Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Seminar Kasus Maternitas PEB

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA MEDIS G0P1102 POST SC HARI KE-2+PEB +IMPENDING


EKLAMPSIA
DI RUANG MERPATI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Oleh:
Kelompok 4

Nurul Istiqomah, S.Kep. (131613143066)


Shilvy Dwi Purnama, S.Kep. (131613143069)
Nurul Ramadhani Yaner, S.Kep. (131613143074)
Elfrida Kusuma Putri, S.Kep. (131613143079)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis G0p1102

Post Sc Hari Ke-2+ PEB +Impending Eklampsia Yang Mengalami Gangguan

Nyeri Akut, Kelebihan Volume Cairan, Resiko Kelemahan Menjadi Orang Tua,

Dan Terputusnya Menyusui” yang telah dilaksanakan mulai tanggal 18 Oktober

sampai dengan 29 Oktober 2016 dalam rangka pelaksanaan Profesi Keperawatan

Maternitas.

Telah disetujui untuk dilaksanakan seminar Profesi Keperawatan Maternitas.

Disahkan tanggal, 4 November 2016

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ni Ketut Alit Armini, S.Kp., M.Kes) (Sulastri, S.Tr.Keb)


NIP. 197410292003122002 NIP. 197408252007012010

Mengetahui,
Kepala Ruangan Merpati

(Farida, S.Tr.Keb)
NIP. 196703131994032004
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,

bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak

menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan

gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih.

(Nanda, 2012). Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008). Preeklamsi adalah

timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia

20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2006).

Di seluruh dunia pre eklamsi menyebabkan 50.000-76.000 kematian

maternal dan 900.000 kematian perinatal setiap tahunnya (Chappel dan Morgan,

2006). Insidens PEB pada kehamilan sebesar ±5-10% (WHO, 2002; Takahashi

dan Martinelli,2008) dan menjadi satu dari tiga penyebab utama angka kematian

ibu setelah perdarahan dan infeksi (Miller, 2007). Penyebab utama kematian ibu

di Indonesia tersebut adalah perdarahan (28%), preeklampsia/eklampsia (24%),

infeksi (11%), partus lama (5%) dan abortus (5%) (BKKBN, 2010). Angka

kejadian di Indonesia bervariasi di beberapa dunia (Gilbert dkk, 2008) di

Indonesia masih merupakan penyebab kematian nomor dua tertinggi (24%)

setelah perdarahan (Depkes RI, 2001), kondisi preeklamsi berat (PEB) ini dapat

terjadi pada ±1 per 1000 kehamilan (Davidson, 2004).


2

Preeklampsia bisa menyebabkan kelahiran awal dan komplikasi fetus

termasuk bayi prematur. Preeklampsia sangat bertanggung jawab terhadap 15 %

kelahiran prematur di Amerika Serikat (Penoll, 1982). Melalui penelitian oleh

Meis, dkk pada tahun 1995 – 1998 dalam menganalisis kelahiran sebelum usia

gestasi 37 minggu yang dilakukan di NICHD maternal-fetal medicine Units

Network, kelahiran prematur yang diindikasikan 43%-nya disebabkan oleh

preeklampsia (Cunningham, 2005). WHO pada tahun 1961 mengganti istilah bayi

prematur dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi

dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur

(Mochtar, 1998). Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir selamat

dengan berat 2500 gram atau lebih kecil pada saat lahir (Pernoll, 1982). Frekuensi

berat bayi lahir rendah di negara maju berkisar antara 3,6 - 10,8 % dan di negara

berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Rasio antara negara maju dan negara

berkembang adalah 1: 4 (Mochtar, 1998). Berat bayi lahir rendah dan kelahiran

prematur merupakan kontributor utama dalam kematian bayi. Berat bayi lahir

rendah dan kelahiran prematur semakin meningkat selama dua dekade kecuali

perawatan neonatal yang sangat baik, kelahiran ini akan berlanjut menjadi

penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi (Fried, 2008).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Menganalisis asuhan keperawatan pada pasien PEB terutama pada asuhan

keperawatan maternitas secara komprehensif di Ruang Merpati RSUD Dr.

Soetomo Surabaya.

1.2.2 Tujuan khusus


1. Menjelaskan Konsep Pre Eklampsia Berat (PEB).
3

2. Menjelaskan Asuhan Keperawatan Dasar Maternitas Pre Eklampsia Berat

(PEB).

BAB 2
RESUME KASUS

2.1 Definisi Preeklampsia Berat

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan

disertai dengan proteinuria. Menurut Cunningham (2005) kriteria minimum untuk

mendiagnosis preeklampsia adalah adanya hipertensi disertai proteinuria minimal.

Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg

dengan pengukuran tekanan darah sekurangkurangnya dilakukan 2 kali selang 4

jam. Kemudian, dinyatakan terjadi proteinuria apabila terdapat 300 mg protein

dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick. 1 Preeklampsia dengan
4

tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg

disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam disebut sebagai preeklampsia berat. Beberapa

tanda dan gejala dari preeklampsia berat antara lain nyeri epigastrium, sakit

kepala dan gangguan penglihatan akibat edema serebral.

2.2 Faktor Risiko dan Etilogi Preeklampsia

Beberapa faktor risiko untuk terjadinya preeklampsia antara lain :

1. Primigravida
Primigravida diartikan sebagai wanita yang hamil untuk pertama kalinya.

Preeklampsia tidak jarang dikatakan sebagai penyakit 8 primagravida karena

memang lebih banyak terjadi pada primigravida daripada multigravida

(Wiknjosastro,2002).
2. Primipaternitas
Primipaternitas adalah kehamilan anak pertama dengan suami yang kedua.

Berdasarkan teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin dinyatakan bahwa

ibu multipara yang menikah lagi mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya

preeklampsia jika dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.


3. Umur
Umur yang ekstrim Kejadian preeklampsia berdasarkan usia banyak ditemukan

pada kelompok usia ibu yang ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35

tahun (Bobak, 2004). Menurut Potter (2005), tekanan darah meningkat seiring

dengan pertambahan usia sehingga pada usia 35 tahun atau lebih terjadi

peningkatkan risiko preeklamsia.


4. Hiperplasentosis
Hiperplasentosis ini misalnya terjadi pada mola hidatidosa, kehamilan multipel,

diabetes mellitus, hidrops fetalis, dan bayi besar.


