Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
2K tayangan45 halaman

Story

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 45

PERAWAN CANTIK DI DESA

Cerita berawal pada saat kami baru pindah mengisi rumah baru di kawasan Bogor Selatan, Pada
saat itu kami baru mengisi rumah +/- 1 bulan istriku mengeluh kesepian karena rumah sekitar
kami masih banyak yang kosong dan harus mengurus 2 anak lelaki kami yang memang sedang
bandel-bandelnya. Maka kamipun sepakat untuk mencari saudara/pembantu untuk menemani
istriku di rumah serta membantu menjaga ke 2 anak kami dan akhirnya istri sayapun berangkat
ke kampung halamannya di Ciamis untuk mencari saudara/pembantu di kampungnya yang bisa
menemani dia.

Singkat cerita akhirnya dapatlah saudara jauh dari istri saya yang bisa di ajak ke rumah baru
kami tersebut, memang sich saudara jauhnya tersebut cukup manis dan sangat lugu sekali
maklum orang dusun dan baru pertama kali keluar dari kampungnya sendiri dan langsung di
bawa ke tempat yang cukup jauh dari lingkungan rumah nya tapi kalau masalah pekerjaan
memang sudah cukup lihai dari yang namanya mencuci pakaian,piring,masak,ngepel dan lainnya
sudah boleh di sebut rapih dech…,-

Pada awal-awalnya sich saya tidak ada perasaan apa-apa sama si ening ini (sebut saja seperti itu
namanya lah…), tapi setelah waktu berjalan +/- 2 bulan Si Ening ini bergabung di rumah kami
barulah terlihat kalau anak ini sedang lagi seger-segernya dan baru mao gede maklum umurnya
waktu itu masih 16 tahunan dan kalau saya perhatikan setiap gajih yang di kasih ke dia selalu di
belikan segala macam keperluan pribadi (kosmetik dll) dan karena dia suka bersolek diri maka
setelah 2 bulan itu dia sudah mulai kelihatan lebih dewasa dan lebih bersih di banding waktu
pertama kali dating dari kampungnya di Ciamis.

Suatu hari (kalau tidak salah waktu itu hari Sabtu) Saya pulang kerja setengah hari, jadi waktu
sampai di rumah itu kurang lebih sekitar Jam 3.00 sore dan pada saat saya masuk ke dalam
ternyata tidak ada suara yang menjawab maka sayapun mencoba cari orang rumah dan ternyata
yang ada hanya hanya Ening saja yang sedang tidur di kamarnya yang tidak terkunci dan pada
saat itulah baru pertama kalinya saya melihat dia dalam keadaan sedang tidur dengan hanya
mempergunakan daster pemberian dari istri saya dan pada saat itu dasternyapun tersingkap
sampai di atas pinggang wow…wow… suatu pemandangan yang cukup segeee…rrr untuk di
nikmati maka pada saat itulah timbullah fiktor (fikiran kotor) saya untuk mencoba meraba bagian
yang tersingkap tersebut dan secara perlahan saya dekati dia yang masih tertidur lelap di atas
kasur gulung /palembang yang kami sediakan untuknya lalu tanpa ada kesulitan apapun saya
sudah mulai mengusap/mengelus bagian kaki terus naik kebagian pahanya yang hitam manis itu
dengan perlahan dan lembut, sampai saking asyiknya saya mengelus-elus bagian itu secara ga
sadar torpedo/junior saya di balik celana mulai mengencang dan karena karena ini juga akal
sehat saya sudah mulai hilang karena rabaan-rabaan tangan ini sudah mulai menjalar ke bagian
toketnya yang baru mulai merekah emang….. sich saya cuma meraba dari luarny saya tapikan
para pembaca bias membayangkan betapa indahnya bagioan dalamnya kalau di buka, Tapi
rabaa-rabaan itu saya stop karena si ening menggeliat di tidurnya yang mebuat say kaget dan
langsung lari meninggalkan kamarnya dan tidak lama saya keluar dari kamarnya ening, istri,anak
dan mertua saya datang habis makan Bakso bang kumis yang ada di seberang komplek kami.

Setelah kejadian hari itu saya selalu mencabo mencari kesempatan dalam kesempitan untuk
menikmati yang indah-indah dari si ening tersebut bahkan pada suatu hari waktu saya
mendapatkan uang sampingan dari salah satu kolega kerja, saya coba membelikan dia baju tidur
terusan ,cawet dan bh yang semua warnanya phing yang di bungkus Koran (supaya istri ga
curiga gicu..loh ..maksudnya) dan di dalamnya saya kasih sedikit tulis yang bunyinya : “di
pake..ya ..Ning supaya kamu makin betah disini dan jangan sampe ketahuan si ibu”, Rupanya
pemberian saya itu tidak di tolak sama dia dan langsung ngucapin terima kasih..ya Pak. Dan
rupanya pancingan saya itu berhasil, kenapa saya bilang berhasil..???, karena si Ening ini
rupanya agak sedikit kasih angin ke saya dimana ada kesempatan selalu berlagak genit & manja
(perlu di ingat coy…mana ada kucing yang di kasih ikan nolak…ya..ga..ya…???) dan
kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk selalu curi-curi kesempatan, bahwa pernah suatu kali
saya bercandain dia di dapur dengan omongan : ning..kamu tambah manis ajach..dech…,kamu
dah punya pacar pa belom…???, Tanya saya ke dia sambil colek Bokongnya yang masih
padet(yang jelas saya nyoleknya ga di depan istri & anak..dong..he…he..he) dan diapun
menjawab tanpa beban dan manja : belum sich..Pa, tapi kayaknya sich mo dapet nich…abis dah
ngasih ening baju segala…sich. Nah….sejak kejadian di dapur itu sayapun semakin berani ajac.

Akhirnya kesempatan yang saya tunggu-tunggu datang juga, waktu itu anak-anak saya sudah
mulai masuk liburan sekolah dan mereka minta di antar ke rumah neneknya di di Bandung dan
kamipun (saya,istri & anak)berangkat ke Bandung untuk liburan sekolah dan karena saya harus
tetap bekerja maka saya hanya nginap satu malam saja di bandung untuk kemudian kembali ke
rumah pada hari Minggu sorenya. Perjalanan Bandung –Bogor terasa sangat lama sekali karena
memang jalur puncak macet juga banyak bus-bus pariwisata yang melintas di jalur itu untuk
mengantar-jemput orang-orang yang sedang berlibur/liburan sekolah. Walaupun agak kesel dan
capek akhirnya sampai juga ke rumah pada malam hari (+/- jam 07.00 malam) dan sesampainya
di depan rumah saya bunyikan klaskon mobil supaya si ening membukakan pintu pager dan tidak
lama kemudia dia keluar dengan memakai daster yang saya belikan dan di mata saya malam itu
si ening nampak lebih seger dan ternyata pada saat mobil sudah saya parkir di damal teras rumah
saya mencium wangi shampoo sunsilk urang aring (wow…wangi bwanget para pembaca
membuat hati ini tambah dug..dug..ser..).

Singkat cerita sayapun sudah selesai membersihkan badan dan menuju kemeja makan untuk
menyantap makan malam yang telah di siapkan sama si ening,sayapun menyantapnya dengan
penuh semangat maklum lapeeer..bwanget pembaca. Selesai makan saya istirahat di ruang
keluarga untuk nonton acara tv, sedang asyik-asyiknya saya nonton datanglah OMES (Otak
Mesum) saya untuk memancing si ening dan sayapun autr strategi untuk minta tolong di pijat
sama si ening, maka saya panggillah dia : Ning..tolong kesini, Ya..pak Jawabnya, Tolong pijitin
pundak saya dong…kamu bisa kan..??? Tanya saya sambil pura-pura cuex, diapun bilang ya..pak
bisa, dipijitnya mau pakai minyak apa..??tanyanya, kalau bisa sich pakai minyak kayuputih
campur minyak goring ajach jawab saya dengan santai, maka diapun berjalan ke kotak obat
untuk ambil minyak kayuputih terus ngeluyur ke dapur untuk ambil minyak goring, setelah itu
dia mendekati saya dan bertanya : Mau di pijit di mana pa…???, disi saja (Diruang keluarga)
jawab saya, tapi tolong di periksa dulu pintunya sudah di tutup apa belum kata saya ke dia dan
diapun memeriksanya, sudah pak. Maka sayapun sudah tengkurap di depan tv seperti orang yang
sudah siap untuk di pijat.

Si Eningpun sudah siap memijat di belakang saya, pada saat dia mulai membalur minyak-minyak
tersebut di badan sudah mulai terasa darah ini naik tapi masih tetap saya tahan dan ternyata
tangan si hitam manis ini memang bisa di andalkan untuk memijat tapi di samping itu saya coba
curi-curi pandang kewajahnya yang manis itu dan wangi shampoo itu masih saja tercium di
hidung saya sampai-sampai si Otong saya sudah mulai naik menegang tapi untuk memecah
keheningan saya coba ngobrol sama dia ngalor-ngidul sampai akhirnya tertuju kepada dia yang
masih belum punya pacar. Disinilah saya coba untuk agak berani memegang tangannya yang
mungil itu dan diapun tidak menolaknya, dia hanya bilang : Jangan ….pak nanti ada yang lihat,
tapi saya tidak peduli dengan omongannya dan bahkan membuat saya semakin bersemangat, Ga
..apa-apa kok Ning..,disinikan Cuma kamu sama saya aja kan si teteh lagi di Bandung, birahi
setan saya ruapnya sudah tidak bisa terkendali lagi, maka sayapun langsung mencium jari-jarinya
terus berlanjut ke tangannya terus ke atas dan akhirnya saya cium bibirnya diapun diam saja
tanpa ada penolakan seperti waktu tadi pertama saya pegang tanganya, Maklum Orang belum
pernah di cium sama cowok bibirnya agak gemetaran dan masih kaku. Sayapun coba
membimbingnya dengan sabar sampai akhirnya dia mulai bisa mengimbangi serangan bibirnya,
saya masukan lidah ke dalam mulutnya dan saya permainkan sampai diapun mulai benar-benar
pasrah bahkan dia mencoba membalas serangan bibir saya yang memiliki kumis tipis yang
membuat semua mantan cewek-cewek saya dulu pasrah kalau sudah kena ciuman maut saya ini.
Tidak hanya di situ saja, setelah dia pasrah maka sayapun sudah mulai berani lagi bergerelya di
ke dua bukit kembarnya yang masih sangat ranum dari luar dengan lemah lembut saya usap-usap
berulang kali sampai terasa sama saya kalau pentil susunya sudah mulai menonjol karena
birahinya yang naik dan krena dia makin pasrah sayapun serang dia lagi kebagian lehernya saya
cium dengan nafsunya sampai diapun mulai tersengal-sengal nafasnya menahan gejolak jiwa,
tidak hanya di situ sayapun sudah memasukan tangan saya ke balik BH-nya yang berukuran 34
dan diapun membiarkannya, sayapun mulai gerelya lagi tangan ini mengangkat daster yang di
pakainya sampai hanya tersisa BH & CD yang berwarna Phing (Pembaca warna ini adalah warna
Favourite saya dan selalu membuat saya bernafsu kalau cewek pakai pakaian dalam dengan
warna ini), tanpa buang-buang waktu lagi saya pun langsung memainkan itilnya dari luar CD-
nya yang sudah mulai basah, saya putar-putar terus berulang kali, sampai-sampai keluarlah
omongan dari mulut si ening : Pa..ampun..pak ening ga tahan geli banget oh….oh…oh…ampun
..pak oh..oh..oh, saya bukannya kasihan tapi malah makin nafsu ajach..nich, saya turunkan cdnya
sampai terlihatlah KUEH PEPE perawan yang sudah basah oleh cairan kenikmatan dan tanpa
ampun lagi sayapun mengobel-ngobel mem*knya dengan penuh perasaan dan kelembutan
sampai akhirnya si ening kepalanya bergerak ga beraturan kekirikekanan sampai meracau
ah..pa.aah pa ening kok mau pipis …nich..ah…,jari ini malah semaking memainkannya sambil
bilang tenang ning..kamu pipisin ajach biar enak….., dan ga lama kemudian diapun
mengeluarkan cairan keninkmatan seerrr….seerrrr …seerrr dengan derasnya membasahi jari-jari
ini sambil menggapit keduabelah pahanya sampai-sampai tangan saya tidak bisa di tarik berada
di antara kedua belah pahanya yang hitam manis.

