Seminar Kasus Maternitas PEB
Seminar Kasus Maternitas PEB
Seminar Kasus Maternitas PEB
Oleh:
Kelompok 4
Nyeri Akut, Kelebihan Volume Cairan, Resiko Kelemahan Menjadi Orang Tua,
Maternitas.
Menyetujui,
Mengetahui,
Kepala Ruangan Merpati
(Farida, S.Tr.Keb)
NIP. 196703131994032004
1
BAB 1
PENDAHULUAN
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia
maternal dan 900.000 kematian perinatal setiap tahunnya (Chappel dan Morgan,
2006). Insidens PEB pada kehamilan sebesar ±5-10% (WHO, 2002; Takahashi
dan Martinelli,2008) dan menjadi satu dari tiga penyebab utama angka kematian
ibu setelah perdarahan dan infeksi (Miller, 2007). Penyebab utama kematian ibu
infeksi (11%), partus lama (5%) dan abortus (5%) (BKKBN, 2010). Angka
setelah perdarahan (Depkes RI, 2001), kondisi preeklamsi berat (PEB) ini dapat
Meis, dkk pada tahun 1995 – 1998 dalam menganalisis kelahiran sebelum usia
preeklampsia (Cunningham, 2005). WHO pada tahun 1961 mengganti istilah bayi
prematur dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur
(Mochtar, 1998). Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir selamat
dengan berat 2500 gram atau lebih kecil pada saat lahir (Pernoll, 1982). Frekuensi
berat bayi lahir rendah di negara maju berkisar antara 3,6 - 10,8 % dan di negara
berkembang adalah 1: 4 (Mochtar, 1998). Berat bayi lahir rendah dan kelahiran
prematur merupakan kontributor utama dalam kematian bayi. Berat bayi lahir
rendah dan kelahiran prematur semakin meningkat selama dua dekade kecuali
perawatan neonatal yang sangat baik, kelahiran ini akan berlanjut menjadi
Soetomo Surabaya.
(PEB).
BAB 2
RESUME KASUS
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg
dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick. 1 Preeklampsia dengan
4
tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam disebut sebagai preeklampsia berat. Beberapa
tanda dan gejala dari preeklampsia berat antara lain nyeri epigastrium, sakit
1. Primigravida
Primigravida diartikan sebagai wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
(Wiknjosastro,2002).
2. Primipaternitas
Primipaternitas adalah kehamilan anak pertama dengan suami yang kedua.
Berdasarkan teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin dinyatakan bahwa
ibu multipara yang menikah lagi mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya
pada kelompok usia ibu yang ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun (Bobak, 2004). Menurut Potter (2005), tekanan darah meningkat seiring
dengan pertambahan usia sehingga pada usia 35 tahun atau lebih terjadi
maka bila ditelusuri ke belakang ia memiliki 7 kali risiko lebih besar untuk
risiko sebesar 3 kali lipat bagi ibu hamil. Wanita dengan preeklampsia berat
terdahulu.
7. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Pada penelitian yang dilakukan oleh Davies dkk dengan menggunakan desain
diselidikinya wanita dengan hipertensi kronik memiliki jumlah yang lebih banyak
penyakit ini.
8. Obesitas
Merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi
paling sering digunakan untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada
orang dewasa adalah indeks massa tubuh (IMT). Seseorang dikatakan obesitas
tubuh ibu 5-7 kg/m2 , terkait dengan obesitas dalam kehamilan, dengan 10
kehamilan multipel. Ibu hamil dengan obesitas memiliki risiko 3,9 kali lebih besar
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan darah >140 mmhg.
Disebut preeclampsia berat bila ditemukan gejala berikut :
a. tekanan darah sistolik >169mmhg atau diastolic >110mmhg
b. proteinuria +>5g/24jam
c. oliguria (<400 mldalam 24jam)
d. sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan
e. edema paru atau siamosis
f.trombositopenia dan pertumbuhan janin terhambat
2.4 Patofisiologi Preeklampsia
tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan
matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga aliran darah utero plasenta menurun
dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Plasenta yang mengalami iskemia
akibat tidak terjadinya invasi trofoblas secara benar akan menghasilkan radikal
bebas. Salah satu radikal bebas penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah
radikal hidroksil.
