Seminar KMB
Seminar KMB
Seminar KMB
OLEH:
Rifandi Handrianto (P17211186015)
Yaomil Dayu Satriyani (P17211186031)
Rachmatul Hasanah (P17211186034)
Ni Putu Devi I (P17211186022)
Rezky Alfian Maliq (P17211186008)
Dewi Retno Wulandari (P17211186030)
Rizky Nurlaili (P17211186020)
Siti Rizki Amalia (P17211186032)
Fita Purnamasari (P17211186029)
Alkalifa Amin (P17211186017)
Zahraul Mufidah (P17211186028)
Ni Putu Ardiyani (P17211186005)
Ahmad Hendi H (P17211186038)
Khusnatul Maghfiroh (P17211186025)
Dian Widhi Pawestri (P17211186006)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan
Sampul Dalam............................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian 3
1.4.1 Teoritis.......................................................................................
4
1.4.2 Praktis ........................................................................................
4
BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.2.1 Definisi ........................................................................................ 5
2.2.2 Etiologi ......................................................................................... 8
2.2.3 Klasifikasi ..................................................................................... 4
2.2.4 Patofisiologi ................................................................................. 7
2.2.5 Pathway......................................................................................... 9
2.2.6 Manifestasi Klinis ......................................................................... 9
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 10
2.2.8 Penatalaksanaan ............................................................................ 11
2.2.9 Komplikasi .................................................................................... 13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian..................................................................................... 14
2.2.2 Diagnosa ....................................................................................... 15
2.2.3 Intervensi ...................................................................................... 16
BAB II1 LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan........................................................................
17
30
3.2 Analisa Data...........................................................................................
40
3.3 Diagnosa Keperawatan .........................................................................
47
3.4 Intervensi ............................................................................................... 48
3.5 Implementasi dan Evaluas ..................................................................... 49
BAB 1V PEMBAHASAN
BAB 1V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 53
5.2 Saran ...................................................................................................... 54
ii
BAB I
PENDAHULUAN
dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum
tulang atau air kemih. Ensefalopati adalah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan kelainan fungsi otak menyeluruh yang dapat akut atau kronik,
progresif atau statis. Ensefalopati sepsis pada umumnya terjadi sepsis berat dan
diajukan sebagai penyebab adanya kerusakan otak selama sepsis berat yaitu efek
endotoksin dan mediator inflamasi, disfungsi sawar darah otak dan kerusakan
oksidatif dan eksitotoksisitas akan tetapi hipotesis yang paling dipercaya adalah
iskemik mencapai 150 per 57 ribu kelahiran hidup atau berkisar 2,64%.
yang lebih tinggi 164 per 43 ribu kelahiran hidup atau berkisar 3,8%.
Diperkirakan berkisar 30% kasus ensefalopati hipoksis pada negara maju dan naik
1
menjadi 60% pada negara berkembang berkaitan dengan kejadian hipoksik
iskemik intrapartum.
(misalnya, gagal hati atau kanker hati), Penyakit metabolik (hiper atau
tak berespon dan koma. Kejang juga dapat timbul pada ensefalopati septik, tetapi
tidak umum, disfungsi saraf kranial dan lateralisasi jarang terjadi dan harus dapat
14 hari.
1.2. RumusanMasalah
2
1.2.4 Bagaimana patofisiologi sepsis ensefalopati?
1.3. Tujuan
sepsis ensefalopati.
ensefalopati.
ensefalopati.
ensefalopati.
3
1.4. Manfaat
ensefalopati.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Ensefalopati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelainan
fungsi otak menyeluruh yang dapat aku atau kronik, progesif/statis.
Ensefalopati yang terjadi sejak dini dapat menyebabkan gangguan
perkembangan neurologis (WHO, 2006).
Pasien dengan ensefalopati dapat mengalami kemunduran dalam fungsi
kognitif umum, prestasi akademis, fungsi neuropsikologik.Skor intelegensi
pasien yang mengalami ensefalopati juga rendak di bandingkan anak
seusianya. Dari segi prestasi akademis pasien akan mengalami kesulitan untuk
membaca, mengeja, dan aritmatik. Sedangkan fungsi neuropsikologikal dapat
menjadi hiperaktif maupun autis.
Berasal dari kata : enchepalo (otak), pathy (gangguan). Yang
menggambarkan fungsi dan struktur otak yang abnormal
(DepartemenKesehatan RI, 2007 ).
Ensefalopati adalah istilah yang di gunakan untuk menjelaskan kelainan
fungsi otak menyeluruh yang dapat akut/kronik, progesif/statis. Ensefalopati
tidak mengacu pada penyakit tunggal, melainkan untuk sindrom disfungsi otak
global.
Ensefalopati adalah disfungsi kortikal yang memiliki karakteristik
perjalanan akut hingga sub akut (jam hingga bebrapa hari), secara nyata
terdapat fluktuasi dari tingkat kesadaran, atensi minimal, halusinasi dan delusi
yang sering dan perubahan tingkat aktivitas psikomotor (secara umum
meningkat, akan tetapi dapat menurun).
2. Klasifikasi
Beberapa contoh jenis ensefalopati :
1. Ensefalopati mitokondria
Gangguan metabolic yang di sebabkan oleh disfungsi dari DNA
mitokondria. Dapat mempengaruhi banyak system tubuh, terutama otak
dan system saraf.
5
2. Glycine ensefalopati : sebuah gangguan metabolism genetic yang
melibatkan kelebihan produksi glisin
3. Hipoksia iskemik ensefalopati : ensefalopati permanen atau sementara
yang timbul dari pengiriman oksigen yang sangat berkurang ke otak
4. Uremik ensefalopati : gagal ginjal akut/kronis dapat menyebabkan
ensefalopati uremik. Ketika ginjal gagal untuk secara memadai
membersihkan aliran darah, berbagai racun secara bertahap dapat
membangun dan menyebabkan fungsi otak menurun.
5. Hipertensi ensefalopati : timbul dari peningkatan tekanan darah meningkat
darah di intrakarnial
6. Neonatal ensefalopati : sering terjadi karena kurangnya oksigen dalam
aliran darah ke otak-jaringan janin selama persalinan.
7. Salmonella ensefalopati : suatu bentuk ensefalopati yang di sebabkan oleh
keracunan makanan (terutama dari kacang dan daging busuk) sering
mengakibatkan kerusakan otak permanen dan gangguan system saraf.
3. Anatomi fisiologi
Susunan saraf pusat (SPP/CNS) :
a. Otak
Terletak dalam rongga kranium (tengkorak).
Pelindung Otak :
- Kulit kepala dan rambut
- Tulang tengkorak dan columna vetebral
- Meningen ( selaput otak )
6
b. Hemifer cerebral ( otak besar ) di bagi menjadi 4 lobus, yaitu :
- Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertanggung jawab
untuk proses berfikir
- Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang merupakan
sensasi perabaan, tekanan, dan sedkit menerima perubahan temperatur.
- Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima sensasi dari
mata.
- Lobus temporalis, mengandung area auditory yang menerima sensasi
dari telinga.