Si ening terpejam setelah merasakan kenikmatan yang tidak ada duanya keluar dari vagina
keperawanannya, sayapun tidak tinggal diam saja melihat kepasrahannya, maka dengan
cekatannya sayapun melumat kembali bibirnya sambil mengusap-usap dua bukit kembarnya
yang sudah tanpa BH lagi, tidak lama saya menikamti bibirnya lalu turunke leher dan terus saya
sapu dengan lidah menuju ke bukit kembarnya, diapun sudah pasrah..rah..rah tanpa daya ketika
bibir ini mulai melumat pentil susunya yang masih ranum dan mulai mengeras karena terangsang
oleh permainan bibir yang berkumis tipis ini, dia hanya meracau..pak.. jangan…pak.. saya ..takut
ada nyang lihat…ah..oh..ah..oh, tenang aja ning teteh ga ada koq…aduh…ning nikmat bwanget
susu kamu…segeeerrr. Sayapun dengan nafsunya melumat susu si ening,saya permainkan lidah
ini di atas pentilnya beberapa kali dan sedikit saya gigit kecil diapun menjerit manja…
oh…ah..ampun pak…ening ga tahan mo..pipis lagi….aaahhh sayapun semakin ganas
memainkan lidah ini mengemut bak anak yang lagi memem sama ibunya dan eningpun semakin
tidak karuan gerakannya dan akhirnya diapun sampai untuk yang keduakalinya sambil ngomong
aah…ahh..ening mo..pipiiiiis achk…achkk… enak…..akhirnya eningpun sampai untuk yang
kedua kalinya.

Puas juga rasanya sudah bikin perawan kampung ngerasain kenikmatan yang luar biasa, maka
sayapun tanpa piker panjang lagi saya buka CD yang dari tadi sudah keras torpedo di dalamnya
dan menyodorkannya ke mulut dia yang lagi digigit sambil ngerasain sisa-sisa kenikmatan,
emang sich dia agak kaget sambil bilang : iiii…ini apaan pak kok di deketin ke mulut
ening…????, Tenang ..Ning, coba kamu jilatin ajach nanti juga kamu bisa ngerasain enaknya…
rayu saya ke dia, Ah..engga ..ah .. ening takut..pak., akhirnya saya paksakan untuk di kulum
kemulutnya sambil saya bilang : kamu harus coba dulu..anggap ajach kamu makan Ice Cream,
caranya kamu jilatin dulu ujungnya trus kamu sedot-sedot terus kamu kulum pake lidah … dan
diapun mau juga mencobanya walaupun agak jiji juga ragu. Awalnya memang agak kasar dia
memainkannya, tapi saya coba sambil mengusap-usap rambutnya yang hitam terus turun ke
lehernya untuk merangsang dia dan ternyata berhasil diapun mulai bisa memainkannya,
Ening…terus di isap..terus enaaak…ning, mainin lidahnya…ning..trus keluar masukin…dari
mulut kamu..ning, Wow….enaakkk… bwanget..kamu mulai pinter ..nich…puji saya ke dia, saya
sudah mulai terangsang dengan permainannya, saya dorong dia ke ujung sofa dan saya coba
mencari selangkangannya, setelah saya dapatkan maka saya mencari KUEH PEPE perawan yang
ada di antara kedua selangkangannya lalu saya jilatin dengan nafsunya. Dia agak kaget juga
waktu saya mulai menjilati mem*knya yang sudah basah dari tadi dan sempat nolak sambil
bilang : Pak…jangan..pak..ening malu…tadikan abis kencing…nanti bau lho…katanya sambil
meracau oh…ah…oh....ah….pak jangan sambil menutupi mem*knya dengan kedua pahanya
yang hitam manis dan dengan sedikit paksaan saya buka pahanya lalu menyerangnya lagi dengan
jilatan-jilatan kenikmatan oh…oh.. akh…katanya, saya masukan lidah ini ke dalam mem*knya
dan tampak jelas bagian itil yang memerah serta tercium bau khas mem*k perawan kampung
yang membuat siapaun menciumnya pengen ngerasain juga dan setelah saya terus
memainkannya diapun akhirnya pasrah dan tidak ada lagi penolakan bahkan dia makin pintar
lagi memainkan torpedo saya di dalam mulutnya. Permainan 69 sembilan itu berjalan +/- sekitar
15 menit sampai akhirnya kedua pahanya menjepit kepala saya sebagai tanda kalau dia mau
keluar lagi dan saya bilang kedia..ening…oh…. tolong jangan di keluarin
dulu…honey…please….dech… tapi rupanya dia sudah ga tahan lagi maka keluarlah cairan
kenikmatan itu lagi..dan…. ach….ening…. pipis lagi…..pak nich….bapak nakal sih, terlihat
dwajahnya yang memerah karena menikmatinya dan karena dia sudah keluar untuk ke 3 kalinya
sedangkan saya belum keluar,maka saya paksa di untuk mengulum torpedo ini dengan segala
kemampuannya dan setelah berjalan +/- 5 menit di mainkan oleh bibir mungilnya itu akhirnya
sayapun hampir sampia keluar dan sengaja saya tidak bilang ke ening kalau saya mau keluar,
saya Cuma bilang..oh…oh…enaaak….ning…kamu sudah pinter..oh ..ah enak bwanget dan
akhirnya creeett….creettt…crettt…muncrat juga peju itu dari torpedo yang ada dalam mulutnya
dan pada saat keluar itu saya tahan kepalanya ening supaya tetap mengulum torpedo saya itu dan
alhasil diapun menelann semua peju yang keluar bahkan sampai keluar luber dari mulutnya, dia
hanya diam dan menatap saya dengan sendu sambil bilang…eeeh...bapak jahat…sama
ening….kok ga di bilangin ..kalo mo pipis..ening jadi minum air pipis bapak…nich dan dasar
perawan kampung dengan polosnya di tanya ke saya : Pak…kok air pipisnya kentel..yach..trus
agak asin..lagi…, ening takut pak…. (dasar perawan kampung pake tanya segala lagi..gerutu
saya dalam hati, setelah saya keluar saya minta ening untuk membersihkannya dan dia saya ajak
ke kamar mandi untuk sama-sama membersihkannya di kamar mandi yang ada di kamar saya
dan diapun saya gandeng ke kamar dengan sama-sama kami telanjang bulat (Bugil..gitu ..loh…).

Setelah kami saling membersihkan badan di kamar mandi dalam kamar saya, saya gandeng dia
untuk sama-sama berdiri di depan kaca lemari pakai kami yang cukup tinggi agar dia bisa lihat
kita sedang berbugil ria dan sambil saya dekap dia dengan mesranya dengan di iringi rabaan-
rabaan sex tangan saya ke bukit kembarnya yang masih segeeer juga ranum sedangkan tangan
saya yang satunya coba mengobel mem*knya dengan lembut (Pembaca…hal ini sengaja saya
lakukan agar dia bisa saya ajak lebih lanjut lagi gicu…lho…). Ternyata siasat saya membuahkan
hasil yang okey dari ening, dia menggelinjat keenakan pentil susunya di usap-usap dan lehernya
saya kecup-kecup kecil sambil sesekali saya jilat dengan lidah siasat itu terus saya jalanin sambil
kecupan saya ke sekujur tubuhnya sampai saya berada tepat di bukit kembarnya dan saya ledek
dia bak anak kecil yang pengen nenen ke ibunya Say…aku mo..memem..dong aku haus…
neh…,tanpa ragu saya serang bukit kembarnya dan diapun diam saja sambil
meracau..ah…oh...ah… enaaaak…pak..gelii….kena kumis bapak.., Ening…ga kuat berdiri…
nech ,dengan perlahan tapi pasti saya ajak dia untuk di celentangin di atas springbad dan tanpa
susah payah diapun sudah pasrah celentang tanpa sehelai benagpun di atasnya. Saya mulai
dengan menciumi mem*knya yang masih perawan itu sambil di jilati dengan lidah yang
pengalaman ini, baru juga berselang 5 menit saya mainkan lidah ini si ening sudah mulai basah
dan mengeruh ach…ach…oh…ya..ya..terusin pak..enak bwanget jilatannya, tidak hanya di situ
saja menjilatinya lidah ini terus nyelusuri ke bagian duburnya dan di antara keduanya itulah saya
pacu menjilatinya lagi oh…enak..pak..ach..ach….ee…bapak joroqqq..kok dubur ening di jilatin
juga…ah..ach tapi enaaaaakkkk…akh terusin…oh…oh…oh…karena melihat gelagat seperti itu
tangan sayapun mulai gerelya ke bagian bukit kembarnya untuk di usap-usap dan tanpa di duga-
duga dia menarik paksa torpedo saya untuk di kulum lagi dengan buasnya…(he…he…he
rupanya dia sudah bener-bener horney..pembaca) dan sekarang di sudah tidak ragu & malu lagi
untuk mengulumnya.

