Panduan Praktikum Genetika Bakteri Dalam Praktik
Panduan Praktikum Genetika Bakteri Dalam Praktik
Panduan Praktikum Genetika Bakteri Dalam Praktik
Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
2018
1
DAFTAR ISI
2
PENDAHULUAN
(1) Isolasi DNA genom,
(2) Amplifikasi gen 16S-rRNA
(3) Purifikasi dan visualisasi produk PCR
(4) Konstruksi plasmid rekombinan (ligasi fragmen gen insert
ke dalam plasmid pGEMT-Easy)
(5) Transformasi plasmid rekombinan ke dalam sel E. coli
(6) Konfirmasi sel transforman melalui tahapan: Isolasi plasmid
rekombinan dan digesti plasmid rekombinan dengan enzim
restriksi.
4
1. ISOLASI DNA GENOM
DNA genom bakteri dapat diisolasi dengan beberapa
metode yang disesuaikan dengan jenis bakteri yang akan diisolasi
DNA genomnya. Dalam praktikum ini, digunakan bakteri E. yang
merupakan bakteri gram negatif. Metode umum yang sering
digunakan untuk mengisolasi DNA genom bakteri gram negative
adalah metode CTAB (Cetyl trimetil ammonium bromide). Dalam
metode ini terdapat tiga tahapan penting yakni (1) pelisisan sel, (2)
pemurnian DNA, dan (3) pengendapan DNA.
Tujuan Praktikum
5
Alat dan Bahan
Alat
0 0
1. Inkubator (siapkan pada suhu 37 C, 65 C)
2. Inkubator bergoyang (shaker)
3. Tabung mikro 1.5 ml
4. Erlenmeyer 125 ml
5. Pipet mikro 1000µl, 20-200 µl, 2-20 µl dan 2 µl.
6. Tips pipet mikro
7. Alat sentrifugasi
8. Piranti elektroforesis dan power supply
9. Spektrofotometer UV
Bahan
6
Cara Kerja Isolasi Genom Bakteri:
1. Isolat E. coli yang akan diisolasi DNA genom-nya
ditumbuhkan pada medium NB dan diinkubasi selama 24
0
jam pada suhu 37 C
2. Setelah 24 jam,sebanyak 1.5 ml kultur Pseudomonas
dipindahkan ke dalam tabung mikro 1.5 ml secara aseptik
3. Suspensi kemudian di sentrifugasi selama 10 menit pada
kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit. Tahap ini diulang
2-3 kali,
4. Pelet yang didapat kemudian diresuspensi dengan 250 µl
bufer TE (1X), dan dipindahkan ke dalam tabung mikro 1.5
mL steril.
5. Suspensi kemudian ditambahkan 5 µL lisozim, lalu
dicampur merata dengan cara membolak-balikkan tabung
mikro hingga larutan menjadi berlendir dan bening
0
kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit.
6. Proses lisis sel dilanjutkan dengan menambahkan 500 µL
(Sodium Dodecyl Sulfate) SDS 10% dan proteinase K
sebanyak 10 µL, tabung mikro 1.5 mL kemudian dibolak-
0
balik. Suspensi diinkubasi pada suhu 37 C selama 60
menit. Setiap 15 menit, tabung dijentik-jentikan untuk
mempermudah lisis sel.
7. Sebanyak 80 µL NaCl dan 100 µL CTAB 10%
ditambahkan ke dalam suspensi, kemudian diinkubasi
0
pada suhu 65 C selama 20 menit, tabung kembali dibolak-
balik.
8. Purifikasi DNA dan pengendapan debris sel dilakukan
dengan menambahkan 650 µL fenol : kloroform :
isoamilalkohol (25:24:1). Tabung kemudian di kocok kuat
hingga berwarna putih susu.
9. Suspensi di sentrifugasi selama 10 menit pada kecepatan
maksimum
10. Pada tabung kemudian akan terbentuk dua lapisan yang
terpisah, dengan segera pindahkan lapisan atas ke dalam
tabung mikro yang baru dan steril dengan hati-hati tanpa
menyertakan larutan di lapisan bawah yang merupakan
endapan debris sel (Gambar 1).
7
Lapisan
atas,
mengandung
DNA
8
20. Pelet DNA dilarutkan dalam 20 µL ddH2O steril atau buffer
TE steril .
21. Tambahkan 15 µl RNAse (10mg/ml), kemudian diinkubasi
0
pada 37 C selama 30 menit.
