Syndrome Conn
Syndrome Conn
Syndrome Conn
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Diagnostic pada Sindrom Conn tidak mudah namun mengenali gejala sangat
penting karenaSindrom Conn terkait dengan hipertensi sekunder sering dapat
disembuhkan paling tidak dapatdikontrol secara optimal. Diagnosis meliputi 3 hal
yaitu screening, konfirmasi diagnosis danpenentuan subtype spesifik dari
aldosteronisme primer.
1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3.TUJUAN
a. Mengetahui pengertian Sindrom Conn?
b. Mengetahui etiologi dari Sindrom Conn?
c. Mengetahui anatomi fisiologi Sindrom Conn?
d. Mengetahui patofisiologi Sindrom Conn ?
e. Mengetahui patoflow dari Sindrom Conn ?
f. Mengetahui manifestasiklinis Sindrom Conn?
g. Mengetahui komplikasi dari Sindrom Conn ?
h. Mengetahi penatalaksanaan Sindrom Conn ?
i. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Sindrom Conn ?
j. Mengetahui asuhan keperawatan pada Sindrom Conn ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Sindrom Conn, yang juga dikenal sebagai aldosteronisme primer, adalah kondisi
medis yang ditandai dengan produksi berlebihan aldosteron oleh kelenjar adrenal.
Kelenjar adrenal adalah sepasang kelenjar yang terletak pada puncak ginjal. Aldosteron
adalah hormon yang mengatur volume darah di dalam tubuh dengan merangsang ginjal
untuk menahan natrium dan mengeskresikan kalium sehingga air akan diserap kembali
oleh ginjal kembali ke dalam tubuh. Oleh karena ini juga, aldosteron juga mengatur
jumlah natrium dan kalium di dalam darah.Pada penderita sindrom Conn, aldosteron
yang berlebihan di dalam tubuh menyebabkan natrium tertahan dan terlalu banyak kalium
yang keluar melalui urin.Maka dari itu, terjadi peningkatan cairan tubuh yang lebih dari
normal, peningkatan volume darah, yang juga dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi.Penanganan dini diperlukan karena penderita sindrom Conn memiliki risiko tinggi
untuk terjadinya kondisi yang mengancam jiwa, seperti penyakit kardiovaskuler, stroke
dan gagal ginjal.
Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresi dari zona glomerulosa kelenjar
adrenal. Aldosteron memiliki aktivitas mineralokortikoid dan regulator yang paling
penting dari kalium plasma. Ketika plasma kalium meningkat, peningkatan stimulasi
aldosteron terjadi secara langsung dan juga sebagai akibat dari Renin-Angiotensin-
Aldosteron System (RAAS). Aldosteron juga regulator yang paling penting dari ekskresi
natrium
1. kortikotropin (ACTH)
2. Angiotensin 2
3. K+
3
Pelepasan aldosteron dihambat oleh Atrial Natriuretic Peptide (ANP). Sebagian
besar peningkatan konsentrasi aldosteron dapat dijelaskan dengan kenaikan Renin-
Angiotensin-Aldosteron Sistem dan oleh karena itu, angiotensin 2 dan / atau oleh
peningkatan konsentrasi K +. ACTH hanya secara signifikan menstimulasi pelepasan
aldosteron selama kehilangan cairan yang parah. ANP disekresi dalam menanggapi
pemuatan natrium / air karena menghambat sekresi aldosteron
Aldosteron adalah hormon yang diproduksi di bagian luar (korteks) dari kelenjar
adrenal, yang duduk di atas ginjal. Hal ini memainkan peran sentral dalam pengaturan
tekanan darah terutama dengan bertindak pada organ seperti ginjal dan usus untuk
meningkatkan jumlah garam (natrium) diserap ke dalam aliran darah dan jumlah garam
yang disebut kalium lain dihapus dalam urin.
Aldosteron juga menyebabkan air diserap kembali bersama dengan natrium; ini
meningkatkan volume darah dan karena tekanan darah. Dengan demikian, secara tidak
langsung aldosteron mengatur kadar elektrolit (natrium, kalium dan hidrogen) dan
membantu untuk menjaga pH darah.
2.2. ETIOLOGI
Beberapa penyebab syndrome cohn adalah sebagaiberikut :
Etiologi Sindrom conn disebabkan oleh sekresi aldosterone yang terlalu banyak
sehingga mengakibatkan retensi natrium, alkalosis yang hipokalemik dan urin yang
alkalis. Sebab-sebabnya bisa : suatu tumor dikorteks supraren, suatu bilateral cortical
nodular hyperplasia.