5. Riwayat pernah mengalami preeklampsia
Wanita dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya memiliki

risiko 5 sampai 8 kali untuk mengalami preeklampsia lagi pada kehamilan

keduanya. Sebaliknya, wanita dengan preeklampsia pada kehamilan keduanya,


5

maka bila ditelusuri ke belakang ia memiliki 7 kali risiko lebih besar untuk

memiliki riwayat preeklampsia pada kehamilan 9 pertamanya bila dibandingkan

dengan wanita yang tidak mengalami preeklampsia di kehamilannya yang kedua.


6. Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia
Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia akan meningkatkan

risiko sebesar 3 kali lipat bagi ibu hamil. Wanita dengan preeklampsia berat

cenderung memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia pada kehamilannya

terdahulu.
7. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Pada penelitian yang dilakukan oleh Davies dkk dengan menggunakan desain

penelitian case control study dikemukakan bahwa pada populasi yang

diselidikinya wanita dengan hipertensi kronik memiliki jumlah yang lebih banyak

untuk mengalami preeklampsia dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat

penyakit ini.
8. Obesitas
Merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi

jaringan lemak berlebihan sehingga dapat menganggu kesehatan. Indikator yang

paling sering digunakan untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada

orang dewasa adalah indeks massa tubuh (IMT). Seseorang dikatakan obesitas

bila memiliki IMT ≥ 25 kg/m2. Sebuah penelitian di Kanada menyatakan risiko

terjadinya preeklampsia meningkat dua kali setiap peningkatan indeks massa

tubuh ibu 5-7 kg/m2 , terkait dengan obesitas dalam kehamilan, dengan 10

mengeksklusikan sampel ibu dengan hipertensi kronis, diabetes mellitus, dan

kehamilan multipel. Ibu hamil dengan obesitas memiliki risiko 3,9 kali lebih besar

untuk menderita preeklampsia.


2.3 Manifestasi Klinis Preeklampsia
Diagnosis preeklampsia ditegaktan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala,

yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan


6

proteinuria. Penambahan berat badan berlebih apabila 1kg seminggu

beberapakali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan,

pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan darah >140 mmhg.
Disebut preeclampsia berat bila ditemukan gejala berikut :
a. tekanan darah sistolik >169mmhg atau diastolic >110mmhg
b. proteinuria +>5g/24jam
c. oliguria (<400 mldalam 24jam)
d. sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan
e. edema paru atau siamosis
f.trombositopenia dan pertumbuhan janin terhambat
2.4 Patofisiologi Preeklampsia

Teori kelainan vaskularisasi plasenta menjelaskan bahwa pada preeklampsia

tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan

matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras

sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan

vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi

kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga aliran darah utero plasenta menurun

dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Plasenta yang mengalami iskemia

akibat tidak terjadinya invasi trofoblas secara benar akan menghasilkan radikal

bebas. Salah satu radikal bebas penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah

radikal hidroksil.

Radikal hidroksil akan mengubah asam lemak tidak jenuh menjadi

peroksida lemak. Kemudian, peroksida lemak akan merusak membran sel endotel

pembuluh darah . Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya

fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut

sebagai disfungsi endotel. Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang

mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan terjadi gangguan metabolisme

prostaglandin karena salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi


7

prostaglandin. Dalam kondisi ini terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGE2)

yang merupakan suatu vasodilator kuat. Kemudian, terjadi agregasi sel-sel

trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit

memproduksi tromboksan yang merupakan suatu vasokonstriktor kuat.

Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor (endotelin) dan penurunan kadar

NO (vasodilatator), serta peningkatan faktor koagulasi juga terjadi.

2.5 Web Of Caution (WOC) terlampir


2.6 Pemeriksaan Diagnostik Preeklampsia
a. Pemeriksaan specimen urin mid-serum untuk menyingkirkan

kemungkinan infeksi urin


b. pemeriksaan darah, khusus untuk mengetahui kadar ureum darah (untuk

menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin


c. pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah

retina
d. pemeriksaan kadar laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di dalam plasma
e. elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel dan

kardiomegali
2.7 Penatalaksanaan Preeklampsia
1. Antihipertensi
Antihipertensi dapat diberikan kepada ibu hamil yang mengalami

preeklampsia. Pemberian antihipertensi pada kasus preeklampsia ringan

bermanfaat mencegah perkembangannya menjadi preeklampsia berat.

Penanganan kasus sejak awal akan dapat mengurangi frekuensi terjadinya krisis

hipertensi dan juga komplikasi pada neonatus. Hipertensi akut berat yang

berhubungan dengan komplikasi organ vital seperti infark miokard, stroke, dan

gangguan ginjal akut menyebabkan antihipertensi perlu diberikan dalam

mencegah kelainan serebrovaskular demi keselamatan ibu. Penanganan

hipertensi harus terus dilakukan hingga bayi dapat hidup di luar kandungan. Di

negara berkembang preeklampsia merupakan penyebab penting kelahiran bayi


8

prematur. Bayi sengaja dilahirkan lebih awal demi kesehatan ibu. Hal ini

menyebabkan angka morbiditas bayi meningkat. Oleh karena itu, bila

pengelolaan hipertensi dilakukan dengan baik maka kelahiran bayi prematur

dapat dihindari. Penggunaan antihipertensi pada preeklampsia dimaksudkan

untuk menurunkan tekanan darah dengan segera demi memastikan keselamatan

ibu tanpa mengesampingkan perfusi plasenta untuk fetus. Terdapat banyak

pendapat tentang penentuan batas tekanan darah (cut off) untuk pemberian

antihipertensi. Belfort mengusulkan cut off yang dipakai adalah ≥ 160/110

mmHg dan MAP (mean arterial pressure) ≥ 126 mmHg.1 Studi lain

menyebutkan pemberian antihipertensi sudah dilakukan ketika tekanan darah

sistolik mencapai 140-170 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-110 mmHg

dengan target penurunan darah mencapai MAP 125 mmHg. Penurunan tekanan

darah dilakukan secara bertahap dimana tidak lebih dari 25% penurunan dalam

waktu 1 jam. Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan aliran darah

uteroplasenter. Jenis antihipertensi yang diberikan kepada pasien dapat sangat

bervariasi. Di RSUD Dr. Soetomo digunakan kombinasi nifedipin dan metildopa

dalam pengelolaan preeklampsia berat. Bagaimanapun antihipertensi yang ideal

adalah yang dapat bekerja dengan cepat, bersifat poten, dan aman bagi ibu

maupun janin. Beberapa antihipertensi yang dapat diberikan pada kasus

preeklampsia secara oral sebagai berikut:

