LP CA Ovarium
LP CA Ovarium
LP CA Ovarium
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu
dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi.
Penderita kanker ini umumnya didiagnosis terlambat, karena belum adanya
metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker
ovarium saja yang dapat terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium erat
hubungannya dengan wanita yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah
atau intenfertilitas dan biasanya terjadi pada wanita nullipara, melahirkan pertama
kali pada usia diatas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan
riwayat ovarium, kanker payudara atau kanker kolon, sedangkan wanita dengan
riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun, dengan
penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium
sebanyak 30 - 60% (Aditya, 2009).
Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan
penyebab kematian ketiga setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas
payudara, padahal five-years survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak
banyak mengalami kemajuan yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada
ovarium ditemukan dengan proporsi sebesar 8% dari seluruh tumor ganas
ginekologi. Tumor ini dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi lebih sering
pada usia 50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan pada masa reproduksi kira-
kira 30% dan pada usia lebih muda sebanyak 10%. Akhir-akhir ini diperkirakan
terjadi peningkatan kasus dengan gambaran histopatologi antara neoplasma
ovarian jinak dan ganas, diklasifikasikan sebagai neoplaasma ovarium borderline
yang penanganannya masih belum disepakati oleh para ahli. Diperkirakan sekitar
9,2% dari seluruh keganasan ovarium adalah neoplasma kelompok ini, yang
angka ketahanan hidupnya dapat mencapai 95% meskipun kemungkinan
rekurensi dan kematian dapat terjadi 10-20 tahun kemudian. Hal ini disebabkan
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan gangguan kesehatan reproduksi pada
pada Ny S dengan Post Laparatomi atas indikasi Ca di Ruang Tulip II B
RSUD Ulin Banjarmasin.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian secara subjektif pada Ny S dengan Post
Laparatomi atas indikasi Ca di Ruang Tulip II B RSUD Ulin
Banjarmasin.
b. Melakukan pengkajian secara objektif pada Ny S dengan Post
Laparatomi atas indikasi Ca di Ruang Tulip II B RSUD Ulin Banjarmasin
c. Dapat menyimpulkan analisa data yang tepat pada kasus Ny S dengan
Post Laparatomi atas indikasi Ca di Ruang Tulip II B RSUD Ulin
Banjarmasin.
d. Dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai rencana tindakan yang
tepat pada pada kasus Ny S dengan Post Laparatomi atas indikasi Ca
di Ruang Tulip II B RSUD Ulin Banjarmasin.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan sebagai salah satu masukan untuk menambahkan
pengetahuan dan wawasan bagaimana penanganan pasien dengan post
laparatomi atas indikasi ca ovarium.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan dapat digunakan sebagai salah
satu referansi tentang asuhan kebidanan dengan kasus post laparatomi
atas indikasi ca ovarium.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu
sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga
dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara
dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.
(Andesa, 2010)
Kanker Ovarium atau Kanker Indung Telur adalah kanker tersering
kedua dari seluruh tumor ganas ginekologi dan merupakan penyebab
kematian nomor satu dari seluruh kematian akibat kanker ginekologi.
Penderita umumnya di diagnosis terlambat, karena belum adanya metode
deteksi dini yang akurat untuk kanker ovarium ini, sehingga hanya 25 – 30%
saja yang terdiagnosis pada stadium awal.
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70
tahun. Kanker ovarium bisa menyebar melalui system getah bening dan
melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru – paru.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan
tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah
kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit
diketahui gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium
terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium
ini berawal dari kista.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung
telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari
sel-sel ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian
6
B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi
banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses
transformasi menjadi sel-sel tumor. (Andesa, 2010).
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen
dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel
kanker ovarium. (Andesa, Hesa, 2010)
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan Ca ovarium adalah :
1. Diet tinggi lemak
2. Merokok dan alcohol
7
3. Infertilitas
4. Riwayat Ca mammae, kolon, dan endometrium
5. Nullipara
(Andesa, 2010)
Faktor resiko kanker ovarium:
Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang
diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut:
1. Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara
2. Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
3. Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
4. Wanita yang tidak memiliki anak (nullipara)
5. Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
6. Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
7. Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid
8. Ras kaucasia > Afrika-Amerika
9. Dll
(Andesa, 2010)
C. Patofisiologi
Penyebab kanker ovarium masih belum diketahui secara pasti, (Ari,
2008). Namun teori yang banyak dianut adalah teori Fathalla yang
menyatakan bahwa diperkirakan pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan
pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna
diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi
atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu sehingga dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor (Busmar, 2006:469).