Serangan itu terus berlangsung +/- 20 menitan sampai akhirnya di terkulai lemas sambil bilang :
aaah…ahh..ah.. oh..oh.. eing mo pipis lagi niiich…oh pak awas nanti kena pipis ening…ah…dan
keluarlah semua yang ada di dalamnya, saya benar-benar sudah konak banget ngeliat dia seperti
itu dan tanpa tunggu-tunggu lagi dan buang-buang waktu lagi saya pun langsung memantapkan
posisi torpedo pas di depan KUEH PEPE perawan kampung itu, dengan lemah lembut saya
bimbing torpedo itu memasuki lubang kenikmatan itu sambil bibir ini terus menciumi dan
mengisap kedua bukit kembarnya si ening dan karena sudah terbuai kenikmatan diapun tidak ada
perlawanan yang berarti sampai pada saat akan memasukan torpedo ini dia meracau
Pak…jangan…pak…jangan …nanti….. achk…achk….achk…aduuh…. sakiiiit, tenang ajach
sayang…sakitnya Cuma sebentar kok..nanti pasti..enaaakkk…step by step torpedo ini
memasukinya dan dengan berirama saya ayun maju… mundur…maju…mundur berulang kali
sampai akhirnya ening tidak bersuara lagi bahkan dia sudah mulai menikmati irama birahi kami,
oh…mem*k kamu masih perawan saying...oh… enak ..banget ..sempit...bwbwangeett….ening..
oh.. oh..enak, ening mulai mengimbangi permainan saya, torpedo ini masukin pelan-pelan…saya
tarik pelan-pelan terus itu keluar masuk beberapa kali saya kerjain suara ening..oh..pak
enank..pak terus..pak di genjotin oh..oh..oh..akh…akh tanpa sadar dia sudah mulai menggoyang
pantatnya kekiri kekanan, saya makin semangat melihat goyangan perawan kampung ini apalagi
melihat susunya yang turun naik terdorong gerakan badanya yang erotis, medadak saya cabut
kont*l ini dari sarangnya dan ening berteriak : Oooh..jangan di cabut..oohh lagi enaaak…
neechhh.. .sengaja ini saya lakukan untuk memancing kepenasaran dia..dan ternyata berhasi…,
dia langsung mendorong saya ke atas tempat tidur untuk merubah posisi agar dia berada di atas
daaannn di langsung naik ke atas perut saya mengambil posisi yang pas untuk memsukan kont*l
ini ke dalam sarangnya dan setelah pas posisinya diapun langsung bergoyang laksana kuda yang
kehilangan kendali, oh…yes…ah…ya…ya..ya.. enak…juga terdengar suara keluar masuk
mem*k…preetttt…preetttt…dalam kondisi seperti itu saya pegang pantatnya agar gerakan
erotisnya tambah berirama turun naiknya dan tepat di atas kepala saya terlihat indah duabuah
bukit kembar yang bergelantungan seakan meminta untuk di lahap dan tanpa ragu-ragu lagi
sayapun melahapnya dengan penuh gairah ohh…susu kamu..enak bwanget Ning….terus goyang
ning…,mulut ini memainkan lidahnya di kisaran pentil susunya sementara dia terus bergoyang
dan akhirnya gerakan-gerakannya semakin cepat..semaking..cepat tanpa terkendali sampai-
sampai dia mencakar saya…. Sambil berteriak..oh…pak….pak…saya mo..mo.. pipis lagi
okh..okh..karena gerakannya yang semakin dahsyat sayapun menurun-naikkan pantat saya agar
dian cepat keluar dan alhasil dia mengejang lalu terkulai jatuh di atas dada sangat terasa air
kehangatan yang keluar dari dalam mem*k itu menguyur kont*l yang masih berada di dalam
sarangnya, saya tidak mau kehilangan kesempatan yang enak itu hanya di renggut sama ening
saja dan setelah dia sampai, saya copot kont*l ini dari sarangnya dan ening saya suruh nungging
(Dogy style) untuk saya masukin lagi torpedo ini, walaupun saya tahu dia masih belum hilang
rasa nikmatnya dan setelah dia pada posisi saya masukan kont*l ini ke mem*k perawan kampung
itu dengan mudahnya lalu saya gerakan keluar masuk dan karena mem*k itu masih basah bekas
cairan kenikmatan yang keluar dari dalamnya maka gerakan itu bisa langsung pada yang inti
yaitu tusukan panjang dan pendek, dia pasrah kont*l ini keluar masuk dengan bebasnya dan
antara pantat dengan pangkal kont*l ini saling beradu sampai menghasilkan suara
cret…cret..cret.. prêt…prêt.prêt… permainan ini berjalan +/- sampai 30 menitan dan akhirnya
sayapun hampir sampai ke klimax yang saya tunggu-tunggu, gerakan saya tambah di percepat
dan si eningpun ikut bergoyang juga sampai akhirnya saya bilang Eniiiing….saya..mo sampe
..nech….oh…ah…terus goyang sayang…oh…oh…ooooh……cret..cret..crett…seeer ,ooh enak
pak…jangan di cabut..dulu kont*lnya…oh..enaaaaakkk terasa…oh…biarin aaajaah…dulu di
dalem..pak ening lagi eenaaakkkk …please … jangan di lepaaassss..oh…oh…,-

Rupanya si eningpun mencapai oragnsmenya untuk yang kesekian kalinya, dia hanya terdiam
dan kamipun lunglai berduaan di atas springbad telanjang bulat setelah bergelut dengan birahi
selama +/- 3,5 jam (saya bilang 3,5 jam karena sejak saya menciumi tangannya pada saat memijit
saya sempat melihat jam dinding menunjukan waktu jam 20.30 dan selesai +/- jam 24.00), Si
Ening saya belai rambut hitamnya dengan mesra,saya cium pipinya dan saya kulum sebentar
bibirnya, sebagi tanda terima kasih dan tidak terlihat di wajahnya rasa penyesalan sedikitpun
bahkan sepertinya dia mau mengulang lagi pertemouran malam itu.

Maka sejak saat itu apabila ada kesempatan untuk ML sama dia selalu kami lakukan kapan saja
dan dimana saja tidak mengenal tempat dan waktu, sampai akhirnya dia pulang ke kampunya
karena di panggil sama orangtuanya untuk kawin dan sejak itu saya tidak pernah ketemu lagi
sama dia.. Oh..sungguh pengalaman yang sangat nikmat, selamat jalan eningku, Perawan
Kampung yang Manis.

Cerota pagi ini adalah

Ngentot istri teman Kuliah ku...

Sebut saja namanya “Sidar” (nama samaran). Dia adalah seorang wanita bersuku campuran. Bapaknya
berasal dari kota Menado dan Ibunya dari kota Makassar. Bapaknya adalah seorang polisi berpangkat
Serma, sedang ibunya adalah pengusaha kayu....
Singkat cerita, ketika hari pertama aku ketemu dengan teman kuliahku itu, rasanya kami langsung akrab
karena memang sewaktu kami sama-sama duduk di bangku kuliah, kami sangat kompak dan sering tidur
bersama di rumah kostku di kota Bone. Bahkan seringkali dia mentraktirku.

“Nis, aku senang sekali bertemu denganmu dan memang sudah lama kucari-cari, maukah kamu
mengingap barang sehari atau dua hari di rumahku?” katanya padaku sambil merangkulku dengan erat
sekali. Nama teman kuliahku itu adalah “Nasir”.

“Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku sangat bersukur kita bisa ketemu di tempat ini. Mungkin inilah
namanya nasib baik, karena aku sama sekali tidak menduga kalau kamu tinggal di kota Makassar ini”
jawabku sambil membalas rangkulannya. Kami berangkulan cukup lama di sekitar pasar sentral
Makassar, tepatnya di tempat jualan cakar.

“Ayo kita ke rumah dulu Nis, nanti kita ngobrol panjang lebar di sana, sekaligus kuperkenalkan istriku”
ajaknya sambil menuntunku naik ke mobil Feroza miliknya. Setelah kami tiba di halaman rumahnya,
Nasir terlebih dahulu turun dan segera membuka pintu mobilnya di sebelah kiri lalu mempersilakan aku
turun. Aku sangat kagum melihat rumah tempat tinggalnya yang berlantai dua. Lantai bawah digunakan
sebagai gudang dan kantor perusahaannya, sementara lantai atas digunakan sebagai tempat tinggal
bersama istri. Aku hanya ikut di belakangnya.

“Inilah hasil usaha kami Nis selama beberapa tahun di Makassar” katanya sambil menunjukkan
tumpukan beras dan ruangan kantornya.

“Wah cukup hebat kamu Sir. Usahamu cukup lemayan. Kamu sangat berhasil dibanding aku yang belum
jelas sumber kehidupanku” kataku padanya.

“Dar, Dar, inilah teman kuliahku dulu yang pernah kuceritakan tempo hari. Kenalkan istri cantik saya”
teriak Nasir memanggil istrinya dan langsung kami dikenalkan.

“Sidar”, kata istrinya menyebut namanya ketika kusalami tangannya sambil ia tersenyum ramah dan
manis seolah menunjukkan rasa kegembiraan.

“Anis”, kataku pula sambil membalas senyumannya.

Nampaknya Sidar ini adalah seorang istri yang baik hati, ramah dan selalu memelihara kecantikannya.
Usianya kutaksir baru sekitar 25 tahun dengan tubuh sedikit langsing dan tinggi badan sekitar 145 cm
serta berambut agak panjang. Tangannya terasa hangat dan halus sekali. Setelah selesai menyambutku,
Sidar lalu mempersilakanku duduk dan ia buru-buru masuk ke dalam seolah ada urusan penting di
dalam. Belum lama kami bincang-bincang seputar perjalanan usaha Nasir dan pertemuannya dengan
Sidar di Kota Makassar ini, dua cangkir kopi susu beserta kue-kue bagus dihidangkan oleh Sidar di atas
meja yang ada di depan kami.

“Silakah Kak, dinikmati hidangan ala kadarnya” ajakan Sidar menyentuh langsung ke lubuk hatiku. Selain
karena senyuman manisnya, kelembutan suaranya, juga karena penampilan, kecantikan dan sengatan
bau farfumnya yang harum itu. Dalam hati kecilku mengatakan, alangkah senang dan bahagianya Nasir
bisa mendapatkan istri seperti Sidar ini. Seandainya aku juga mempunyai istri seperti dia, pasti aku tidak
bisa ke mana-mana

“Eh, kok malah melamun. Ada masalah apa Nis sampai termenung begitu? Apa yang mengganggu
pikiranmu?” kata Nasir sambil memegang pundakku, sehingga aku sangat kaget dan tersentak.

“Ti.. Tidak ada masalah apa-apa kok. Hanya aku merenungkan sejenak tentang pertemuan kita hari ini.
Kenapa bisa terjadi yah,” alasanku.

Sidar hanya terdiam mendengar kami bincang-bincang dengan suaminya, tapi sesekali ia memandangiku
dan menampakkan wajah cerianya.

“Sekarang giliranmu Nis cerita tentang perjalanan hidupmu bersama istri setelah sejak tadi hanya aku
yang bicara. Silahkan saja cerita panjang lebar mumpun hari ini aku tidak ada kesibukan di luar. Lagi pula
anggaplah hari ini adalah hari keistimewaan kita yang perlu dirayakan bersama. Bukankah begitu Dar..?”
kata Nasir seolah cari dukungan dari istrinya dan waktunya siap digunakan khusus untukku.

“Ok, kalau gitu aku akan utarakan sedikit tentang kehidupan rumah tanggaku, yang sangat bertolak
belakang dengan kehidupan rumah tangga kalian” ucapanku sambil memperbaiki dudukku di atas kursi
empuk itu.

“Maaf jika terpaksa kuungkapkan secara terus terang. Sebenarnya kedatanganku di kota Makassar ini
justru karena dipicu oleh problem rumah tanggaku. Aku selalu cekcok dan bertengkar dengan istriku
gara-gara aku kesulitan mendapatkan lapangan kerja yang layak dan mempu menghidupi keluargaku.
Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan rumah guna mencari pekerjaan di kota ini. Eh.. Belum aku
temukan pekerjaan, tiba-tiba kita ketemu tadi setelah dua hari aku ke sana ke mari. Mungkin pertemuan
kita ini ada hikmahnya. Semoga saja pertemuan kita ini merupakan jalan keluar untuk mengatasi
kesulitan rumahtanggaku” Kisahku secara jujur pada Nasir dan istrinya.

Mendengar kisah sedihku itu, Nasir dan istrinya tak mampu berkomentar dan nampak ikut sedih,
bahkan kami semua terdiam sejenak. Lalu secara serentak mulut Nasir dan istrinya terbuka dan seolah
ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba mereka saling menatap dan menutup kembali mulutnya seolah
mereka saling mengharap untuk memulai, namun malah mereka ketawa terbahak, yang membuatku
heran dan memaksa juga ketawa.

