, kemudian di-tembak-nya, jatoh mati.
Demikian-lah pada tiap-tiap hari kelakuan orang besar itu, tidak
satu satu pekerjaan bengis dan nakal yang tiada senonoh itu men-
datangkan bahaya atas jiwa binatang dan menyakiti akan tuboh
manusia. Lagi pun entah beberapa-kah banyak-nya wang-nya yang
terbuang dengan sia-sia. Ada pun sa-lama ia tinggal di-rumah itu
tiada-lah berani perempuan berjalan-jalan di-lorong-lorong itu,
sebab takut di-pemakalkan-nya.
Maka hairan aku sebab Tuan Raja Farquhar menjadi raja
pada waktu itu di-Malaka, tetapi di-diamkan-nya akan segala per-
buatan orang besar itu. Maka ada-lah sebab segala perkara yang
tersebut itu-lah di-hinakan oleh bangsa lain-lain, karna pada
sangka-nya demikian-lah kelakuan semua-nya Inggeris; akan
tetapi kechuali yang baik-nya, seperti umpamaan Malayu: Sa'ekur
kerbau membawa lumpur, semua kerbau terpalit ada-nya. Maka
ada pun segala pekerjaan dan kelakuan yang demikian itu lekat-
lah ka-pada hati orang, sampai beberapa lama-nya. karna sa'orang
berkhabar ka-pada sa'orang, maka dari-pada sa-buah negeri ka-sa-
buah negeri, sampai berakar-lah perkataan itu dalam hati.
itu telah ku lihat. Dan ada pula yang tiada boleh makan ikan dan
daging dan perkara yang berdarah, melainkan tumboh-tumbohan
sahaja.
Maka pada masa itu-lah ku lihat beberapa jenis rupa orang,
dan jenis-jenis pakaian yang belum pernah sa'umur hidup-ku me-
lihat dia. Maka ku lihat Inggeris yang menjadi orang besar-nya
itu pun berbagai-bagai pakaian-nya, ada yang kulit harimau di-
buat-nya pakaian, ada yang menakai chepiau keliling-nya penoh
dengan bulu ayam di-chelup merah puteh dan hitam, dan yang ada
kulit binatang di-buat-nya seluar, dan yang ada pakaian-nya be-
lang-belang seperti harimau. Shahadan pada masa itu-lah baharu
aku melihat jenis-jenis rupa khemah, yang ada seperti rupa rumah
betul-betul, serta dengan tempat tidur-nya, dan bilek-nya, serta
meja kerusi-nya dan pintu jendela-nya, dengan tempat per-
mandian-nya dan jamban-nya, semua-nya itu dari-pada kain be-
laka; dan yang ada khemah kain merah semua-nya; dan yang ada
di-luar-nya puteh, dalam-nya kain chita berbagai-bagai bunga.
Bermula maka pekerjaan merika'itu pada tiap-tiap hari, pagi
petang di-ajar-nya baris, ada pasokan orang mengajar meriam di-
tembak-nya, dan ada pasokan orang mengajar menembak senapang,
ada pula lembu jantan menarek meriam besar-besar belaka. Maka
terlalu hairan aku melihat apabila di-pasang meriam sa-besar itu
dekat dengan lobang telinga lembu itu tiada ia terkejut atau ber-
gerak dari-pada tempat-nya; maka apabila orang besar-nya ber-
teriak menyuroh lari supai itu, maka lembu itu pun berlari-lah
sama-sama; maka kata-nya, "Berhenti," maka ia pun berhenti-lah
bersama-sama; maka kalau-kalau supai-supai itu berjalan serong.
ia pun berjalan serong; hairan kelakuan-nya seperti manusia juga.
Maka itu pun menjadi suatu peringatan dalam hati-ku, sedangkan
binatang yang tiada berakal itu lagi dapat di-ajar oleh manusia.
istimewa kita manusia yang ada berakal lagi mengetahui baik dan
jahat itu suka dudok dengan lalai, tiada mau belajar barang suatu
yang mendatangkan kebajikan dan faedah bagi diri-nya.
Sa-bermula maka sedikit hari lagi, maka datang-lah sa-buah
kapal terlalu besar, membawa orang supai, "Troop" nama-nya,
ada tiga-ratus orang; maka ada-lah merika'itu semua-nya orang
Islam, serta dengan tiga orang besar-nya Inggeris. Maka turun-
lah ia ka-darat; maka di-asingkan-nya dia, di-surohkan tinggal di-
maka di-sambut pula dengan haris juga, seperti yang tersebut itu;
tetapi pada penglihatan-ku ada kurang sedikit hormat-nya dari-
pada General Madras itu. Maka ku lihat sifat orang-nya pendek,
dan muka-nya bundar, dan rambut-nya puteh, dan tuboh-nya sa-
derhana, warna muka-nya puchat, sebab melihat orang terlalu
banyak; maka itu pun di-sambut oleh tuan-tuan itu, di-bawa-nya
ka-rumah raja. Maka sa-telah ia naik ka-tangga, maka haris itu
pun menembak-lah sakali lalu; satelah sudah, maka masing-masing
pun kembali-lah ka-tempat-nya.
Maka ada-lah dengan hal yang demikian, pada tiap-tiap hari
selalu sabaja kapal sampai, pada sa-hari empat lima, barangkali sa-
buah, sa-hingga penoh-lah labohan Malaka kapal berlaboh, berjajar
seperti tiang pagar rupa-nya tiang kapal itu. Maka pada masa itu
di-Malaka segala jenis makanan pun mahal-lah, telur ayam tiga
buah dua wang, dan ayam sa'ekur satu rupiah sikah, dan sayur-
sayur dan ikan jangan di-kata lagi; sampaikan ikan-ikan belukang
yang dalam sungai makan kotor itu pun habis-lah menjadi rupiah
sikah belaka. Maka orang-orang Malaka pun dari-pada segala
bangsa basah-lah, miskin chara miskin, kaya chara kaya, masing-
masing dengan pekerjaan-nya menchari kehidupan-nya. Maka
pada masa itu sa'orang perempuan tiada berani bergerak dari
rumah-nya, sebab sa-panjang jalan Inggeris dan supai ber-
gelempangan mabok, ada yang berkelahi rioh-rendah bunyi-nya;
maka piang dan merinyu pun selalu menangkap orang-orang yang
mabok itu, di-hantarkan-nya masing-masing ka-tempat-nya. Kama
pada masa itu orang tiada tahu "mata-mata" atau "police" atau
"court." melainkan "piang" ''merinyu" dan "fiscaal" dan
"justisa." Dan lagi di-Malaka pada masa itu tiada-lah kelihatan
ringgit atau wang-wang yang lain, melainkan rupiah sikah sabaja,
semua-nya baharu-baharu belaka.
Maka supai-supai Hindu itu yang terlalu banyak mati pada
tiap-tiap hari, karna merika'itu konon di-laut ia tiada makan nasi,
melainkan makan emping dan kelapa dan gula; maka apabila ia
sampai ka-darat makan nasi, menjadi sakit perut, pada tiap-tiap
hari ada mati; dan lagi adat merika'itu, apabila ia hendak makan,
pergi mandi dahulu, kemudian baharu ia makan. Maka yang lain-
nya tinggal itu pun banyak yang sakit dan puchat-puchat, dan
bengkak-bengkak.