7
Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk
mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini
melakuakan sistem pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengaja
- Susunan syaraf otonom
Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting
mempengaruhi pekerjaan otot sadar atau serat lntang, dengan
membawa informasi ke otot halus atau otot jantung yang dilakuakan
otomatis.
4. Etiologi
a. Kelainan dalam struktur anatomi listrik dan fungsi kimia dapat
menyebabkan fungsi mental berubah dan ensefalopati
b. Keracunan jaringan otak dan sel-sel juga dapat mempengaruhi fungsi.
Racun ini dapat di produksi dalam tubuh, misalnya dari hati/gagal ginjal,
atau mungkin sengaja (keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba) atau
tidak sengaja tertelan (keracunan karbon monoksida, obat-obatan, zat
beracun)
c. Ensefalopati mungkin karena cacat lahir (kelainan genetic yang
meyebabkan struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala
yang di temukan pada saat lahir).
Beberapa contoh penyebab lain ensefalopati :
a. Menular (bakteri, virus, parasit)
b. Anoxic (kekurangan oksigen ke otak, termasuk penyebab trauma)
c. Alcohol (toksisitas alcohol)
d. Hepatik (missal : kanker hati)
e. Uremik (ginjal/gagal ginjal)
f. Perubahan dalam tekanan otak (perdarahan kepala, tumor, abses)
g. Bahan kimia beracun (timbale, merkuri)
h. Penyakit metabolik
5. Manifestasi klinis
Ciri ensefalopati adanya gangguan mental. Tergantung pada jenis dan
tingkat keparahan ensefalopati.
Gejala neurologis umum :
8
a. Hilangnya fungsi kognitif,
b. Perubahan kepribadian ringan,
c. Ketidakmampuan untuk berkosentrasi,
d. Lesu, kesadaran menurun
e. Demensia
f. Kejang, otot berkedut
g. Mialgia (Nyeri otot)
h. Respirasi cheynes-stokes (pola pernapasan di ubah dilihat dengan
kerusakan otak dan koma)
6. Patofisiologi
Ensefalopati terjadi karena adanya suatu kelainan dalam struktur anatomi
listrik dan fungsi kimia yang berubah. Selain itu juga adanya keracunan
jaringan otak, racun ini dapat di produksi dalam tubuh, misalnya dari hati/gagal
ginjal, atau mungkin sengaja (keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba) atau
tidak sengaja tertelan (keracunan karbon monoksida, obat-obatan, zat beracun).
Hal tersebut dapat kita lihat bahwa adanya gangguan mental, hilangnya
fungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkosentrasi, lesu, kesadaran menurun
pada pasien dengan ensefalopati.
Ensefalopati mungkin juga dikarenakan cacat lahir (kelainan genetic yang
meyebabkan struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala yang di
temukan pada saat lahir).
9
Kelainan struktur anatomi listrik dan fungsi
kimia yang berubah, keracunan jaringan
otak
Napas kusmaul
Penurunan kesadaran
10
PATHWAY
11
7. Komplikasi
Komplikasi encephalopathy bervariasi dari tidak ada menjadi gangguan
mental yang mendalam yang menyebabkan kematian. Komplikasi dapat mirip
dalam beberapa kasus. Selain itu, banyak peneliti menganggap ensefalopati
sendiri menjadi komplikasi yang timbul dari masalah kesehatan utama atau
diagnosis utama.
Komplikasi tergantung pada penyebab utama dari ensefalopati dan dapat
diilustrasikan dengan mengutip beberapa contoh dari berbagai penyebab :
a. Hepatik (hati) encephalopathy (pembengkakan otak dengan herniasi,
koma, kematian)
b. Ensefalopati metabolik (lekas marah, lesu, depresi, tremor, kadang-
kadang, koma, kematian)
c. Ensefalopati uremik (lesu, halusinasi, pingsan, otot berkedut, kejang,
kematian)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan/pengobatan ensefalopati bervariasi dengan penyebab
utama dari gejala, akibatnya, tidak semua kasus ensefalopati diperlakukan
sama. Perlakuan terbaik yang dirancang oleh dokter yang merawat setelah
diagnosis utama pasien dibuat. Perawatan yang sangat bervariasi karena
penyebab yang sangat berbeda.
Contoh dapat menunjukkan betapa berbedanya “pengobatan ensefalopati”
dapat berubah sesuai dengan penyebabnya:
a. Anoksia jangka pendek (biasanya kurang dari dua menit): terapi oksigen
b. Anoksia jangka panjang: rehabilitasi
c. Toksisitas alkohol jangka pendek: cairan IV atau ada terapi
d. Penyalahgunaan alkohol jangka panjang (sirosis atau gagal hati kronis):
laktulosa oral, diet rendah protein, antibiotic
e. Ensefalopati uremik (karena gagal ginjal): memperbaiki penyebab
fisiologis yang mendasari, dialisis, transplantasi ginjal
f. Diabetic encephalopathy: mengelola glukosa untuk mengobati
hipoglikemia, penghapusan glukosa darah untuk mengobati hiperglikemia
12
g. Hipo-atau hipertensi ensefalopati: obat untuk meningkatkan (untuk
hipotensi) atau mengurangi (untuk hipertensi) tekanan darah
9. Pemeriksaan penunjang
a. Lumbal pungsi (pemeriksaan CSS)
- Cairan warna jernih
- Glukosa normal
- Leukosit meningkat
- Tekanan Intra Kranial meningkat
b. CT Scan/ MRI
Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel, hematom,
daerah cerebral, hemoragic, atau tumor.
c. EEG (Electro Encephalo Graphy)
d. Terlihat aktivitas fisik (gelombang) yang menurun, dengan tingkat
kesadaran yang menurun
e. Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difu (aktivitas lambat
bilateral)
13
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ENCEPHALOPATI
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
suku bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan kejang-kejang dapat disertai
dengan penurunan kesadaran.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien dengan ensefalopati terjadi kelemahan/lesu, gangguan
mental, ketidakmampuan untuk berkosentrasi, respirasi cheynes-stokes
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh virus,
infeksi bakteri kelainan dalam struktur anatomi listrik dan fungsi kimia,
keracunan jaringan otak dan sel-sel (ex : keracunan
alcohol/penyalahgunaan narkoba, keracunan karbon monoksida, obat-
obatan, zat beracun)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya klien ada kemungkinan cacat lahir (kelainan genetic yang
meyebabkan struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala
yang di temukan pada saat lahir)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran : Adanya penurunan tingkat kesadaran.
b. GCS : Eye respon: … Motorik respon: … Verbal respon: …
c. Kulit : saat diraba kulit terasa agak panas
d. Kepala : terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena, kehilangan
sensasi (kerusakan pada saraf kranial).
e. Mata : gangguan pada penglihatan,
f. Telinga : Ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.
g. Hidung : adanya gangguan penciuman
14
h. Mulut dan gigi : membran mukosa kering, lidah terlihat bintik putih
dan kotor.
i. Leher: terjadi kaku kuduk dan terasa lemas.