peroksida lemak. Kemudian, peroksida lemak akan merusak membran sel endotel
fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut
sebagai disfungsi endotel. Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang
retina
d. pemeriksaan kadar laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di dalam plasma
e. elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel dan
kardiomegali
2.7 Penatalaksanaan Preeklampsia
1. Antihipertensi
Antihipertensi dapat diberikan kepada ibu hamil yang mengalami
Penanganan kasus sejak awal akan dapat mengurangi frekuensi terjadinya krisis
hipertensi dan juga komplikasi pada neonatus. Hipertensi akut berat yang
berhubungan dengan komplikasi organ vital seperti infark miokard, stroke, dan
hipertensi harus terus dilakukan hingga bayi dapat hidup di luar kandungan. Di
prematur. Bayi sengaja dilahirkan lebih awal demi kesehatan ibu. Hal ini
pendapat tentang penentuan batas tekanan darah (cut off) untuk pemberian
mmHg dan MAP (mean arterial pressure) ≥ 126 mmHg.1 Studi lain
sistolik mencapai 140-170 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-110 mmHg
dengan target penurunan darah mencapai MAP 125 mmHg. Penurunan tekanan
darah dilakukan secara bertahap dimana tidak lebih dari 25% penurunan dalam
waktu 1 jam. Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan aliran darah
adalah yang dapat bekerja dengan cepat, bersifat poten, dan aman bagi ibu
hari) Efek Samping Maternal Centrally acting somnolence, vertigo, sakit kepala,
mg 2-3 Calcium channel blockers Edema perifer, flushing, sakit kepala, vertigo,
antihipertensi. Obat yang terbukti memberikan efek samping bagi fetus tidak
blocker). Obat ini bekerja dengan menghambat influks kalsium pada sel otot polos
menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan fungsi jantung yang berarti, dan
relatif aman dalam kombinasi bersama β-blocker.20 AT. Rec. blockers ACE-I
hipotensi maternal dan fetal distress akibat hipoperfusi plasenta. Kadar puncak
tercapai dalam waktu 30 menit hingga 1 jam dan memiliki waktu paruh 2-3 jam.
Nifedipin bekerja secara cepat dalam waktu 10-20 menit setelah pemberian oral
dengan efek samping yang minimal. Antagonis kalsium hanya sedikit sekali yang
diekskresi dalam bentuk utuh lewat ginjal sehingga tidak perlu penyesuaian dosis
pada gangguan fungsi ginjal. Efek samping utama nifedipin terjadi akibat
vasodilatasi yang berlebihan. Gejala yang tampak berupa pusing atau sakit kepala
akibat dilatasi arteri meningeal, hipotensi, refleks takikardia, muka merah, mual,
resistensi vaskular tanpa banyak mempengaruhi frekuensi dan curah jantung. Efek
maksimal tercapai 6-8 jam setelah pemberian oral atau intravena dan efektivitas
bersama preparat besi mengurangi absorbsi metildopa sampai 70%, tapi sekaligus
mengurangi eliminasi dan menyebabkan akumulasi metabolit sulfat. Hal ini perlu
diperhatikan pada kehamilan dimana kedua obat ini sering diberikan bersamaan.
Sekitar 50-70% diekskresi melalui urin dalam konjugasi dengan sulfat dan 25%
dalam bentuk utuh. Metildopa tidak mempengaruhi aliran darah ginjal sehingga
11
jangka panjangnya tidak berhubungan dengan masalah pada janin. Namun, ibu
hamil perlu mewaspadai efek sedasi dari metildopa dan terkadang terjadi
peningkatan liver transaminase (tes Coomb positif). Obat ini perlu dihindari pada
timbul selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Luaran maternal yang
syndrome, infark miokard, stroke, gangguan ginjal akut, dan kematian maternal.
2. Penurunan tekanan darah
Pada ibu hamil dengan preeklampsia penting untuk menjaga kestabilan
tekanan darah harus dilakukan dengan benar sehingga nilai peningkatan maupun
cuff yang tepat, bunyi korotkoff V dijadikan sebagai patokan nilai tekanan darah
menit setelah istirahat pada posisi duduk atau left lateral position dengan cuff
setinggi jantung.
