METODE
METODE
METODE
Metode isolasi plasmid perlu dilakukan karena merupakan dasar untuk dijadikan
sebagai vektor pada proses kloning, produksi protein, terapi gen dll. Metode
isolasi plasmid sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil isolasi DNA. Dengan
demikian perlu adanya metode yang tepat sehingga perlu adanya penelitian untuk
mengetahui metode isolasi serta analisis kualitas DNA hasil isolasi plasmid
tersebut. Dengan harapan akan mendapatkan hasil yang maksimal dan dapat
dijadikan sebagai bahan untuk penelitian bidang terkait.
Praktikum ini bertujuan untuk mengisolasi plasmid rekombinan pGEM dari
bakteri Escherichia coli
METODE
Waktu danTempat
Bahan
Alat
ProsedurKerja
Uji Kualitatif
Gel agarose dibuat dengan melarutkan sebanyak 0,35 gram agarose bubuk
kedalam 35 ml buffer TAE. Proses melarutkan agarose dilakukan dengan
menggunakan suhu panas menggunakan microvawe hingga mendidih. Gel agarose
yang telah mendidih didinginkan pada suhu ruang. Gel dituang kedalam cetakan
yang sudah terdapat sisir (comb ) dan ditunggukan sampai gel benar benar
mengeras sehingga dapat dimasukan ke dalam chamber elektroforesis.
Elektroforesis DNA
Langkah pertama dalam proses isolasi DNA plasmid setelah disentrifugasi dan
mendapatkan pellet adalah perusakan dan atau pembuangan dinding sel bakteri
yang dapat dilakukan dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan tinggi, beku
leleh maupun dengan cara kimiawi menggunakan larutan lisis (Brown, 2003).
Pada praktikum kali ini isolasi DNA plasmid menggunakan metode kimiawi yakni
penambahan bahan-bahan mekanik seperti EDTA, buffer TE, etanol,
PCI(Phenol/chloroform/isoamilalkohol, potasium asetat. Pada praktikum ini,
perusakan dinding sel dilakukan dengan pemberian larutan lisis dan SDS pada
kultur bakteri. Larutan lisis atau SOL 1 yang digunakan mengandung EDTA 10
mM, Tris HCl 25 mM, dan sukrosa 15%. EDTA 10 mM yang berfungsi sebagai
perusak sel dengan cara mengkelat ion magnesium. Tris-HCL berperan sebagai
buffer untuk menjaga pH DNA berada dalam keadaan optimum. Sedangkan
sukrosa 15% berfungsi memecah dingding sel bakteri (Ausubel et al. 1994).
Setelah optimalisasi reaksi pada suhu dingin, maka ditambahkan larutan untuk
mengendapkan dinding sel. Larutan tersebut adalah SOL 2 yang terdiri dari NaOH
dan sodium dodesil sulfate (SDS). Penambahan NaOH akan menyebabkan pH
menjadi 12.0 - 12.5 sehingga ikatan hidrogen pada molekul DNA tidak berlilitan
akan pecah dan menyebabkan heliks ganda terurai dan rantai polinukleotida
memisah. Penambahan Na-asetat yang bersifat asam menyebabkan DNA bakteri
yang terdenaturasi akan mengelompok kembali menjadi benang kusut sehingga
dengan proses sentrifugasi dapat terpisah (Brown 2003). Plasmid yang diperoleh
masih belum murni sehingga perlu dilakukan pemurnian dari berbagai
kontaminan. Setelah penambahan fenol, kecepatan sentrifugasi ditingkatkan agar
kontaminan protein yang terdapat dalam ampel dapat dihilangkan. Kecepatan
yang semakin tinggi diperlukan untuk mengendapkan asam nukleat karena
densitas DNA yang lebih tinggi yakni sekitar 1.7 g cm dibanding protein dan
molekul lain yang densitasnya berkisar kurang dari 1 g cm (Albert et al 2004).
Saat sentrifugasi, dilakukan penmbahan etanol absolut agar proses presisipitasi
DNA menjadi lebih sempurna. Berbagai penambahan pelarut dilakukan sebagai
upaya dalam pemurnian plasmid. Menurut Ausubel et al . (1994) bahwa
penambahan etanol 70% akan menghilangkan berbagai pelarut yang telah
ditambahkan selama tahapan pemurnian sehingga diharapkan yang tersisa
hanyalah DNA plasmid (Ausubel
et al
. 1994).
Ausubel FM
et al.
1990.
Current Protocols in Molecular Biology
. Kanada (US): John Willey & Sons. Brown TA. 2003.
Pengantar Kloning Gen
. Muhammad SA, penerjemah. Terjemahan dari:
Gene Cloning an Introduction
. Yogyakarta (ID): Yayasan Essentia Medika