j. Eksremitas atas dan bawah : Tidak ada kekuatan otot dan teraba
dingin.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d proses peradangan, peningkatan
TIK (Tekanan Intra Karnial)
2. Resiko Injuri : Jatuh b.d aktivitas kejang, penurunan kesadaran dan status
mental
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan umum, defisit neurologic
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Perubahan perfusi NOC : NIC: Peripheral Sensation
jaringan serebral b.d Circulation status Management
proses peradangan, Neurologic status Monitor status neurologi
Data Pendukung : Tujuan : setiap 2 jam: tingkat
Perubahan Ketidakefektifan kesadaran, pupil, reflex,
kesadaran perfusi jaringan kemampuan motorik,
Perubahan tanda serebral dapat teratasi nyeri kepala, kaku kuduk
vital Kriteria Hasil : Monitor tanda vital dan
Kelemahan Mempertahankan temperature setiap 2 jam
motorik tingkat kesadaran dan Kurangi aktivitas yang
Perubahan nilai orientasi dapat menimbulkan
AGD Tanda vital dalam batas peningkatan TIK: batuk,
normal. mengedan, muntah,
Tidak terjadi defisit menahan nafas
neurologi. Berikan waktu istirahat
yang cukup dan kurangi
stimulus lingkungan
Tinggikan posisi kepala
30 – 45° pertahankan
kepala pada posisi netral,
hindari fleksi leher
Kolaborasi dalam
pemberian Diuretik
osmotic,steroid, antibiotic
15
2. Resiko Injuri : Jatuh NOC : NIC: Environment
b.d aktivitas kejang, Risk control Management (Manajemen
penurunan kesadaran Tujuan : Lingkungan)
dan status mental Klien tidak mengalami Kaji status neurologi
Data Pendukung: injuri setiap 2 jam
Penurunan Kriteria Hasil : Pertahankan keamanan
kesadaran Mempertahankan pasien seperti penggunaan
Aktivitas kejang tingkat kesadaran dan penghalang tempat tidur,
Perubahan status orientasi kesiapan suction, spatel,
mental Kejang tidak terjadi oksigen
Injuri tidak terjadi. Catat aktivitas kejang dan
tinggal bersama pasien
selama kejang
Kaji status neurologik dan
tanda vital setelah kejang
Orientasikan pasien ke
lingkungan
Kolaborasi dalam
pemberian obat anti
kejang
16
BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
BIODATA
Nama : Ny.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 65 tahun
Status Perkawinan : Janda
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Kristen
Pendidikan Terakhir : SMP
Alamat : Tanjungrejo, Sukun
No. Regester : 11432xxx
Tanggal MRS : 22 Maret 2019
Tanggal Pengkajian : 1 April 2019
Diagnosa Medis : Pneumoni CAP + Riwayat CVA Squale + Septic
Encephalopaty (Perbaikan)
RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
Saat MRS : Penurunan Kesadaran
Saat Pengkajian : Sesak Napas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan sejak 1 minggu SMRS tgl 11 Maret 2019 pasien mengalami batuk
dan penurunan kesadaran secara bertahap, tetapi pasien masih bisa diajak komunikasi
pada tgl 14 Maret 2019, 3 hari SMRS. Pasien mengalami demam naik turun. Pada tgl
19 Maret 2019 kesadaran pasien semakin menurun dan sudah tidak bisa diajak
komunikasi, kemudian keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke RKZ dengan
keluhan ekstermitas pasien mengalami kelemahan, terdapat luka pada daerah atas
pantat sejak 3 bulam yang lalu kemudian pasien MRS di RKZ selama 3 hari.
Kemudian pada tgl 22 Maret 2019 pasien dirujuk ke RSSA untuk dilakukan CT-scan
dan tindakan lebih lanjut.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
- Pasien mengatakan menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, tidak terkontrol,
pasien minum obat captopril tetapi tidak rutin
- Pasien mengalami kelumpuhan ½ badan pada ekstremitas bawah kanan dan kiri.
Pasien mengalami stroke sejak tahun 2017 tetapi pasien tidak rutin kontrol dan
minum obat yang diberikan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit darah
tinggi (-), stroke (-), kencing manis (-).
17
B. POLA ELIMINASI :
1. BAB : SMRS : 1x/hari atau 1x/2 hari
MRS : Terakhir BAB tgl 31 Maret 2019
2. BAK : SMRS : 3-4x/hari
MRS : Pasien terpasang kateter. Produksi urin 2000
ml/24jam, warna: kuning jernih, bau khas
urine
Balance cairan : Input: Ns: 1500 cc/24 jam
Susu : 1200 cc/ 24 jam
Obat: 300 cc/ 24 jam
Air minum (bilas): 120 cc/ 24 jam
Total: 2620 cc/ 24 jam
Output: urine: 2000 ml/ 24 jam
IWL : 630
Total: 2630 ml / 24 jam
BC: input – output
2620 – 2630 = -16 cc
3. Kesulitan BAB/BAK : Tidak ada
4. Upaya/ Cara mengatasi masalah tersebut : Tidak ada
C. POLA MAKAN DAN MINUM :
1. Jumlah dan jenis makanan : SMRS : Nasi, lauk pauk, sayur, ayam, ikan, jumlah
1 porsi
MRS : Cair RGRL (diet stroke), jumlah
6x200cc, 1300 kkal
2. Waktu Pemberian Makan : SMRS: 3x/hari (pagi, siang, sore)
MRS: 6 x 200 cc (tiap 2 jam sekali)
3. Jumlah dan Jenis Cairan : SMRS : 800 cc / 24 jam
MRS : Minum air putih 6x dalam1 @ 20cc
4. Waktu Pemberian Cairan : SMRS : ketika pasien merasa haus
MRS : setelah memberikan diit
5. Pantangan : Makanan atau minum yang terlalu manis
6. Masalah Makan dan Minum :
a. Kesulitan mengunyah : pasien mengalami kesulitan mengunyah
(kerusakanN.XII)
b. Kesulitan menelan : pasien mengalami keuslitan menelan
c. Mual dan Muntah : pasien tidak mengalami mual dan muntah
d. Tidak dapat makan sendiri : Pasien tidak dapat makan sendiri, pasien
terpasang NGT
7. Upaya mengatasi masalah : Dibantu keluarga dan perawat
D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE :
1. Pemeliharaan Badan : SMRS : Pasien mandi 2x/hari dengan bantuan keluarga
MRS : Pasien diseka keluarga 2x/hari
2. Pemeliharaan Gigi dan Mulut : SMRS : Pasien gosok gigi 2x/hari dibantu
MRS : Pasien belum gosok gigi selama MRS
3. Pemeliharaan Kuku : Pasien belum memotong kuku selama MRS. Kuku jari
tangan tampak kotor
E. POLA KEGIATAN/AKTIVITAS LAIN :
18
Pasien hanya bisa bedrest di tempat tidur sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu
karena pasien mengalami kelemahan otot. Pasien aktivitas dibantu keluarga
DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komuniasi : Pasien bermasalah dalam berkomunikasi karena pasien pelo,
Afasia global
B. Orang yang paling dekat dengan Klien : Anak
C. Rekreasi :
Hobby :.