22. Larutan disentrifugasi kembali pada 12.000 rpm selama 5
menit.
23. Pelet yang diperoleh kemudian dicuci kembali dengan
larutan etanol 70%, dan dibiarkan kering udara seperti
langkah sebelumnya.
24. Pelet DNA dilarutkan dalam 20 µL ddH2O steril atau buffer
0
TE steril dan disimpan pada suhu -20 C (freezer).
25. DNA genim kemudian di elektroforesis dan dikuantitasi
konsentrasinya.
9
2. ELEKTROFORESIS DAN KUANTITASI DNA
GENOM
Kegiatan in bertujuan untuk mengetahui kosentrasi DNA
genom yang telah diisolasi serta menganalisis tingkat
kemurniannya. Konsentrasi dan kemurnian DNA genom sangat
menentukan kondisi PCR yang akan dilakukan kemudian.
10
9. Gel kemudian diamati dengan menggunakan alat UV
transiluminator. DNA genom akan berada pada bagian atas
gel dekat dengan sumur tempat injeksi sampel (Gambar 2).
1
2
3
4
11
Konsentrasi DNA = OD 260 x faktor
pengenceran x nilai standar (50µg/ml)
1000
12
3. POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
Tujuan Praktikum
Pendahuluan
13
Gambar 3. Proses PCR yangmeliputi tahapan denaturasi,
annealing dan polimerisasi.
Alat dan bahan yang diperlukan untuk PCR adalah sebagai berikut:
Alat
1. Tabung PCR
2. Pipet mikro 1000µl, 20-200 µl, 2-20 µl dan 2 µl.
3. Tips pipet mikro
4. Sarung tangan
5. Mesin PCR
Bahan
14
b. Dua pasang primer: forward primer 63f (5’-CAG
GCC TAA CAC ATG CAA GTC-3’) dan reverse
primer 1387r (5’- GGG CGG WGT GTA CAA GGC-
3’)
c. Buffer PCR
d. ddNTPs (ddATP, ddGTP, ddCTP dan ddTTP)
e. Air bebas nuklease (ddH2O)
2. Es batu (seluruh komponen PCR hendaknya diletakkan di
dalam kotas berisi es untuk mempertahankan kondisi
dingin)
Cara Kerja
15
2. Masukkan tabung PCR ke dalam mesin PCR, dan jalankan
kondisi PCR seperti berikut:
Tahap pra-denaturasi pada suhu 94°C selama 2 menit,
denaturasi pada suhu 92°C selama 30 detik, annealing
pada suhu 55°C selama 30 detik, dan polimerasi pada suhu
75°C selama 1 menit, serta post-PCR pada suhu 72°C
selama 10 menit. Penggunaan kondisi post PCR pada suhu
72 72°C selama 10 menit, akan memberikan ujung poly-A
pada fragmen hasil PCR.
3. Setelah proses PCR selesai, ambil tabung dan lanjutkan
pada tahap purifikasi dan visualisasi produk PCR dengan
elektroforesis pada gel agarosa.
16
4. PURIFIKASI DAN VISUALISASI PRODUK
PCR
Tujuan Praktikum
Pendahuluan
Cara Kerja
dari gel tersebut dimasukkan ke dalam tabung mikro 1.5
mL.
2. Tambahkan 10 µL membrane binding solution per 10 mg
o
cacahan gel, lalu dikocok dan diinkubasi pada suhu 50-65 C
sampai gel benar-benar larut.
3. Setelah gel benar-benar larut, dilakukan pengikatan DNA
ke mebran dengan cara memasukkan campuran gel ke
dalam tabung penampung yang dilengkapi dengan
minikolom dan diinkubasi pada suhu ruang selama 1 menit.
4. Tabung penampung kemudian disentrifugasi pada
kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit, cairan yang
melewati minikolom dibuang dan minikolom
dimasukkan kembali pada tabung penampung.
5. Selanjutnya proses pencucian, dilakukan dengan
menambahkan 700 µL membrane wash solution yang
mengandung etanol dan disentifugasi pada kecepatan
10.000 rpm selama 1 menit.
6. Cairan yang tertampung dibuang dan minikolom
dimasukkan kembali pada tabung penampung.
7. Tahap pencucian diulang dengan menambahkan 500 µL
membrane wash solution dan disentrifugasi kembali pada
kecepatan yang sama selama 5 menit.
8. Untuk proses elusi, minikolom dipindahkan dengan hati-hati
pada tabung mikro 1.5 mL yang baru dan ditambahkan 50
µL air bebas nuklease pada minikolom.
