Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Lengkap Praktikum Ekologi Hutan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan Tesso Nilo, memiliki peranan yang sangat penting dan strategis bagi
kehidupan manusia dalam lingkup lokal, regional, nasional, maupun global.
Kawasan tersebut menjadi daerah hulu untuk beberapa daerah aliran sungai
(DAS) seperti sungai Tesso dan sungai Nilo sehingga termasuk kawasan
konservasi yang secara teori tidak dapat diubah fungsinya menjadi bentuk
pemanfaatan lahan lainnya.

Kehadiran vegetasi pada suatu area akan memberikan dampak positif bagi
keseimbangan ekosistem. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu
ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen
dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air
tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area
memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya akan bervariasi tergantung pada
struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu.

Berkaitan dengan kehadiran vegetasi, penting untuk menganalisa vegetasi


dengan mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan
(komposisi) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh- tumbuhan
(Soerianegara dan Indrawan, 2005). Analisis vegetasi dapat digunakan untuk
mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuan yang
meliputi mempelajari tegakan hutan yaitu tegakan tingkat pohon dan
permudaannya (tingkat tiang, pancang, dan semai) dan mempelajari tegakan
tumbuhan bawah yaitu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan
selain permudaan pohon, padang rumput/ilalang dan belukar. Dengan analisis
vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan.

Sehubungan dengan fungsi dan peranan TNTN terutama sebagai kawasan


penyangga sistem DAS dan sebagai pelestari keanekaragaman hayati, maka

1
diperlukan pengetahuan dan kemampuan untuk memahami struktur dan komposisi
vegetasi yang ada di TNTN dengan menginventarisasi vegetasi yang berada
didalamnya. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya kegiatan praktikum
lapangan Survei dan Deskripsi Komunitas Pohon di kawasan Taman Nasional
Tesso Nilo (TNTN) untuk mengetahui berbagai tingkatan pertumbuhan di TNTN
dari mulai semai, pancang, tiang hingga pohon.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum yang di lakukan di Taman Nasional Tesso Nilo tentang
Surve dan Deskripsi Komunitas Pohon adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
cara mengukur atau menaksir potensi dari suatu tegakan hutan meliputi Kerapatan
Relatif, Frekuensi Relatif, Dominasi Relatif, dan Indeksi Nilai Peting dalam setiap
vegetasi.

Kegunaan yang diharapkan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
menambah wawasan sekaligus memahami tata cara pembuatan petak ukur,
penentuan arah jalur, penentuan jarak antar jalur dan pengukuran parameter pohon
dalam hal pengelolaan sumber daya hutan.

2
3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Mulanya dikenal sebagai kawasan


hutan langgam yang difungsikan sebagai Hutan Produksi terbatas untuk
mencukupi kebutuhan bagi kayu industri dan kebutuhan kayu lainnya. Namun
seiring berjalannya waktu dengan semakin hilangnya hutan, pada tahun 1980-an
muncul permasalahan gajah karena kawasan hutan dibuka untuk kepentingan
transmigrasi. Peristiwa Peningkatan gangguan gajah sehingga pemerintah melalui
Menteri Lingkungan Hidup mencadangkan habitat untuk gajah yang diantaranya
di Tesso Nilo.

Flora Sebuah studi yang komperatif yang dilakukan oleh Gillison (2001)
menunjukkan bahwa hutan dataran rendah Tesso Nilo, Riau memiliki
keanekaragaman spesies tumbuhan vaskular tertinggi di dunia sebanyak 218
spesies. Secara umum kondisi habitat di kawasan ini cukup baik dengan
penutupan vegetasi lebih dari 90 %, umumnya ditumbuhi jenis kempas
(Kompassia malaccensis), keranji (Dialium platysepalum), durian burung (Durio
lanceolatus), medang (Litsea resinosa), rengas (Gluta rengas), meranti (Shorea
sp.), bintangur (Calophyllum macrocarpum) dan beberapa jenis lainnya. penelitian
LIPI tahun 2003 pernah mencatat keanekaragaman jenis fauna dimana mereka
menjumpai 34 jenis mamalia, 18 jenis berstatus dilindungi undang-undang, 16
jenis rawan punah (IUCN 2009).

Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam


lansekap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam
lansekep yang belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Dalam
mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa
vegetasi merupakan suatu pengelompokan tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama
terutama yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponenya,
maupun oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi
gambaran vegetasi secara umum atau fungsional.

Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi


dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam

4
suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau
areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang
keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan
vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan
(Greig-Smith, 1983).

Mulyana et al. (2005) mengemukakan bahwa struktur suatu vegetasi


merupakan organisasi dalam ruang, tegakan, tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan
dengan unsur utamanya adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi, dan penutupan
tumbuhan. Lebih jauh, struktur vegetasi hutan dapat dibagi menjadi tiga
komponen, yaitu (1) struktur vertikal (stratifikasi berdasarkan lapisan tajuk), (2)
struktur horisontal (stratifikasi berdasarkan penyebaran spasial individu suatu
jenis dalam populasi), dan (3) kelimpahan jenis. Disamping ketiga komponen
tersebut, masih terdapat struktur didalam satuan waktu, yaitu suksesi dan klimaks
yang hanya dipusatkan pada struktur spasial yang merupakan struktur yang
berhubungan dengan waktu.