Penggunaan waktu senggang : pasien hanya bedrest di tempat tidur
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit : saat pasien di rawat di RS pasien selalu dijenguk
anaknya
E. Hubungan dengan orang lain / Interaksi social : kurang baik karena pasien pelo
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : Anak
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah : SMRS : Pasien bedrest sejak 4 bulan yang lalu
MRS : Pasien tidak melakukan ibadah karena tidak berdaya
hanya didengarkan doa-doa melalui Hp
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : Keluarga mengatakan ibunya akan sembuh dan
sehat karena bantuan dari Tuhan
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : Keluarga berharap setelah dibawa ke RS
sakitnya segera hilang dan sembuh dan tidak ada pantangan keyakinan terhadap
penyembuhan
PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : Lemah, pasien terpasang O2 Nasal Canul 3 lpm
dengan posisi hobe 30o
B. Tanda-tanda Vital
19
2. Mata
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan : Lengkap dan simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) : normal, tidak ada odema
c. Konjunctiva dan sclera : konjungtiva anemis, sclera ikterik (-)
d. P u p i l : isokor, reflek cahaya +/+
e. Kornea dan Iris : normal
f. Ketajaman Penglihatan / Virus : *)Tidak dapat dikaji, pasien mengalami
penurunan kesadaran
g. Tekanan Bola Mata : *) : Tidak terkaji
3. Hidung
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : Normal, posisi septum nasi tepat,
fraktur (-)
b. Lubang Hidung : Bersih, secret (-), terpasang O2 Nasal Canul 3 lpm
c. Cuping Hidung : Terdapat pernapasan cuping hidung
4. Telinga
a. Bentuk Telinga : simetris ka/ki
Ukuran Telinga : Normal,
Ketegangan telinga : Tidak ada
b. Lubang Telinga : Normal dan tepat
c. Ketajaman pendengaran :Tidak terkaji, pasien mengalami penurunan
kesadaran
5. Mulut dan Faring :
a. Keadaan Bibir : Kering
b. Keadaan Gusi dan Gigi : kurang bersih dan gigi tidak lengkap
c. Keadaan Lidah : Lidah tampak kotor
6. Leher:
a. Posisi Trakhea : media tepat di tengah, deviasi (-)
b. Tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Suara : normal
d. Kelenjar Lymphe : tidak ada pembesaran kelenjar lymphe
e. Vena Jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis
f. Denyut Nadi Coratis : teraba kuat
D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit ) :
a. Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : hangat
c. Warana : coklat sawo matang
d. Turgor : elastis
e. Tekstur : normal
f. Kelembapan : lembab
g. Kelainan pada kulit : Terdapat luka dekubitus pada daerah sacrum grade 2
dengan ukuran 5 x 3 cm
- Luka tampak kemerahan, pus (-), bau (-)
- Pasien tampak berbaring ditempat tidur
- Skala Norton:
Kondisi fidik umum: buruk (2)
Kesadaran: stupor (1)
Aktivitas: terbatas ditempat tidur (1)
Mobilitas: tidak bisa bergerak (1)
Inkontinensia: sering inkontinensia urine (2)
20
Jumlah: 7 (Peningkatan risiko 50x lebih besar terjadinya ulkus dekubitus)
E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak :
a. Ukuran dan bentuk payudara : simetris
b. Warna payudara dan Areola :hiperpigmentasi (-)
c. Kelainan-kelainan Payudara dan Putting : tidak ada kelainan
d. Axila dan Clavicula :Normal, Lesi (-)
F. Pemeriksaan Thorak / Dada :
1. Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak : simetris, pigeon chest
b. Pernafasan
- Frekuensi : 26x/mnt
- Irama : reguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : frekuensi napas cepat, retraksi dada (+)
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vokal Fremitus ) : tidak terkaji karena pasien pelo
b. Perkusi : Sonor + +
+ +
+ +
c. Auskultasi
- Suara nafas : vesikuler
- Suara Ucapan : tidak terkaji
- Suara Tambahan : terdapat suara napas tambahan
Ronchi - - Wheezing
- -
++ __
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulpasi : tidak ada pembesaran jantung
- Ictus Cordis : teraba di ICS IV
b. Perkusi :
- Batas-batas Jantung :
Kanan atas : ICS II linea para sternalis dextra
Kanan bawah : ICS IV linea para sternaliss dextra
Kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra
Kiri bawah : ICS IV linea para media clavicularis sinistra
c. Aukultasi
- Bunyi Jantung I : tunggal
- Bunyi Jantung II : tunggal
- Bising/murmur : tidak ada
- Frekuensi Denyut Jantung : 98x/mnt
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : bulat/soefl
- Benjolan/massa : tidak ada massa/benjolan
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 5-8x/mnt
- Bunyi Jantung Anak/BJA : tidak ada, pasien tidak dalam keadaan hamil
c. Palpasi
21
- Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
- Benjolan /massa : tidak ada massa/benjolan
- Tanda-tanda Ascites : tidak ada ascites, undulasi (+)
- Hepar : hepatomegali (-)
- Lien : splenomegali (-)
- Titik Mc. Burne : tidak ada nyeri tekan, murfin sign (-)
d. Perkusi
- Suara Abdomen : tympani
- Pemeriksaan Ascites : tidak ada tanda-tanda ascites (-)
J. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS : E : 3 V : X M :2(Afasia Global)
2. Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) :
Kaku kuduk (-), kernig sign (-), brudzinki sign (-) (tidak bisa dikaji, pasien dalam
kondisi tidak sadar)
3. Fungsi Motorik :
Terjadi kelemahan pada semuaekstermitas (Paresis)
4. Fungsi Sensorik : terdapat rangsangan nyeri tetapi minimal
5. Refleks :
a) Refleks Fisiologis : tidak bisa dikaji, pasien mengalami penurunan
kesadaran
b) Refleks Patologis : babinski (-). Chadock (-)
22
c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan ) :pasien mengalami
penurunan kesadaran
d. Motifikasi ( kemampuan ) : pasien tidak mampu makan, minum sendiri, pasien
tidak mampu memenuhi ADL, pasien dibantuk oleh istrinya.