9. Tabung lalu diinkubasi pada suhu ruang selama 1 menit
dan disentrifugasi pada kecepatan 10000 g selama 1 menit.
10. Minikolom dibuang dan DNA akan tertampung pada tabung.
18
pb M
1
2
3
4
5
10.000 __
3000 __
2000 __
1500 ---
1000 __
19
5. SUB-KLONING (TA CLONING)
Pendahuluan
DNA hasil PCR atau DNA produk PCR, untuk analisis
kegiatan lebih lanjut sering DNA atau fragmen DNA tersebut
disisipkan ke dalam plasmid vector, seperti pGEM-T Easy, pCR2.1,
pTOPO10 (TA cloning) atau plasmid lain sejenis untuk diamplifikasi
di dalam sel E. coli. DNA hasil PCR umumnya menghasilkan ujung
3’ yang ditambah A (adenin), dan ini akan dapat dicapai jika pada
post PCR (pada siklus terakhir PCR) diberikan waktu minimal 7
menit untuk memberi kesempatan penambahan A pada reaksi PCR.
Sedangkan plasmid pGEM-T Easy atau sejenisnya yang lain, pada
ujung 5’-nya adalah T (sudah didesain dari perusahaan
pembuatnya) (Gambar 5). Kloning dengan cara menggabungkan
DNA hasil PCR dengan plasmid-plasmid vektor semacam itu
disebut TA cloning atau yang sering dinamakan sub-kloning. Hal ini
relatif mudah dilakukan karena ligasi antara ujung 3’ pada DNA
produk PCR akan sangat efisien bergabung dengan ujung 5’ pada
plasmid vektor secara komplementer dan DNA ligase akan
menyambungkannya dengan kuat.
DNA rekombinan (DNA hasil ligasi antara DNA hasil PCR
dengan DNA plasmid) dapat diamplifikasi/ digandakan in vivo
dengan menggunakan E. coli. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mentransformasi DNA rekombinan tersebut ke dalam sel E. coli
yang sudah dibuat kompeten, artinya sel bakteri E. coli tersebut siap
dan mampu mengambil/menerima DNA yang ditransformasikan.
Transformasi DNA plasmid rekombinan dapat dilkukan dengan
metode renjatan panas (heat shock) atau dengan menggunakan
metode elektroforasi (electrophoration). Tentu saja efisiensi dari
kedua metode ini sangat berbeda. Jika menggunakan metode heat
shock tekniknya mudah dan sangat sederhana, namun efisiensinya
rendah. Untuk mentransformasi DNA rekombinan hasil TA cloning
menggunaan metode heat shock sudah cukup dapat dilakukan. Jika
20
DNA rekombinan bukan dari hasil TA cloning, apabila efisiensi ligasi
antara DNA atau gen yang akan diligasikan dengan plasmid vektor
(missal pUC19, pBR322, atau yang lain) rendah (misalnya
pemotongan DNA/gen dan plasmid vektor menggunakan enzim
restriksi tunggal misalnya dengan EcoRI saja), maka cara heat
shock kurang disarankan. Cara lain yang sangat efisien yaitu
dengan menggunakan metode elektroforasi yaitu suatu metode
transformasi DNA denngan menggunakan alat elektroforator
mengunakan tenaga listrik. DNA atau plasmid rekombinan yang sulit
ditransformasi dengan metode heat shock, metode elektroforasi
merupakan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Pada kegiatan ini
sebagai model akan dilakukan kloning gen penyandi 16S rRNA ke
dalam plasmid vektor pGEM-T Easy. Metode dapat diterapkan pada
gen atau fragmen DNA yang lain yang merupakan hasil PCR.
Alat
0 0
1. Inkubator (siapkan pada suhu 37 C, 65 C)
2. Inkubator bergoyang (shaker)
3. Tabung mikro 1.5 ml
4. Erlenmeyer 100 ml
5. Pipet mikro 1000 µl, 20-200µl, 2-20 µl dan 2µl.
6. Tips pipet mikro berbagai volume
7. Alat sentrifugasi
8. Piranti elektroforesis dan power supply
9. Spektrofotometer UV
10. UV traniluminator
Bahan
4. Luria Agar + ampisilin 50 µg/ml
5. Enzim restriksi EcoRI atau yang lainnya
6. X-Gal dan IPTG
7. Gel agarosa 1% dalam buffer TE atau TBE
8. Buffer elektroforesis: Tris-EDTA-asam asetat glasial (TAE) atau
Tris-Borat-EDTA (TBE)
9. Loading dye atau blue juice
10. Larutan Etidium Bromida 0.01%
5.1
Ligasi
Buat reaksi ligasi dengan mencampurkan bahan-bahan berikut :
Total volume 10 µL.