Pada kejadian ini, beberapa orang dapat terjadi mutasi gen yang
menjadi karsinogenik. Kejadian mutasi gen akan makin meningkat pada
keluarga yang mempunyai sejarah herediter karsinoma (Manuaba, 2005) .
8
E. Manifestasi klinis
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk tumor kistik ( kista
ovarium) dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kebanyakan wanita
dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama.
Bila gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik pada stadium awal
dapat berupa gangguan haid. Jika tumor sudah menekan rektum atau
kandung kemih mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih. Dapat juga
terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama. Pada stadium lanjut gejala
yang terjadi berhubungan dengan adanya asites ( penimbunan cairan dalam
rongga perut ) penyebaran ke omentum ( lemak perut ) dan organ-organ
didalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati seperti perut
membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan buang air
besar dan buang air kecil. Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada rongga
9
F. Pemeriksaan penunjang
Sebagian besar dari kanker ovarium bermula dari suatu kista, maka
apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat
jinak atau ganas (kanker ovarium) kewaspadaan terhadap kista yang bersifat
ganas dilakukan pada keadaan :
1. Kista cepat membesar
2. Kista pada usia remaja atau pasca menopause
3. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
4. Kista dengan bagian padat
5. Tumor pada ovarium
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan kearah kanker ovarium
seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan
bahkan mungkin diperlukan pemeriksaan CT-Scan / MRI. Pemeriksaan
laboratorium yang bisa dilakukan untuk menunjang diagnosis adalah
pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan
alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis
kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan
tindakan operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker
ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium biasa. Hal terpenting pada
operasi pasien yang tersangka kanker ovarium adalah semaksimal mungkin
berusaha agar kista tersebut keluar secara utuh, kemudian dilakukan
pemeriksaan ke laboratorium Patologi Anatomik (pemeriksaan potong beku).
Apabila hasil pemeriksaan potong beku bukan suatu kanker, maka operasi
selesai. Sebaliknya bila hasil pemeriksaan potong beku adalah kanker
ovarium maka operasi dilanjutkan dengan mengangkat rahim, ovarium sisi
lain, usus buntu, omentum, melakukan biopsi pada tempat yang dicurigai
10
G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik
ginekologi, serta pemeriksaan penunjang
1. Riwayat
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan
yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran
tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman
dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering berhubungan
dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah
lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi
pleura dan asites yang masif. (Wijaya, 2010)
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu
diperhatikan umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium.
Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang
kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari hormon klien. Kista ini
mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila
menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium
dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma.
11
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker ovarium terdiri atas:
1. Operasi
2. Radioterapi
3. Kemoterapi
Kanker Ovarium Epitelial :
1. Stadium I
Pilihan terapi stadium I dengan derajat diferensiasi baik sampai sedang,
operasi salpingo-ooforektomi bilateral (operasi pengangkatan tuba
fallopi dan ovarium) atau disertai histerektomi abdominal total
(pengangkatan uterus) dan sebagian jaringan abdominal, harapan
hidup selama 5 tahun mencapai 90%. (Hidayat, 2009)
Pada stadium I dengan diferensiasi buruk atau stadium Ic pilihan terapi
berupa:
a. Radioterapi
b. Kemoterapi sistemik
c. Histerektomi total abdominal dan radioterapi
(Hidayat, 2009)
2. Stadium II
Pilihan terapi utama operasi disertai kemoterapi atau radioterapi,
dengan terapi ajuvan memperpanjang waktu remisi dengan harapan
hidup selama 5 tahun mendekati 80 %. (Hidayat, 2009)
3. Stadium III dan IV
Sedapat mungkin massa tumor dan daerah metastasis sekitarnya
diangkat (sitoreduktif) berupa pengeluran asites, omentektomi, reseksi
daerah permukaan peritoneal, dan usus, jika masih memungkinkan
salpingo-ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi ajuvan kemoterapi dan
atau radioterapi. (Hidayat, 2009)
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Gangguan Kesehatan Reproduksi
Pada Pada Ny S Dengan Post Laparatomi Atas Indikasi Ca Ovarium
Di Ruang Tulip II B RSUD Ulin Banjarmasin
A. Data Subjektif
1. Identitas
Istri Suami
Nama Ny. S Tn. S
Umur 40 tahun 30 tahun
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SD SMA
Pekerjaan Ibu rumah tangga Swasta
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan sebelum operasi perutnya membesar, tidak bisa BAB sudah
10 hari dan ibu mengatakan operasi 3 jam yang lalu mengeluh nyeri dibagian
luka operasi.