Antihipertensi Pada Preeklampsia Antihipertensi Dosis Frekuensi (tiap

hari) Efek Samping Maternal Centrally acting somnolence, vertigo, sakit kepala,

nightmares, depresi, hipotensi, Parkinson-like symptoms Metildopa 250-500 mg

3-4 Adrenergic receptor blockers Bradikardia, atrio-ventricular conduction


9

impairment, fainting, bronkospasme, Raynaud syndrome, perfusi pembuluh darah

perifer memburuk ketika terjadi bersamaan dengan atheroskklerosis β-blockers

Atenolol 25-50 mg 2 Metoprolol 25-50 mg 2-3 α, β-blockers Labetalol 100-200

mg 2-3 Calcium channel blockers Edema perifer, flushing, sakit kepala, vertigo,

parestesia, kelemahan otot, hipertrofi Nifedipin 5-10 mg 3 ginggiva,takikardia,

hipotensi Felodipin 2,5 mg 2 Edema perifer, takikardia, lupoid-like syndrome

Hidralazin 25-50 mg 3 Beberapa hal harus dipertimbangkan dalam pemberian

antihipertensi. Obat yang terbukti memberikan efek samping bagi fetus tidak

boleh digunakan karena semua antihipertensi diketahui mampu menembus

plasenta hingga masuk ke sistem kardiovaskular fetus. Wanita dengan riwayat

hipertensi, ketika ia hamil maka ia harus mengubah jenis antihipertensi yang

dikonsumsinya menjadi antihipertensi yang juga aman bagi janinnya. Pengalaman

dokter juga menjadi pertimbangan dalam pemberian antihipertensi selain usia

kehamilan yang perlu dipertimbangkan. Berikut antihipertensi disesuaikan dengan

usia kehamilan. Berdasarkan Pertimbangan Usia Kehamilan Keterangan:

Nifedipin Nifedipin tergolong ke dalam antagonis kalsium (calcium channel

blocker). Obat ini bekerja dengan menghambat influks kalsium pada sel otot polos

pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama

menimbulkan relakasasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Nifedipin

bersifat vaskuloselektif sehingga efek langsung pada nodus SA dan AV minimal,

menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan fungsi jantung yang berarti, dan

relatif aman dalam kombinasi bersama β-blocker.20 AT. Rec. blockers ACE-I

Diuretics Beta blockers Ca channel blockers Labetolol Hidralazine Metildopa

Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Persalinan Definitely contraindicated


10

Relatively contraindicated, increased risk Recommended with some exceptions

Bioavailabilitas oral rata-rata 40-60% (bioavailabilitas oral baik). Penggunaan

nifedipin secara sublingual sebaiknya dihindari untuk meminimalkan terjadinya

hipotensi maternal dan fetal distress akibat hipoperfusi plasenta. Kadar puncak

tercapai dalam waktu 30 menit hingga 1 jam dan memiliki waktu paruh 2-3 jam.

Nifedipin bekerja secara cepat dalam waktu 10-20 menit setelah pemberian oral

dengan efek samping yang minimal. Antagonis kalsium hanya sedikit sekali yang

diekskresi dalam bentuk utuh lewat ginjal sehingga tidak perlu penyesuaian dosis

pada gangguan fungsi ginjal. Efek samping utama nifedipin terjadi akibat

vasodilatasi yang berlebihan. Gejala yang tampak berupa pusing atau sakit kepala

akibat dilatasi arteri meningeal, hipotensi, refleks takikardia, muka merah, mual,

muntah, edema perifer, batuk, dan edema paru.

Metildopa merupakan prodrug yang dalam susunan saraf pusat

menggantikan kedudukan DOPA dalam sintesis katekolamin dengan hasil akhir α-

metilnorepinefrin. Efek antihipertensinya disebabkan oleh stimulasi reseptor α-2

di sentral sehingga mengurangi sinyal simpatis ke perifer. Metildopa menurunkan

resistensi vaskular tanpa banyak mempengaruhi frekuensi dan curah jantung. Efek

maksimal tercapai 6-8 jam setelah pemberian oral atau intravena dan efektivitas

berlangsung sampai 24 jam. Bioavailabilitas oral rata-rata 20-50%. Pemberian

bersama preparat besi mengurangi absorbsi metildopa sampai 70%, tapi sekaligus

mengurangi eliminasi dan menyebabkan akumulasi metabolit sulfat. Hal ini perlu

diperhatikan pada kehamilan dimana kedua obat ini sering diberikan bersamaan.

Sekitar 50-70% diekskresi melalui urin dalam konjugasi dengan sulfat dan 25%

dalam bentuk utuh. Metildopa tidak mempengaruhi aliran darah ginjal sehingga
11

dapat digunakan pada kasus gangguan ginjal. Metidopa dikenal sebagai

antihipertensi yang aman digunakan di tiap trimester kehamilan. Penggunaan

jangka panjangnya tidak berhubungan dengan masalah pada janin. Namun, ibu

hamil perlu mewaspadai efek sedasi dari metildopa dan terkadang terjadi

peningkatan liver transaminase (tes Coomb positif). Obat ini perlu dihindari pada

wanita dengan riwayat depresi karena dapat menyebabkan peningkatan risiko

terjadinya depresi postnatal.

2.8 Komplikasi Preeklampsia


1. Luaran Maternal
Luaran maternal adalah karakteristik, kesakitan, dan kematian maternal yang

timbul selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Luaran maternal yang

diteliti meliputi penurunan tekanan darah, solusio plasenta, eklampsia, HELLP

syndrome, infark miokard, stroke, gangguan ginjal akut, dan kematian maternal.
2. Penurunan tekanan darah
Pada ibu hamil dengan preeklampsia penting untuk menjaga kestabilan

tekanan darah terutama demi kepentingan kesehatan maternal yakni mencegah

terjadinya komplikasi yang dapat membahayakan nyawa ibu hamil. Pengukuran

tekanan darah harus dilakukan dengan benar sehingga nilai peningkatan maupun

penurunannya tampak jelas. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan size

cuff yang tepat, bunyi korotkoff V dijadikan sebagai patokan nilai tekanan darah

diastolik, menggunakan sfignomanometer merkuri, dan dilakukan minimal 10

menit setelah istirahat pada posisi duduk atau left lateral position dengan cuff

setinggi jantung.
3. Solusio plasenta (abruption placenta)
Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan

antepartum yakni perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang telah

melewati trimester III atau menjelang persalinan. Preeklampsia meningkatkan


12

risiko terjadinya solusio plasenta dimana plasenta terlepas dari uterus sebelum

persalinan. Perdarahan berat yang diakibatkannya dapat membahayakan nyawa

ibu hamil dan janin.