4
Sindrom Cohn disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang
berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hyperplasia korteks anal ginjal
berupa adenoma maupun carcinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan
sindrom Cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang
mengeluarkan ACTH. Syndrome Cushing yang disebabkan tumor hipofisis disebut
penyakit Cohn. (buku ajar ilmu bedah, R. Syamsuhidayat, hal 945). Sindrom Cushing
dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik
(latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada gangguan aksis hipotalamus-
hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal
terjadi akibat ransangan belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang
mengakibatkan produksi kortisol abnormal. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1091).
Kelenjar supraneralis jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri
dan kanan.Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram.
5
1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam
1. Medula Adrenal
2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan
zona retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3
kelompok hormon :
a. Glukokortikoid
6
Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat respon inflamasi pada
cedera jaringan dan menekan manifestasi alergi.Efek samping glukokortikoid mencakup
kemungkinan timbulnya diabetes militus, osteoporosis, ulkus peptikum, peningkatan
pemecahan protein yang mengakibatkan atrofi otot serta kesembuhan luka yang buruk
dan redistribusi lemak tubuh.Dalam keadaan berlebih glukokortikoid merupakan
katabolisme protein, memecah protei menjadi karbohidrat dan menyebabkan
keseimbangan nitrogen negatif.
b. Mineralokortikoid
7
2.4. PATOFISIOLOGI
Penyebab paling umum dari tingkat aldosteron tinggi kelebihan produksi
sering dari tumor adrenal jinak kecil (hiperaldosteronisme). Gejala termasuk tekanan
darah tinggi, kadar darah rendah kalium, peningkatan abnormal pada volume darah dan
kadang-kadang darah menjadi basa secara tidak langsung sebagai akibat dari tindakan
aldosteron dalam mempromosikan sekresi asam.
Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom conn adalah peninggian kadar
glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi klinik
sindrom conn, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik dari kelebihan
glikokorikoid.Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:
c. Androgen.
d. Estrogen
a. Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat.
8
c. Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah.
e. Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat
dengan mudah terjadi fraktur patologis.
g. Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek
dari glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk
meningkatkan toleransi glukosa.
b. Obesitas
e. Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawag yang kurus akibat atropi otot
memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
1. Elektrolit
Efek minimal pada elektrolit serum.Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu
besar dapat menyebabkan retensi natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema,
hipokalemia dan alkalosis metabolik.
9
2. Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan
antibody humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang
lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.
Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini:
d. Reaksi peradangan.
3. Sekresi lambung
4. Fungsi otak
5. Eritropoesis
10
glukokortikoid adalah kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini
glukokortikoid:
B. Dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas
kapiler.
C. Menghambat pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan menkan fagositosis.
D. Efeknya pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik
akut yang berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi.
E. Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi
yang merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi
diri sebagai layaknya sementara menerima dosis farmakologik. (Sylvia A. Price;
Patofisiologi, hal 1090-1091).
2) Tak tergantung ACTH: Adanya adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH, selain
itu terdapat bukti-bukti histologi hiperplasia hipofisis kortikotrop, masih tidak jelas
apakah kikroadenoma maupum hiperplasia timbal balik akibat gangguan pelepasan
CRH (Cortikotropin Realising hormone) oleh neurohipotalamus. (Sylvia A. Price;
Patofisiologi. hal 1091)
11
2.5. PATHWAY
Pemberian glukokortikoid
jangka panjang pada penderita Tumor korteks adrenal
asma,rematoid arthritis,lupus
Hiperfungsi korteks
adrenal
Hipersekresi
hormone aldosteron
Syndrome Cohn
Intoleransi aktivitas
Gangguan citra
tubuh
12
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang sering ditemukan pada pasien dengan sindrom cushing
antaralain:
a. Obesitas sentral
d. Striae
f. Mudah luka
13
q. Peningkatan kalium dalam urin
r. Periode kelumpuhan
s. Kejang otot
t. Kelelahan – karena kadar potassium darah rendah
u. Sakit kepala – karena kadar potassium darah rendah
2.7. KOMPLIKASI
a. Krisis addison
2.8. PENATALAKSANAAN
c. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka
sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.
d. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi total dan diikuti
pemberian kortisol dosis fisiologik.