“Begini Nis, mungkin pertemuan kita ini benar ada hikmahnya, sebab kebetulan sekali kami butuh teman
seperti kamu di rumah ini. Kami khan belum dikaruniai seorang anak, sehingga kami selalu kesepian.
Apalagi jika aku ke luar kota misalnya ke Bone, maka istriku terpaksa sendirian di rumah meskipun
sekali-kali ia memanggil kemanakannya untuk menemani selama aku tidak ada, tapi aku tetap
menghawatirkannya. Untuk itu, jika tidak memberatkan, aku inginkan kamu tinggal bersamaku.
Anggaplah kamu sudah dapatkan lapangan kerja baru sebagai sumber mata pencaharianmu. Segala
keperluan sehari-harimu, aku coba menanggung sesuai kemampuanku” kata Nasir bersungguh-sungguh
yang sesekali diiyakan oleh istrinya.

“Maaf kawan, aku tidak mau merepotkan dan membebanimu. Biarlah aku cari kerja di tempat lain saja
dan..” Belum aku selesai bicara, tiba-tiba Nasir memotong dan berkata..

“Kalau kamu tolak tawaranku ini berarti kamu tidak menganggapku lagi sebagai sahabat. Kami ikhlas dan
bermaksud baik padamu Nis” katanya.

“Tetapi,” Belum kuutarakan maksudku, tiba-tiba Sidar juga ikut bicara..

“Benar Kak, kami sangat membutuhkan teman di rumah ini. Sudah lama hal ini kami pikirkan tapi
mungkin baru kali ini dipertemukan dengan orang yang tepat dan sesuai hati nurani. Apalagi Kak Anis ini
memang sahabat lama Kak Nasir, sehingga kami tidak perlu ragukan lagi. Bahkan kami sangat senan jika
Kak sekalian menjemput istrinya untuk tinggal bersama kita di rumah ini” ucapan Sidar memberi
dorongan kuat padaku.

“Kalau begitu, apa boleh buat. Terpaksa kuterima dengan senang hati, sekaligus kuucapkan terima kasih
yang tak terhingga atas budi baiknya. Tapi sayangnya, aku tak memiliki keterampilan apa-apa untuk
membantu kalian” kataku dengan pasrah.

Tiba-tiba Nasir dan Sidar bersamaan berdiri dan langsung saling berpelukan, bahkan saling mengecup
bibir sebagai tanda kegembiraannya. Lalu Nasir melanjutkan rangkulannya padaku dan juga mengecup
pipiku, sehingga aku sedikit malu dibuatnya.
“Terima kasih Nis atas kesediaanmu menerima tawaranku semoga kamu berbahagia dan tidak kesulitan
apapun di rumah ini. Kami tak membutuhkan keterampilanmu, melainkan kehadiranmu menemani kami
di rumah ini. Kami hanya butuh teman bermain dan tukar pikiran, sebab tenaga kerjaku sudah cukup
untuk membantu mengelola usahaku di luar. Kami sewaktu-waktu membutuhkan nasehatmu dan istriku
pasti merasa terhibur dengan kehadiranmu menemani jika aku keluar rumah” katanya dengan sangat
bergembira dan senang mendengar persetujuanku.

Kurang lebih satu bulan lamanya kami seolah hanya diperlakukan sebagai raja di rumah itu. Makanku
diurus oleh Sidar, tempat tidurku terkadang juga dibersihkan olehnya, bahkan ia meminta untuk
mencuci pakaianku yang kotor tapi aku keberatan. Selama waktu itu pula, aku sudah dilengkapi dengan
pakaian, bahkan kamar tidurku dibelikan TV 20 inch lengkap dengan VCD-nya. Aku sangat malu dan
merasa berutang budi pada mereka, sebab selain pakaian, akupun diberi uang tunai yang jumlahnya
cukup besar bagiku, bahkan belakangan kuketahui jika ia juga seringkali kirim pakaian dan uang ke istri
dan anak-anakku di Bone lewat mobil.

Kami bertiga sudah cukup akrab dan hidup dalam satu rumah seperti saudara kandung bersenda gurau,
bercengkerama dan bergaul tanpa batas seolah tidak ada perbedaan status seperti majikan dan
karyawannya. Kebebasan pergaulanku dengan Sidar memuncak ketika Nasir berangkat ke Sulawesi
Tenggara selama beberapa hari untuk membawa beras untuk di jual di sana karena ada permintaan dari
langgarannya.

Pada malam pertama keberangkatan Nasir, Sidar nampak gembira sekali seolah tidak ada kekhawatiran
apa-apa. Bahkan sempat mengatakan kepada suaminya itu kalau ia tidak takut lagi ditinggalkan
meskipun berbulan-bulan lamanya karena sudah ada yang menjaganya, namun ucapannya itu
dianggapnya sebagai bentuk humor terhadap suaminya. Nasir pun nampak tidak ada kekhawatiran
meninggalkan istrinya dengan alasan yang sama.

Malam itu kami (aku dan Sidar) menonton bersama di ruang tamu hingga larut malam, karena kami
sambil tukar pengalaman, termasuk soal sebelum nikah dan latar belakang perkawinan kami masing-
masing. Sikap dan tingkah laku Sidar sedikit berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Malam itu,
Sidar membuat kopi susu dan menyodorkanku bersama pisang susu, lalu kami nikmati bersama-sama
sambil nonton. Ia makan sambil berbaring di sampingku seolah dianggap biasa saja. Sesekali ia
membalikkan tubuhnya kepadaku sambil bercerita, namun aku pura-pura bersikap biasa, meskipun ada
ganjalan aneh di benakku.

“Nis, kamu tidak keberatan khan menemaniku nonton malam ini? Besok khan tidak ada yang
mengganggu kita sehingga kita bisa tidur siang sepuasnya?” tanya Sidar tiba-tiba seolah ia tak
mengantuk sedikitpun.
“Tidak kok Dar. Aku justru senang dan bahagia bisa nonton bersama majikanku” kataku sedikit
menyanjungnya. Sidar lalu mencubitku dan..
“Wii de.. De, kok aku dibilangin majikan. Sebel aku mendengarnya. Ah, jangan ulang kata itu lagi deh,
aku tak sudi dipanggil majikan” katanya.
“Hi.. Hi.. Hi, tidak salah khan. Maaf jika tidak senang, aku hanya main-main. Lalu aku harus panggil apa?
Adik, Non, Nyonya atau apa?”
“Terserah dech, yang penting bukan majikan. Tapi aku lebih seneng jika kamu memanggil aku adik”
katanya santai.
“Oke kalau begitu maunya. Aku akan panggil adik saja” kataku lagi.

Malam semakin larut. Tak satupun terdengar suara kecuali suara kami berdua dengan suara TV. Sidar
tiba-tiba bangkit dari pembaringannya.

“Nis, apa kamu sering nonton kaset VCD bersama istrimu?” tanya Sidar dengan sedikit rendah suaranya
seolah tak mau didengar orang lain.
“Eng.. Pernah, tapi sama-sama dengan orang lain juga karena kami nonton di rumahnya” jawabku
menyembunyikan sikap keherananku atas pertanyaannya yang tiba-tiba dan sedikit aneh itu.
“Kamu ingat judulnya? Atau jalan ceritanya?” tanyanya lagi.
“Aku lupa judulnya, tapi pemainnya adalah Rhoma Irama dan ceritanya adalah masalah percintaan”
jawabku dengan pura-pura bersikap biasa.
“Masih mau ngga kamu temani aku nonton film dari VCD? Kebetulan aku punya kaset VCD yang banyak.
Judulnya macam-macam. Terserah yang mana Anis suka” tawarannya, tapi aku sempat berfikir kalau
Sidar akan memutar film yang aneh-aneh, film orang dewasa dan biasanya khusus ditonton oleh suami
istri untuk membangkitkan gairahnya.

Setelah kupikir segala resiko, kepercayaan dan dosa, aku lalu bikin alasan.

“Sebenarnya aku senang sekali, tapi aku takut.. Eh.. Maaf aku sangat ngantuk. Jika tidak keberatan, lain
kali saja, pasti kutemani” kataku sedikit bimbang dan takut alasanku salah. Tapi akhirnya ia terima
meskipun nampaknya sedikit kecewa di wajahnya dan kurang semangat.

“Baiklah jika memang kamu sudah ngantuk. Aku tidak mau sama sekali memaksamu, lagi pula aku sudah
cukup senang dan bahagia kamu bersedia menemaniku nonton sampai selarut ini. Ayo kita masuk tidur”
katanya sambil mematikan TV-nya, namun sebelum aku menutup pintu kamarku, aku melihat sejenak ia
sempat memperhatikanku, tapi aku pura-pura tidak menghiraukannya.

Di atas tempat tidurku, aku gelisah dan bingung mengambil keputusan tentang alasanku jika besok atau
lusa ia kembali mengajakku nonton film tersebut. Antara mau, malu dan rasa takut selalu
menghantukiku. Mungkin dia juga mengalami hal yang sama, karena dari dalam kamarku selalu
terdengar ada pintu kamar terbuka dan tertutup serta air di kamar mandi selalu kedengaran tertumpah.

Setelah kami makan malam bersama keesokan harinya, kami kembali nonton TV sama-sama di ruang
tamu, tapi penampilan Sidar kali ini agak lain dari biasanya. Ia berpakaian serba tipis dan tercium bau
farfumnya yang harum menyengat hidup sepanjang ruang tamu itu. Jantungku sempat berdebar dan
hatiku gelisah mencari alasan untuk menolak ajakannya itu, meskipun gejolak hati kecilku untuk
mengikuti kemauannya lebih besar dari penolakanku. Belum aku sempat menemukan alasan tepat,
maka

“Nis, masih ingat janjimu tadi malam? Atau kamu sudah ngantuk lagi?” pertanyaan Sidar tiba-tiba
mengagetkanku.
“O, oohh yah, aku ingat. Nonton VCD khan? Tapi jangan yang seram-seram donk filmnya, aku tak suka.
Nanti aku mimpi buruk dan membuatku sakit, khan repot jadinya” jawabku mengingatkan untuk tidak
memutar film porn.
“Kita liat aja permainannya. Kamu pasti senang menyaksikannya, karena aku yakin kamu belum pernah
menontonnya, lagi pula ini film baru” kata Sidar sambil meraih kotak yang berisi setumpuk kaset VCD
lalu menarik sekeping kaset yang paling di atas seolah ia telah mempersiapkannya, lalu memasukkan ke
CD, lalu mundur dua langkah dan duduk di sampingku menunggu apa gerangan yang akan muncul di
layar TV tersebut.

“Sebenarnya aku senang sekali, tapi aku takut.. Eh.. Maaf aku sangat ngantuk. Jika tidak keberatan, lain
kali saja, pasti kutemani” kataku sedikit bimbang dan takut alasanku salah. Tapi akhirnya ia terima
meskipun nampaknya sedikit kecewa di wajahnya dan kurang semangat.

“Baiklah jika memang kamu sudah ngantuk. Aku tidak mau sama sekali memaksamu, lagi pula aku sudah
cukup senang dan bahagia kamu bersedia menemaniku nonton sampai selarut ini. Ayo kita masuk tidur”
katanya sambil mematikan TV-nya, namun sebelum aku menutup pintu kamarku, aku melihat sejenak ia
sempat memperhatikanku, tapi aku pura-pura tidak menghiraukannya.