e. Persepsi : pasien mengalami penurunan kesadaran
f. Bahasa : Indonesia, Jawa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
23
HASIL LABORATORIUM
NAMA : Ny. S RM : 11432335 Tanggal: 29 Maret 2019
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB) 10,60 g/dL 11,4 – 15,1
Leukosit (WBC) 3
12,40. 10 /L 4,7 – 11,3
Hematokrit 30,70 % 38 – 42
Trombosit (PLT) 3
324. 10 /L 142 – 424
MCV 78,90 fL 80 – 93
MCH 27,20 Pg 27 – 31
MCHC 34,50 g/dL 32 – 36
RDW 14,80 % 11,5 – 14,5
PDW 9,1 fL 9 – 13
MPV 9,1 fL 7,2 – 11,1
P-LCR 16,9 % 15,0 – 25,0
PCT 0,29 % 0.150 – 0,400
NRBC Absolute 3
0,00. 10 /L
NRBC Percent 0,0 %
Hitung Jenis:
Eosinofil 1,1 % 0–4
Basofil 0,2 % 0–1
Neutrofil 75,3 % 51 – 67
Limfosit 17,8 % 25 – 33
Monosit 2–5
5,6%
Eosinofil Absolute
Basofil Absolute 0,14. 103/L
Neutrofil Absolute 0,02. 103/L
Limfosit Absolute 9,33. 103/L
Monosit Absolute 2,21. 103/L
Immature Granulosit 0,16 – 1
0,70. 103/L
(%) 0,60 %
Immature Granulosit
0,07. 103/L
Lain-lain
KIMIA KLINIK
BASI (Fe/Iron) 49 – 151
TIBC 27 g/dL 250 – 350
Saturasi Transferin 91 g/dL 16 – 45
FAAL HATI 30 %
Albumin
FAAL GINJAL 2,66 g/dL 3,5 – 5,5
Ureum
Kreatinin 17,10 mg/dL 16,6 – 48,5
ELEKTROLIT SERUM 0,20 mg/dL < 1,2
Natrium (Na)
Kalium (K) 131 mmol/L 136 – 145
Clorida (Cl) 3,85 mmol/L 3.5 – 5,0
107 mmol/L 98 - 106
24
ANALISA DATA
NO KEMUNGKINAN
DATA MASALAH
PENYEBAB
1. Ds: Ketidakefektifan Kelainan struktur anatomi
- Keluarga mengatakan pasien Bersihan Jalan Nafas listrik dan fungsi kimia
batuk kurang lebih sudah 1 yang berubah, kerusakan
minggu sebelum MRS jaringan otak
- Keluarga mengatakan
kesadaran menurun secara Otak tidak bisa bekerja
bertahap sejak 1 minggu dengan baik
sebelum MRS
Penurunan kesadaran
Do:
- Keadaan umum lemah Tirah baring yang lama
- Kesadaran stupor
- GCS 3x2
- Irama nafas reguler Akumulasi sekret
- Suara nafas ronchi - -
- -
+ +
- Pasien terpasang O2 nasal canul
3 lpm dengan posisi hobe 30o
- Hasil foto thorax: pneumoni
dextra sinistra
- Hasil TTV:
TD: 150/90 mmHg
HR: 98 x/mnt
RR: 26 x/mnt
S: 36,7oC
SPO2: 93 %
25
Infark kronis pada corona
radiata
Nucleus untiformis
Capsula externa
Capsula interna anterior
Thalamus dextra
Sink brain athropy
Aterosklerosis A. Cerebri
- Pasien mengalami kelerusakan
NVII (fasial) dan NXII
(hipoglosus)
- Hasil TTV:
TD: 150/90 mmHg
HR: 98 x/mnt
RR: 26 x/mnt
S: 36,7oC
SPO2: 93 %
imobilisasi
4.
Ds: Kerusakan Integritas Kelainan struktur anatomi
- Keluarga mengatakan terdapat
Kulit listrik dan fungsi kimia
luka pada daerah atas pantat
pasien yang berubah, kerusakan
- Keluarga mengatakan luka jaringan otak
muncul sekitar 3 bulan yang
lalu Otak tidak bisa bekerja
dengan baik
Do:
- Keadaan umum lemah Sirkulasi O2 menurun
26
- Kesadaran stupor
- GCS 3X2 Perubahanperfusi jaringan
- Pasien mengalami penurunan otak
kesadaran
- Tampak luka dekubitus pada Transmisi impuls
daerah sacrum grade 2 dengan berkurang
ukuran 5 x 3 cm
- Luka tampak kemerahan, pus (-
Kelemahan neurologi
), perdarahan (-)
- Pasien tampak berbaring
ditempat tidur imobilisasi
- Pasien bedrest sejak 3 bulan
yang lalu tirah baring yang lama
- Status nutrisi pasien dalan
rentang normal (IMT: 22)
- Hasil lab: albumin: 2,66 g/dL
(3,5 – 5,5)
- Skala Norton:
Jumlah: 7 (Peningkatan risiko
50x lebih besar terjadinya ulkus
dekubitus)
5. Ds:
CVA
- Keluarga mengatakan pasien Defisit Perawatan Diri
mengalami kelemahan pada
anggota gerak Defisit neurologis
Do:
- Keadaan umum lemah Kehilangan kontrol
- Kesadaran stupor volunter
- GCS: 3X2
- Tonus Otot Hemiplegi/hemiparase
2 2
Hambatan mobilitas fisik
2 2
- Pasien mengalami kelemahan
pada semua ekstremitas
- Lidah tampak kotor Defisit perawatan diri
- ADL dibantu perawat
- Rambut kotor dan bau
- Mulut dan gigi tampak kotor
- Pasien bedrest total
- Gelisah
27
6. Ds:
- Keluarga mengatakan pasien
tidak bisa berbicara sejak 1 Kerusakan Komunikasi CVA
minggu sebelum MRS Verbal
Suplai darah ke otak
Do: terganggu
- Keadaan umum lemah
- Kesadaran stupor
- GCS 3X2 (Afasia Global)
- Terdapat gangguan pada NVII Penurunan fungsi pada
(saraf Fasialis) korteks serebri dan area
- Pasien memiliki riwayat CVA brodman
Squele sejak tahun 2017
- Pasien tampak merot (+) Motorik bicara terganggu
Gangguan komunikasi
verbal
MASALAH DITEMUKAN
NO DIAGNOSA KEPERAWTAN
Tanggal Paraf
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 1 April 2019
2 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral 1 April 2019
3 Hambatan mobilitas 1 April 2019
4 Kerusakan integritas kulit 1 April 2019
5 Defisit perawatan diri 1 April 2019
6 Kerusakan Komunikasi Verbal 1 April 2019
28
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. S
Umur : 65 Tahun
No. Register : 11432xxx
2. NOC : NIC :
Ketidakefektifan Circulation status 1. Monitor TTV
Perfusi Jaringan Neurologic status 2. Monitor AGD, ukuran
Cerebral Tissue Prefusion : pupil, ketajaman,
cerebral kesimetrisan dan reaksi
Setelah dilakukan asuhan 3. Monitor adanya
Selama 3x24jam diplopia, pandangan
ketidakefektifan perfusi kabur, nyeri kepala
jaringan cerebral teratasi 4. Monitor level
dengan kriteria hasil: kebingungan dan
29
Tekana systole dan orientasi
diastole dalam rentang 5. Monitor tonus otot
yang diharapkan pergerakan
Tidak ada ortostatik 6. Monitor tekanan
hipertensi intrkranial dan respon
Komunikasi jelas nerologis
Menunjukkan konsentrasi 7. Catat perubahan pasien
dan orientasi dalam merespon
Pupil seimbang dan stimulus
reaktif 8. Monitor status cairan
Bebas dari aktivitas 9. Pertahankan parameter
kejang hemodinamik
10. Tinggikan kepala 0-45o
Tidak mengalami
tergantung pada
nyeri kepala
konsisi pasien dan
order medis
3. Hambatan NOC NIC
Mobilitas Fisik Joint Movement : Exercise therapy :
Active ambulation
Mobility Level 1. Monitor vital sign
Self care : ADLs sebelum/sesudah latihan
Transfer performance dan lihat respon pasien
Setelah dilakukan tindakan saat latihan
keperawatan selama 3x 24 jam 2. Konsultasikan dengan
Hambatan mobilitas fisik terapi fisik tentang
teratasi dengan kriteria hasil: rencana ambulasi sesuai
Klien meningkat dengan kebutuhan
3. Bantu klien untuk
dalam
menggunakan tongkat
aktivitas fisik saat berjalan dan cegah
Mengerti tujuan dari terhadap cedera
peningkatan mobilitas 4. Ajarkan pasien atau
Memverbalisasikan tenaga
perasaan dalam
kesehatan lain tentang
meningkatkan
kekuatan dan teknik ambulasi
kemampuan 5. Dampingi dan Bantu
berpindah pasien saat mobilisasi
Memperagakan dan bantu penuhi
penggunaan alat kebutuhan ADLs ps.