4. Eklampsia
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang dan atau koma.1

Kondisi ini dapat terjadi ketika preeklampsia tidak dapat dikontrol. Di United

Kingdom, eklampsia diketahui merupakan 1-2% komplikasi dari preeklampsia

pada ibu hamil. HELLP syndrome (hemolysis elevated liver enzyme low platelet

count syndrome) Sindroma HELLP ialah preeklampsia-eklampsia yang disertai

timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan

trombositopeni. Gejala dari sindroma ini antara lain mual dan muntah, sakit

kepala, dan rasa sakit pada daerah abdomen kanan atas.


5. Infark miokard
Kebanyakan gagal jantung akut pada kehamilan merupakan akibat dari iskemik

jantung (infark miokard) dan penyakit katub jantung. Kejadian ini akan meningkat

bila ibu hamil memiliki riwayat systemic lupus erythematosus. Stroke Sekitar

50.000 wanita di seluruh dunia diketahui meninggal setiap tahun akibat

preeklampsia dan morbiditas seperti solusio plasenta, perdarahan intra-abdomen,

gagal jantung, dan multi-organ failure dimana sejumlah 15 kasus terkonfirmasi

preeklampsia yang berakibat pada perdarahan otak. Pada kasus preeklampsia

dimana tekanan darah sistolik mencapai 160 mmHg maka stroke dapat terjadi.

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal.


6. Gangguan ginjal akut
Plasenta pada ibu hamil dengan preeklampsia diketahui mengeluarkan berbagai

faktor anti-angiogenik ke dalam sirkulasi maternal yang diyakini menyebabkan

disfungsi sel endotel secara sistemik dan mikroangiopati. Di ginjal, kerusakan sel

endotel ini mengakibatkan endoteliosis kapiler glomerulus dan proteinuria.


13

Endoteliosis glomerulus ditandai dengan deposisi fibrin dan fibrinogen pada sel

endotel disertai pembengkakan endotel sehingga pada akhirnya mengakibatkan

obliterasi dari fenestra endotel dan hilangnya ruang kapiler. Kerusakan ini dulu

diyakini bersifat sementara, namun bukti terbaru menunjukkan bahwa

preeklampsia dapat meninggalkan kerusakan glomerulus secara permanen. Hal ini

sesuai dengan penelitian Cunningham yang mengevaluasi 37 wanita hamil dengan

gangguan ginjal berat dimana ditemukan 64% dari wanita tersebut mengalami

preeklampsia.
7. Kematian maternal
Kematian maternal adalah kematian setiap ibu dalam kehamilan, persalinan,

masa nifas sampai batas waktu 42 hari setelah persalinan, tidak tergantung pada

umur dan tempat kehamilan serta tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri

kehamilan tersebut dan bukan disebabkan karena kecelakaan. Kematian maternal

pada kasus preeklampsia dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain

perdarahan otak akibat kelainan perfusi otak, infeksi, perdarahan, dan sindroma

HELLP.
2.9 Prognosis Preeklampsia

Kriteria Eden adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia :

1. koma yang lama

2. nadi diatas 120

3. suhu 39,4oC

4. tekanan darah diatas 200 mmhg

5. Konvulsi lebih dari 10 kali

6. proteinuria lebih dari 10g

Bila tidak ada atau hanya satu kriteria diatas, eklampsia masuk ke kelas ringan;

bila dijumpai 2 atau lebih masuk ke kelas berat dan prognosis akan lebih buruk.
14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS G0P1102 POST SC HARI KE-2+PEB +IMPENDING
EKLAMPSIA
DI RUANG MERPATI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

TANGGAL PENGKAJIAN: 18 OKTOBER - 24 OKTOBER 2016

PENGKAJIAN
Pengkajian tanggal : 18-10-16 Jam : 18.30 wib
Tanggal MRS : 15-10-16 No. RM : 12.53.XX.XX
Ruang/Kelas : Merpati/III Dx.Medis : P1102 Post SC
hari ke-1 + PEB+ Impending eklampsia
1. Identitas
1) Identitas Ibu
Nama : Ny.M
Umur : 28 th
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Gresik
15

2) Identitas Suami
Nama Suami : Tn. S Ke-1
Umur : 33 th
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Gresik

2. Riwayat Sakit dan Kesehatan


1) Keluhan Utama : Nyeri Abdomen, Badan terasa bengkak semua, tidak bisa
menyusui anak.
2) Riwayat Penyakit:
Intranatal : PEB
Postpartum : Implending eklampsia
3) Penyakit/Operasi pernah diderita : Tidak ada Riwayat operasi
4) Penyakit diderita Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita Hipertensi
5) Riwayat Alergi : Tidak
6) Lain-lain :
3. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : 14 Tahun 6) Siklus : Teratur
2) Banyaknya : Sehari ganti pembalut 2x 7) Lama : 10 hari
3) HPHT : 16-02-2016 8) Disminorhea : Normal
4) Usia Kehamilan : - 9) Taksiran partus : 16- 11-2016
5) Lain-lain :
4. Riwayat Obstetri
P1102
Hamil Usia Jenis Penolong penyulit BB/PB Usia anak KB/Jenis
ke- Kehamilan persalinan saat ini / Lama
1 38 Minggu Pervagina Bidan Tidak 2.700 6 tahun Suntik
m ada gr 3bln/ 4 th
2 37 Minggu SC Dokter PEB 1.300 2 Hari IUD
gr

5. Genogram
Ibu merupakan anak kedua dari
empat saudara. Tidak ada dari
keluarga yang pernah menderita
PEB sebelumnya, dan semua
Menikah keluarga masih hidup. Ibu menikah
dan memiliki dua anak