Di atas tempat tidurku, aku gelisah dan bingung mengambil keputusan tentang alasanku jika besok atau
lusa ia kembali mengajakku nonton film tersebut. Antara mau, malu dan rasa takut selalu
menghantukiku. Mungkin dia juga mengalami hal yang sama, karena dari dalam kamarku selalu
terdengar ada pintu kamar terbuka dan tertutup serta air di kamar mandi selalu kedengaran tertumpah.

Setelah kami makan malam bersama keesokan harinya, kami kembali nonton TV sama-sama di ruang
tamu, tapi penampilan Sidar kali ini agak lain dari biasanya. Ia berpakaian serba tipis dan tercium bau
farfumnya yang harum menyengat hidup sepanjang ruang tamu itu. Jantungku sempat berdebar dan
hatiku gelisah mencari alasan untuk menolak ajakannya itu, meskipun gejolak hati kecilku untuk
mengikuti kemauannya lebih besar dari penolakanku. Belum aku sempat menemukan alasan tepat,
maka

“Nis, masih ingat janjimu tadi malam? Atau kamu sudah ngantuk lagi?” pertanyaan Sidar tiba-tiba
mengagetkanku.
“O, oohh yah, aku ingat. Nonton VCD khan? Tapi jangan yang seram-seram donk filmnya, aku tak suka.
Nanti aku mimpi buruk dan membuatku sakit, khan repot jadinya” jawabku mengingatkan untuk tidak
memutar film porn.
“Kita liat aja permainannya. Kamu pasti senang menyaksikannya, karena aku yakin kamu belum pernah
menontonnya, lagi pula ini film baru” kata Sidar sambil meraih kotak yang berisi setumpuk kaset VCD
lalu menarik sekeping kaset yang paling di atas seolah ia telah mempersiapkannya, lalu memasukkan ke
CD, lalu mundur dua langkah dan duduk di sampingku menunggu apa gerangan yang akan muncul di
layar TV tersebut.

Dag, dig, dug, getaran jantungku sangat keras menunggu gambar yang akan tampil di layar TV. Mula-
mula aku yakin kalau filmnya adalah film yang dapat dipertontonkan secara umum karena gambar
pertama yang muncul adalah dua orang gadis yang sedang berloma naik speed board atau sampan dan
saling membalap di atas air sungat. Namun dua menit kemudian, muncul pula dua orang pria
memburuhnya dengan naik kendaraan yang sama, akhirnya keempatnya bertemu di tepi sungai dan
bergandengan tangan lalu masuk ke salah satu villa untuk bersantai bersama.

Tak lama kemudian mereka berpasang-pasangan dan saling membuka pakaiannya, lalu saling
merangkul, mencium dan seterusnya sebagaimana layaknya suami istri. Niat penolakanku tadi tiba-tiba
terlupakan dan terganti dengan niat kemauanku. Kami tidak mampu mengeluarkan kata-kata, terutama
ketika kami menyaksikan dua pasang muda mudi bertelanjang bulat dan saling menjilati kemaluannya,
bahkan saling mengadu alat yang paling vitalnya. Kami hanya bisa saling memandang dan tersenyum.

“Gimana Nis,? Asyik khan? Atau ganti yang lain saja yang lucu-lucu?” pancing Sidar, tapi aku tak
menjawabnya, malah aku melenguh panjang.
“Apa kamu sering dan senang nonton film beginian bersama suamimu?” giliran aku bertanya, tapi Sidar
hanya menatapku tajam lalu mengangguk.
“Hmmhh” kudengar suara nafas panjang Sidar keluar dari mulutnya.
“Apa kamu pernah praktekkan seperti di film itu Nis?” tanya Sidar ketika salah seorang wanitanya
sedang menungging lalu laki-lakinya menusukkan kontolnya dari belakang lalu mengocoknya dengan
kuat.
“Tidak, belum pernah” jawabku singkat sambil kembali bernafas panjang.
“Maukah kamu mencobanya nanti?” tanya Sidar dengan suara rendah.
“Dengan siapa, kami khan pisah dengan istri untuk sementara” kataku.
“Jika kamu bertemu istrimu nanti atau wanita lain misalnya” kata Sidar.
“Yachh.. Kita liat saja nanti. Boleh juga kami coba nanti hahaha” kataku.
“Nis, apa malam ini kamu tidak ingin mencobanya?” Tanya Sidar sambil sedikit merapatkan tubuhnya
padaku. Saking rapatnya sehingga tubuhnya terasa hangatnya dan bau harumnya.
“Dengan siapa? Apa dengan wanita di TV itu?” tanyaku memancing.
“Gimana jika dengan aku? Mumpung hanya kita berdua dan nggak bakal ada orang lain yang tahu. Mau
khan?” Tanya Sidar lebih jelas lagi mengarah sambil menyentuh tanganku, bahkan menyandarkan
badannya ke badanku.

Sungguh aku kaget dan jantungku seolah copot mendengar rincian pertanyaannya itu, apalagi ia
menyentuhku. Aku tidak mampu lagi berpikir apa-apa, melainkan menerima apa adanya malam itu. Aku
tidak akan mungkin mampu menolak dan mengecewakannya, apalagi aku sangat menginginkannya,
karena telah beberapa bulan aku tidak melakukan sex dengan istriku. Aku mencoba merapatkan
badanku pula, lalu mengelus tangannya dan merangkul punggungnya, sehingga terasa hangat sekali.
“Apa kamu serius? Apa ini mimpi atau kenyataan?” Tanyaku amat gembira.
“Akan kubuktikan keseriusanku sekarang. Rasakan ini sayang” tiba-tiba Sidar melompat lalu
mengangkangi kedua pahaku dan duduk di atasnya sambil memelukku, serta mencium pipi dan bibirku
bertubi-tubi.

Tentu aku tidak mampu menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku segera menyambutnya dan membalasnya
dengan sikap dan tindakan yang sama. Nampaknya Sidar sudah ingin segera membuktikan dengan
melepas sarung yang dipakainya, tapi aku belum mau membuka celana panjang yang kepakai malam itu.

Pergumulan kami dalam posisi duduk cukup lama, meskipun berkali-kali Sidar memintaku untuk segera
melepaskan celanaku, bahkan ia sendiri beberapa kali berusaha membuka kancingnya, tapi selalu saja
kuminta agar ia bersabar dan pelan-pelan sebab waktunya sangat panjang.

“Ayo Kak Nis, cepat sayang. Aku sudah tak tahan ingin membuktikannya” rayu Sidar sambil melepas
rangkulannya lalu ia tidur telentang di atas karpet abu-abu sambil menarik tanganku untuk
menindihnya. Aku tidak tega membiarkan ia penasaran terus, sehingga aku segera menindihnya.
“Buka celana sayang. Cepat.. Aku sudah capek nih, ayo dong,” pintanya.

Akupun segera menuruti permintaannya dan melepas celana panjangku. Setelah itu, Sidar menjepitkan
ujung jari kakinya ke bagian atas celana dalamku dan berusaha mendorongnya ke bawah, tapi ia tak
berhasil karena aku sengaja mengangkat punggungku tinggi-tinggi untuk menghindarinya.

Ketika aku mencoba menyingkap baju daster yang dipakaianya ke atas lalu ia sendiri melepaskannya,
aku kaget sebab tak kusangka kalau ia sama sekali tidak pakai celana. Dalam hatiku bahwa mungkin ia
memang sengaja siap-siap akan bersetubuh denganku malam itu. Di bawah sinar lampu 10 W yang
dibarengi dengan cahaya TV yang semakin seru bermain bugil, aku sangat jelas menyaksikan sebuah
lubang yang dikelilingi daging montok nan putih mulus yang tidak ditumbuhi bulu selembar pun.

“Ayo donk, tunggu apa lagi sayang. Jangan biarkan aku tersiksa seperti ini” pinta Sidar tak pernah
berhenti untuk segera menikmati puncaknya.
“Tenang sayang. Aku pasti akan memuaskanmu malam ini, tapi saya masih mau bermain-main lebih
lama biar kita lebih banyak menikmatinya”kataku

Secara perlahan tapi pasti, ujung lidahku mulai menyentuh tepi lubang kenikmatannya sehingga
membuat pinggulnya bergerak-gerak dan berdesis.

“Nikmat khan kalau begini?” tanyaku berbisik sambil menggerak-gerakkan lidahku ke kiri dan ke kanan
lalu menekannya lebih dalam lagi sehingga Sidar setengah berteriak dan mengangkat tinggi-tinggi
pantatnya seolah ia menyambut dan ingin memperdalam masuknya ujung lidahku.

Ia hanya mengangguk dan memperdengarkan suara desis dari mulutnya.


“Auhh.. Aakkhh.. Iihh.. Uhh.. Oohh.. Sstt” suara itu tak mampu dikurangi ketika aku gocok-gocokkan
secara lebih dalam dan keras serta cepat keluar masuk ke lubang kemaluannya.
“Teruuss sayang, nikkmat ssekalii.. Aakhh.. Uuhh. Aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya”
katanya dengan suara yang agak keras sambil menarik-narik kepalaku agar lebih rapat lagi.
“Bagaimana? Sudah siap menyambut lidahku yang panjang lagi keras?” tanyaku sambil melepaskan
seluruh pakaianku yang masih tersisa dan kamipun sama-sama bugil.

Persentuhan tubuhku tak sehelai benangpun yang melapisinya. Terasa hangatnya hawa yang keluar dari
tubuh kami.

“Iiyah,. Dari tadi aku menunggu. Ayo,. Cepat” kata Sidar tergesa-gesa sambil membuka lebar-lebar
kedua pahanya, bahkan membuka lebar-lebar lubang vaginanya dengan menarik kiri kanan kedua
bibirnya untuk memudahkan jalannya kemaluanku masuk lebih dalam lagi.

Aku pun tidak mau menunda-nunda lagi karena memang aku sudah puas bermain lidah di mulut atas
dan mulut bawahnya, apalagi keduanya sangat basah. Aku lalu mengangkat kedua kakinya hingga
bersandar ke bahuku lalu berusaha menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vagina yang sejak tadi
menunggu itu. Ternyata tidak mampu kutembus sekaligus sesuai keinginanku. Ujung kulit penisku
tertahan, padahal Sidar sudah bukan perawan lagi.

“Ssaakiit ssediikit.., ppeelan-pelan sedikit” kata Sidar ketika ujung penisku sedikit kutekan agak keras.
Aku gerakkan ke kiri dan ke kanan tapi juga belum berhasil amblas.

Aku turunkan kedua kakinya lalu meraih sebuah bantal kursi yang di belakanku lalu kuganjalkan di
bawah pinggulnya dan membuka lebar kedua pahanya lalu kudorong penisku agak keras sehingga sudah
mulai masuk setengahnya. Sidarpun merintih keras tapi tidak berkata apa-apa, sehingga aku tak peduli,
malah semakin kutekan dan kudorong masuk hingga amblas seluruhnya. Setelah seluruh batang penisku
terbenam semua, aku sejenak berhenti bergerak karena capek dan melemaskan tubuhku di atas tubuh
Sidar yang juga diam sambil bernafas panjang seolah baru kali ini menikmati betul persetubuhan.

Sidar kembali menggerak-gerakkan pinggulnya dan akupun menyambutnya. Bahkan aku tarik maju
mundur sedikit demi sedikit hingga jalannya agak cepat lalu cepat sekali. Pinggul kami bergerak,
bergoyang dan berputar seirama sehingga menimbulkan bunyi-bunyian yangberirama pula.