Bantu untuk
mobilisasi
(walker)
30
Setelah dilakukan tindakan 3. Jaga kebersihan kulit
keperawatan selama 3x 24 agar tetap bersih dan
jam, Gangguan integritas kulit kering
tidak terjadi dengan kriteria 4. Mobilisasi pasien (ubah
hasil: posisi pasien) setiap
1. Integritas kulit yang dua jam sekali
baik bisa dipertahankan 5. Monitor kulit akan
2. Melaporkan adanya adanya kemerahan
gangguan sensasi atau 6. Oleskan lotion atau
nyeri pada daerah kulit minyak/baby oil pada
yang mengalami derah yang tertekan
gangguan 7. Monitor status nutrisi
3. Menunjukkan pasien
pemahaman dalam 8. Inspeksi kulit terutama
proses perbaikan kulit pada tulang-tulang yang
dan mencegah terjadinya menonjol dan titik-titik
cedera berulang tekanan ketika merubah
4. Mampu melindungi kulit posisi pasien.
dan mempertahankan 9. Jaga kebersihan alat
kelembaban kulit dan tenun
perawatan alami 10. Kolaborasi dengan ahli
5. Status nutrisi adekuat gizi untuk pemberian
6. Sensasi dan warna kulit tinggi protein, mineral
normal dan Vitamin
31
keperawatan selama dirawata 2. Dorong pasien untuk
di RS, diharapkan komunikasi berkomunikasi secara
verbal dapat tercapai dengan perlahan, dan untuk
mengulangi permintaan
kriteria hasil:
3. Anjurkan kunjungan
a. Komunikasi : penerimaan, keluarga secara teratur
interpretasi dan ekspresi untuk memberi stimulus
pesan tulisan dan non verbal komunikasi
meningkat 4. Anjurkan ekspresi diri
b. Komunikasi ekspresif: dengan cara lain dalam
ekspresi non verbal menyampaikan
bermakna informasi (bahasa
c. Gerakan terkoordinasi: isyarat)
mampu mengkoordinasi
gerakan dalam
menggunakan isyarat
d. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuhan dengan
lingkungan sosial
32
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO
TGL Jam IMPLIMENTASI EVALUASI (SOAP)
DX
1 Dx 08.00 1. Mengkaji pernafasan pasien S: pasien mengalami
April 1 - Irama nafas reguler penurunan kesadaran
2019 - Kedalaman maksimal, dalam O: k/u lemah, kesadaran
- Frekuensi nafas 26x/mnt
stupor, GCS 3x2
- Retraksi dada (+)
2. Memberikan posisi hobe 30o Irama nafas reguler
08.30 3. Melakukan auskultasi suara nafas - Suara nafas ronchi - -
08.45 tambahan - -
- Suara nafas ronchi - - + +
- -
+ + Batuk (+)
4. Mengukur tanda-tanda vital pada Sekret (-) tidak dapat
pasien keluar
09.00 Pasien terpasang O2 nasal
- Td = 150/90 mmHg
- HR= 98 x/mnt canul 3 lpm
- RR = 26x/mnt dyspnea
- spO2 = 96% Retraksi dada (+)
5. Mempertahankan pemberian terapi CPH (+)
oksigenasiO2 Nasal canul 3 lpm TTV:
6. Melakukan fisioterapi dada dan claping TD = 150/90 mmHg
09.15 HR= 98 x/mnt
pada pasien
- Fisioterapi dada+clapping (+) RR = 26x/mnt
09.20 7. Memberikan pemberian terapi spO2 = 96%
bronkodilator S: 36,4⁰C
- Nebul combivent
09.35 - Po NAC 200mg A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1,2,3,4,5,6
33
- Mual (-) SPO2 = 96%
- Muntah (-) S: 36,4⁰C
- TD tinggi (+)
- Papil edema (-) A: Masalah teratasi sebagian
7. Memonitor vital sign pasien
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3
- Hasil TTV:
TD = 150/90 mmHg
HR= 98 x/mnt
10.25 RR = 26x/mnt
SPO2 = 96%
S: 36,4⁰C
34
- Tampak kemerahan pada sekitar kemerahan, pus (-),
09.05 luka dipunggung jaringan nekrosis (-)
6. Memberikan baby oil didaerah - Balutan luka tampak
punggung bersih, Rembesan
7. Memonitor aktivitas dan mobilisasi darah (-), pus (-)
pasien
09.10 - Pasien hanya berbaring ditempat
tidur A : Masalah teratasi sebagian
10.00 - Pasien mobilisasi / ADLs dibantu
P : Lanjutkan Intervensi
keluarga dan perawat.
8. Memberikan diet cair 200cc (via 1,2,3,4,5,6,7
NGT)
9. Memonitor tanda gejala infeksi pada
daerah luka
- Rubor (+)
11.00 - Dolor (+)
- Kalor (-)
11.15 - Tumor (-)
- Fungsolesa (-)
10. Melakukan rawat luka dan mengganti
balutan.
- Luka dekubitus (+) daerah
sakrum diameter ± 10 x 5 cm
grade 2, keadaan luka baik, pus
(+),luka kemerahan(+),
11.20 perdarahan (-), pus (-)
- Dibersihkan dengan normal
saline, ditutup dengan sufratule
dan kassa .