3. Solusio plasenta (abruption placenta)
Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan
antepartum yakni perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang telah
risiko terjadinya solusio plasenta dimana plasenta terlepas dari uterus sebelum
Kondisi ini dapat terjadi ketika preeklampsia tidak dapat dikontrol. Di United
pada ibu hamil. HELLP syndrome (hemolysis elevated liver enzyme low platelet
trombositopeni. Gejala dari sindroma ini antara lain mual dan muntah, sakit
jantung (infark miokard) dan penyakit katub jantung. Kejadian ini akan meningkat
bila ibu hamil memiliki riwayat systemic lupus erythematosus. Stroke Sekitar
dimana tekanan darah sistolik mencapai 160 mmHg maka stroke dapat terjadi.
disfungsi sel endotel secara sistemik dan mikroangiopati. Di ginjal, kerusakan sel
Endoteliosis glomerulus ditandai dengan deposisi fibrin dan fibrinogen pada sel
obliterasi dari fenestra endotel dan hilangnya ruang kapiler. Kerusakan ini dulu
gangguan ginjal berat dimana ditemukan 64% dari wanita tersebut mengalami
preeklampsia.
7. Kematian maternal
Kematian maternal adalah kematian setiap ibu dalam kehamilan, persalinan,
masa nifas sampai batas waktu 42 hari setelah persalinan, tidak tergantung pada
umur dan tempat kehamilan serta tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri
pada kasus preeklampsia dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain
perdarahan otak akibat kelainan perfusi otak, infeksi, perdarahan, dan sindroma
HELLP.
2.9 Prognosis Preeklampsia
3. suhu 39,4oC
Bila tidak ada atau hanya satu kriteria diatas, eklampsia masuk ke kelas ringan;
bila dijumpai 2 atau lebih masuk ke kelas berat dan prognosis akan lebih buruk.
14
PENGKAJIAN
Pengkajian tanggal : 18-10-16 Jam : 18.30 wib
Tanggal MRS : 15-10-16 No. RM : 12.53.XX.XX
Ruang/Kelas : Merpati/III Dx.Medis : P1102 Post SC
hari ke-1 + PEB+ Impending eklampsia
1. Identitas
1) Identitas Ibu
Nama : Ny.M
Umur : 28 th
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Gresik
15
2) Identitas Suami
Nama Suami : Tn. S Ke-1
Umur : 33 th
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Gresik
5. Genogram
Ibu merupakan anak kedua dari
empat saudara. Tidak ada dari
keluarga yang pernah menderita
PEB sebelumnya, dan semua
Menikah keluarga masih hidup. Ibu menikah
dan memiliki dua anak
6. Observasi
Keadaan umum : Lemah Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 78 Kg; Tinggi badan : 150 cm
16
Tanda vital: TD: 160/100 mmHg; Nadi: 82x/Menit; Suhu : 36,5°c ; RR:
20x/Menit
CRT : < 2detik ; Akral : Hangat, kering, merah ; GCS : 4-5-6
Lain-lain:
7. Kepala dan Leher
Rambut : Hitam bersih
Mata : Konjungtiva : Tidak anemis (Merah muda); Sklera: Putih ; Pupil: Isokor
Hidung : Tidak ada gangguan, normal
Mulut : Mukosa : Lembap; Lidah : bersih ; Gigi : Bersih (tidak ada kerusakan
pada gigi); Kebersihan mulut : bersih
Telinga : Tidak ada Otorhea, otalgia dan tinitus; Kebersihan : telinga bersih
Masalah Keperawatan: Tidak ada
8. Dada (Toraks)
Jantung: Irama : Reguler; S1/S2 : Tunggal ; Nyeri dada : Tidak ada
Bunyi : Normal
Nafas : Suara nafas: Vesikuler ; Batuk : Tidak ada; Sputum : Tidak ada ;
Nyeri: Tidak ada.
Payudara : Konsistensi : Kenyal, padat; Areola : Coklat kehitaman; papila :
Menonjol simetris; Produksi ASI : Sedikit ; Nyeri : Tidak ada, tidak ada
bendungan .