6. Observasi
Keadaan umum : Lemah Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 78 Kg; Tinggi badan : 150 cm
16

Tanda vital: TD: 160/100 mmHg; Nadi: 82x/Menit; Suhu : 36,5°c ; RR:
20x/Menit
CRT : < 2detik ; Akral : Hangat, kering, merah ; GCS : 4-5-6
Lain-lain:
7. Kepala dan Leher
Rambut : Hitam bersih
Mata : Konjungtiva : Tidak anemis (Merah muda); Sklera: Putih ; Pupil: Isokor
Hidung : Tidak ada gangguan, normal
Mulut : Mukosa : Lembap; Lidah : bersih ; Gigi : Bersih (tidak ada kerusakan
pada gigi); Kebersihan mulut : bersih
Telinga : Tidak ada Otorhea, otalgia dan tinitus; Kebersihan : telinga bersih
Masalah Keperawatan: Tidak ada
8. Dada (Toraks)
Jantung: Irama : Reguler; S1/S2 : Tunggal ; Nyeri dada : Tidak ada
Bunyi : Normal
Nafas : Suara nafas: Vesikuler ; Batuk : Tidak ada; Sputum : Tidak ada ;
Nyeri: Tidak ada.
Payudara : Konsistensi : Kenyal, padat; Areola : Coklat kehitaman; papila :
Menonjol simetris; Produksi ASI : Sedikit ; Nyeri : Tidak ada, tidak ada
bendungan .
Lain-lain : Bayi lahir prematur dan dirawat terpisah dengan ibu
Masalah Keperawatan : Terputusnya Menyusui
9. Perut (Abdomen)
Post partum
Inspeksi : Striae : ada; Linea : ada
Fundus Uteri : 3 Jari dibawah pusar; Kontraksi uterus : Baik
Luka : ada luka bekas operasi SC, tertutup kasa steril, kering, tidak ada
rembesan; Nyeri : ada
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
10. Genetalia
Kebersihan : Ada; Perdarahan : Tidak ada; Lokea : Rubra
Laserasi : Tidak ada; Miksi : Normal 3x/hari; Defekasi : 1x/hari
Masalah Keperawatan : Tidak ada
11. Tangan dan kaki
Kemampuan pergerakan : Bebas ; Kekuatan otot : 5 5
5 5
Refleks : Patella : ada; Tricep : ada; Bicep : ada
Burdzinsky : Tidak ada ; Kernig : Tidak ada ; Babinsky : Tidak ada
Edema : Ada
Masalah Keperawatan : Kelebihan Volume cairan

12. Perubahan
Aspek Sebelum Sesudah
Nutrisi nafsu makan normal Nafsu makan sedikit menurun
17

Eliminasi BAB 1x/hari, BAK 3-4x/hari BAB 1x/hari, BAK 3x/hari


Istirahat Tidur 9 jam dan nyenyak tidur nyenyak selama 6 jam
Aktivitas Sangat aktif mengerjakan tugas bebas namun aktivitas ringan
rumah mampu miring kanan-kiri
Seksual Normal menurun karena sakit
Kebersihan diri bersih mandi 2x/hari bersih mandi 2x/hari
Koping Efektif cemas dengan keadaan bayinya
Ibadah teratur tanpa gangguan ibadah teratur
Konsep diri baik merasa tidak berperan menjadi
ibu dan tidak bisa menyusui
bayinya
Masalah Keperawatan : kelemahan menjadi orang tua
13. Pengetahuan dan perilaku Kesehatan
Kontrasepsi : KB Suntik 3 bulan selama 4 tahun
Perawatan diri/ bayi : mampu merawat bayi karena memiliki anak sebelumnya
Obat-obatan/ Jamu : tidak ada riwayat penggunaan
Masalah Keperawatan : Tidak ada
14. Pemeriksaan penunjang dan terapi
Data laboratorium tanggal 18 Oktober 2016:
Hasil Nilai normal
Hb 16,2 g/dl 13-16 g/dl Pasien PEB mengalami
SE 136 4000-10000 mm3 proteinuria
Protein +3 - Pasien PEB mengalami
Albumin 3,1 g/dl 3,4-5 g/dl hipoalbumin
Data laboratorium tanggal 21
Oktober 2016:
Hasil Nilai normal
GDA 86 <200 Pasien PEB mengalami
SGOT 34 U/L L : 0-50 hipoalbumin
P : 0-35
SGPT 19 U/L L : 0-50
P : 0-35
BUN 11 mg/dl 7-18
Albumin 3,1 g/dl 3,4-5 g/dl Terapi/Tindakan
Kreatinin serum 0,65 mg/dl 0,6-1,3
Kalium 4,3 mmol/l 3,5-5,1 medis :
Natrium 134 mmol/l 136-145 Diet TKTPRG
Klorida 100 mmol/l 98-107 Nifedipin : 3x10 (TD>=
160/100 mmHg)
Asmef 3x 500 gr Metildopa : 3x250 gr
SF 2x1 gr Penitoin : 3x1 gr
Vlp Albumin 3x2 Tranfusi albumin : sd≥3
Minum maksimal : 1500 cc/hari
18

15. ANALISA DATA


INTERPRETASI MASALAH
DATA
(Sesuai dengan patofisiologi) KEPERAWATAN
Selasa, 18 Oktober 2016 Sectio cesaria
DS : Pasien mengeluh nyeri ↓ Nyeri akut (00132)
abdomen (luka post sc) Luka operasi
P : Post SC ↓
Q : Nyeri tekan Diskontinuitas Jaringan
R : perut bawah ↓
S :6 Nyeri Akut
T : hilang timbul

DO : Ekspresi wajah meringis


Selas, 18 Oktober 2016 Perburukan patologis organ dan
DS : Pasien mengeluh bengkak sistem Kelebihan volume
di kaki ↓ cairan (00026)
DO : Edema di ekstrimitas dan Retensi garam dan air
mata ↓
peningkatan reabsorbsi Na

Kelebihan Volume cairan
Selasa, 18 Oktober 2016 Terpisah dengan bayi
DS : pasien merasa tidak dapat ↓ Resiko kelamahan
berperan baik sebagai ibu tidak dapat memberikan kasih peran menjadi orang tua
DO : sayang (00057)
pasien terpisah dengan bayi ↓
pasien terlihat sering melamun Jalinan hubungan ibu dan bayi
19

terganggu

Resiko kelamahan peran menjadi
orang tua

Selasa, 18 Oktober 2016 Bayi lahir prematur Terputusnya menyusui


DS : pasien merasa sedih tidak ↓ (00105)
dapat menyusi bayinya bayi di rawat terpisah dengan ibu
DO : ↓
pasien terpisah dengan bayi Ibu tidak dapat menyusui bayi
bayi berada di NICU karena ↓
lahir prematur Terputusnya menyusui
20

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN /MASALAH KOLABORATIF BERDASARKAN PRIORITAS


TANGGAL / JAM TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA) Ttd
DITEMUKAN TERATASI
1 18&19-10-2016 / 18.30 WIB a. Nyeri akut (00132) b.d. Insisi abdomen 20-10-2016
b. Kelebihan volume cairan (00026) b.d. 20-10-2016 Ns. Istiq
Edema pada ekstremitas dan
c. Resiko kelamahan peran menjadi orang tua Perawat R. Merpati
(00057) b.d terpisah dari bayi
d. Terputusnya menyusui (00105) b.d terpisah
dari bayi