Kalakian dalam dua tiga hari lagi, maka pada suatu pagi
kelihatan-lah sa-buah kapal rendah, terlalu laju, lagi di-sapu-nya
hitam; ada suatu tanda bendera di-puchok tiang-nya. Maka apa-
bila di-lihat oleh segala kapal-kapal itu, maka masing-masing pun
memasang-lah bendera, maka di-atas bukit kota pun di-pasang
bendera, maka gempar-lah dalam Malaka mengatakan, "Kapal
Lord Minto datang;" maka sa-bentar lagi kelihatan-lah kapal itu
memasang bendera ular-ular. Maka di-Malaka pun di-beri-lah
perentah masing-masing menyapu di-hadapan pintu-nya, maka
segala lorong dan pekan pun di-suroh-nya hiasi, maka orang pun
berribu segala bangsa ada-lah berhimpun di-tepi laut itu, sebab
hendak melihat bagimana-kah gerangan rupa-nya dan pakaian-nya:
karna nama-nya bagitu mashhur. Maka sa-bentar lagi kedengaran-
lah bunyi-bunyian rioh-rendah serta dengan haris yang di-
Limbongan, dan Kelebang Kechil, dan Kelebang Besar, dan
Batang Tiga, dan Liri, dan Tanjong Keling, semua-nya sakali gus
datang ka-Malaka; maka kalau bunyi tambur dan suling, dan
hand, dan segala bunyi-bunyian seperti kiamat, dan bunyi kaki
memasang bendera ular-ular. Maka di-Malaka pun di-beri-lah
dan orang-orang besar-nya semua-nya memakai pakaian baharu
belaka, bekilat-kilat sebab kena sinar matahari. Maka ada-lah
panjang-nya haris itu kira-kira sa-jam perjalanan tiada putus,
itu pun di-atur-nya dua lapis dan empat lapis, maka penoh sesak-
lah dengan haris itu dalam Malaka; maka tambahan pula orang-
orang Malaka yang menuntun itu, tiada apa yang kelihatan lagi
melainkan manusia sahaja. Ada pun sakalian haris itu di-atur-
nya tiga-tiga lapis, dari tepi laut itu hingga sampai ka-rumah
raja. Maka sa-bentar lagi kedengaran-lah bunyi terompit datang
dari Bandar Hilir, serta dengan haris tiga ratus kuda serta orang
besar-nya datang menderu bunyi-nya; serta sampai di-atur-nya
haris kuda itu berkeliling dari luar haris orang itu. Maka ada-lah
di-Malaka sa-buah sekuchi besar, Kompeni punya, yang telah di-
hiasi serta ada satu bendera Inggeris terdiri di-haluan-nya; dan
segala orang yang mendayongkan dia itu semua-nya memakai serba
6*
segala orang besar-besar yang banyak itu Tuan Raffles juga yang
berani berdekat dengan dia, maka yang lain-lain dudok jauh; maka
sa-telah sa-bentar merika'itu bertemu dengan dia, maka masing-
masing pun kembali-lah ka-tempat-nya. Maka haris-haris yang
sa-banyak itu pun menembak-lah tiga kali berturut-turut, sa-telah
itu pulang-lah masing-masing ka-tempat-nya.
Hata satelah ke'esokkan hari-nya, maka bermula-mula Tuan
Lord Minto itu berjalan pergi melihat penjara yang tempat orang
yang bersalah dan yang behutang itu sakalian di-penjarakan, maka
ada orang yang tiga empat tahun, ada orang yang enam tujoh
bulan. Maka sa-telah ia sampai ka-sana, demi terbuka-lah pintu
itu, maka segala orang yang dalam penjara itu pun masing-
masing berlari-lah datang; ada yang meniarap di-kaki-nya, ada
yang menangis, masing-masing mengadukan hal-nya; maka datang-
lah sapir, yaani orang yang memegang penjara itu, melar'angkan
orang-orang itu; maka kata Tuan Lord Minto, "Jangan." Maka
sa-telah di-lihat-nya hal itu sakalian, maka berlinang-linang-lah
aver mata-nya, seraya kata-nya, chara Hindustan, "Jangan kamu
orang susah, nanti sa-bentar semua-nya orang boleh lepas." Maka
sa-telah di-dengar oleh merika'itu, maka sakalian-nya pun suka-
chita-lah, serta menyembah di-kaki-nya, seperti masing-masing
menjadi raja-lah rasa-nya. Maka tuan itu pun pulang ka-rumah
raja. Maka sa-bentar lagi datang-lah Tuan Raja Farquhar, serta
orang yang memegang penjara itu, serta beberapa piang merinyu
membawa kunchi membukakan pintu penjara itu, sambil berteriak
kata-nya, "Semua orang keluar! tuan besar Lord Minto suroh le-
paskan." Maka suka-nya merika'itu sakalian ta'boleh di-katakan;
maka menderu-lah semua-nya orang keluar serta dengan memberi
terima-kasoh dan memintakan doa akan tuan itu, barang di-beri
Allah umur panjang, serta di-menangkan Allah dari-pada segala
musoh-nya. Maka ku pohonkan ka-pada Allah mudah-mudahan
demikian-lah kira-nya dosa kita pun di-ampun Allah, serta di-
lepaskan-nya dari-pada seksa api naraka ada-nya. Amin. Amin.
Amin.
Shahadan sa-telah esok-nya pula, berjalan-lah ia pergi melihat
terongko gelap, ia'itu penjara yang amat gelap. Sa-telah ia sampai
ka-sana, maka di-lihat-nya-lah segala perkakas menyeksakan orang,
berbagai-bagai jenis: ada tempat membuboh chap orang; ada
semua orang itu, maka kata Tuan Raffles, "Pergi panggil Tengku
Penglima Besar;" maka serta ia memberi perentah ka-pada supai
yang menjaga di-muka pintu itu, kalau datang ia, jangan beri
masok kawan-kawan-nya, biar dia sahaja masok. Ada pun pada
.sa-hari-hari apabila di-panggil oleh Tuan Raffles akan dia, sa-bentar
juga ia datang; maka pada hari itu sampai tiga orang mata-mata
pergi memanggil akan dia belum juga datang, karna ia ada ber-
kemaskan barang-barang-nya hendak lari. Maka sa-bentar lagi
datang-lah ia; ada pun kawan-kawan-nya ada-lah bersama-sama
aatang dengan dia, ada kira-kira sa-puloh dua belas orang, masing-
masing ada memakai keris; maka anak-nya kedua-nya pun ada ber-
sama-sama, masing-masing berpendua. Maka serta sampai ka-
pintu pagar, maka tiada di-beri masok oleh supai akan merika'itu
sa'orang pun, melainkan Tengku Penglima Besar itu sahaja, maka
tinggal-lah semua-nya itu di-luar. Maka tiada-lah berdaya lagi
Tengku Penglima Besar itu, masok-lah ia perlahan-lahan. Maka
serta sampai, ia hendak naik ka'atas, tiada di-beri oleh orang yang
menjaga tangga itu, maka ia pergi memberi tahu ka-pada Tuan
Raffles. Sa-telah beberapa ketika lama-nya, maka turun-lah Tuan
Raffles; maka serta ia terpandang muka Tuan Raffles, maka ia pun
memberi tabek, tiada-lah di-sahut oleh Tuan Raffles akan dia sebab
marah-nya; maka kata-nya, "Engkau pembohong, nanti sahaya
suroh buboh di-mulut meriam; pergi! jangan berdiri di-sini.
Sekarang petang itu kapal kechil mau berlayar, engkau pergi naik
lekas, karna pukul empat dia mau berlayar; nanti di-laut sahaya
taroh di-mulut meriam. Ini sekarang apa akal sahaya mau ber-
layar esok pagi; jikalau tidak, sama engkau patut di-gantong.