- 5 µL 2 x Rapid ligasi buffer (promega)
- 1 µL vektor cloning pGEM®-T Easy (50 ng),
- 1 µL T4 DNA ligase ( unit/ µ L)
- 1 µL DNA insert (gen 16S rRNA ~ 1.3 kb)
- 2 µL ddH2O
22
Catatan : Kedalam campuran tersebut dimasukkan larutan insert
dalam ddH2O yang dihitung berdasarkan konsentrasi DNA insert
yang diperoleh. Perhitungan konsentrasi DNA insert dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
I = 50 ng x 1.3 kb x 3 = 65 ng
3,015 kb
23
5.3.
Transformasi
plasmid
rekombinan
ke
dalam
E.
coli
DH5a.
1. Masukkan 10 µL plasmid rekombinan (plasmid pGEM-T
Easy+ gen 16S rRNA) ke dalam 250 µL suspensi sel
kompeten.
2. Sebagai kontrol positif dibuat dengan menambahkan
plasmid tanpa insert ke dalam sel kompeten. Masing-
masing perlakuan tersebut diresuspensikan dan diinkubasi
dalam es selama 45 menit.
0
3. Heat shock dilakukan pada suhu 42 C selama 45 detik,
kemudian diinkubasi selama 15 menit dalam es.
0
4. Tambahkan 500 µL media LB dan diinkubasi pada 37 C
selama 1 jam dan dishaker pada 120 rpm.
5. Hasil inkubasi kemudian disentrifugasi selama 5 menit
pada kecepatan 5000 rpm.
6. Pelet yang terbentuk ditambah dengan 200 µL LB, dan
diresuspensi secara perlahan.
7. Masing-masing suspensi kemudian diambil sebanyak 100
µL dan ditumbuhkan dalam media agar LB (Luria Bertani
Agar) yang ditambah 50 µg/ml ampisilin, X-gal (5-bromo-4-
chloro-3-indolyl-b-D-galactopyranosida) dengan metode
sebar (spread plate).
o
8. Kultur diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam.
9. Koloni yang tumbuh di cawan agar LA + ampisilin 50 ml+ X-
Gal yang berwarna putih (diduga mengandung plasmid
rekombinan) selanjutnya diambil dan dikulturkan pada
medium cair LB+ampisilin 50 µg/ml+X-Gal selama 24 jam
o
pada suhu 37 C yang dishaker pada 120 rpm.
10. Plasmid rekombinan diisolasi dan dipotong/didigesti
dengan EcoRI dan dielektroforesis untuk mengetahui
kehadiran plasmid vector pGEM-T Easy dan DNA insert
(gen penyandi 16S rRNA), seperti telah dijelaskan pada
percobaan sebelumnya.
24
6. ISOLASI DNA PLASMID
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengisolasi DNA
plasmid rekombinan sel bakteri Escherichia coli transforman
dengan metode lisis alkalin.
Pendahuluan
Plasmid merupakan DNA ekstrakromosom yang berukuran
kecil dan berbentuk sirkular. Selain itu mekanisme replikasinya
bersifat otonom sehingga tidak bergantung pada kromosom. Tidak
semua bakteri mempunyai plasmid indigenous, namun demikian
banyak prokariot (bakteria dan arkhaea) yang mempunyai plasmid.
Keberadaan plasmid di dalam sel bakteri bersifat non-esensial
terutama terhadap sistem metabolisme sel utama. Umumnya
plasmid memiliki gen resistensi terhadap antibiotik atau gen-gen lain
yang tidak beperan dalam metabolism utama sel, dengan variasi
jumlah kopi yang beragam. Karakter-karakter inilah yang membuat
plasmid sering digunakan sebagai alat utama dalam teknik rekayasa
genetika terutama sebgai vektor kloning.
Plasmid
Plasmid merupakan suatu elemen genetik, dalam hal ini
DNA ekstrakromosom yang umumnya berbentuk sirkuler (lingkaran)
yang dapat bereplikasi sendiri, artinya tidak bergantung pada
kromosom. Banyak plasmid dapat berpindah dari satu sel ke sel
yang lain melalui suatu proses yang dinamakan konjugasi.