Lain-lain : Bayi lahir prematur dan dirawat terpisah dengan ibu
Masalah Keperawatan : Terputusnya Menyusui
9. Perut (Abdomen)
Post partum
Inspeksi : Striae : ada; Linea : ada
Fundus Uteri : 3 Jari dibawah pusar; Kontraksi uterus : Baik
Luka : ada luka bekas operasi SC, tertutup kasa steril, kering, tidak ada
rembesan; Nyeri : ada
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
10. Genetalia
Kebersihan : Ada; Perdarahan : Tidak ada; Lokea : Rubra
Laserasi : Tidak ada; Miksi : Normal 3x/hari; Defekasi : 1x/hari
Masalah Keperawatan : Tidak ada
11. Tangan dan kaki
Kemampuan pergerakan : Bebas ; Kekuatan otot : 5 5
5 5
Refleks : Patella : ada; Tricep : ada; Bicep : ada
Burdzinsky : Tidak ada ; Kernig : Tidak ada ; Babinsky : Tidak ada
Edema : Ada
Masalah Keperawatan : Kelebihan Volume cairan
12. Perubahan
Aspek Sebelum Sesudah
Nutrisi nafsu makan normal Nafsu makan sedikit menurun
17
terganggu
↓
Resiko kelamahan peran menjadi
orang tua
Selasa- 00026 Setelah dilakukan tindakan keperawatan FLUID / ELECTROLYTE MANAGEMENT (2080) Ns. Istiq
Kamis, selama 2x24 Jam, Volume cairan tubuh FLUID MANAGEMENT (4120)
18-20 seimbang dengan kriteria hasil: 1) Monitoring TTV
Oktober FLUID OVERLOAD SEVERITY (0603) 2) Kaji lokasi dan kedalaman edema
2016 1) Tidak ada periorbital edema 3) Pertahankan intake maksimal 1500ml
2) Tidak ada edema di tangan 4) Minimalkan intake makanan dan minuman dengan efek
3) Tidak ada edema di kaki diuretik (Teh, Kopi, Suplemen herbal)
4) Tidak ada edema di tungkai 5) Diet rendah garam
5) Tidak ada pusing 6) Monitoring status hidrasi (mukosa membran, nadi)
(2511)
1) Tidak ada tanda infeksi
2) Tidak ada nyeri insisi luka
3) Tidak ada kelemahan
4) Tidak ada perdarahan vagina
5) Tidak ada Depresi
Selasa- 00057 Setelah dilakukan tindakan keperawatan PARENTING PROMOTION (8300) Ns. Istiq
Minggu, selama 2x24 jam, resiko kelamahan peran 1) Identifikasi kemampuan pasien menjadi orang tua
18-23 orang tua tidak terjadi dengan kriteria hasil:
2) Dengarkan keluhan dan masalah pasien (orang tua)
Oktober PARENTING PERFORMANCE : INFANT 3) Bantu pasien (orang tua) untuk memahami kondisi
2016 (2904)
bayinya
1) konsisten mendemonstrasikan
4) Ajarkan koping kepada pasien (orang tua)
menggunakan dukungan sistem
2) menunjukkan hubungan cinta 5) Bantu pasien (orang tua) mempersiapkan diri setelah bayi
3) interaksi dengan bayi untuk menunjukkan boleh pulang
kepercayaan 6) Edukasi keluarga untuk mempersiapkan produksi ASI
4) interaksi dengan bayi untuk menunjukkan saat bayi boleh pulang
perkembangan bahasa
5) melakukan perubahan untuk mengurangi
ansietaS
23
Selasa- 00105 Setelah dilakukan tindakan keperawatan LACTATION COUNSELING (5244) Ns. Istiq
Minggu, selama 2x24 jam, resiko kelamahan peran 1) Bantu pasien (orang tua) untuk memahami kondisi
18-23 orang tua tidak terjadi dengan kriteria hasil: bayinya
Oktober BREASTFEEDING ESTABLISHMENT : 2) Ajarkan ibu untuk memproduksi ASI dengan pompa
2016 MATERNAL (1001) payudara selama terpisah dengan bayi
1) Menggunakan dukungan keluarga 3) Ajarkan ibu untuk merawat kebersihan payudara
2) Menggunakan dukungan komunikasi
4) Ajarkan ibu bagaimana menyusui yang benar
3) Pompa payudara yang adekuat
4) Menyimpan ASI yang adekuat 5) Ajarkan ibu untuk meningkatkan intake nutrisi
5) Intake cairan ibu yang adekuat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/
No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses TTD
Tgl
Selasa- 00132 PAIN MANAGEMENT (1400) Setelah dilakukan tindakan teknik napas dalam Ns. Istiq
Kamis, 1) Mengajarkan teknik non farmaka selama 30 menit, nyeri tidak sering muncul
18-20 distraksi nyeri dan napas dalam Selanjutnya setelah diberikan analgesik pasien
Oktober 2) Memberikan obat Anti nyeri sesuai merasa tidak nyeri lagi (nyeri hilang). Lanjutkan
2016 jadwal monitoring TTV dan efeksamping obat anti nyeri
3) Memberikan HE kepada pasien dan setelah pemberian 15 menit
keluarga untuk mengidentifikasi
penyebab nyeri dan bagaimana cara
mengatasinya
4) Melakukan monitoring nyeri (durasi,
onset, penyebab)
5) Melakukan Monitoring TTV
24
Selasa- 00026 FLUID / ELECTROLYTE Setelah mempertahankan intake cairan maksimal Ns. Istiq
Kamis, MANAGEMENT (2080) 1500ml dan melaksanakan diet rendah garam, status
18-20 FLUID MANAGEMENT (4120) hidrasi pasien dengan mukosa membran lembap dan
Oktober 1) Melakukan Monitoring TTV nadi 82x/menit, kemudian mengkaji lokasi edema
2016 2) Mengkaji lokasi dan kedalaman edema berada di kaki dengan kedalaman 5cm. TTV: TD :
3) Mempertahankan intake maksimal 160/100 mmHg karena PEB yang masih belum dapat
1500ml tertangani.