“Tahan sebentar” kataku sambil mengangkat kepala Sidar tanpa mencabut penisku dari lubang vagina
Sidar sehingga kami dalam posisi duduk.

Kami saling merangkul dan menggerakkan pinggul, tapi tidak lama karena terasa sulit. Lalu aku berbaring
dan telentang sambil menarik kepada Sidar mengikutiku, sehingga Sidar berada di atasku. Kusarankan
agar ia menggoyang, mengocok dan memompa dengan keras lagi cepat. Ia pun cukup mengerti
keinginanku sehingga kedua tangannya bertumpu di atas dadaku lalu menghentakkan agak keras bolak
balik pantatnya ke penisku, sehingga terlihat kepalanya lemas dan seolah mau jatuh sebab baru kali itu
ia melakukannya dengan posisi seperti itu. Karena itu, kumaklumi jika ia cepat capek dan segera
menjatuhkan tubuhnya menempel ke atas tubuhku, meskipun pinggulnya masih tetap bergerak naik
turun.

“Kamu mungkin sangat capek. Gimana kalau ganti posisi?” kataku sambil mengangkat tubuh Sidar dan
melapas rangkulannya.
“Posisi bagaimana lagi? Aku sudah beberapa kali merasa nikmat sekali” tanyanya heran seolah tidak
tahu apa yang akan kulakukan, namun tetap ia ikuti permintaanku karena ia pun merasa sangat nikmat
dan belum pernah mengalami permainan seperti itu sebelumnya.
“Terima saja permainanku. Aku akan tunjukkan beberapa pengalamanku”
“Yah.. Yah.. Cepat lakukan apa saja” katanya singkat.

Aku berdiri lalu mengangkat tubuhnya dari belakang dan kutuntunnya hingga ia dalam posisi nungging.
Setelah kubuka sedikit kedua pahanya dari belakan, aku lalu menusukkan kembali ujung penisku ke
lubangnya lalu mengocok dengan keras dan cepat sehingga menimbulkan bunyi dengan irama yang
indah seiring dengan gerakanku. Sidar pun terengah-engah dan napasnya terputus-putus menerima
kenikmatan itu. Posisi kami ini tak lama sebab Sidar tak mampu menahan rasa capeknya berlutut sambil
kupompa dari belakan. Karenanya, aku kembalikan ke posisi semula yaitu tidur telentang dengan paha
terbuka lebar lalu kutindih dan kukocok dari depan, lalu kuangkat kedua kakinya bersandar ke bahuku.

Posisi inilah yang membuat permainan kami memuncak karena tak lama setelah itu, Sidar berteriak-
teriak sambil merangkul keras pinggangku dan mencakar-cakar punggungku. Bahkan sesekali menarik
keras wajahku menempel ke wajahnya dan menggigitnya dengan gigitan kecil. Bersamaan dengan itu
pula, aku merasakan ada cairan hangat mulai menjalar di batang penisku, terutama ketika terasa sekujur
tubuh Sidar gemetar.

Aku tetap berusaha untuk menghindari pertemuan antara spermaku dengan sel telur Sidar, tapi
terlambat, karena baru aku mencoba mengangkat punggungku dan berniat menumpahkan di luar
rahimnya, tapi Sidar malah mengikatkan tangannya lebih erat seolah melarangku menumpahkan di luar
yang akhirnya cairan kental dan hangat itu terpaksa tumpah seluruhnya di dalam rahim Sidar. Sidar
nampaknya tidak menyesal, malah sedikit ceria menerimanya, tapi aku diliputi rasa takut kalau-kalau
jadi janin nantinya, yang akan membuatku malu dan hubungan persahabatanku berantakan.

Setelah kami sama-sama mencapai puncak, puas dan menikmati persetubuhan yang sesungguhnya,
kami lalu tergeletak di atas karpet tanpa bantal. Layar TV sudah berwarna biru karena pergumulan
filmnya sejak tadi selesai. Aku lihat jam dinding menunjukkan pukul 12.00 malam tanpa terasa kami
bermain kurang lebih 3 jam. Kami sama-sama terdiam dan tak mampu berkata-kata apapun hingga
tertidur lelap. Setelah terbangun jam 7.00 pagi di tempat itu, rasanya masih terasa capek bercampur
segar.

“Nis, kamu sangat hebat. Aku belum pernah mendapatkan kenikmatan dari suamiku selama ini seperti
yang kamu berikan tadi malam” kata Sidar ketika ia juga terbangun pagi itu sambil merangkulku.
“Benar nih, jangan-jangan hanya gombal untuk menyenangkanku” tanyaku.
“Sumpah.. Terus terang suamiku lebih banyak memikirkan kesenangannya dan posisi mainnya hanya
satu saja. Ia di atas dan aku di bawah. Kadang ia loyo sebelum kami apa-apa. Kontolnya pendek sekali
sehingga tidak mampu memberikan kenikmatan padaku seperti yang kami berikan. Andai saja kamu
suamiku, pasti aku bahagia sekali dan selalu mau bersetubuh, kalau perlu setiap hari dan setiap malam”
paparnya seolah menyesali hubungannya dengan suaminya dan membandingkan denganku.
“Tidak boleh sayang. Itu namanya sudah jodoh yang tidak mampu kita tolak. Kitapun berjodoh
bersetubuh dengan cara selingkuh. Sudahlah. Yang penting kita sudah menikmatinya dan akan terus
menikmatinya” kataku sambil menenangkannya sekaligus mencium keningnya.
“Maukah kamu terus menerus memberiku kenikmatan seperti tadi malam itu ketika suamiku tak ada di
rumah” tanyanya menuntut janjiku.
“Iyah, pasti selama aman dan aku tinggal bersamamu. Masih banyak permainanku yang belum
kutunjukkan” kataku berjanji akan mengulanginya
“Gimana kalau istri dan anak-anakmu nanti datang?” tanyanya khawatir.
“Gampang diatur. Aku kan pembantumu, sehingga aku bisa selalu dekat denganmu tanpa kecurigaan
istriku. Apalagi istriku pasti tak tahan tinggal di kota sebab ia sudah terbiasa di kampung bersama
keluarganya tapi yang kutakutkan jika kamu hamil tanpa diakui suamimu” kataku.
“Aku tak bakal hamil, karena aku akan memakan pil KB sebelum bermain seperti yang kulakukan tadi
malam, karena memang telah kurencanakan” kara Sidar terus terang.

Setelah kami bincang-bincang sambil tiduran di atas karpet, kami lalu ke kamar mandi masing-masing
membersihkan diri lalu kami ke halaman rumah membersihkan setelah sarapan pagi bersama. Sejak saat
itu, kami hampir setiap malam melakukannya, terutama ketika suami Sidar tak ada di rumah, baik siang
hari apalagi malam hari, bahkan beberapa kali kulakukan di kamarku ketika suami Sidar masih tertidur di
kamarnya, sebab Sidar sendiri yang mendatangi kamarku ketika sedang “haus”.

Entah sampai kapan hal ini akan berlangsung, tapi yang jelas hingga saat ini kami masih selalu ingin
melakukannya dan belum ada tanda-tanda kecurigaan dari suaminya dan dari istriku.

CERITA DENGAN SANG PEMBANTU

Awal kisah ini terjadi lebih kurang hampir 20 tahun yang lampau pada saat isteriku baru
melahirkan anak kami yang semata wayang. Pada saat itu seisi rumah termasuk kedua mertuaku
amat berbahagia karena isteriku adalah anak perempuan mereka yang tertua dan perkawinan
kami dianggap amat terlambat mengingat usiaku sudah lewat 30 tahun. Untuk itu mereka
berusaha agar kami mempunyai pembantu rumah tangga yang dapat melakukan pekerjaan dapur
sementara isteriku dapat konsentrasi dengan bayinya. Begitulah latar belakang kehidupanku
sampai datangnya seorang gadis pembantu rumah tangga berasal dari Ciamis. Namanya Siti,
umurnya 17 tahun, orangnya lumayan manis, berkulit putih bersih seperti layaknya gadis desa,
susunya pertama kali kulihat sedang-sedang saja dibalut baju yang agak longgar dan yang
membuatku tertarik adalah bibirnya. Bentuk bibirnya sensual sekali untuk orang Indonesia yaitu
agak merekah seperti bibirnya Estella Warren atau Cameron Diaz yang bintang film itu.

Setelah lebih kurang 40 hari dari hari melahirkan, seperti biasa aku mulai menggoda isteriku
untuk melakukan hubungan seksual yang sudah lama kutahan-tahan karena kita berdua harus
'puasa' dulu selama 40 hari dari sejak isteriku melahirkan. Beberapa kali kami melakukan
hubungan seksual yang kurasakan agak kurang hot dari biasanya. Aku jadi uring-uringan dan
sepertinya gairah libidoku semakin memuncak setiap kali aku melihat pembantuku yang baru itu
ditambah lagi setelah beberapa kali aku pulang dari kantor aku menemui isteriku tidak ada
bersama anakku dan biasanya dia pergi mengunjungi adik-adiknya atau saudaranya yang lain.

Lebih kurang 1 bulan Siti bekerja di rumahku, dia mulai mengalami perubahan baik fisiknya,
cara berpakaiannya dan juga cara memandangku dan juga cara melayaniku setiap aku pulang
kerja. Dia mulai memberi perhatian lebih dengan cara mengambil tasku dan menyediakan teh,
kopi atau minuman dingin lainnya. Dan aku juga mulai terpengaruh dengan cara-caranya
tersebut. Sampai satu hari aku pulang malam kira-kira jam 23:00, isteriku sudah tidur di kamar
tengah bersama bayinya.

"Ibu tadi pulang jam berapa, Ti?" tanyaku kepada Siti yang belum tidur masih menonton acara
TV.
"Jam 9 Pak," jawabnya.
"Bapak sudah makan?, kalau belum nanti saya sediakan," katanya lagi sambil tersenyum manis
kepadaku.
Aku jadi penasaran dan aku melihat kepadanya dengan pandangan yang mulai bernafsu.
"Aku sudah makan Ti, kamu sendiri kok belum tidur?" jawabku sambil pandanganku tidak lepas
dari dadanya yang terlihat makin montok karena dia memakai daster pemberian isteriku.
"Belum, karena saya tunggu Bapak pulang seperti pesan Ibu," jawabnya lagi.

Aku mulai nekad, sambil mundur pelan-pelan aku mengintip ke kamar tidur isteriku yang
ternyata sudah terlena dengan pulas bersama anakku yang masih bayi berumur hampir 3 bulan.
Kembali aku mendekati Siti yang masih berdiri dekat meja makan sambil mempermainkan
kancing dasternya bagian atas, dia sepertinya menunggu apa yang akan kukatakan kepadanya.
"Siti, ke sini Neng." Aku memanggilnya sambil mendekatinya.
Dia bergerak perlahan mendekatiku. Baru aku menyadari bahwa lumayan juga pembantuku ini,
tingginya hampir setinggi isteriku dan itu bibirnya yang sensual bergerak-gerak perlahan.
"Ada apa Pak?" katanya lagi.
"Kamu sudah punya pacar di kampung?" kataku memancing.
"Ah Bapak bisa saja, nggak ada yang mau sama saya lagi karena saya dicerai sama suami saya
gara-gara dituduh main sama lelaki lain," jawabnya lirih.
Aku terkejut mendengar pengakuannya yang terus terang bahwa dia adalah seorang janda muda
baru cerai, Nah ini dia kesempatan baikku untuk dapat mendekati Siti selanjutnya.