Beberapa plasmid juga mempunyai kemampuan dapat menjadi
terintegrasi ke dalam kromosom, dalam kondisi ini replikasinya akan
dikontrol oleh kromosom.
Plasmid dapat membawa bermacam-macam gen, sebagai
contoh gen yang mengontrol produksi toksin maupun resistensi
terhadap antibiotik, logam berat, dan senyawa inhibitor yang lain.
Selain itu, beberapa plasmid membawa gen-gen untuk katabolisme
substrat yang tidak umum seperti senyawa aromatik dan pestisida.
25
Banyak plasmid juga membawa gen-gen yang mengontrol proses
konjugasi seperti gen-gen yang mengubah permukaan sel yang
memungkinkan untuk kontak antar sel dan gen-gen yang berperan
untuk transfer DNA dari satu sel ke yang lain. Plasmid yang dapat
dipindahkan ke sel yang lain ditentukan oleh sistem transfernya
sendiri melalui kontak antar sel yang dinamakan plasmid konjugatif.
Namun demikian, tidak semua plasmid bersifat konjugatif.
Pemindahan plasmid melalui konjugasi dikontrol oleh seperangkat
gen dalam plasmid itu sendiri yang dinamakan daerah transfer (tra
region). Kehadiran tra region pada plasmid mempunyai peran
penting yaitu apabila plasmid pembawa tra ini terintegrasi ke dalam
kromosom, maka akan dapat memindahkan/ mentransfer kromosom
(umumnya sebagian kromosom) tersebut ke sel bakteri yang lain.
Walaupun demikian, plasmid yang digunakan dalam kegiatan
kloning ataupun rekayasa genetik biasanya sudah dibuat/
dikonstruksi sedemikian rupa sehingga memudahkan penelitinya
dalam mempelajari DNA/gen yang disisipkannya dalam kegiatan
kloning DNA maupun rekayasa genetika.
Plasmid umumnya mempunyai ukuran kurang dari 1/20
ukuran dari kromosom. Plasmid yang biasanya diisolasi, merupakan
DNA utas ganda yang berbentuk sirkular. Ketika DNA plasmid
diisolasi bentuk sirkuler utas ganda akan melipat hingga membentuk
superkoil. Isolasi DNA plasmid umumnya dapat dikerjakan dengan
mudah yang berdasarkan pada sifat fisik dari molekul DNA superkoil
itu sendiri. Jika mengisolasi plasmid, selain superkoil, bentuk
plasmid yang lain yang sering akan diperoleh adalah plasmid bentuk
linier dan sirkuler yang terbuka pada satu utas DNA (open circular).
Ketiga bentuk ini akan menentukan kecepatan migrasinya dalam
elektroforesis gel agarosa. Molekul DNA plasmid dari ukuran yang
berbeda dapat dipisahkan dengan mudah menggunakan
elektroforesis gel agarosa. Teknik ini merupakan cara yang baik
untuk menganalisis kerja enzim endonuklease dan enzim-enzim lain
pada DNA plasmid.
Selain menggunakan metode lisis alkalin, saat ini telah
berkembang berbagai produk kit (perangkat) untuk mengisolasi
DNA plasmid. Namun demikian, prinsip utama dari perangkat
tersebut sama dengan perlakuan tanpa kit, hanya waktu kerja yang
26
dibutuhkan umumnya lebih singkat. Untuk mengetahui keberhasilan
isolasi plasmid diperlukan visualisasi dengan elektroforesis gel
agarosa. Plasmid akan lebih baik tervisualisasi setelah dilakukan
pemotongan (digesti) dengan menggunakan enzim restriksi tertentu.
Dengan melakukan digesti/ pemotongan, ukuran serta konsentrasi
plasmid dapat diketahui dengan membandingkannya terhadap DNA
penanda (DNA marker).
DNA$insert$
Recombinant+
pGEMT+
Alat
27
Bahan
R
1. Sel E. coli yang membawa plasmid pUC19 (Ap ) E. coli
R
yang membawa plasmid pGEMT-Easy+insert (Ap ).
2. Agarosa 1%
3. Loading dye dan DNA penanda (DNA marker 1 Kb)
4. Larutan I (glukosa 50 mM, Tris-Cl [pH 8], EDTA 10 mM [pH
8])
5. Larutan II (0.2 M NaOH; 1% (b/v) SDS)
6. Larutan III (CH3COOK 5M, asam asetat glasial, akuades)
7. Sodium asetat 3M
8. ddH2O atau Buffer TE 1X (10mM Tris pH 7.5-8.0; 1mM
EDTA)
9. Etanol absolut
10. Etanol 70%
Cara Kerja
8. Tambahkan 1 ml etanol absolut dingin dan 0.1% sodium
asetat 3M untuk proses presipitasi plasmid, dan inkubasi
0
suspensi selama 3 jam (atau semalam) pada suhu -30 C.