Pergi, jangan lagi berdiri di-hadapan sahaya; sahaya tiada mau
pandang muka orang pembohong dan perompak itu." Maka ada-
lah ku lihat pada masa itu muka Tengku Penglima Besar itu
seperti muka may at, maka tiada-lah dapat ia menjawab sa-patah
kata jua pun; berbunyi batu berbunyi-lah dia, sebab sudah ke-
dapatan budi itu. Maka pada masa itu Tuan Raffles mendapat
malu besar ka-pada Tuan Lord Minto, karna ia sudah mengaku,
mengatakan Tengku Penglima Besar itu orang baik. Maka jikalau
sa-kira-nya pada masa itu ia hilang sa-puloh ringgit andai-nya
tiada-lah bagitu besar susah-nya, sebab mendapat malu ka-pada
orang besar-besar. Maka pada sangka-ku dari sebab malu-nya itu
dan budi bahasa Tuan Milne terlalu baik, ia bertutur itu dengan
hormat-nya, dan ketiga suka itu sebab ia sudah berjanji hendak
mengajarkan aku bahasa Inggeris. Dan sa-bagai lagi aku hendak
mengetahui bagimana-kah bunyi kitab itu, dan apa-kah chetera-
nya, karna ku sangkakan hikayat juga. Kama pada masa itu aku
terlalu suka membacha surat-snrat hikayat-hikayat, sebab terlalu
banyak faedah yang ku peroleh dalam hikayat-hikarat, maka di-
situ-lah aku bertemu dengan beberapa rahsia bahasa Malayu; maka
barang di-mana sakali pun kalau ada orang menaroh hikayat yang
belum ku dengar, maka saboleh-bolehan jikalau dapat ku pinjam
atau ku sewa maka sampai habis ku bacha, kemudian baharu
ku pulangkan, maka di-situ-lah tempat aku biasa membacha surat,
dan aku mendapat paham akan tempat perhentian, dan kuat per-
lahan, dan sa-bagai-nya, insha Allah akan ku sebutkan juga di-
bawah ini dari-hal segala perkara itu.
Maka sebab itu-lah aku berpesan ka-pada segala sahabat-ku
yang membacha hikayat-ku ini, maka jikalau hendak menjadi pan-
dai dalam bahasa Malayu ini, maka hendak-lah kira-nya tuan ber-
jinak-jinakkan dengan segala hikayat-hikayat bahasa Malayu, karna
dalam-nya itu ada tersembunyi beberapa benda-benda yang mulia,
yang tiada engkau ketahui faedah-nya pada masa itu serta-merta;
akan tetapi nanti kemudian kelak ia'itu berguna besar pada masa
engkau hendak mengarang barang suatu, atau pada ketika orang
bertanya, "Apa erti-nya perkataan ini, dan bagimana memakai
dia?^ neschaya kelak pada ketika itu-lah engkau teringat, "Bahwa
ada aku bertemu dengan perkataan ini dalam kitab anu, dan
hikayat anu, demikian-demikian guna-nya dan erti-nya." Maka
bahwa-sanya dalam hal ini jangan-lah engkau salah paham, maka
sa-sunggoh-nya ku ketahui dengan sabenar-benar-nya ada pun
hikayat-hikayat itu kebanyakkan bohong dari-pada yang benar ada-
nya; akan tetapi sunggoh pun demikian itu bahwa sakali-kali tiada
aku suroh engkau perchaya akan chetera-chetera hikayat itu. Ada
pun jikalau bagimana, sakali pun bohong-nya ada di-dalam-nya itu,
maka biar-lah dia tinggal di-tempat-nya, maka jangan engkau
iudahkan dia; tetapi hendak-lah engkau ketahui, ada pun peng-
arang-nya itu orang yang pandai juga ada-nya, bukan-nya si-
engkau si-aku; maka sebab itu kita ambil kepandian ilmu-nya
itu. Shahadan apabila kita sudah mengetahui akan segala rahasia-
maka hen dak ku katakan, "Ini kitab orang puteh," maka aku tiada
tahu bahasa orang puteh. Maka sebab itu menjadi hairan-lah aku
dudok memikirkan dari-hal kitab itu. karna terlalu sayang hati-ku
melihatkan perbuatan kitab itu. bangun. huruf-nya bagus, tetapi
perkataan-nya tiada berketahuan. bukan-nya Malayu, bukan-nya
Inggeris, tiada dapat aku hendak perikan. Maka aku fikir puia,
"Sia-sia sahaja orang membuat kitab ini: entah berapa-kah be-
lanja-nya dan penat-nya. tetapi tiada berguna perkataan-nya."
Hata apabila ke'esokkan hari-nya aku unjokkan-lah ka-pada segala
kawan-kawan-ku yang dekat-dekat di-situ, maka masing-masing
pun membaeha; ada yang tiada dapat membaeha sakali-kali, ada
yang merangkak-rangkak membaeha; akan tetapi sa'orang pun
tiada tahu akan erti-nya, melainkan masing-masing melarangkan
aku, kata-nya, "Jangan bacha kitab ini, buangkan; karna ini kitab
orang puteh, nanti rosak iman kita." Maka jawab-ku ka-pada
merika'itu, "Bagimana engkau boleh taliu ini kitab orang puteh?
bukan-kah ini bahasa Malayu? dan boleh-kah ia'ini merosakkan
iman kita? Apa-kah erti-nya iman itu? ada pun erti-nya iman
itu yang ku ketahui, perehaya ; maka jikalau kira-nya aku mem-
baeha sa-ribu kitab agama lain-lain, jikalau tiada perehaya aku
akan dia, boleh-kah rosak iman ? Aku tiada man menengar per-
kataan bodoh itu." Maka diam-lah merika'itu.
Kemudian ada pukul sa-puloh. lalu pergi-lah aku mendapat-
kan Tuan Milne itu. Maka sa-telah sampai, aku memberi tabek.
maka ia pun memanggil aku masok ka-dalam bilek-nya itu, maka
kata-nya, "Ada tuan baeha itu kitab sa-malam?" Maka jawab-
ku, "Sudah, tuan." Maka kata-nya, "Ada-kah betul jalan bahasa
Malayu bagitu?" Maka jawab-ku, "Bukan, tuan." Maka kata-
nya, "Jikalau bukan jalan bahasa Malayu. jalan apa-kah ?" Mak'a
jawab-ku. "Sahaya tiada mengerti. tuan ; siapa yang membuat kitab
itu. dia-lah tabu bahasa-nya." Maka sa-telah di-ertikan oleh
juru-bahasa-nya itu. maka tertawa-lah ia. Sa-telah itu, maka ma-
eok-lah ia ka-dalam, maka di-bawa-nya satu kitab kamus, bahasa
Malayu dan Inggeris. maka di-pereksa-nya ada barang lima enam-
puloh perkataan. seperti "patek" dan "singgasana" dan "sa-
sunggoh-nya" dan "sengsara." dan sa-bagai-nya; maka ku jawab-
lah dengan sa-tahu-ku, sakalian di-lihat-nya dalam kitab itu, di-
bandingkan-nya satu-satu, kata-nya "Betul." Maka ku dengar
puloh, sampai pukul satu boleh pulang; maka dalam itu sahaya
boleh ajar bahasa dan bacha Inggeris sama tuan, maka gaji tuan
sa-puloh ringgit." Maka jawab-ku, "Baik-lah, tuan." Dan lagi
kata-nya, "Nanti sedikit hari lagi banyak kawan-kawan sahaya man
datang, dia-orang semua-nya nanti belajar babasa Malayu, dan lagi
sahaya terlalu suka kalau tuan tabu Inggeris, boleh sahaya orang
senang belajar Malayu, boleh-lah sama jadi pandai."
Shahadan maka pada hari itu juga ku tuliskan alif ba ta, maka
ia memula'i belajar; maka aku pun di-beri-nya satu kitab, nama-
nya "Spelling Book." maka di-situ-lah di-ajarkan-nya huruf
Inggeris, serta dengan bunyi-nya; maka demikian-lah hal-ku pada
tiap-tiap hari pergi mengajar dia, kemudian ia pula mengajar aku.