2 20-10-2016 / 19.00 WIB a. Resiko kelamahan peran menjadi orang tua


3 21-10-2016 / 19.00 WIB (00057) b.d terpisah dari bayi
4 22-10-2016 / 05.00 WIB b. Terputusnya menyusui (00105) b.d terpisah 23-10-2016
5 23-10-2016 / 05.00 WIB dari bayi
21

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


RencanaPerawatan
Hari/
No Dx Ttd
Tgl NOC NIC
Selasa- 00132 Setelah dilakukan tindakan keperawatan PAIN MANAGEMENT (1400) Ns. Istiq
Kamis, selama 2-3 jam, nyeri pasien berkurang atau 1) Ajarkan teknik non farmaka seperti distraksi nyeri atau
18-20 hilang dengan kriteria hasil: napas dalam
Oktober PAIN LEVEL (2102) 2) Berikan obat anti nyeri sesuai jadwal
2016 1) Melaporkan nyeri berkurang-hilang 3) HE kepada pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi
2) Tidak menunjukkan ekspresi wajah penyebab nyeri dan bagaimana cara mengatasinya
meringis kesakitan 4) Monitoring nyeri (durasi, onset, penyebab)
3) TTV dalam batas normal 5) Monitoring TTV
PAIN CONTROL (1650)
1) Mampu menggunakan teknik pereda nyeri
non farmaka
2) Mampu mendeskripsikan penyebab nyeri

Selasa- 00026 Setelah dilakukan tindakan keperawatan FLUID / ELECTROLYTE MANAGEMENT (2080) Ns. Istiq
Kamis, selama 2x24 Jam, Volume cairan tubuh FLUID MANAGEMENT (4120)
18-20 seimbang dengan kriteria hasil: 1) Monitoring TTV
Oktober FLUID OVERLOAD SEVERITY (0603) 2) Kaji lokasi dan kedalaman edema
2016 1) Tidak ada periorbital edema 3) Pertahankan intake maksimal 1500ml
2) Tidak ada edema di tangan 4) Minimalkan intake makanan dan minuman dengan efek
3) Tidak ada edema di kaki diuretik (Teh, Kopi, Suplemen herbal)
4) Tidak ada edema di tungkai 5) Diet rendah garam
5) Tidak ada pusing 6) Monitoring status hidrasi (mukosa membran, nadi)

MATERNAL STATUS: POSTPARTUM


22

(2511)
1) Tidak ada tanda infeksi
2) Tidak ada nyeri insisi luka
3) Tidak ada kelemahan
4) Tidak ada perdarahan vagina
5) Tidak ada Depresi

Selasa- 00057 Setelah dilakukan tindakan keperawatan PARENTING PROMOTION (8300) Ns. Istiq
Minggu, selama 2x24 jam, resiko kelamahan peran 1) Identifikasi kemampuan pasien menjadi orang tua
18-23 orang tua tidak terjadi dengan kriteria hasil:
2) Dengarkan keluhan dan masalah pasien (orang tua)
Oktober PARENTING PERFORMANCE : INFANT 3) Bantu pasien (orang tua) untuk memahami kondisi
2016 (2904)
bayinya
1) konsisten mendemonstrasikan
4) Ajarkan koping kepada pasien (orang tua)
menggunakan dukungan sistem
2) menunjukkan hubungan cinta 5) Bantu pasien (orang tua) mempersiapkan diri setelah bayi
3) interaksi dengan bayi untuk menunjukkan boleh pulang
kepercayaan 6) Edukasi keluarga untuk mempersiapkan produksi ASI
4) interaksi dengan bayi untuk menunjukkan saat bayi boleh pulang
perkembangan bahasa
5) melakukan perubahan untuk mengurangi
ansietaS
23

Selasa- 00105 Setelah dilakukan tindakan keperawatan LACTATION COUNSELING (5244) Ns. Istiq
Minggu, selama 2x24 jam, resiko kelamahan peran 1) Bantu pasien (orang tua) untuk memahami kondisi
18-23 orang tua tidak terjadi dengan kriteria hasil: bayinya
Oktober BREASTFEEDING ESTABLISHMENT : 2) Ajarkan ibu untuk memproduksi ASI dengan pompa
2016 MATERNAL (1001) payudara selama terpisah dengan bayi
1) Menggunakan dukungan keluarga 3) Ajarkan ibu untuk merawat kebersihan payudara
2) Menggunakan dukungan komunikasi
4) Ajarkan ibu bagaimana menyusui yang benar
3) Pompa payudara yang adekuat
4) Menyimpan ASI yang adekuat 5) Ajarkan ibu untuk meningkatkan intake nutrisi
5) Intake cairan ibu yang adekuat

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/
No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses TTD
Tgl
Selasa- 00132 PAIN MANAGEMENT (1400) Setelah dilakukan tindakan teknik napas dalam Ns. Istiq
Kamis, 1) Mengajarkan teknik non farmaka selama 30 menit, nyeri tidak sering muncul
18-20 distraksi nyeri dan napas dalam Selanjutnya setelah diberikan analgesik pasien
Oktober 2) Memberikan obat Anti nyeri sesuai merasa tidak nyeri lagi (nyeri hilang). Lanjutkan
2016 jadwal monitoring TTV dan efeksamping obat anti nyeri
3) Memberikan HE kepada pasien dan setelah pemberian 15 menit
keluarga untuk mengidentifikasi
penyebab nyeri dan bagaimana cara
mengatasinya
4) Melakukan monitoring nyeri (durasi,
onset, penyebab)
5) Melakukan Monitoring TTV
24

Selasa- 00026 FLUID / ELECTROLYTE Setelah mempertahankan intake cairan maksimal Ns. Istiq
Kamis, MANAGEMENT (2080) 1500ml dan melaksanakan diet rendah garam, status
18-20 FLUID MANAGEMENT (4120) hidrasi pasien dengan mukosa membran lembap dan
Oktober 1) Melakukan Monitoring TTV nadi 82x/menit, kemudian mengkaji lokasi edema
2016 2) Mengkaji lokasi dan kedalaman edema berada di kaki dengan kedalaman 5cm. TTV: TD :
3) Mempertahankan intake maksimal 160/100 mmHg karena PEB yang masih belum dapat
1500ml tertangani.
4) Melaksanakan diet rendah garam
5) Melakukan monitoring status hidrasi
(mukosa membran, nadi)