"Sudah berapa lama kamu cerai, Ti?" tanyaku penasaran.


"Baru dua bulan Pak, memangnya kenapa Bapak nanya begitu?" dia balik bertanya.
"Ah, nggak pa-pa, pasti kamu masih kangen sama bekas suamimu kan, ingin meladeni seperti
yang kamu lakukan kepada saya seperti mengambilkan air minum atau yang lain?" jawabku lagi.
"Ah Bapak bisa aja." jawabnya agak manja.

Aku makin berani, sekarang kupegang tangannya dan menariknya duduk di kursi makan dan aku
duduk di kursi yang kuhadapkan kepadanya, dia diam saja dan dia mulai melihat ke arahku. Aku
pun makin berani mengusap tangannya sambil berkata, "Ti, kamu tahu nggak bahwa kamu itu
manis dan lembut."
Kugoda dia dengan perlahan, tanganku mengelus-elus sampai di pundaknya. Terasa olehku dia
gemetar oleh sentuhanku. Aku mersakan kejantananku mulai memberontak perlahan di balik
celanaku.

"Ti, kalau aku menyayangimu, kamu mau nggak?" tanyaku makin berani sambil mengelus
pipinya.
"Ah Bapak, ssaya nggak berani, nnanti.. ketahuan ibu, Pak.." suaranya sayu agak gemetar
sementara tanganku yang lain mengusap pahanya yang gempal.
"Ibu sudah tidur jadi kamu jangan takut ya, gimana kalau kamu mau meladeniku lebih dari
sekedar yang kamu kerjakan sekarang." Kataku lagi sambil mengusap kupingnya terus turun ke
arah bibirnya yang seksi itu sementara tanganku yang lain mulai mengusap pahanya terus sampai
dekat selangkangannya. Ternyata dia diam saja bahkan terdengan nafasnya mulai tidak teratur.
Aku sudah dapat menduga bahwa Siti mulai menikmati sentuhanku yang juga membuat isteriku
dan beberapa gadis-gadis yang pernah kupacari terlena. Dia sendiri mulai menggeser pantatnya
mendekatiku.

"Gimana Ti, kamu mau kan?" wajahku mendekati wajahnya dan terasa nafasnya yang khas
berbau perempuan kampung dan aku sangat terangsang jadinya.
"Terserah ..Pak.. ssaya.. umm.." belum sempat dia selesai bicara kucium bibirnya yang sensual
dengan lembut sambil menarik tubuhnya untuk berdiri. Untuk beberapa saat kukulum bibirnya
dengan lembut dan reaksinya terdiam sejenak dan dia mulai membalas, tapi dasar pembantu dan
dari kampung dia belum bisa membalas ciumanku dengan benar dan nikmat seperti perempuan
kota.Kulepaskan ciumanku dan aku memandangnya dan pandangannya sayu seolah-olah tidak
percaya apa yang baru terjadi. Aku terus membelai punggungnya dan ternyata dia tidak memakai
BH. Tangannya kulingkarkan ke atas leherku dan kukecup lagi bibirnya dan kali ini lidahku
mulai bekerja dengan lembut ke dalam mulutnya, dia membalas sehingga kemaluanku bertambah
tegang di balik celanaku. Kugeser-geserkan ke perutnya yang terasa rata dan empuk.
Dia melepaskan diri sambil berkata berbisik, "Paak.. nanti Ibu bangun.."
"Jangan takut Ti.. nggak pa-pa, ibu sudah nyenyak tidurnya," jawabku pasti.

Tiba-tiba kedengaran anakku menangis dan secepat kilat aku melepaskan Siti dan berlari ke
kamar melihat keadaan dan ternyata anakku hanya menagis sejenak dan kembali tidur, isteriku
juga tidak terbangun. Aku keluar lagi dan ternyata Siti sudah tidak ada. Aku menuju kamarnya
yang berada di bagian belakang ruang makan. Kuintip kamarnya dan ternyata Siti sedang duduk
di samping tempat tidur sambil memegangi bibirnya yang baru kukecup tadi, mungkin dia
surprise dengan apa yang baru terjadi.

"Stt.." aku berbisik dan dia menoleh sambil tersenyum. Aku masuk ke kamarnya, kututup
pintunya dan langsung kupeluk Siti dengan lembut dan kali ini dia membalas dengan sigap,
ternyata dia terangsang dengan sikapku tadi dan mungkin dia membayangkan bagaimana kalau
itu berlangsung dahulu di kampungnya.

Kami berciuman dan tanganku menjalar ke arah dadanya, ternyata susunya yang tidak tertutup
BH lumayan besar dan padat serta kenyal. Dia mulai merintih tanda nafsunya bangkit mungkin
benar apa yang aku katakan padanya bahwa dia kangen untuk mendapatkan rabaan dari laki-laki,
apalagi dariku yang lebih pengalaman soal itu bahkan lebih. Kuambil tangannya dan kugeser ke
arah kejantananku, dia menurut dan kuremaskan tangannya ke kejantananku yang masih
terbungkus celana, sementara tanganku menjalar di atas dadanya dan kubuka kancing dasternya
dan kususupkan tanganku sampai menyentuh susunya dan memainkan putingnya yang lumayan
mulai membesar dan keras. Sementara kami berpagut dan suara erangannya makin keras
merasakan nikmatnya permainan tanganku di payudara dan putingnya.

Aku tidak tahan lagi, segera kubuka reitsleting celanaku dan kubiarkan tangannya menggenggam
batang kejantananku yang tegang, sementara aku mulai menciumi susunya dari atas sampai ke
putingnya yang kuintip berwarna coklat kemerah-merahan. Kujilat lembut putingnya dan kuisap
perlahan dan aku semakin bernafsu. Kuakui bahwa aku paling suka mengisap susu perempuan,
tidak peduli besar atau kecil apalagi yang montok seperti punya isteriku dan juga yang sekarang
ada di hadapanku.

Siti mulai terengah-engah dengan perbuatanku dan tangannya mulai mengocok batang
kejantananku yang makin tegang, sementara mulutku dengan rakus tapi lembut mengisap
susunya kekiri dan kekanan, tanganku yang lain turun menuju pangkal pahanya dan kususupkan
ke dalam celana dalamnya yang agak mini dan tipis itu.

Dia menggelinjang dan menahan erangannya, "Paakk.. jjangaann.." bisiknya.


"Nggak pa-pa Ti, aku.. aku akan pelan-pelan.." kataku membujuk dan kembali kucium bibirnya
lembut terus turun ke arah susunya dan kuhisap putingnya dengan halus. Tangannya kembali
kugenggamkan ke batang kejantananku dan aku berhasil memasuki liang senggamanya yang
mulai basah. Kuusap bibir kemaluannya dengan jariku secara lembut dan aku mencapai
klitorisnya, terdengar erangannya halus serta nafasnya yang makin tidak teratur.

"Ti.. buka ya dasternya?" Dia menggangguk pelan, pasrah dan mulai terangsang. Kubuka
dasternya dan terlihat bodinya yang putih mulus dengan susunya yang lumayan besar serta
putingnya yang tegak dan keras berwarna coklat kemerah-merahan. Kubaringkan dia dan aku
membuka bajuku lalu aku berbaring di sampingnya, kulihat matanya yang sayu.

"Siti, kamu mau kan membuatku puas malam ini? dan aku akan membuatmu puas juga, OK..?"
Dia hanya mengangguk pasrah. Kubuka celanaku sekalian celana dalamku. Batang kejantananku
sudah tegang sekali, tapi aku ingin membuat nafsuku tercapai dengan foreplay bersama Siti yang
kuyakin belum pernah mengalaminya. Kami berciuman lagi dan sekarang aku mulai
menciuminya dari bibir terus ke lehernya, turun ke dadanya. Di sana aku bermain-main sejenak
sambil menikmati kekenyalan susunya serta erangan halusnya. Kemudian kuciumi perut, pusar
sampai di atas liang senggamanya yang agak membusung. Kubuka celana dalamnya dan
tampaklah liang senggama miliknya yang dihiasi bulu-bulu yang tidak begitu lebat. Terdengar
erangannya, "Pak.. aughh.."

Pelan namun pasti, kujilati bibir kemaluannya dan bau khasnya tercium yang membuatku
bertambah nafsu dan terasa Siti membuka lebih besar selangkangannya sambil meremas
rambutku. Terasa cairan meleleh keluar dari liang senggamanya dan kujilati, terasa agak asin tapi
nikmat. Tiba-tiba tangan Siti menjambak rambutku dan menekan kepalaku sambil membuka
lebar pahanya untuk memberikan keleluasaan wajahku menjilati liang senggamanya disertai
erangan kepuasan. Aku tahu dia telah mencapai klimaks orgasme. Kuhisap dan kujilati cairan
yang keluar dari liang senggamanya sampai tidak tersisa di situ. Beberapa saat dia menekan
kepalaku di antara pahanya yang tegang dan juga putih mulus itu disertai terangkat sedikit
pinggulnya. Kemudian terasa mengendur pegangan tangannya di kepalaku. Kuangkat wajahku
sambi melihat kepadanya.
"Gimana Ti.. enak, Ti?" kataku.
"Ooohh.. Paak, saya belum pernah rasa seperti tadi selama ini," jawabnya sambil tersenyum
sayu.

Dia menarikku untuk berbaring di sampingnya sambil memegang batang kejantananku yang
semakin tegang.
"Suami saya kalau minta, cuma sebentar aja.. terus udah gitu dia tidur," jawabnya lagi tanpa
malu-malu.
"Aku juga ingin menikmati kamu Ti, gimana? Sekarang boleh nggak..?" aku mulai tidak tahan
atas remasan tangannya di batang kejantananku.
Dia tersenyum dan bangun tanpa melepaskan batang kejantananku dari genggamannya, aku
mengikuti gerakannya dan tanpa ragu-ragu batang kejantananku diciumnya dengan bibirnya
yang sensual, mungkin karena tidak pernah mengisap kemaluan laki-laki, Siti hanya bisa
menciumi saja. Serta merta aku bilang, "Dikulum Ti, terus dikenyot jangan dicium saja.." Dia
melakukan apa yang kukatakan dan nikmat sekali rasanya, sambil melihat batang kejantananku
yang berada diantara bibir sensual itu.

Aku tidak tahan lagi, kuremas susunya yang kenyal sambil menarik kakinya dan kami
membentuk "posisi 69" dan sepertinya Siti pasrah dengan perlakuanku. Sementara batang
kejantananku berada di dalam mulutnya, terasa lidahnya yang sebentar-sebentar dipermainkan
(maklum dia tidak punya pengalaman Blow Job). Aku merasa semakin tegang dan nafsu
ditambah dengan posisi 69 terlihat liang senggama Siti yang kemerah-merahan dikelilingi bulu-
bulu yang tidak terlalu lebat. Kujilati bibir serta klitorisnya yang terasa agak mengeras dan
beberapa saat kemudian terasa cairan membasahi lidah dan mulutku disertai kedua pahanya
menjepit kepalaku, terdengar erangan Siti. Dia mengalami orgasme lagi. Kutelan habis-habisan
cairan liang senggamanya. Dan pada saat hampir bersamaan aku juga merasa kenikmatan yang
luar biasa, dan tanpa bisa dibendung lagi kurasakan batang kejantananku berdenyut-denyut,
spermaku mendesak dan menyemprot keluar di dalam mulut pembantuku itu. Kurasakan dia
tidak melepaskan batang kejantananku dari mulutnya pada saat spermaku keluar. Ah.. luar biasa
si Siti ini. Kugeser badannya dan kami berdua tergeletak lemas di tempat tidur pembantuku, Siti
sambil berpelukan.