4) Melaksanakan diet rendah garam
5) Melakukan monitoring status hidrasi
(mukosa membran, nadi)
Selasa- 00057 PARENTING PROMOTION (8300) Setelah dilakukan pengkajian pasien menceritakan Ns. Istiq
Minggu, 1) Mengidentifikasi kemampuan pasien masalahnya karena merasa tidak bisa merawat
18-23 menjadi orang tua anaknya sendiri. Kemudian memberikan intervensi
Oktober 2) Mendengarkan keluhan dan masalah dengan memberikan perhatian dan menjelaskan
2016 pasien (orang tua) kondisi bayi pada ibu karena bayi harus mendapatkan
3) Membantu pasien (orang tua) untuk perawatan khusus sehingga harus dirawat terpisah
memahami kondisi bayinya dengan ibu. Kemudian juga membantu ibu dalam
4) Mengajarkan koping kepada pasien mempersiapkan diri menjadi orang tua saat bayi
(orang tua) sudah boleh pulang ibu sudah siap menjadi orang tua.
5) Membantu pasien (orang tua)
mempersiapkan diri setelah bayi boleh
pulang
6) Mengedukasi keluarga untuk
mempersiapkan produksi ASI saat bayi
boleh pulang
Selasa- 00105 LACTATION COUNSELING (5244) Setelah dilakukan pengkajian dan diberikan Ns. Istiq
Minggu, 1) Membantu pasien (orang tua) untuk intervensi berupa membantu pasien memahami
25
18-23 memahami kondisi bayinya kondisi bayinya. Ibu diajarkan untuk tetap
Oktober 2) Mengajarkan ibu untuk memproduksi memproduksi ASI agar kebutuhan ASI anaknya bisa
2016 ASI dengan pompa payudara selama terpenuhi dengan pompa ASI. Juga mengajarkan ibu
terpisah dengan bayi bagaimana merawat payudara, bagaimana menyusui
3) Mengajarkan ibu untuk merawat
yang benar dan mengajarkan ibu untuk meningkatkan
kebersihan payudara
4) Mengajarkan ibu bagaimana menyusui
status nutrisi agar ibu siap menyusui bayinya ketika
yang benar bayi sudah diperbolehkan pulang.
5) Mengajarkan ibu untuk meningkatkan
intake nutrisi
Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl Evaluasi
No No Dx TTd
Jam
1 Selasa-Kamis, 00132 S : Pasien tidak mengeluh nyeri lagi Ns. Istiq
18-20 Oktober 2016 O : Ekspresi wajah pasien cerah, kondisi umum: sehat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan ketika terjadi nyeri
3 Selasa-Minggu, 00057 S : Pasien mengatakan menerima keterbatasannya menjadi ibu Ns. Istiq
18-23 Oktober O : Ekspresi wajah pasien cerah
2016 A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan seluruhnya
4 Selasa-Minggu, 00105 S : Pasien mengatakan mempersiapkan ASI untuk bayinya Ns. Istiq
18-23 Oktober O : Pasien bersemangat jika memompa ASI dan diberikan informasi
2016 seputar produksi ASI, keluarga mengirim ASI di ruang bayi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan seluruhnya
27
BAB 3
PEMBAHASAN
sayang dan khawatir dengan kondisi banyinya. Juga pasien merasa tidak
menjalankan tugas sebagai ibu dengan tidak menyusui bayinya, sehingga maslaah
keperawatan lain yang muncul adalah terputusnya menyusui.