Selasa- 00057 PARENTING PROMOTION (8300) Setelah dilakukan pengkajian pasien menceritakan Ns. Istiq
Minggu, 1) Mengidentifikasi kemampuan pasien masalahnya karena merasa tidak bisa merawat
18-23 menjadi orang tua anaknya sendiri. Kemudian memberikan intervensi
Oktober 2) Mendengarkan keluhan dan masalah dengan memberikan perhatian dan menjelaskan
2016 pasien (orang tua) kondisi bayi pada ibu karena bayi harus mendapatkan
3) Membantu pasien (orang tua) untuk perawatan khusus sehingga harus dirawat terpisah
memahami kondisi bayinya dengan ibu. Kemudian juga membantu ibu dalam
4) Mengajarkan koping kepada pasien mempersiapkan diri menjadi orang tua saat bayi
(orang tua) sudah boleh pulang ibu sudah siap menjadi orang tua.
5) Membantu pasien (orang tua)
mempersiapkan diri setelah bayi boleh
pulang
6) Mengedukasi keluarga untuk
mempersiapkan produksi ASI saat bayi
boleh pulang

Selasa- 00105 LACTATION COUNSELING (5244) Setelah dilakukan pengkajian dan diberikan Ns. Istiq
Minggu, 1) Membantu pasien (orang tua) untuk intervensi berupa membantu pasien memahami
25

18-23 memahami kondisi bayinya kondisi bayinya. Ibu diajarkan untuk tetap
Oktober 2) Mengajarkan ibu untuk memproduksi memproduksi ASI agar kebutuhan ASI anaknya bisa
2016 ASI dengan pompa payudara selama terpenuhi dengan pompa ASI. Juga mengajarkan ibu
terpisah dengan bayi bagaimana merawat payudara, bagaimana menyusui
3) Mengajarkan ibu untuk merawat
yang benar dan mengajarkan ibu untuk meningkatkan
kebersihan payudara
4) Mengajarkan ibu bagaimana menyusui
status nutrisi agar ibu siap menyusui bayinya ketika
yang benar bayi sudah diperbolehkan pulang.
5) Mengajarkan ibu untuk meningkatkan
intake nutrisi

Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl Evaluasi
No No Dx TTd
Jam
1 Selasa-Kamis, 00132 S : Pasien tidak mengeluh nyeri lagi Ns. Istiq
18-20 Oktober 2016 O : Ekspresi wajah pasien cerah, kondisi umum: sehat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan ketika terjadi nyeri

2 Selasa-Kamis, 00026 S : Pasien mengatakan edema berkurang Ns. Istiq


18-20 Oktober 2016 O : KU: baik,sehat ; mukosa membran lembap dan nadi: 82x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
26

3 Selasa-Minggu, 00057 S : Pasien mengatakan menerima keterbatasannya menjadi ibu Ns. Istiq
18-23 Oktober O : Ekspresi wajah pasien cerah
2016 A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan seluruhnya
4 Selasa-Minggu, 00105 S : Pasien mengatakan mempersiapkan ASI untuk bayinya Ns. Istiq
18-23 Oktober O : Pasien bersemangat jika memompa ASI dan diberikan informasi
2016 seputar produksi ASI, keluarga mengirim ASI di ruang bayi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan seluruhnya
27

BAB 3
PEMBAHASAN

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan


disertai dengan proteinuria. Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik dan
diastolik ≥ 140/90 mmHg dengan pengukuran tekanan darah sekurangkurangnya
dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kemudian, dinyatakan terjadi proteinuria apabila
terdapat 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+
dipstick. Pada Ny. M tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya dari
kehamilan anak pertama. Ny. M mengalami hipertensi saat mengandung anak
kedua. Tanda dari kejadian PEB adalah adanya hipertensi, edema dan proteinuria.
Pada Ny. M terjadi peningkatan tekanan darah 160/100 mmHg, adanya edema
pada ekstremitas bawah, dan pada hasil Laboratorium tanggal 18 Oktober 2016
niali protein dalam urin sebanyak +3 atau > 5 gr / 24 jam yang menunjukkan
terjadi pre eklampsi berat.
Pasien MRS pada tanggal 15 Oktober 2016 di IRD RSUD Dr. Soetomo
dengan keluhan nyeri pada abdomen. Pasien memiliki riwayat G0P1102 dan
sudah melahirkan anak kedua pada tanggal 17 Oktober 2016 dengan persalinan
Sectio caesar. Persalinan sectio caesar diambil karena adanya penyulit yaitu
riwayat preeklampsi berat yang dialami ibu. Persalinan pasien lebih cepat dari
taksiran partus yang seharusnya tanggal 16 November 2016. Pasien melahirkan
anak kedua di usia kehamilan 37 minggu dengan berat badan 1.300 gr.
Setelah dilakukan pengkajian sejak tanggal 18-24 Oktober 2016 pada Ny. M
secara berkala ditemukan masalah keperawatan antara lain: 1) Nyeri Akut; 2)
Kelebihan volume cairan; 3) Resiko kelemahan peran menjadi orang tua; dan 4)
Terputusnya menyusui. Masalah utama yang muncul pada Ny. M adalah Nyeri
Akut. Hal ini disebabkan karena adanya luka operasi SC sehingga terjadi adanya
diskontinutas jaringan. Pada akhirnya pasien merasakan nyeri. Masalah kedua
yang muncul pada Ny. M yaitu Kelebihan volume cairan. Perburukan patologis
organ dan sistem mengakibatkan retensi garam dan air dan terjadi peningkatan
reasorbsi Na sehingga terjadi masalah keperawatan kelebihan volume cairan yang
ditandai adanya edema pada bagian ekstremitas. Pada Ny. M juga muncul masalah
keperawatan Resiko kelemahan peran menjadi orang tua yang disebabkan karena
terpisah dengan bayi sehingga pasien merasa tidak dapat memberikan kasih
28