3. Riwayat Perkawinan
Kawin 2 kali, kawin pertama kali umur 17 tahun dengan suami sekarang
sudah 4 bulan.
21
4. Riwayat Haid
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Teratur/ tidak : teratur
d. Lamanya : 6-7 hari
e. Banyaknya : 3-4 kali
f. Dismenorhoe : tidak ada
5. Riwayat Obstetri
P0A1
Kehamilan Persalinan Bayi
Penyulit
No Tahun Tempat/ Keadaan Ket
UK Penyulit UK Cara Penyulit BB PB JK nifas
Penolong Lahir
B. Data Objektif
1. Pemeriksan Umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. Berat badan : 47 kg
d. Tinggi badan : 150 cm
e. Tanda vital
TD : 120/70 mmhg R : 20 x/menit
O
T : 36,8 C N : 80 x/menit
2. Pemerisaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : Simetris, kulit kepala tampak bersih
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembengkakan kelenjar tyroid dan
pembesaran vena jugularis.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium tanggal 01-08-2016
HB : 10,7 gr%
Leokosit : 14,0
Eritrosit : 3,52
Hematokrit : 32,1
Trombosit : 180
b. Laboratorium Patologi Anatomi
4 buah jaringan (ca ovarium post laparatomi)
C. ANALISA DATA
a. Diagnosa Kebidanan : Ny. S dengan Post Laparatomi H-0 atas indikasi Ca
Ovarium
b. Masalah : Nyeri perut pada luka bekas operasi
c. Kebutuhan : KIE tentang mobilisasi dini
Memberikan support kepada ibu dan keluarganya
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, yaitu
keadaan umum ibu lemah, kesadaran composmentis TD : 120/70 mmhg, T :
36,80C, Respirasi : 20x/menit , N : 80 x/menit,
25
8. Menganjurkan ibu untuk istrahat cukup pada malam hari tidur 7-8 jam dan
siang hari 1-2 jam.
“ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan”
9. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk menjaga personal hygiene yaitu
mengganti pakaian jika basah dan kotor.
“ibu mengerti dan menerima anjuran yang diberikan”
10. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap 6 jam pasca operasi ibu
boleh tekuk kaki, miring kanan dan miring kiri saja dulu.
“Ibu mengerti apa yang telah di jelaskan”
11. Melakukan kaloborasi dengan dokter untuk pemberian intervensi dan terapi
yaitu:
a. Memasang Infus RL : D5 : NS dengan 20 tetes/menit (untuk memenuhi
kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh )
b. Tetap menggunaka dower cateter
c. Memberikan nutrisi melalui IV yaitu Clinimix+elevif 1x/hari
d. Memberikan Inj. Cefotaxime 2 x 1 gr (obat untuk antibiotik), Ketorolac 3 x
1 ( untuk anti nyeri ) dan Vit. C 3x1 (vitamin)
“terapi sudah diberikan”.
27
Catatan Perkembangan
R : 22 x/m
T : 36,5oC
Abdomen
Pada luka operasi tampak tertutup kasa
tidak terlihat ada tanda-tanda perdarahan
pada luka.
A:
Ny. S dengan dengan Post Laparatomi H-II
atas indikasi Ca Ovarium
Masalah :
mengeluh nyeri luka post operasi.
Kebutuhan :
Observasi KU dan TTV
KIE mobilisasi dini dan berkolaborasi dengan
dokter
P :
1. Mengobervasi Keadaan umum dan TTV
“ibu mendengar dengan baik hasil
pemeriksaan yang disampaikan“
2. Mengobservasi intake dan output
“ infus RL 20 tts/menit dan DC terpasang ”
3. Mengingatkan ibu tetap untuk istirahat seperti
tidur siang 1-2 dan tidur malam selama 6 -7
jam.
“ibu mengerti dan menerima anjuran yang
diberikan”
4. Mengingatkan ibu dan keluarga untuk
menjaga personal hygiene
“ibu mengerti dan menerima anjuran yang
diberikan”
5. Mengingatkan ibu untuk mobilisasi secara
30
Masalah :
Sudah teratasi
Kebutuhan :
KIE mobilisasi dini dan berkolaborasi dengan
dokter
P :
1. Mengobervasi Keadaan umum dan TTV
“ibu mendengar dengan baik hasil
pemeriksaan yang disampaikan“
2. Mengobservasi intake dan output
“ infus RL 20 tts/menit dan DC terpasang ”
3. Mengingatkan ibu tetap untuk istirahat seperti
tidur siang 1-2 dan tidur malam selama 6 -7
jam
“ibu mengerti dan menerima anjuran yang
diberikan”
4. Mengingatkan ibu dan keluarga untuk
menjaga personal hygiene
“ibu mengerti dan menerima anjuran yang
diberikan”
5. Mengingatkan ibu untuk mobilisasi boleh
berjalan.