Ada-lah kira-kia tiga empat bulan lama-nya demikian itu, maka
ia pun telah mengenal-lah surat, dapat-lah di-bacha-nya sedikit-
sedikit, akan tetapi belum lagi lanchar ia membaeha; maka aku pun
demikian boleh-lah mengeja dua tiga huruf. Maka Tuan Milne
pun baharu-lah memula'i bahasa China Canton, maka guru China
pun baharu datang, nama-nya, Li Sing Sing; maka ia'itu pun ber-
sahabat-lah dengan aku. Maka sangat-lah ia hendak belajar bahasa
Malayu, maka aku pun hendak belajar bahasa China, maka demi-
kian-lah pada sa-hari-hari aku pun di-ajarkan-nya, maka ia pun
aku ajarkan; seperti umpamaan Malayu: "Menyelam sambil
minum ayer;" karna pada flkiran-ku, baik-lah tahu dari-pada ta'-
tahu. Maka banyak-lah orang-orang melarangkan aku, kata-nya,.
"Apa-kah faedah di-pelajari bahasa kafir itu?" Maka sakalian
itu tiada ku indahkan, karna ku ketahui ia'itu orang bodoh; maka
kalau tidak ku pelajari pada masa muda-ku ini, apa-kah kelak hai-
ku pada masa aku tua? dapat tiada menyesal juga ada-nya.
Sa-bermula ada-lah ku lihat sifat dan kelakuan Tuan Milne
itu tanda orang yang berbudi juga, maka barang suatu perkataan-
nya dengan lemah-lembut-nya, serta dengan manis muka-nya; maka
kalau ia marah sakali pun, tetapi manis juga; dan lagi tabiat-nya
terlalu sangat usaha belajar barang suatu serta dengan ingatan;
maka jikalau kita ajarkan barang apa pada bulan ini, sampai bulan
lain kita bertanya, di-jwab-nya, betul juga ada-nya.
Hata maka sementara aku mengajar dan belajar itu, maka
Tuan Paderi Thomsen pun datang-lah dari Batawi ka-Malaka,
serta membawa bini-nya; maka dudok-lah ia di-belakang rumah
Tuan Milne tinggal itu. Maka ada ka-pada suatu hari, kata Tuan
Milne ka-pada-ku, "Tuan, ada sa'orang paderi baharu datang, ia
mau belajar bahasa Malayu; sudah sahaya kata sama dia sahaya
ada guru boleh ajar. Sekarang pukul empat choba tuan pergi ber-
temu sama dia, dia mau lihat sama. tuan." Maka jawab-ku,
"Baik-lah, tuan." Maka ada pukul empat pergi-lah aku, maka di-
panggil-nya naik, lalu di-suroh-nya dudok, serta kata-nya, "Enehek
jadi guru Tuan Milne?" Maka jawab-ku, "Sahaya, tuan."
Lalu kata-nya, "Jikalau enchek boleh ajar sama sahaya, sahaya
man belajar." Maka jawab-ku, "Sahaya ta'tahu tuan, tetapi kalau
tuan mau belajar, boleh juga sahaya ajar." Maka ia tertawa, kata-
nya. "Sahara sudah dengar tuan punya nama, ada satu tuan
sudah bilang di-Batawi, tuan punya nama Abdullah." Maka
jawab-ku, "Ya tuan." "Ada enchek kerja sama Tuan Raffles?"
Maka jawab-ku, "Ya, tuan." Kata-nya, "Ada dia kasi surat?"
Maka jawab-ku, "Ada, tuan." Maka kata-nya, "Esok pagi choba
bawa itu surat, sahaya mau lihat." Maka jawab-ku, "Baik-lah,
tuan." Lalu aku memberi tabek serta turun kembali ka-pada
Tuan Milne. Maka sambil aku berjalan itu berfikir-lah, sebab
menengar bunyi perkataan Tuan Thomsen itu seperti bunyi suara
Holanda, maka barang apa di-sebut-nya semua-nya ka-dalam
bunyi-nya; maka fikir-ku jikalau tuan ini hendak belajar
bahasa Malayu pasti susah membetulkan lidah-nya, lagi lambat
dapat, karna ia susah menyebut perkataan-nya. Maka sakalian
itu ku taroh dalam hati, akan tetapi pada pemandangan-ku ia'ini
bukan Inggeris. Maka sa-telah sampai ka-pada Tuan Milne,
kata-nya, "Sudah bertemu dengan dia?" Maka jawab-ku,
"Sudan, tuan." Maka kata-nya, "Apa dia kata?" Maka
segala perkataan Tuan Thomsen itu semua-nya ku sampaikau;
maka kata Tuan Milne, "Baik-lah; esok pergi sama dia." Maka
kata-ku, "Tuan, dia orang apa?" Maka jawab-nya, "Inggeris;
apa sebab tuan tanya?" Maka kata-ku, "S.ahaya kira bukan-
nya Inggeris." Maka kata-nya, "Bagimana tuan boleh tahu?"
Maka jawab-ku, "Sebab lidah-nya kekenalan bukan-nya Inggeris."
Maka ia pun tertawa, kata-nya, "Orang Malayu pun pandai kenal
Inggeris dari-pada bangsa lain-lain;" lalu kata-nya, "Betul dia
bukan-nya Inggeris, orang Jerman." Maka hairan aku menengar,
sa'umur-ku hidup baharu-lah menengar ada bangsa bernama
man makan gaji kalau ta'mau buat apa sahaya suroh?" Maka
jawab-ku, "Tuan, sahaya makan gaji bukan-nya mau buat salah,
nanti di-belakang kelak orang lihat, pasti orang kata sahaya guru
bodoh, tiada mengerti satu pun; maka sebab itu-lah sahaya malu
nama sahaya menjadi burok. Tuan chari-lah orang lain." Maka
aku beri tabek lalu pulang.
Ada pun sa-peninggal aku pulang itu, pergi-lah ia memberi
tahu Tuan Milne, kata-nya, "Aku suroh Abdullah menulis, di-
tinggal-kan-nya; ia tiada mau." Maka apabila esok aku pergi
mengajar Tuan Milne, maka kata-nya, "Apa sebab tuan tiada mau
turut bagimana Tuan Thomsen suroh kelmarin? tuan tinggalkan
pekerjaan-nya." Maka apabila aku dengar perkataan Tuan Milne
itu sar rasa-nya hati-ku, sambil kata-ku, "Bagini lama sudah
sahaya mengajar tuan, ada-kah pernah jadi suatu perbantahan, atau
sahaya melalui barang perentah Tuan? karna Tuan Thomsen itu
mau jadi guru bahasa Malayu, lagi pun ia hen dak membuat adat
baharu, dia mau buangkan segala surat-surat Malayu, dan ia
hendak membuat mengeja jalan lain dengan pandai-nya sendiri."