1 5 09.10 1. Mengkaji kemampuan pasien untuk S: -
April melakukan perawatan diri secara O:
2019 mandiri - Keadaan umum lemah
- Pasien tidak mampu melakukan - Kesadaran stupor
perawatan diri (total care) - GCS 3X2
2. Membantu pasien melakukan ADLs - Rambut tampak rapi, gigi
dan perawatan diri dan mulut tampak bersih
08.00 - Menyeka pasien, oral hygine bersih, bibir lembab, kulit
- Mengganti pampers (BAB bersih, baju bersih
- Membantu memberi nutrisi (diet - ADLs dibantu perawat
cair RGRL 200 cc melalui NGT) sepenuhnya
3. Memonitor kebutuhan pasien untuk - Tingkat ketergantungan
alat-alat pemenuhan ADLs pasien total care
4. Menilai keadaan umum pasien
k/u lemah A: masalah teratasi sebagian
08.05 mulut dan gigi bersih P: lanjutkan intervensi 1,2,4
rambut bersih
08.10 pakaian bersih
kulit bersih
pasien tampak lebih seger
35
- Keluarga sebagai penerjemah
10.10 2. Mendorong pasien untuk S:-
berkomunikasi secara perlahan, dan
untuk mengulangi permintaan
O:
- Klien tidak dapat melakukan
1 6 komunikasi, klien mengalami - Keadaan umum lemah
April penurunan kesadaran - Kesadaran stupor
2019 3. Menganjurkan kunjungan keluarga - GCS 3X2 (Afasia Global)
secara teratur untuk memberi stimulus - Respon pasien hanya
10.15
komunikasi membuka mata
- Keluarga dapat memahami tujuan - Terdapat gangguan pada
dilakukannya kunjungan secara NVII (saraf Fasialis)
teratur - Pasien tampak merot (+)
4. Menganjurkan ekspresi diri dengan - Keluarga mendampingi
cara lain dalam menyampaikan klien
10.20 informasi (bahasa isyarat)
- Klien tampak diam , respon klien A : masalah belum teratasi
hanya membuka mata P : lanjutkan intervensi 1 - 4
36
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
37
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
38
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
39
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
40
2 5 14.25 1. Menilai kemampuan pasien untuk S: -
April melakukan perawatan diri secara O:
2019 mandiri - Keadaan umum lemah
- Pasien tidak mampu melakukan - Kesadaran stupor
perawatan diri (total care) - GCS 3X2
2. Membantu pasien melakukan ADLs - Rambut tampak rapi, gigi
dan perawatan diri dan mulut tampak bersih
16.00 - Menyeka pasien bersih, bibir lembab, kulit
- Membantu memberi nutrisi (diet bersih, baju bersih
cair RGRL 200 cc melalui NGT) - ADLs dibantu perawat
3. Memonitor kebutuhan pasien untuk sepenuhnya
alat-alat pemenuhan ADLs - Tingkat ketergantungan
4. Menilai keadaan umum pasien pasien total care
k/u lemah
16.30 mulut dan gigi bersih A: masalah teratasi sebagian
rambut bersih P: lanjutkan intervensi 1,2,4
16.35 pakaian bersih
kulit bersih
pasien tampak lebih segar
41
3 1 08.30 1. Menilai status pernafasan pasien S:-
April - Irama regular O:
2019 - Kedalaman nafas : dalam - Keadaan umum lemah
- Frekuensi : 24 x / menit - Kesadaran stupor
2. Memberikan posisi hobe 30o - GCS 3 X 2
3. Melakukan auskultasi adanya - Irama nafas regular
08.35 suara nafas tambahan - Suara nafas ronchi - -
08.37 - Suara nafas ronchi - - - -
- - - -
- -
- Pasien terpasang O2 nasal
4. Mengukur Tanda – Tanda vital canul 3 lpm
- Hasil TTV : - Hasil TTV :
TD : 130 / 70 mmHg TD : 130/70 mmHg
HR : 86x / menit HR : 86x / menit
RR : 21x / menit RR : 21x / menit
S : 36,6oC S : 36,6oC
5. Memberikan terapi O2 nasal canul
3 lpm A : Masalah Teratasi Sebagian
6. Memberikan terapi
P : Lanjutkan Intervensi 1-6
08.40 - Nebul combivent
- PO NAC 200 mg
19.00
42
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
43
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
44
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
45
1 5 08.20 1. Memonitor kemampuan pasien untuk S: -
April melakukan perawatan diri secara O:
2019 mandiri - Keadaan umum lemah
- Pasien tidak mampu melakukan - Kesadaran stupor
perawatan diri (total care) - GCS 3X2
2. Membantu pasien melakukan ADLs - Rambut tampak rapi, gigi
dan perawatan diri dan mulut tampak bersih
08.25 - Menyeka pasien, oral hygine bersih, bibir lembab, kulit
- Mengganti pampers (BAB bersih, baju bersih
- Membantu memberi nutrisi (diet - ADLs dibantu perawat
cair RGRL 200 cc melalui NGT) sepenuhnya
3. Memonitor kebutuhan pasien untuk - Tingkat ketergantungan
08.35
alat-alat pemenuhan ADLs pasien total care
4. Menilai keadaan umum pasien
k/u lemah A: masalah teratasi sebagian
mulut dan gigi bersih P: lanjutkan intervensi 1,2,4
rambut bersih
pakaian bersih
kulit bersih
pasien tampak lebih seger
46
3 6 10.00 1. Meminta keluarga sebagai penerjemah S:-
April komunikasi secara nonverbal
2019 2. Mendorong pasien untuk O:
berkomunikasi secara perlahan, dan
10.20 - Keadaan umum lemah
untuk mengulangi permintaan
- Kesadaran stupor
- Klien tidak dapat melakukan
- GCS 3X2 (Afasia Global)
komunikasi, klien mengalami
- Respon pasien hanya
afasia global dan kerusakan pada
membuka mata
NVII (fasial)
- Terdapat gangguan pada
3. Menganjurkan kunjungan keluarga
NVII (saraf Fasialis)
secara teratur untuk memberi stimulus
- Pasien tampak merot (+)
komunikasi
10.25 - Keluarga mendampingi
- Keluarga dapat memahami tujuan
klien
dilakukannya kunjungan secara
teratur
4. Menganjurkan ekspresi diri dengan A : masalah belum teratasi
cara lain dalam menyampaikan P : lanjutkan intervensi 1 – 4
informasi (bahasa isyarat)
10.35 - Klien tampak diam , respon klien
hanya membuka mata
47
BAB 1V
PEMBAHASAN
48
pasien kesulitan menelan, terdapat mual dan muntah pasien tidak dapat makan
sedndiri sehingga terpasang NGT.
Ensefalopati terjadi karena adanya suatu kelainan dalam struktur
anatomi listrik dan fungsi kimia yang berubah. Selain itu juga adanya keracunan
jaringan otak, racun ini dapat di produksi dalam tubuh, misalnya dari hati/gagal
ginjal, atau mungkin sengaja (keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba) atau
tidak sengaja tertelan (keracunan karbon monoksida, obat-obatan, zat beracun).
Hal tersebut dapat kita lihat bahwa adanya gangguan mental,
hilangnya fungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkosentrasi, lesu, kesadaran
menurun pada pasien dengan ensefalopati. Ensefalopati mungkin juga
dikarenakan cacat lahir (kelainan genetic yang meyebabkan struktur otak yang
abnormal/aktivitas kimia dengan gejala yang di temukan pada saat lahir).
Dari kasus pada pasien tersebut dapat diambil masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif ditandai dengan keluarga mengatakan pasien
batuk kurang lebih sudah 1 minggu sebelum MRS, mengalami penurunan
kesadaran sejak 1 minggu sebelum MRS, Keadaan umum lemah, Kesadaran
stupor, GCS 3x2, Irama nafas reguler, Suara nafas ronchi +, Pasien terpasang O2
nasal canul 3 lpm, Hasil foto thorax: pneumoni dextra Hasil TTV: TD: 150/90
mmHg, HR: 98 x/mnt, RR: 26 x/mnt, S: 36,7oC, SPO2: 93 %. Intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan antara lain : menganjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam, memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,
meakukan fisioterapi dada jika perlu seperti clapping atau vibrasi, membantu
mengeluarkan sekret dengan batuk atau suction, mengauskultasi suara nafas,
mencatat adanya suara tambahan, berkolaborasi dalam pemberian bronkodilato
(nebu Nebul combivent PO NAC 200 mg ), serta meonitor respirasi dan status O2.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari evaluasi tanggal 3 April
2019 masih ditemukan ronchi pada auskultasi nafas dan kesadaran pasien stupor
dengan GCS 3 X 2, RR: 21x/menit dengan bantuan o2 nasal kanul 3 lpm.