14
e. Bila kelebihan kortisol disebabkan o/ neoplasma disusul kemoterapi pada
penderita dengan karsinoma/ terapi pembedahan.
2.9.PEMERIKSAAN PENUNJANG
15
2.10. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
16
a. Peningkatan volume darah
b. Arteri hipertensi
c. Irama jantung abnormal
3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan muskuloskeletal,integumen, dan
seksual reproduksi.
Ditandai dengan :
a. Perasaan negative tentang tubuh
b. Focus pada perubahan
c. Gangguan penyembuhan luka
4. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang proses penyakit,
pengobatan dan perawatan diri.
Ditandai dengan :
a. Pengungkapan masalah
b. Perilaku tidak tepat
C. Intervensi keperawatan
17
d. Bantu klien dan
keluarga untuk
mengidentifikasi
kelemahan dalam
level aktivitas
tertentu
2. Kelebihan volume 1. Volume cairan kelebihan Manajemen elektrolit cairan
cairan a. Bau urine a. Jaga pencatatan
b. Warna urine asupan dan output
c. Nyeri saat buang air yang akurat
kecil b. Batasi cairan yang
d. Nokturia sesuai
2. Fungsi ginjal c. Monitor tanda-tanda
a. Urine output selama 8 vital
jam d. Monitor respon
b. Hipertensi pasien terhadap terapi
c. Kelelahan elektrolit yang di
d. Malaise resepkan
e. Timbang berat badan
harian dan pantau
gejala
f. Pantau adanya tanda
dan gejala retensi
cairan
3. Gangguan citra 1. Citra tubuh 1. Peningkatan cita tubuh
tubuh a. Gambaran internal diri a. Tentukan harapan
b. Kesesuaian antara citra diri pasien di
realitas tubuh dan ideal dasarkan pada
tubuh dengan tahapan
penampilan tubuh perkembangan
c. Kepuasan dengan fungsi b. Tentukan perubahan
18
tubuh fisik saat ini apakah
d. Penyesuaian terhadap berkontribusi pada
perubahan status citra diri pasien
kesehatan c. Identifikasi strategi-
2. Harga diri strategi penggunaan
a. Verbalisasi penerimaan koping
diri
b. Tingkat kepercayaan diri 2. Peningkatan koping
c. Perasaan tentang nilai a. Berikan suasana
diri penerimaan
b. Dukung kemampuan
mengatasi situasi
secara berangsur-
angsur
c. Sediakan informasi
actual mengenai
diagnosis,pengangan
dan prognosis
d. Dukung pasien untuk
mengidentifikasi
kekuatan dan
kemampuan diri
4. Defisiensi 1. Pengetahuan : manajemen 1. Pengajaran :proses
pengetahuan penyakit ginjal penyakit
a. Tanda dan gejala a. Kaji tingkat
penyakit ginjal pengetahuan pasien
b. Factor resiko untuk terkait dengan proses
komplikasi penyakit yang
c. Strategi mencegah spesifik
komplikasi b. Jelaskan mengenai
d. Tanda dan gejala proses penyakit
19
kelebihan volume cairan sesuai kebutuhan
2. Pengetahuan manajemen
hipertensi 2. Pengurangan
a. Target tekanan darah kecemasan
b. Komplikasi potensial a. Kaji untik tanda
hipertensi verbal dan non
c. Manfaat pengobatan verbal kecemasan
jangka panjang b. Control stimulus
d. Pengguanaan yang benar untuk kebutuhan
dari obat yang klien secara tepat
diresepkan c. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom Conn, yang juga dikenal sebagai aldosteronisme primer, adalah kondisi
medis yang ditandai dengan produksi berlebihan aldosteron oleh kelenjar adrenal. Kelenjar
adrenal adalah sepasang kelenjar yang terletak pada puncak ginjal. Sebab-sebabnya bisa :
suatu tumor dikorteks supraren, suatu bilateral cortical nodular hyperplasia.
21
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia A. Price; Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit ; EGC; Jakarta; 1994
Susanne C. Smeltzer; Buku Ajar Medikal Bedah Brunner-Suddart; EGC; Jakarta; 1999.
Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Ed29. Jakarta: EGC
Guyton et,all. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC
Soedoyo, et,all. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen
22