9. Suspensi kemudian disentrifugasi pada kecepatan 12.000
rpm selama 10 menit. Buang supernatan.
10. Tambahkan 1 ml etanol 70% untuk mencuci pelet,
resuspensi dengan menggunakan pipet mikro.
11. Sentrifugasi suspensi pada kecepatan 12.000 rpm selama
10 menit. Buang kembali supernatant yang terbentuk.
12. Keringudarakan pelet plasmid dengan cara membuka tutup
tabung mikro pada suhu ruangan selama 3 jam (atau
semalam), atau pellet dikeringkan dengan menggunakan
evaporator.
13. Elusi/larutkan plasmid dengan menambahkan 20-30 µl
o
larutan buffer TE atau ddH2O dan simpan pada suhu -30 C
hingga digunakan.
29
7. DIGESTI PLASMID
Tujuan
Pendahuluan
enzim (multi cutting). Reaksi digesti untuk pemotongan oleh
beberapa enzim dapat berlangsung sekaligus (satu kali) atau
bertahap tergantung dari jenis enzim restriksi yang digunakan
beserta kondisi inkubasi yang diperlukan oleh tiap enzim, maupun
perusahaan yang memproduksinya.
Dalam praktikum ini digunakan beberapa enzim untuk
memotong utas DNA plasmid. Salah satu contoh enzim restriksi
yaitu EcoRI, merupakan enzim endonukelase yang diisolasi
pertama kali oleh Herbert Boyer pada tahun 1969 dari bakteri
Escherichia coli. Situs pengenalan dari enzim EcoRI adalah urutan
nukeotida GAATTC dengan situs pemotongan pada nukleotida G
dan A sehingga menghasilkan hasil pemotongan bertipe mencuat/
lancip (Gambar 7). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam
melakukan digesti adalah waktu inkubasi, konsentrasi DNA plasmid,
kompatibilitas buffer restriksi dan performa enzim tiap unit-nya.
dilanjutkan untuk pemetaan plasmid. Beberapa enzim restriksi dan
situs pemotongannya disajikan pada Tabel 1.
Alat
1. Inkubator
2. Tabung mikro 0.5 ml
3. Pipet mikro 20-200 µl, 2-20 µl dan 2 µl.
4. Tips pipet mikro
5. Seperangkat alat mini gel elektroforesis
Bahan
32
1. Enzim restriksi beserta komponen restriksi lain seperti buffer
restriksi dan bovine serum albumine (BSA)
2. pGEMT-Easy + DNA sisipan (~ 4.0 kb) (Gambar 8)
3. Agarosa
4. Buffer elektroforesis (TE atau TBE)
5. Etidium Bromida (EtBr) 0.1%
6. Aquades
Cara Kerja
33
Gambar 8. Peta plasmid pGEM-T Easy dengan berbagai situs
pemotongan dengan enzim restriksi, dan B) plasmid
rekombinan pGEM-T Easy+insert yang digunakan
dalam percobaan ini.
34
35
volume loading dye untuk 10 volume DNA ( 1 mL
loadingdye dalam 10 mL total reaksi).
6. Tutup piranti elektoroforesis dengan benar agar elektroda
tersambung dengan baik pada power supply. Kutub
negatif berada pada bagian dekat sumur sampel.
7. Atur power supply piranti elektroforesis pada kondisi 4W, 4
mA, 70 volt dengan waktu elektroforesis selama 50 menit,
atau dengan mengatur kondisi yang lain.
8. Setelah elektoforesis selesai, angkat gel dan dilanjutkan
dengan pewarnaan gel agarosa. Proses pewarnaan
dilakukan hati-hati dan harus mengenakan sarung tangan.
9. Rendam gel pada larutan EtBr selama 5-10 menit
10. Angkat gel dan pindahkan ke larutan akuades untuk
proses de-staining guna menghilangkan kelebihan EtBr
yang menempel pada gel.
11. Pindahkan gel di atas alat UV transiluminator, dan amati
pita DNA yang terbentuk. Dengan adanya marker DNA,
ukuran DNA hasil restriksi dapat ditentukan ukurannya.
36