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk


menganalisis dan juga sintesis sehingga akan membantu dan mendiskripsikan
suatu vegetasi sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan. Untuk
mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak
(Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis
Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat
kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusuma,
1997).

Selanjutnya, Indriyanto (2006) mengatakan bahwa berdasarkan analisis


vegetasi dapat ditentukan beberapa besaran yang dapat memberikan gambaran
tentang keseluruhan kondisi kawasan pengamatan, yaitu :

 Kerapatan (K) dan Kerapatan Relatif (KR)

Kerapatan adalah perbandingan jumlah individu suatu jenis terhadap luas petak
contoh yang digunakan. Berdasarkan kerapatan suatu individu dapat ditentukan
pula Kerapatan Relatif masing-masing jenis individu, yaitu kerapatan individu
suatu jenis dibanding dengan kerapatan seluruh jenis yang ditemukan.

5
 Frekuensi (F) dan Frekuensi Relatif (RF)

Frekuensi adalah jumlah petak yang berisi suatu spesies dibandingkan dengan
jumlah seluruh petak contoh. Berdasarkan frekuensi suatu individu dapat
ditentukan pula Frekuensi Relatif masing-masing jenis individu suatu jenis
dibanding dengan frekuensi seluruh jenis.

 Luas Penutupan atau dominansi (D) dan Dominansi Relatif (DR)

Luas penutupan atau dominansi (coverage) adalah proporsi antara luas tempat
yang ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Luas penutupan
dapat dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk atau luas bidang
dasar (basal area). Sedangkan luas penutupan atau dominansi relatif merupakan
perbandingan antara dominansi jenis yang lain.

Indeks nilai penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai
untuk menyatakan tingkat dominansi atau penguasaan spesies-spesies dalam suatu
komunitas tumbuhan (Gopal dan Bhardwaj (1979) dalam Indriyanto (2006).
Berdasarkan Soerianegara dan Indrawan (2005), jumlah nilai maksimal INP pada
tingkat pohon dewasa adalah 300% yaitu jumlah parameter KR, FR, dan DR.
Sedangkan jumlah nilai maksimal INP pada tingkat permudaan adalah 200% yaitu
jumlah parameter KR dan FR.

Indeks-indeks lainnya yang dapat menggambarkan kondisi suatu kawasan,


antara lain : Perbandingan Nilai Penting (Summed Dominance Ratio), Indeks
Dominansi (Index of Dominance), Indeks Keanekaragaman (Index of Difersity)
yang biasa ditentukan dengan Indeks Shannon dan/atau Indeks Mmargalef
(Indriyanto, 2006).

Stratifikasi atau pelapisan tajuk merupakan susunan tetumbuhan secara


vertikal di dalam suatu komunitas tumbuhan atau ekosistem hutan. Pada tipe
ekosistem hutan hujan tropis stratifikasi biasanya tersusun secara lengkap terdiri
dari lima strata (storey). Tiap lapisan di dalam stratifikasi disebut stratum atau
strata. Menurut Soerianegara dan Indrawan (2005), stratifikasi yang terbentuk di
dalam masyarakat tumbuhan disebabkan oleh dua hal, yaitu :

Persaingan

6
Persaingan terjadi akibat adanya kompetisi yang berlangsung di dalam suatu
masyarakat tumbuhan antar spesies pohon yang ada. Akibat kompetisi ini akan
muncul pohon yang mampu bersaing, memiliki pertumbuhan yang kuat dan
menjadi spesies yang dominan atau lebih berkuasa dari individu lain. Individu
pohon-pohon dominan yang terbentuk tersebut akan mencirikan masyarakat hutan
yang bersangkutan. Contoh spesies tersebut antara lain jenis Shorea spp. Yang
dominan di hutan- hutan pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera yang menyusun
stratum teratas (A) sehingga membentuk kelompok hutan Dipterocarpaceae.

Semi toleransi spesies

Sifat toleransi spesies ini sangat dipengaruhi oleh intensitas matahari. Spesies-
spesies pohon yang intoleran mendapatkan kesempatan ruang tumbuh dengan
radiasi matahari penuh, sehingga proses pertumbuhannya akan lebih cepat dan
menjadi lebih tinggi.jenis individu intoleran tidak tahan berada dibawah naungan,
karena menyebabkan pertumbuhannya menjadi lambat bahkan dapat
mengakibatkan kematian. Pada individu pohon dengan sifat toleran akan bertahan
di bawah naungan jenis intoleran.