Maka kata Tuan Milne, "Bukan sudah sahaya kata tuan sabar
sedikit." Maka jawab-ku, "Bagimana boleh sahaya turut? semua-
nya ia hendak ubahkan surat-surat Malayu : maka choba-lah tuan
sendiri pergi bandingkan tulisan sahaya itu dengan kitab kamus
itu, ada-kah bersalahan atau sama?" Maka pergi-lah Tuan Milne
ka-rumah Tuan Thomsen membandingkan surat itu, maka sa-
bentar lagi datang-lah Tuan Milne itu dengan tersennyum-
sennyum, maka kata-nya, "Ini surat ada sama, dia punya surat itu
ada bertambah-tambah, maka kata-nya, "Kitab kamus itu tiada
betul, dia turut adat Malayu mengeja salah."' Maka jawab-ku,
"Tuan Marsden itu termashhur pandai pada masa ini, maka itu-
lah ia membuat kitah kamus itu yang terpakai dalam segala
negeri Malayu, maka jikalau kitab itu dia kata salah, apa lagi
sahaya ini? tentu-lah salah; kalau bagitu biar-lah ia chari orang
j a n g pandai-pandai boleh menajar dia." Maka kata Tuan
Milne, "Biar-lah dia choba chari orang lain, nanti ia sendiri
berfikir kemudian." Hata maka dalam enam hari aku tiada
pergi, maka ada-lah empat lima orang pergi hendak menjadi guru
itu, maka sakalian merika'itu di-pereksa-nya dan di-unjokkan-nya
tulisan-ku itu, serta di-suroh-nya bacha ka-pada-nya, maka kata-
jahat. Maka kita perchaya ada pula yang lain yang boleh men-
datangkan sa-suatu, neschaya ada-lah pula yang lain dari-pada
A l l a h ; maka sakalian itu bohong lagi dusta ada-nya. Maka sebab
itu-lah orang yang demikian itu meraba ka-sana ka-mari, perchaya
itu, perchaya i n i ; seperti orang buta kehilangan tongkat ada-nya.
K a m a ada-lah telah boberapa lama-nya sudah ku choba boberapa
kali, sorta ku belanjakan sedikit banyak wang-ku, dan ku usahakan
diri-ku, sebab meuchari kebenaran ilmu-ilmu yang tersebut itu,
na-hingga aku berjinak-jinakkan ka-pada ahli-ahli pekerjaan itu,
bahwa demi Allah tiada-lah sakali-kali aku dapati dengan sa-
benar-nya dan kenyataan ilmu itu. supaya menjadi akan tempat
tersangkut perchaya-ku, melainku terkadang dalam sa-ribu, satu
yang m e n j a d i ; maka sunggoh pun ia'itu menjadi, tetapi bukan-
nya dari-pada kuasa shaitan-shaitan itu. molainkan sebab yakin
dan porchay a hati orang yang meminta itu maka di-lorongkan
Allah kehendak-nya. Maka ada-lah sa-sunggoh-nya yang ku dapati
pekerjaan itu sama ada-nya seperti orang yang menyembah ber-
hala, maka dengan sa-benar-benar-nya kita ketahui berhala itu
t a n a h dan batu, atau kayu. mas. atau perak. yang tiada berkuasa
mengadakan baik atau jahat atas manusia : maka oleh sebab
yakin dan perchaya orang yang menyembah akan dia itu, di-
lorongkan Allah kehendak-nya : maka pada sangka orang bebal itu
berhala itu-lah menjadikan itu. Demikian-lah ada-nya segala
hantu shaitan yang tersebut itu p u n hal-nya, ku dapati dalam-nya
bohong dan tipu dan perdaya dan silap mata, maka sebab itu-lah
berani aku ber sumpah menyebut nama Allah, mengatakan,
"Bukan-nya benar, hanya sa-mata-mata kejahatan dalam-nya dunia
akhirat." Maka ada pun orang yang perchaya, dan orang yang
berbuat, dan orang yang membenarkan pekerjaan itu sama h u k u m -
nya menduakan A l l a h ; karna sakali-kali tiada yang lain dari-pada
Allah yang boleh memberi baik atau jahat, dan yang mematikan
dan menghidupkan, dan yang mendatangkan sa-suatu bahaya atau
kesukaan di-atas hamba-nya; maka jikalau kira-nya ada yang lain
Jagi berkuasa dari-pada-nya, neschaya dengan sa-ketika juga binasa-
lah dunia ini dengan isi-isi-nya.
Sa-bermula maka kembali-lah pula aku mencheterakan dari-
hal T u a n Milne itu. Maka ada-lah sedikit hari kemudian dari-
pada ia berpindah ka-rumah baharu itu, maka T u a n Thomsen p u n
lama; sa-telah itu rumah lama itu pun di-robohkan-lah, serta di-
ratakan menjadi halaman rumah baharu itu.
Shahadan ka-pada zamau Itu terlalu-lah ramai-nya anak-anak
China dan Nasarani dan Malayu belajar dalain College itu, maka
ada-lah juga kira-kira sampai sa-puloh kanak-kanak yang telah
menjadi pandai membacha dan menulis bahasa Inggeris. Maka
baharu-lah pada masa itu di-Malaka kebanyakkau orang yang tahu
bertutur bahasa Inggeris. Ada pun segahi peranakkan Holanda
yang dalam Malaka pun semua-nya nienukar-lah adat-adat-nya
dan bahasa-nya, baik dari-pada pakaian-nya atau bahasa-nya, baik
dari-pada laki-laki dan perempuau-nya sakalian-nya menu rut adat
Inggeris ada-nya.
Bermula maka ada-lah telah berpuloh-puloh kali aku ini di-
surohkan oleh tuan-tuau itu memanggil dan menchari anak-anak
Malayu, supaya boleh ia belajar dan mengetahui membacha dan
menu lis, baik bahasa Malayu baik bahasa Inggeris, maka oleh
sebab bodoh-nya dan sangka merika'itu nanti di-masokkan
Inggeris, tiada-lah ia mau datang, karna fikiran merika'itu,
dengan kekerasan nanti di-tangkap di-masokkan inggeris; maka
beberapa kali sudah aku ingatkan akan merika'itu. serta memberi
tahu akan merika'itu, "Bahwa sakali-kali tiada Inggeris itu hendak
memasokkan sa-sa'orang ka-dalam agama-nya kalau yang empunya
diri tiada suka; melainkan supaya kamu boleh belajar dan menge-
tahui bahasa kamu dan bahasa Inggeris kelak. nanti di-belakang
banyak guna-nya, kalau sudah pandai engkau sakalian boleh
menchari kehidupan dengan mudah-nya; dan lagi boleh belajar
ilmu kira-kira, bukan-kali berguna ka-pada kamu sakalian ilmu
kira-kira itu? maka jikalau tiada tahu kira-kira kelak, bagimana
engkau hendak bemiaga jual beli ?" Dan lagi pula beberapa
banyak nasihat yang ku beri, tiada juga merika'itu indahkan ; maka
terlebeh-lebeh aku mengatakan ka-pada merika'itu, maka di-taroh-
nya pula chemburuan akan daku, maka dalam fikiran-nya aku
hendak merosakkan dia, sampai datang-lah dengki dalam hati
merika'itu akan daku; maka diam-diam pergi-lah ia mengasut
bapa-ku menyuroh melarangkan aku jangan pergi belajar bahasa
Inggeris itu, "Nanti kelak ia menurut adat Inggeris, dan rosak
agama-nya." Maka marah-lah bapa-ku akan daku, serta melarang-
kan aku, kata-nya, "Aku tiada suka engkau pergi belajar bahasa
seperti dahulu lagi, karna pulang pula ka-pada adat yang dahulu;
maka sakalian-nya itu ku tegurkan, karna menurut jalan bahasa
Inggeris itu terlalu changgong ka-pada telinga orang Malayu.
Maka ada yang di-turut-nya, ada yang tidak; oleh sebab bantahan-
nya itu menjadi-lah tertinggal juga kesalahan-nya itu sampai
sekarang dalam kitab Injil itu. Maka ku rengkaskan sahaja per-
kataan itu. Maka pada suatu hari kata Tuan Thomsen ka-pada-
ku, "Tuan, sekarang tuan, sahaya mau jadikan Injil Matius itu;
dari-pada salinan bahasa Malayu tanah Jawa itu kita jadikan
Malayu betul. Maka ada pun yang ada sekarang ini karangan
Holanda sahaja, bukan-nya bahasa Malayu betul, mari kita salin,
dan kita tukar yang mana tiada patut perkataan-nya." Maka
jawab-ku, "Ada pun jikalau tuan mau obahkan perkataan kitab
itu, hendak-lah tuan beri erti-nya ka-pada sahaya baik-baik sampai
sahaya mengerti, maka boleh-lah sahaya beri perkataan Malay u-
nya; dan lagi jangan tuan gesa-gesa sama sahaya, sabar-lah sedikit;
dan lagi sahaya mau janji, jangan tuan bantahi apa-apa yang
sahaya fikir patut." Maka jawab-nya, "Baik-lah."