Masalah keperawatan yang kedua yakni ketidakefektifan perfusi
jaringan otak ditandai dengan Keluarga mengatakan pasien mengalami penurunan
kesadaran secara bertahap sejak 1 minggu sebelum MRS, Keadaan umum lemah,
Kesadaran stupor, GCS 3x2, Pupil isokor, ukuran 3mm/3mm, CRT < 2 detik,
49
Tanda-tanda peningkatan TIK: kejang -, penurunan kesadaran +, TD tinggi +,
mual -, muntah -, pusing –-, Hb 10,60 g/dL, Hasil CT Scan: Infark kronis pada
corona radiata, Nucleus untiformis, Capsula externa, Capsula interna anterior,
Thalamus dextra, Sink brain athropy, Aterosklerosis A. Cerebri. Intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan pada masalah keperawatan tersebut: mengukur
TTV, memonitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi,
memonitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala, meonitor level
kebingungan dan orientasi, meonitor tonus otot pergerakan, memonitor tekanan
intrkranial dan respon nerologis, mencatat perubahan pasien dalam merespon
stimulus, memonitor status cairan, mepertahankan parameter hemodinamik,
meinggikan kepala 0-45o tergantung pada konsisi pasien dan order medis. Setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama 3 hari, evaluasi pada tanggal 3 April
2019 masih terdapat tanda-tanda penurunan TIK (penurunan kesadaran, kesadaran
stupor GCS 3X2, Hasil CT sacan : Infark kronis pada corona radiata,
Masalah keperawatan yang ketiga yakni hambatan mobilitas fisik
ditandai dengan Keluarga mengatakan pasien mengalami kelumpuhan sejak 5
tahun yang lalu, Keadaan umum lemah, Kesadaran stupor, GCS 3x2, ADL
tampak dibantu keluarga, Pasien tamak hanya beraring di tempat tidur, Kekuatan
otot: ekstremitas atas 1, ekstremitas bawah 1. Intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan pada masalah keperawatan tersebut: Memonitor vital sign
sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan, mengkonsultasikan
dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan, membantu
klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera,
mengajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
mendampingi dan membantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs px. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, evaluasi pada
tanggal 3 April 2019 yaitu, Pasien hanya berbaring di tempat tidur, pasien
mengalami penurunan kesadaran, pemenuhan ADL pasien serta mobilisasi
dibantu oleh keluarga.
Masalah keperawatan yang keempat yakni kerusakan integritas kulit
ditandai dengan Keluarga mengatakan terdapat luka pada daerah atas pantat
pasien Keluarga mengatakan luka muncul sekitar 3 bulan yang lalu, Keadaan
50
umum lemah, Kesadaran stupor, GCS 3X2, Pasien mengalami penurunan
kesadaran, Tampak luka dekubitus pada daerah sacrum grade 2 dengan ukuran 5 x
3 cm, Luka tampak kemerahan, Pasien tampak berbaring ditempat tidur
Skala Norton:
Kondisi fidik umum: buruk (2)
Kesadaran: stupor (1)
Aktivitas: terbatas ditempat tidur (1)
Mobilitas: tidak bisa bergerak (1)
Inkontinensia: sering inkontinensia urine (2)
Jumlah: 7 (Peningkatan risiko 50x lebih besar terjadinya ulkus dekubitus)
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada masalah
keperawatan tersebut antara lain: menganjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar, menghiindarkan kerutan pada tempat tidur, menjaga
kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering, mengubah posisi pasien) setiap dua
jam sekali, memonitor kulit akan adanya kemerahan, mengoleskan lotion atau
minyak/baby oil pada derah yang tertekan, memonitor status nutrisi pasien,
berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian tinggi protein, mineral dan
Vitamin. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, evaluasi pada
tanggal 3 April 2019 Pasien hanya berbaring di tempat tidur, Pasien hanya
berbaring di tempat tidur, Pasien mobilisasi dibantu perawat dan keluarga Tampak
balutan kasa pada daerah sokrum, tidak terdapat rembesan pus dan darah.
51
BAB 1V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ensefalopati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
kelainan fungsi otak menyeluruh yang dapat aku atau kronik,
progesif/statis. Ensefalopati yang terjadi sejak dini dapat menyebabkan
gangguan perkembangan neurologis (WHO, 2006).
Beberapa contoh penyebab lain ensefalopati :
1. Menular (bakteri, virus, parasit)
2. Anoxic (kekurangan oksigen ke otak, termasuk penyebab trauma)
3. Alcohol (toksisitas alcohol)
4. Hepatik (missal : kanker hati)
5. Uremik (ginjal/gagal ginjal)
6. Perubahan dalam tekanan otak (perdarahan kepala, tumor, abses)
7. Bahan kimia beracun (timbale, merkuri)
8. Penyakit metabolik
Ciri ensefalopati adanya gangguan mental. Tergantung pada
jenis dan tingkat keparahan ensefalopati. Gejala neurologis umum
diantaranya yaitu hilangnya fungsi kognitif, perubahan kepribadian
ringan, ketidakmampuan untuk berkosentrasi, lesu, kesadaran menurun,
demensia, kejang, otot berkedut, mialgia (Nyeri otot), respirasi
cheynes-stokes (pola pernapasan di ubah dilihat dengan kerusakan otak
dan koma).
Data penunjang untuk enchepalopaty yaitu lumbal pungsi
(pemeriksaan CSS), CT Scan/ MRI, EEG (Electro Encephalo Graphy).
Pada pasien dengan kasus enchepalopaty terdapat banyak sekali
masalah keperawatan yang muncul terutama jika pasien terjadi
penurunan kesadaran.
Masalah keperawaan yang muncul terhadap setiap individu
sangatlah berbeda, tergantung bagaimana kondisi klinis dari pasien
tersebut. Dengan dilakukannya tindakan keperawatan atau tindakan
komplementer diharapkan masalah masalah keperawatan yang muncul
dapat ditangani atau meringankan masalah yang muncul.
52
5.2 Saran
Saran penulis dalam tindakan keperawatan selanjutnya yaitu
pastikan dahulu data yang didapat di dalam pengkajian yang kemudian
dirumuskan menjadi masalah keperawatan. Dan berikan penanganan
atau tindakan keperawatan yang selalu terupdate dengan mengacu pada
jurnal jurnal terbaru.
Namun selalu koordinasikan dengan tim kesehatan lainnya untuk
mengurangi adanya kesalahan atau justru merugikan pasien.
53
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Brunner / Suddarth., (2006). Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company,
Philadelphia.
Depkes RI. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Diknakes, Jakarta.
Donnad. (2011). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2009). Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Mark Mumenthaler, M.D., Heinrich Mattle, M.D. Fundamental of Neurology,1st
edition 2016
UNAIR. 2018.
http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wpcontent/uploads/2017/03/NR02_
Ensefalopati.pdf
54