7
III. METODE

3.1 Waktu dan Tempat.

Waktu pelaksanaan praktikum ini pada hari Minggu, 13April 2019 pada pukul
08.00 sampai selesai. Berlokasi di Taman Nasional Tesso Nila, Kecamatan Ukui,
Kabupaten Pelalawan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan pada praktikum Ekologi Hutan ini, yaitu:


1. Meteran 100 M
2. Pita Ukur
3. Alat tulis menulis.
4. Kamera
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Tali rafia 100 M, 20 M, 5 M, 2 M.
2. Tally Sheet
3. Kayu pancang

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah:

3.3.1 Penarikan Transek dan Pembuatan Plot

1. Analisis vegetasi dilakukan di dalam plot-plot pengamatan di kawasan Taman


Nasinola Gunung Gede Pangrango dengan menggunakan metoda Kombinasi
antara cara jalur dan cara garis berpetak pada unit contoh yang berbentuk jalur
sepanjang 100 m, dengan arah tegak lurus kontur berdasarkan derajat (azimut)
yang diukur dengan menggunakan kompas. Dasar pertimbangan menggunakan
metode tersebut adalah representative dan cukup akurat untuk melakukan
teknik sampling analisa vegetasi serta dapat mewakili populasi yang berada di
dalam areal hutan yang diamati. Di dalam plot pengamatan pohon dibuat petak-

8
petak berbentuk bujur sangkar yang lebih kecil untuk tumbuhan yang lebih
kecil dan permudaan.
2. Setelah menentukan titik awal pengamatan untuk membuat jalur, kemudian
menarik tambang atau tali sepanjang 100 m untuk menentukan panjang jalur,
serta 20 meter untuk menentukan lebar jalur. Pemasangan patok untuk
pembuatan petak-petak pengamatan.
3. Membuat petak pertama berukuran 20 x 20 meter. Di dalam petak tersebut,
sub-sub petak berukuran 5 x 5 meter, serta petak 2 x 2 meter yang digunakan
untuk pengamatan anakan.
4. Pengukuran bisa dimulai dari petak 20 x 20 untuk pohon (diameter ≥ 20 cm), 5
x 5 untuk pancang (diameter <10 cm, tinggi > 1.5 m), epifit, liana, tumbuhan
bawah, serta 2 x 2 meter untuk semai (anakan pohon yang baru tumbuh hingga
anakan pohon yang mempunyai diameter <5 ).

3.3.2 Teknik Pengambilan Sample


1. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang, tinggi total dan diameter tingkat
pohon.
2. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang, tinggi total dan diameter tingkat tiang.
3. Jenis dan jumlah tingkat pancang
4. Jenis dan jumlah tingkat semai liana, epifit dan tumbuhan bawah

3.3.3 Cara kerja Preparasi sample

1. Sample daun yang diambil sebagai herbarium diberi etiket terlebih


dahulu.
2. Semprot daun menggunakan alcohol dan semprot juga pada Koran yang
dibagi dua.
3. Selanjutnya daun ditutup menggunakan Koran yang disemprotkan tadi
4. Bedakan mana yang pohon, pancang, tiang dan pohon.
5. Kemudian tutup rapat dengan kardus dan dikat dengan menggunakan tali
raffia.

3.3.4 Foto sample

1. Letakkan daun pada bidang datar dan terang misalnya pada lantai.

9
2. Letakkan penggaris metal di samping daun untuk menunjuk ukuran yang
sebenarnya.
3. Kemudian foto herbarium sebagai bukti.

3.3.5 Identifikasi sample

1. Identifikasi daun dengan cara pertama lihat terlebih dahulu marfologi daun
tampak dari luar
2. Lihat daun kemudian identifikasi pertulangan daun, pinggir daun, ujung
daun,pangkal daun, tipe daun dan tektur daun.

3.4 Analisis data

Berdasarkan data lapangan yang telah dikumpulkan, maka dilakukan


perhitungan Indeks Nilai Penting ( INP ) dengan rumus sebagai berikut :

a) Kerapatan (K) = Jumlah Individu Suatu Jenis


Luas Seluruh Petak Contoh

b) Kerapatan relatif (KR) = Kerapatan Suatu Jenis x 100 %


Kerapatan Seluruh Jenis

c) Frekuensi (F) = Jumlah petak contoh di temukan suatu jenis


Jumlah seluruh petak contoh

d) Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi Suatu Jenis x 100 %


Jumlah Seluruh Frekuensi Suatu Jenis

e) Luas Bidang datar = ¼ .π. d2

f) Dominasi (D) = Luas Bidang Datar Suatu Jenis


Luas Seluruh Petak Contoh

g) Dominasi Relatif (DR) = Dominasi Suatu Jenis x 100 %


Dominasi Seluruh Jenis

Dimana : Untuk tingkat pohon dan tiang, INP = KR+ FR+DR


Untuk pancang dan semai INP = KR + FR

Keterangan :

INP = Indeks Nilai Penting

KR = Kerapatan Relatif

10
FR = Frekuensi Relatif

DR = Dominasi Relatif

11
12

Anda mungkin juga menyukai