Hata maka ku mula'i-lah menyalin kitab itu, maka ku rasa'i
ada-lah terlalu di-sempitkan-nya akan daku, tiada di-beri-nya
jalan membaiki, oleh sebab ia tiada mefehum akau maana bahasa
Malayu. Maka sampai-lah kami menyalin fasal yang pertama,
ayat yang kedua, tersebut, "Ibrahim peranak-lah Isahak, dan
Isahak peranak-lah Yakob, dan Yakob peranak-lah Yahuda, dan
segala saudara-nya ;" maka kata-ku, "Orang tiada mengerti per-
kataan 'peranak' itu." Jawab-nya, "Bagimana baik?" Maka ja-
wab aku, "Ibrahim beranakkan-lah Isahak, dan Isahak beranakkan-
lah Yakob," atau "Di-peranakkan-lah oleh Ibrahim akan Isahak,"
ini-lah jalan bahasa Malayu, tuan." Maka kata-nya, "Kalau
demikian, Ibrahim itu jadi perempuan-lah." Maka jawab-ku,
"Segala isi alam ini boleh mengerti, ada pun yang beranak itu
melainkan perempuan, ia'itu isteri Ibrahim." "Sahaya tiada
boleh turut jalan itu, sebab bertukar dari-pada jalan bahasa Ing-
geris beget erti-nya 'peranak-lah.'" Maka demikian-lah ada-nya
perbantahan kami kedua, ia'itu sebab-nya ia belum mefehum jalan
bahasa Malayu, sampai kitab kamus karangan Tuan Marsden itu
pun kata-nya salah, oleh sebab tuan itu menurut jalan bahasa
Malayu ada-nya. Shahadan dalam hal yang demikian ada ber-
kalau di-lihat oleh orang yang pandai-pandai akan kitab Injil yang
demikian rupa ejaan-nya, dan hubongan huruf-nya, dan salah
perkataan-nya, yang tiada pernah di-pakai orang itu? apa-kah
kelak fikiran orang? Kama kitab itu tempat orang Masehi per-
chaya, dan di-muliakan dia, maka bukan-kah kitab itu tempat boleh.
orang mengambil tauladan, dan ejaan barang-barang perkataan
dan menghubongkan huruf, atau mengambil atau meminjam per-
kataan yang baik-baik dari situ? Maka jikalau engkau membuat
yang demikian, sa-olah-olah engkau menghinakan dia, lagi pun
di-hinakan pula oleh orang yang melihat dia; neschaya di-ketahui
orang-]ah ada pun orang yang membuat itu orang bebal lagi
bantahan, yang tiada berpelajaran. Dan lagi bukan-nya ejaan-nya
dan hubongan huruf-nya sahaja, melainkan kebanyakkan pula salah
erti-nya pun, seperti bumi dengan langit jauh-nya dari-pada asai-
nya; entah ya-kah atau tidak-kah yang demikian, karna sahaya
ini orang bodoh, lagi pun tiada mengetahui akan perkataan asal-
nya: tetapi dalam paham-ku salah erti-nya.
Shahadan maka choba-lah tuan sendiri lihat dalam kitah
Injil Tuan Thomsen yang di-chapkan-nya di-Singapura itu, dalam.
muka surat 201, dan ayat 28, demikian bunyi-nya: "Maka tatkala
itu Simun mengangkat anak Isa itu pada tangan-nya, lalu memuji
Allah." Maka ada pun salah besar ini datang-nya sebab ia me-
nurut jalan bahasa Inggeris, satu-satu patah di-jadikan-nya bahasa
Malayu, maka tiada di-pedulikan-nya jalan bahasa Malayu
ada-nya; ada pun yang ku ketahui kehendak-nya perkataan
itu dalam bahasa Inggeris jikalau di-jadikan-nya bahasa Malayu
demikian bunyi-nya: "Maka di-angkat oleh Simun akan kanak-
kanak ia'itu Isa;" maka dalam paham-ku demikian, karna belum.
pernah aku menengar dalam agama Islam, istimewa dalam agama
Masehi. akan Isa itu kahwin, maka bagimana pula datang-nya
anak itu? Maka ada-lah yang ku dapat perkataan ini dari-pada
Injil Lukas, entah siapakah guru-nya yang mengajar demikian,.
atau bantahan-nya-kah, tiada-lah ku ketahui. Shahadan maka
ada-lah kesalahan-nya itu dalam berratus-ratus tempat tiada-lah
ku sebutkan, melainkan dengan rengkas-nya sahaja; jikalau kira-
nya sakalian itu ku sebutkan, neschaya penoh-lah sa-puloh helai
kertas ini; sa-kadar aku mengingatkan sahaja pada segala tuan-
tuan yang kemudian. Maka kembali-lah aku mencheterakan hal
karna ia'itu tempat segala gundek dan isteri Sultan itu mandu
sa'orang pun tiada l)oleh ka-situ ada-nya."
Sa-telah itu maka kata Raja Farquhar, "Tengku, ada pun
kedatangan sahaya ini, sa-telah sudah-lah bermuafakat dengan
Tuan Raffles, beserta pula dengan kesukaan dan keredhaan Tengku
Long, putera Sultan Mahmud yang di-Riau dan Lingga, akan me-
nyerahkan Pulau Singapura ini ka-pada Kompeni Inggeris akan
di-perbuat-nya negeri, ia'itu akan menimbulkan nama sultan-sultan
yang dahulu-kala, dan supaya nyata-lah tanda tulus ekhlas Tengku
Long dan Tengku ka-pada Kompeni Inggeris. Maka dalam ha!
yang demikian itu, sampai datang Tuan Raffles ka-mari, boleh-lah
kita kedua-nya muafakatkan yang bagimana patut pada pendapat-
an Tengku Long dan Tengku, dan lagi supaya boleh kita membuat
perjanjian antara kita kedua pihak, ia'itu Kompeni Inggeris dan
Tengku Long dan Temenggong. Bagimana-kah pada fikiran
Tengku akan bichara itu?" Maka apabila di-dengar oleh Temeng-
gong akan perkataan itu, terdiam-lah ia sa-jurus panjang, tiada ber-
kata-kata; maka kemudian kata-nya, "Tuan, sahaya ini di-bawah
perentah Tengku Long, maka jikalau pekerjaan ini dengan ke-
redhaan Tengku Long, maka sahaya pun suka-lah." Maka jawab
Raja Farquhar, "Jikalau kira-nya ada dengan keredhaan Tengku
sunggoh demikian, baik-lah kita buat satu surat perjanjian." Maka
jawab Temenggong, "Apa guna tanda tangan, tuan, lidah sahaya
in sudah chukup." Maka jawab Raja Farquhar, "Ada pun
dalam adat kita orang puteh, mau-lah dengan tanda tangan,.
