Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Terapi Bermain Menyusun-Balok d1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI BERMAIN ANAK

DI RUANG D1 RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Disusun Oleh :

1. Budi Dwi Prasetyo U (1830025)


2. Nuril Maulani (1830072)
3. Rifka Anggrayny (1830080)
4. Riza Krisna Putra (1830084)
5. Suheni Khotimah I (1830093)

PRODI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI BERMAIN ANAK
DI RUANG D1 RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Pokok bahasan :Terapi bermain stimulasi motorik halus


Sub pokok bahasan :Terapi bermain pada anak sakit yang dirawat
di ruang D1 dengan cara menyusun balok
Waktu : 20 menit
Hari/tanggal :
Tempat : Ruang D1 RSAL Dr. RAMELAN
Sasaran : Anak usia toddler

A. Alasan dilakukan terapi bermain


Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan
rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan
anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi)
dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Whaley, 2001).
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak
bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan
kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan permainan,
anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih
mainan maupun dalam aktivitas bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin
tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya dibongkar-pasang,
bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan
anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan
menimbulkan perlukaan (Kalpan, 2000).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit agar dapat mencapai
tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan walaupun
dalam kondisi sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 20 menit anak mampu:
a. Mendemonstrasikan menyusun balok
b. Menunjukkan ekspresi non verbal dengan tertawa, tersenyum dan
saling bercanda.
C. Metode dan Media
1. Metode
a. Bermain bersama
2. Media
Mainan balok dengan berbagai warna
D. Kegiatan
1. Pengorganisasian
Pemimpin bermain : Nuril Maulani
Pemimpin bermain bertugas untuk memimpin jalannya acara terapi
bermain dari awal hingga berakhirnya terapi. Pemimpin bermain juga
harus membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
Fasilitator : Suheni Khotimah I
Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat
kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
Observer : Budi Dwi dan Riza Krisna
Observer bertugas mengawasi dan menilai kemampuan masing-masing
anak selama dilakukan terapi bermain.

2. Setting tempat (gambar / denah ruangan)


: Observer

: Fasilitator

: Anak

: Leader

: Orang tua

3. Kegiatan bermain
No Uraian Kegiatan perawat Kegiatan klien
1 Pembukaan (5 menit) a. Salam pembukaan a. Memperhatikan
dan merespon
b. Perkenalan b. memperhatikan
c. Mengkomunikasikan tujuan c. Memperhatikan
d. Menjelaskan aturan d. Memperhatikan
permainan
2 Kegiatan bermain (10 a. Bermain menyusun balok a. Menanggapi
menit) b. Meminta respon dan b. Menanggapi dan
tanggapan anak. merespon
c. Memberikan reinfocement c. Mendengarkan
positif jika anak bisa dan merespon
mengikuti permainan
3 Evaluasi (10 menit) a. Mengakhiri permainan - Memperhatikan
b. Melakukan evaluasi - Menanggapi

E. Evaluasi
1. Yang dilakukan oleh Pemimpin Bermain:
Eksplorasi perasaan anak setelah mengikuti terapi bermain
2. Yang dilakukan oleh Observer:
a. Masalah yang muncul selama bermain
b. Partisipasi anak
c. Kemampuan anak dalam melaksanakan permainan
3. Yang dilakukan Fasilitator
a. Hambatan saat pelaksanaan saat proses terapi bermain
b. Kesulitan dalam mengatur anak saat proses terapi bermain
TERAPI BERMAIN MENYUSUN BALOK

A. Pengertian Terapi Bermain Menyusun Balok


Bermain menyusun balok merupakan salah satu jenis permainan yang
bisa dilakukan dalam proses terapi bermain bagi klien anak yang sedang
menjalani proses hospitalisasi. Terapi bermain ini dapat digunakan sebagai
terapi bagi anak dengan usia mulai 16 bulan. Bermain dengan cara menyusun
balok pada dasarnya tidak hanya membantu mengembangkan kemampuan
motorik anak tetapi juga berperan penting dalam proses pengembangan
kognitif klien. Kemampuan klien menyusun balok berkaitan erat dengan
kemampuan kognitif klien karena pada dasarnya bermain dengan cara
metode menyusun balok tidak hanya melatih kemampuan motorik halus
klien tapi lebih dari itu bermain menyusun balok memerlukan perencanaan
meskipun masih relatif sederhana.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun balok secara lancar
maka dia sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang
lebih lanjut seperti mencorat-coret kertas, belajar menggosok gigi sendiri dan
makan dengan menggunakan sendok. Menyusun balok mengandalkan
keterampilan memegang benda kecil, meletakkannya di atas balok lain sambil
mengusahakan keseimbangan. Keterampilan memegang benda kecil,
sebenarnya dicapai anak sejak berusia 10 bulan, saat ia mulai suka
menjumput remah-remah kue yang berserakan di dekatnya.
B. Faktor Penyebab Ketidakmampuan Menyusun Balok
Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas perkembangan
tertentu, seperti menyusun balok, dapat menghambat berkembangnya
keterampilan berikutnya. Saat anak Anda berusia 18 bulan, dan ia tidak
berminat bermain susun balok perlu diwaspadai. Kemungkinan si kecil
mengalami keterlambatan. Factor penyebabnya yaitu:
1. Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak berusia 1 tahun perlu dilatih dengan memberinya balok. Umumnya,
anak usia ini berminat pada hal-hal yang berhubungan dengan sebab-
akibat, sehingga ingin mencoba memadukan satu benda dengan benda
lain.
2. Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan
kegiatan yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu
memeriksakannya ke dokter sebelum hal ini berlangsung lama.
3. Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila Anda
mendapati si kecil Anda mengalami kelainan pada keterampilan meraba,
Anda perlu waspada. Segera bawa ia ke dokter untuk mendapatkan
pemeriksaan.

C. Manfaat Terapi Bermain


1. Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan proses
berfikir dan motorik anak.
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan
mandiri pada anak
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
5. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak
untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
Referensi

Immanuel, R. (2006). Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-Smart


Anak. Terdapat pada:
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/
HASH01fd/325abfcd.dir/doc.pdf.Diakses pada 9 Februari 2012.

Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2000. Sinopsis Psikiatri, Ilmu
Pengetahuan Perilaku, Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma
W,edisi Wiguna .

Veltman M,W Browne K.D. 2000. An Evaluation of Favorite Kind of Day


Drawing from Psychially Maltreated Children. Child Abuse and
Neglect.

Whaley L.F, Wong D.L. 2001. Nursing Care of infants and children in-ed. St
Louis : Mosby year book

Anda mungkin juga menyukai