sayang dan khawatir dengan kondisi banyinya. Juga pasien merasa tidak
menjalankan tugas sebagai ibu dengan tidak menyusui bayinya, sehingga maslaah
keperawatan lain yang muncul adalah terputusnya menyusui.
Pemeriksaan penting pada Ny.M adalah untuk mengetahui tiga tanda dari
terjadinya PEB yaitu pengukuran Tekanan darah, protein dalam urin dan adanya
edema. Tekanan darah Ny. M saat dikaji pada tanggal 18 Oktober 2016 adalah
160/100 mmHg dan terdapat edema pada bagian ekstremitas. Pada hasil
laboratorium juga di dapatkan protein dalam urin +3 atau ≥5 gram/ 24jam.
Dimana dalam menegakkan diagnosa preeklampsi berat yaitu adanya tanda –tanda
tersebut.
Rencana intervensi yang sudah diimplementasikan pada Ny. M dengan
masalah keperawatan Nyeri Akut antara lain : 1) Mengajarkan teknik non farmaka
distraksi nyeri dan napas dalam dengan memberikan demonstrasi pada Tn. B dan
setelah itu pasien disuruh menirukan 2) Melakukan kolaborasi pemberian obat
analgesik sesuai dengan advice dokter 3) Memberikan HE kepada pasien dan
keluarga untuk mengidentifikasi penyebab nyeri dan bagaimana cara
mengatasinya. Hal ini bertujuan agar ketika terjadi nyeri lagi Tn. B tahu
penyebabnya dan dapat mengantisipasi dengan teknik manajemen nyeri yang
sudah diajarkan perawat serta dapat mengatasinya sendiri. 4) Melakukan
monitoring nyeri (durasi, onset, penyebab); 5) Melakukan Monitoring TTV dan
setelahnya didapatkan tekanan darah pasien masih tinggi.
Masalah keperawatan yang muncul selanjutnya pada Tn. B adalah Kelebihan
volume cairan dan telah dilakukan intervensi yaitu 1) Melakukan Monitoring
TTV; 2) Mengkaji lokasi dan kedalaman edema dimana terdapat edema di
ekstremitas dan kedalaman edema 5 cm; 3) Mempertahankan intake maksimal
1500ml berdasarkan advice dokter yang membatasi intake cairan pasien dengan
selalu mengingatkan pasien untuk minum air putih sebanyak 1 botol besar air
minum; 4) Melaksanakan diet rendah garam dengan kolaborasi yang dilakukan
dengan tim gizi dengan tujuan untuk menghilangkan retensi garam dan air
sehingga natrium dapat tereabsorbsi dengan baik dan cairan dalam tubuh dapat
berkurang; 5) Melakukan monitoring status hidrasi dengan hasil mukosa mulut
lembab dan nadi 82x/menit.
29

Masalah keperawatan lain yang muncul adalah Resiko kelemahan menjadi


orang tua dan telah dilakukan intervensi yaitu : 1) Mengidentifikasi kemampuan
pasien menjadi orang tua untuk mengetahui tinglat kesiapan pasien menjadi orang
tua; 2) Mendengarkan keluhan dan masalah pasien (orang tua) karena tidak bisa
bersama bayinya ; 3) Membantu pasien (orang tua) untuk memahami kondisi
bayinya dengan menjelaskan pada pasien bahwa kondisi bayinya berada dalam
keadaan yang tidak memungkinkan untuk dirawat bersama sehingga perlu
perawatan khusus bagi bayi ; 4) Mengajarkan koping kepada pasien (orang tua)
dengan berbagi cerita dengan keluarga atau dengan ibu-ibu pasien lain yang
mengalami hal yang sama; 5) Membantu pasien (orang tua) mempersiapkan diri
setelah bayi boleh pulang; 6) Mengedukasi keluarga untuk mempersiapkan
produksi ASI saat bayi boleh pulang.
Masalah keperawatan terakhir yang muncul adalah terputusnya menyusui dan
telah dilakukan intervensi yaitu : 1) Membantu pasien (orang tua) untuk
memahami kondisi bayinya ; 2) Mengajarkan ibu untuk memproduksi ASI dengan
pompa payudara selama terpisah dengan bayi dengan tujuan meskipun bayi
terpisah dengan ibu, bayi tetap mendapatkan asi meskipun tidak secara langsung;
3) Mengajarkan ibu untuk merawat kebersihan payudara; 4) Mengajarkan ibu
bagaimana menyusui yang benar; 5) Mengajarkan ibu untuk meningkatkan intake
nutrisi. Edukasi diberikan kepada ibu yang meskipun terpisah dengan bayi tapi
berusaha untuk mempersiapkan diri dalam menghasilkan ASI jadi saat bayi
diperbolehkan pulang ibu sudah paham dalam memberikan ASI pada bayinya saat
di rumah.

WOC PEB

Maladaptive syndom
30

Pre eklampsia berat pertumbuhan janin terhambat

Sectio Cesaria bayi lahir dengan bblr tidak normal

Perburukan patologis organ Luka operasi Bayi butuh perawatan NICU

retensi garam dan air diskontinuitas jaringan Perawatan ibu dengan


bayi terpisah

peningkatan reabsorpsi na Nyeri Akut Ibu tidak dapat menyusui bayi

Terputusnya menyusui
Kelebihan volume cairan

BAB 4
PENUTUP
31

Pre Eklmasia Berat (PEB) Pada Ny. M tidak memiliki riwayat hipertensi

sebelumnya. Ny. M mengalami hipertensi saat mengandung anak kedua. Tanda

dari kejadian PEB adalah adanya hipertensi, edema dan proteinuria. Pada Ny. M

terjadi peningkatan tekanan darah 160/100 mmHg, adanya edema pada

ekstremitas bawah, dan pada hasil Laboratorium nilai protein dalam urin sebanyak

+3 atau > 5 gr / 24 jam yang menunjukkan terjadi pre eklampsi berat.

Pada kasus Ny. M dari keempat masalah yang muncul selama pengkajian

yang menjadi masalah utama adalah gangguan Nyeri Akut : Insisi abdomen

sehingga harus dipantau respon pasien terhadap nyeri bila Ny. M. Selain itu,

masalah lain yang muncul seperti gangguan Kelebihan volume cairan yang

menyebabkan edema dapat di minimalisir dengan memantau intake dan output

serta dengan meninggikan bagian kaki Ny. M sehingga edema dapat berkurang.

Resiko kelemahan peran menjadi orang tua dan Terputusnya menyusui juga

merupakan masalah yang serius sehingga kita wajib mengkaji koping Ny. M

terkait dengan masalah tersebut agar menemui solusi terhadap masalah tersebut.
32

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. G. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Edisi: 21

Faiqoh, elok dan Lucia Y. 2013. Hubungan Karakteristik Ibu, ANC dan Kepatuhan Perawatan

Ibu Hamil dengan Terjadinya Preeklamsia. FKM Universitas Airlangga.

Jensen, Lowdermik, Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta : Media

Aesculapius

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : YBP

Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP

Saifuddin, Abdul Bari. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

WHO. 2012. Media Center (Maternal Mortality).

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/. (Sitasi pada tanggal 27 Oktober

2016).

Anda mungkin juga menyukai