supaya jangan berubah-ubah waad kita." Lalu kata Raja Far-
quhar ka-pada Enchek Siang, "Buat-lah satu surat yang bagimana
ikrar Tengku Temenggong itu." Hata maka dengan sa-bentar itu
juga di-perbuat-lah surat itu, seperti perkataan yang tersebut di-
atas itu tadi. ia'itu "Ini surat tanda suka Temenggong bersahabat
dengan Kompeni Inggeris, serta dengan suka redha-nya jikalau
ada dengan suka Tengku Long memberikan Pulau Singapura ini
ka-pada Kompeni Inggeris, ia'itu ka-pada Tuan Raffles dan Tuan
Farquhar, akan di-perbuat merika'itu negeri." Sa-telah sudah,
lalu di-buboh-nya tanda angan. Maka pada masa itu di-pegang
oleh Raja Farquhar tangan Temenggong, serta di-gonchang-
gonchang-nya sambil berkata, "Tengku, dari-pada hari ini-lah
pada masa itu, di-Selat Kukop itu, karna di-situ-lah tempat per-
himpunan perompak; maka di-jaga-nya sahaja dalam Selat Kukop
itu, karna selat itu seperti suatu bilek, kalau berapa besar angin
pun di-situ tedoh juga; maka oleh sebab orang hendak berlindong-
kan angin lalu masok-lah ka-dalam jalan Selat Kukop itu, maka
di-situ-lah tempat di-tangkap perompak, sebab ia boleh kelihatan
orang, orang tiada boleh melihat dia, maka sebab itu-lah kuat
orang terserempak, di-dapat-nya dengan senang-nya. Maka pada
masa itu-lah juga ada kira-kira empat puloh anak-anak Malayu
Malaka, anak-anak kampong Jawa, semua-nya muda-muda belaka,
hendak datang menchari ka-Selat dalam sa-buah perahu, hilang-
]ah sahaja sampai sekarang ini, sa'orang pun tiada kelihatan,
semua-nya habis sakali di-bunoh-nya; khabar pun tiada kedengaran,
karna merika'itu semua-nya melawan.
Akan tetapi-nya sunggoh pun demikian banyak mara-nya di-
jalan, sebab masing-masing hendak menchari kehidupan-nya,
berratus-ratus orang Malaka datang j'uga ka-Selat, tambahan pula
seksa di-Malaka dengan tiada pencharian, dan aniaya Holanda itu
seperti yang tersebut di-atas itu; maka sebab itu-lah masing-
masing membawa nasib-nya datang ka-Selat, ada yang berkuli
menebas hutan, ada yang berkuli membuat rumah, ada yang ber-
kedai, ada yang bersaudagar, ada yang berbuat jahat, putar-balek
masing-masing dengan hal-nya. Maka sunggoh pun demikian itu,
orang-orang di-Malaka pen oh dengan shak juga ada-nya, barang-
kali Singapura tiada menjadi negeri. Maka pada masa itu terlalu-
lah seksa makanan di-Singapura, sa'ekur ayam dua rupiah, dan
sa'ekur itek satu ringgit, itu pun tiada dap at, dan sa-biji telur
sa-wang, dan jambu biji itu sa-wang delapan duit sa-biji; akan
tetapi wang teralu maamur, maka makanan tiada dapat, sebab
perahu Malaka tiada di-beri Holanda datang. Maka dalam itu
jikalau sesat sampai sa-buah perahu Malaka, maka orang semua
pergi-lah berkerumun, merebut barang-barang yang bukan-bukan
harga-nya pun di-beli orang juga, sa-biji nanas tujoh wang, dan
sa-biji durian busok-busok dua rupiah perak; aku sendiri membeli
demikian itu durian tiada sempurna-nya, maka serba-serbi-nya
mahal belaka.
Shahadan maka dengan takdir Allah taala di-atas hamba-nya,
maka raja Holanda yang di-Malaka yang bernama Timmermann
Thyssen itu pun mati-lah. Maka segala hukum dan rampas dan
denda itu pun ada-lah reda sedikit, maka orang Malaka pun ber-
henti-lah mulut-nya dari-pada menyumpah, dan boleh-lah ia ber-
nafas sedikit, ada-lah kendur hukuman di-Malaka itu. Tetapi
ia mati itu pun dengan membawa nama yang keji juga, ia'itu
beberap orang kaya-kaya di-Malaka yang binasa sebab ia me-
minjam wang-nya, dan lagi banyak hutang-nya pada sa-genap
tempat, dan harta kompeni pun banyak di-binasakan nya, dan
beberapa di-sumpahi orang. Sa-telah ia mati, maka di-lelong
harta-nya dan rumah tangga-nya; dalam sa-puloh bahagian
hutang-nya, tiada-lah timbul sa-bahagian juga, maka yang lain
itu hilang-lah chuma-chuma. Bermula maka ada-lah pada masa
itu orang-orang Malaka pun kekeringan seperti ikan yang ken a
jemur, demikian-lah, sebab pencharian pun susah, dan perahu
dagang pun tiada masok, dan kapal-kapal Inggeris pun tiada
singgah; melainkan orang yang ada bermodal itu dudok makan
modal sahaja, maka masing-masing tiada-lah berdaya lagi, sebab
ada rumah tangga dan ibu-bapa anak isteri, apa akal? mau ta'mau
dndok-lah juga, seperti harimau membaham tanah; maka jikalau
tidak rasa-nya dengan sa-bentar itu juga hendak terbang dari
Malaka; tambahan pula beras pun sa-bentar sa-bentar mahal, maka
terlalu-lah kesempitan-nya orang Malaka.
Nasihat. Sa-yugia-nya merika'itu sakalian menguchap ber-
ribu-ribu shukur ka-pada Tuhan, yang amat lempah kurnia-nya,
serta dengan kasehan-nya akan hamba-nya, sebab pada ketika dan
musim kemarau keras dalam Malaka itu maka di-jadikan-nya
hujan lebat datang dari Selat. oleh sebab Inggeris membuat negeri
Singapura; supaya merika'itu mendapat sejok dingin-nya dan
rezeki-nya dari sana, orang kaya chara kaya-nya, orang miskin
chara miskin-nya, boleh-lah sedikit bernafas, masing-masing dengan
kadar-nya. Kama pada masa itu jikalau kira-nya sampah sakali
pun dari Malaka di-bawa ka-Selat boleh menjadi duit, istimewa
barang yang baik-baik, oleh karna orang negeri-negeri lain belum
lagi menengar khabar pasti Singapura itu jadi negeri, maka sebab
itu-lah perahu dagang tiada berani masok, maka tambahan pula
perompak seperti anak ayam j'inak-nya, maka jikalau tiada dengan
perahu besar-besar, lagi dengan sa-lengkap senjata dan orang yang
berani-berani, tiada-lah boleh belayar. Dan lagi pada masa itu
batang sena itu di-bawa oleh perahu Raja Haji dari Malaka, di-
ambil-nya dari Tanjong Keling ada-nya. Shahadan maka ke-
mudian dari-pada sudah di-angkat akan Tengku Long itu menjadi
Sultan, maka di-beri-lah hadiah oleh Tuan Raffles akan dia wang
sa-ribu ringgit, serta kain sakhlat hitam sa-kayu, dan sakhlat
kiming sa-kayu, serta di-tentukan-nya akan gaji Sultan itu pada
sa-bulan empat-ratus enam-belas ringgit sa-suku, dan gaji Te-
menggong sa-paroh-nya, ia'itu dua-ratus delapan ringgit sa-tali;
maka pada hari itu-lah juga di-perbuat perjanjian antara kedua
pihak, ia'itu Kompeni Inggeris dengan Sultan Husain Shah, maka
ada-lah tersebut dalam perjanjian itu, ada pun seperti orang Keling
dan orang Benggali, Kompeni Inggeris memerentahkan dia, maka
orang China dan Malayu bersama-sama dengan Sultan memerentah-
kan; dan lagi ada tersebut dalam perjanjian itu, jikalau dapat hasil
negeri Singapura ini, jikalau barang berapa sakali pun, ia'itu di-
bahagi dua, Kompeni Inggeris sa-paroh, dan Sultan Husain Shah
sa-paroh ada-nya.