’Ibu mengerti apa yang telah di jelaskan’
6. Melaksanakan advis dokter, yaitu :
e. Memasang Infus RL : D5 : NS dengan 20
tetes/menit (untuk memenuhi kebutuhan
cairan elektrolit dalam tubuh )
f. Tetap menggunakan dower cateter
g. Memberikan nutrisi melalui IV yaitu
Clinimix+elevif 1x/hari
h. Memberikan Inj. Cefotaxime 2 x 1 gr (obat
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu
sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga
dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara
dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.
(Andesa, 2010).
Laparatomi adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka
cavum abdomen dengan tujuan eksplorasi.
Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah
proses pembedahan pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam
Perry dan Potter (2005) dipaparkan bahwa tindakan post operatif dilakukan
dalam 2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan
setelah fase post operatif. Proses pemulihan tersebut membutuhkan
perawatan post laparatomi. Perawatan post laparatomi adalah bentuk
pelayanan perawatan yang di berikan kepadaklien yang telah menjalani
operasi pembedahan abdomen.
Pada kasus ini pada tanggal 01 agustus 2016 di ruang Tulib II B
dilakukan pengkajian pada Ny. S yang baru saja menjalani proses operasi
laparatomi atas indikasi Ca Ovarium, Ibu mengatakan sebelum operasi
perutnya membesar dan tidak bisa BAB sudah 10 hari dan setelah operasi
ibu merasa nyeri dibagian luka operasi dan pada tahun 2013 ibu mempunyai
riwayat pengangkatan kista ovarium. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tanda-tanda vital yaitu keadaan umum ibu lemah, kesadaran composmentis,
TD : 120/70 mmhg, T : 36,80C, Respirasi : 20x/menit , N : 80 x/menit, HB
10,7 gr. Pada pemeriksaan inspeksi di dapatkan pada abdomen luka bekas
operasi tertutup kassa dan konjungtiva tidak anemis.
Asuhan yang diberikan pada Ny S dengan post laparatomi atas
indikasi Ca Ovarium di Ruang Tulip II B RSUD Ulin Banjarmasin sudah
sesuai dengan teori yang ada.
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. S dengan post
seksio Caesar hari ke X atas indikasi infeksi luka operasi di ruang Nifas RSUD
Ulin Banjarmasin, penulis dapat menyimpulkan bahwa Infeksi luka operasi (ILO)
atau infeksi tempat tempat pembedahan (ITP) atau Surgical Site Infection (SSI)
adalah infeksi pada luka operasi atau organ/ ruang yang terjadi dalam waktu 30
hari paska operasi atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat implant. Sumber
bakteri pada ILO dapat berasal dari pasien, dokter dan tim, lingkungan dan
termasuk juga instrument.
Infeksi yang terjadi pada luka operasi disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri
gram negatif (E.coli), gram positif (Enterococcus) dan terkadang bakteri
anaerob dapat yang berasal dari kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk menutup
luka dan operasi. Bakteri yang paling banyak adalah staphylococcus.
Perawatan luka pasien dengan ILO adalah pembersihan, debridement dan
penutupan pada luka, sedangkan untuk terapi obat-obatan adalah antibiotik
sesuai pemeriksaan laboratorium dan kultur dari cairan atau jaringan pada luka
operasi, serta pemberian obat-obatan symptomatic, vitamin serta diit tinggi
kalori tinggi protein.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah wawasan kepada mahasiswa dalam hal mengetahui
asuhan kebidanan pada pasien dengan kasus infeksi luka operasi
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu referensi, dokumentasi serta dapat dikembangkan lebih
luas dalam pembuatan laporan selanjutnya tentang asuhan kebidanan pada
pasien dengan infeksi luka operasi.
36
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, Nur. Puji Wardani. 2015. Jurnal Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada
Ny. S Dengan Infeksi Post Sc Hari Ke 16 Di RSUD dr. Soegiri Lamongan.
Lamongan
Manuaba, Ida Bagus Dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan KB.
EGC. Jakarta
Nugroho, Taufan Dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas. Jilid 3. Nuha
Medika: Jakarta
Wardoyo, Eustachius Hadi dkk. 2011. Jurnal Infeksi Luka Operasi Di Bangsal
Kebidanan Dan Kandungan RUPN Cipto Mangunkusumo Laporan Serial
Kasus Bulan Agustus-Oktober 2011. Jakarta