Pemeriksaan penting pada Ny.M adalah untuk mengetahui tiga tanda dari
terjadinya PEB yaitu pengukuran Tekanan darah, protein dalam urin dan adanya
edema. Tekanan darah Ny. M saat dikaji pada tanggal 18 Oktober 2016 adalah
160/100 mmHg dan terdapat edema pada bagian ekstremitas. Pada hasil
laboratorium juga di dapatkan protein dalam urin +3 atau ≥5 gram/ 24jam.
Dimana dalam menegakkan diagnosa preeklampsi berat yaitu adanya tanda –tanda
tersebut.
Rencana intervensi yang sudah diimplementasikan pada Ny. M dengan
masalah keperawatan Nyeri Akut antara lain : 1) Mengajarkan teknik non farmaka
distraksi nyeri dan napas dalam dengan memberikan demonstrasi pada Tn. B dan
setelah itu pasien disuruh menirukan 2) Melakukan kolaborasi pemberian obat
analgesik sesuai dengan advice dokter 3) Memberikan HE kepada pasien dan
keluarga untuk mengidentifikasi penyebab nyeri dan bagaimana cara
mengatasinya. Hal ini bertujuan agar ketika terjadi nyeri lagi Tn. B tahu
penyebabnya dan dapat mengantisipasi dengan teknik manajemen nyeri yang
sudah diajarkan perawat serta dapat mengatasinya sendiri. 4) Melakukan
monitoring nyeri (durasi, onset, penyebab); 5) Melakukan Monitoring TTV dan
setelahnya didapatkan tekanan darah pasien masih tinggi.
Masalah keperawatan yang muncul selanjutnya pada Tn. B adalah Kelebihan
volume cairan dan telah dilakukan intervensi yaitu 1) Melakukan Monitoring
TTV; 2) Mengkaji lokasi dan kedalaman edema dimana terdapat edema di
ekstremitas dan kedalaman edema 5 cm; 3) Mempertahankan intake maksimal
1500ml berdasarkan advice dokter yang membatasi intake cairan pasien dengan
selalu mengingatkan pasien untuk minum air putih sebanyak 1 botol besar air
minum; 4) Melaksanakan diet rendah garam dengan kolaborasi yang dilakukan
dengan tim gizi dengan tujuan untuk menghilangkan retensi garam dan air
sehingga natrium dapat tereabsorbsi dengan baik dan cairan dalam tubuh dapat
berkurang; 5) Melakukan monitoring status hidrasi dengan hasil mukosa mulut
lembab dan nadi 82x/menit.
29
WOC PEB
Maladaptive syndom
30
Terputusnya menyusui
Kelebihan volume cairan
BAB 4
PENUTUP
31
Pre Eklmasia Berat (PEB) Pada Ny. M tidak memiliki riwayat hipertensi
dari kejadian PEB adalah adanya hipertensi, edema dan proteinuria. Pada Ny. M
ekstremitas bawah, dan pada hasil Laboratorium nilai protein dalam urin sebanyak
Pada kasus Ny. M dari keempat masalah yang muncul selama pengkajian
yang menjadi masalah utama adalah gangguan Nyeri Akut : Insisi abdomen
sehingga harus dipantau respon pasien terhadap nyeri bila Ny. M. Selain itu,
masalah lain yang muncul seperti gangguan Kelebihan volume cairan yang
serta dengan meninggikan bagian kaki Ny. M sehingga edema dapat berkurang.
Resiko kelemahan peran menjadi orang tua dan Terputusnya menyusui juga
merupakan masalah yang serius sehingga kita wajib mengkaji koping Ny. M
terkait dengan masalah tersebut agar menemui solusi terhadap masalah tersebut.
32
DAFTAR PUSTAKA
Faiqoh, elok dan Lucia Y. 2013. Hubungan Karakteristik Ibu, ANC dan Kepatuhan Perawatan
Jensen, Lowdermik, Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta : Media
Aesculapius
Saifuddin, Abdul Bari. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
2016).