Hata sa-telah tentu-lah sudah gaji dan perjanjian negeri itu,
dalam sedikit hari maka Tuan Raffles pun berlayar-lah ka-Beng-
gala, di-tinggalkan-nya Tuan Farquhar menjadi raja, dan Tuan
Flint menjadi shahbandar, dan Tuan Bernard, ia'itu menantu
Tuan Farquhar, menjadi magistrate dalam negeri Singapura.
Kalakian maka negeri Singapura pun pada masa itu umpama
matahari yang baharu terbit, makin tinggi makin-lah besar
chahaya-nya; maka dagang pun terlalu-lah banyak masok tum-
pah rauh, maka segala saudagar pun dari-pada tiap-tiap negeri
datang-lah berniaga, maka sedikit ia hendak berniaga, banyak ia
hendak melihat negeri baharu; maka dagangan pun seperti ayer
pasang-lah datang-nya dari-pada tiap-tiap negeri, maka seperti
dagangan Eropah itu jangan di-kata lagi, barang yang tiada pernah
di-lihat oleh nenek-moyang kita pun ada-lah seperti sayur ada-
nya bertimbun-timbun, pada tiap-tiap hari tiada berhenti empat
lima tempat lelong jenis-jenis barang-barang, serta dengan murah-
nya. Ada pun adat-nya lelong pada masa itu tiada di-pukul
chanang atau memberi tahu pada tiap-tiap rumah, melainkan di-
buat surat berpuloh-puloh di-tampalkan pada sa-genap sempang,
di-sebutkan dalam surat itu, "Esok pukul sa-puloh pagi ada
lelong di-rumah tuan anu," dan di-sebutkan jenis-jenis barang yang
juga ada-nya; maka apabila orang yang empunya itu datang me-
minta, dapat-tiada ia'itu di-pulangan juga ada-nya.
Shahadan kembali-lah pula aku ka-pada mencheterakan dari-
hal negeri Singapura: maka ada pun dari-hal Sultan Husain Shah
itu, maka dari sa-peninggal Tuan Raffles berlayar itu, maka pada
tiap-tiap bulan di-beri-lah oleh Tuan Farquhar belanja-nya seperti
yang telah di-tentukan oleh Tuan Raffles, maka Temenggong pun
demikian juga mendapat bahagian-nya; tetapi kata Sultan tiada-lah
memada'i akan pendapatan-nya itu sebab banyak sangat orang
yang hendak di-peliharakan-nya karna segala merika'itu ber-
gantong ka-pada-nya. Maka di-adukan-nya-lah hal-nya itu ka-
pada Tuan Farquhar oleh sebab kesempitan belanja itu; maka oleh
Tuan Farquhar di-surohkan-nya Sultan itu mengambil hasil pajak
chandu supaya menambahi pendapatan-nya itu, maka jadi-lah ia
mendapat delapan-ratus rial pada sa-bulan, ia'itu sa-ribu enam-
ratus rupia banyak-nya; maka dengan hal yang demikian tetap-lah
beberapa bulan sampai-lah Tuan Raffles kembali dari Benggala.
Maka pada tatkala itu makin-lah banyak orang-orang dagang,
dan saudagar-saudagar orang puteh pun makin-lah bertambah-
tambah, maka termashhur-lah sampai ka-mana-mana khabar negeri
Singapura, mengatakan sunggoh-lah telah menjadi negeri, maka
orang-orang yang di-negeri-negeri lain itu pun banyak-lah ber-
pindah ka-Singapura, dan yang ada memberi wakil ka-pada orang-
orang dalam negeri Singapura, ia berkirim dagangan dari negeri-
negeri asing-asing; maka oleh sebab segala perkara-perkara yang
tersebut itu menjadi ramai-lah negeri Singapura, penoh dengan
berbagai-bagai bangsa dan jenis-jenis pekerjaan dan macham-
macham tukang, semua-nya berkampong-lah ka-Singapura. Maka
dalam antara itu ada-lah orang yang miskin menjadi kaya, dan ada
pula orang yang membawa modal dari negeri-nya berpuloh-puloh
ribu sakalian itu habis-lah binasa menjadi fakir; maka masing-
masing dengan nasib-nya, untong sabut timbul, untong batu
tenggelam ada-yna.
Bermula ada pun dari-hal Sultan Husain Shah itu datang
pula mengadukan hal-nya ka-pada Tuan Raffles dari-hal pen-
dapatan-nya itu tiada juga chukup; maka ada-lah pada masa itu
Tuan Raffles sedang dudok bersama-sama Tuan Farquhar, maka
Temenggong pun ada beserta dengan orang tua-tua-nya dan
fikir betul-betul dalam sa-hari dua ini, berapa yang boleh chukup
pada sa-bulan." Maka jawab Sultan serta Temenggong. "Baik-
lah, tuan." Shahadan pada tatkala Tuan Raffles datang dari
Benggala itu, maka di-beri-nya hadiah akan Sultan itu suatu kereta
bogi dengan kuda besar, harga-nya di-Benggala sa-ribu dua-ratus
rupia. Kalakian sa-telah tiga hari, maka datang-lah Sultan serta
Temenggong di-iringkan oleh segala orang-orang besar-nya ka-
rumah Tuan Johnston, maka Tuan Raffles dan Tuan Farquhar pun
ada-lah bersama-sama di-situ, serta Tuan Flint, ipar Tuan Raffles;,
maka pada masa itu-lah di-tentukan oleh Tuan Raffles serta tuan-
tuan yang tersebut itu akan belanja Sultan itu pada sa-bulan sa-
ribu ringgit besar, dan Temenggong tujoh-ratus ringgit; maka ada
pun gaji atau belanja yang tersebut itu-lah yang tinggal kekal
sampai ka-pada zaman Tuan Crawfurd datang memerentahkan
negeri Singapura ada-nya.
Shahadan maka tersebut-lah dari-hal perkataan Tuan Raffles
serta Tuan Farquhar dudok muafakat hendak meluaskan negeri
Singapura; maka dalam itu ada-lah pada fikiran Tuan Farquhar
Kampong Gelam itu hendak di-jadikan-nya kampong saudagar,
ia'itu tempat orang berniaga, dan pasar, dan sa-bagai-nya;
maka pada fikiran Tuan Raffles di-seberang sini hendak
di-jadikan-nya kampong saudagar. Maka jawab Tuan Far-
quhar, "Terlalu susah di-seberang sini, karna semua-nya tanah
lumpur, dan lagi ayer-nya tiada baik, lagi pun terlalu banyak be-
lanja kalau hendak membaiki tanah itu; dan lagi dari mana boleh
mendapat tanah sa-kian banyak akan menambak itu?" Maka
jawab Tuan Raffles, "Jikalau Kampong Gelam itu sudah menjadi
tempat orang berniaga kelak, di-seberang sini terbuang-lah sampai
sa-ratus tahun, lagi pun tiada akan terbaiki ada-nya." Maka
pada tatkala itu kedua merika'itu pun penoh-lah dengan fikiran,
sa'orang kata bagini, sa'orang kata bagitu, masing-masing men-
chari akal; maka ada-lah tiga hari lama-nya merika'itu dudok ber-
fikir akan hal itu, maka masok-lah dalam fikiran Tuan Raffles akan
bukit yang dekat Tanjong Singapura itu hendak di-pechahkan-nya,
maka tanah-nya itu-lah hendak di-buatkan-nya penambak di-
seberang sini. Maka ke'esokkan hari-nya maufakat-lah kedua-nya
itu, telah sa-fakat-lah kedua-nya itu; maka hairan-lah segala
hamba Allah kelak melihat pekerjaan yang demikian itu. Maka