"Terima kasih yaa.. Ti, kamu mau melayaniku seperti tadi," aku berkata sambil membelai
pipinya.
"Saya juga Pak, saya belum pernah seperti tadi, suami saya maunya enak sendiri, habis main
terus tidur." balas Siti manja.
Terdengar lonceng 12 kali, aku tersadar dan segera bangkit memakai celanaku. Sambil
mengecup bibir dan susuya yang montok itu aku berkata, "Siti, ini rahasia kita berdua yaa..
jangan sampai orang lain tahu apalagi ibu, besok kita ketemu lagi." Siti tersenyum sayu sambil
kembali memakai pakaiannya dan aku keluar menuju kamar mandi.Keesokan harinya berlalu
seperti biasa seolah-olah tidak terjadi apa-apa, hanya aku melihat suatu perubahan sikap dan cara
berpakaiannya, selalu memakai daster longgar tanpa BH kalau dia sedang di rumah dan hanya
berpakaian pantas apabila dia pergi ke pasar atau disuruh isteriku ke warung. Hal ini
mempermudah bagiku untuk menyentuh bahkan meremas susunya bila kebetulan aku lewat di
dapur atau kalau dia membersihkan kamar tidurku, tentu bila tidak terlihat isteriku.Malam
berikutnya aku diajak oleh isteriku beserta anakku yang masih bayi untuk menjenguk orang
tuanya yang tinggal di Bogor tapi aku bilang aku agak lelah karena aku baru menyelesaikan
tugas kantor yang agak memakan tenaga, jadi aku ingin istirahat di rumah. Akhirnya isteriku
pergi bersama kakaknya sekeluarga ke Bogor. Tinggalah aku sendiri di rumah bersama Siti. Saat
ini yang memang kutunggu-tunggu.
Setelah makan siang di rumah, aku mengantarkan isteriku ke rumah kakaknya, sebelumnya
isteriku berpesan kepada Siti, "Siti, kamu jangan kemana-mana yaa, jaga rumah dan jangan lupa
masak sayur lodeh untuk bapak. Itu makanan kesukaan bapak. Bapak nggak jadi ikut aku, dia
ada urusan dengan temannya dan akan makan di rumah nanti malam," kata isteriku. "Iya Bu.."
jawab Siti dengan hormat.

Setelah aku mengantarkan isteriku, aku pulang. Sampai di rumah kira-kira jam 18:00 kulihat
makanan sudah siap di meja. Tapi Siti tidak terlihat olehku, kucari dia ke kamarnya. Pintu
kamarnya tertutup lalu kubuka sedikit dan aku melihat dia sedang terbaring telungkup dan
tangan kanannya di dalam celana dalamnya bergerak-gerak. Aku menelan ludah melihat adegan
tersebut dan perlahan-lahan aku masuk. Dia belum menyadari bahwa aku sudah di dalam
kamarnya.

"Siti manis.." aku berbisik dekat telinganya. Gerakannya berhenti dan dia membalikkan
badannya sehingga wajahnya persis di depan wajahku.
"Bapaak.." jawabnya lirih dan langsung memeluk dan bibir kami berpagutan erat sampai aku
terengah-engah dibuatnya.
"Saya kangen, Pak.." jawabnya lagi setelah melepaskan ciumannya sambil tersenyum sayu.
"Kangen sama siapa, Neng.." tanyaku menggoda dan tanganku mulai menyentuh susunya yang
kenyal dan padat itu sambil memuntir putingnya. Dia mengerang halus dan manja. Tanpa banyak
bicara aku mulai membuka kancing dasternya dan menciumi susunya yang amat kusuka, terus
kukulum putingnya, nikmat sekali! Siti juga tidak tinggal diam, reitsleting celanaku dibukanya
dan tangannya langsung masuk ke dalam celana dalamku, dia memegang dan meremas batang
kejantananku.

Siti tertawa kecil sambil berkata, "Kok kecil Pak..?"


"Ayo kamu harus membuat dia besar dan tegang dong," jawabku.
Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, sambil batang kejantananku masih dipegangnya
kubuka baju dan celanaku, kemudian kubuka juga dasternya. Aku menelan liurku melihat
susunya yang montok. Langsung kucium dan kujilat putingnya yang berwarna merangsang dan
tambah keras.

"Pak.. saya mau seperti kemarin lagi, enak Pak," katanya lagi sambil mengocok batang
kejantananku yang semakin tegang. Kurebahkan dia dan kupeluk sambil mencium bibirnya, terus
turun ke susunya, kuisap putingnya yang merah kecoklatan. Siti mengerang halus sambil
mengelus kepala dan punggungku tanda nafsunya meningkat. Ciumanku terus turun ke perutnya,
pusarnya sampai ke pangkal pahanya. Disitu aku berhenti sejenak sambil mengintip ke arah
wajahnya. Siti menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri. Perlahan-lahan aku turun ke arah
kedua pangkal pahanya dan dia membuka kedua pahanya sehingga aku bisa melihat liang
senggamanya yang berwarna merah muda disertai bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Aku mulai
dengan mencium serta menjilat bibir kemaluannya terus ke arah klitorisnya, dia menggelinjang
sambil mengerang nikmat tanda nafsunya memuncak, Siti juga memegang kepalaku dan
menekannya erat-erat. Sementara tangan kananku ikut mengocok batang kejantananku agar
cukup tegang. Kurasakan liang senggama Siti basah dan kujilati dan rasanya, "Hmm.. nikmat
sekali.." dengan rasa serta bau yang khas wanita kampung.

"Paakk.. saya nggak tahan, Paak.." kudengar bisikannya.


Aku naik ke atas tubuhnya dan kuarahkan batang kejantananku ke bibir kemaluan Siti, terus
kutempelkan sambil mengelus klitorisnya dengan kepala kejantananku.
"Pelan-pelan Paak.. saya udah lama nggak main," katanya dengan lirih.
"Iya Ti, aku akan masukkan pelan-pelan.. tahan yaa.." jawabku sambil nafasku mulai memburu.
Kumasukkan batang kejantananku ke liang senggamanya, terasa sempit. Kudorong pelan-pelan,
masuk kepalanya.
"Ooohh.. pelan-pelan Paakk.. sakit, tapi terus Paak..!" desahnya lagi.
Aku merasakan liang senggamanya makin basah dan kudorong terus, rasanya tambah licin,
kurasakan liang senggamanya berdenyut-denyut, "Edan betul ini perempuan!!" aku tersadar
sejenak dan ingat bahwa dia orang Ciamis dan perempuan-perempuan Ciamis banyak yang
terkenal dengan permainan seks-nya yang menggairahkan, mungkin Siti juga expert dibidang ini.

Pelan-pelan batang kejantananku masuk sampai akhirnya terasa kepalanya menyentuh dinding
bagian dalam liang senggamanya. Sambil memeluknya dan menciumi susunya serta mengulum
putingnya aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur seirama dengan goyangan pantat Siti
yang gempal dan kenyal itu. Siti mengerang-erang halus.

"Masih sakit Tii.. ngga kan?" aku bertanya sambil mencoba mempertahankan nafasku yang
mulai menderu-deru tanda bahwa nafsuku mulai mendekati puncaknya. Dia menggelengkan
kepalanya. "Mmmff.. oohh.. aahh.. enaak Paakk.." sambil terus mengerang-erang kenikmatan.
Kurasakan lagi liang senggamanya memijit batang kejantananku setiap kutarik pantatku seolah-
olah Siti tidak mau batang kejantananku keluar sedikitpun dari lubang kenikmatannya. Aku
merasa tidak tahan lagi mungkin karena aku begitu bernafsu untuk menggelutinya sejak dari
awal, terasa liang senggamanya makin basah dan cengkramannya pada leher serta kepalaku
makin kuat.

Tiba-tiba dia berteriak kecil dan menggigit pundakku pelan tapi membuatku kaget disertai
dengan kedua kakinya yang melingkari pinggangku, kedua pahanya menjepit dengan keras.
"Ooohh.. mmff.. aahh.. Paakk.. mm.." tidak ada yang dapat dia katakan saat itu, dan aku tahu
pasti dia mencapai orgasme yang hebat. Aku terus menggoyangkan pantatku dan mempercepat
karena aku merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa, batang kejantananku di dalam liang
senggamanya berdenyut-denyut, tak tahan lagi aku. "Tii.. aakuu keellauuar.. Tii.." Kurasakan
desakan hebat dan nikmat betul di batang kejantananku dan dengan dorongan pantatku ke dalam
membenamkan batang kejantananku di liang senggamanya, kusemprotkan spermaku kira-kira
mungkin 5-6 kali. Kupeluk Siti dan kucium bibirnya dan kami berdua berpagutan sampai
klimaks orgasme kami selesai. Mungkin lebih kurang 5 menit kami berpagutan seolah-olah tidak
akan terlepaskan.

Akhirnya kulepaskan pagutan serta pelukanku sambil memandang Siti yang terlihat puas dengan
apa yang terjadi. Batang kejantananku masih terbenam dalam di liang senggamanya yang terasa
banjir oleh sperma kami berdua.
"Gimana Ti..?, enak.. Kamu puas kan..?" tanyaku lembut.
Dia tersenyum mengangguk sambil memegang pipiku, "Iya Pak, selama kawin saya nggak
pernah merasa enak seperti tadi, Paak.. oohh?" jawabnya sambil bermain dengan bibirku di
tangannya.
"Saya nggak pernah digituin itunya pake lidah seperti yang Bapak tadi lakukan.." jawabnya
dengan bahasa yang kumengerti bahwa dia tidak cukup mengecap sekolah lanjutan.
"Apa itunya yang digituin sama lidah saya..?" kujawab lagi mengikuti sambil tersenyum.
"Iiih Bapak.. jangan banyol aahh.." katanya lagi.
"Ti.. aku mau lagi Tii, kamu masih mau nggak..?" tanyaku sambil mempermainkan puting
susunya yang membuatku terangsang lagi dan kurasakan batang kejantananku berdenyut-denyut
lagi mulai tegang di dalam liang senggamanya.
Siti mengangguk sambil tersenyum, terlihat deretan giginya yang putih bersih dan dia berkata,
"Mau aja Pak, tapi saya mau juga gituin punya Bapak.. boleh kan?"
"Punya saya mau digituin..? digituin bagaimana..?" tanyaku menggoda.
"Iiih Bapak, banyolan teruus..diisep, dijilatin seperti punya saya dijilatin, diisep sama Bapak..
enak sih." jawabnya lagi sambil tertawa kecil manja.
Aku menggangguk, "Boleh, nanti aku ajarin caranya, jangan seperti kemarin.. aku kurang puas
yaa.."

Aku bangun berusaha melepaskan batang kejantananku tapi Siti menahanku sambil tersenyum
seolah-olah dia masih ingin menikmati batang kejantananku di dalam liang senggamanya yang
agak sempit tapi nikmat. Tidak terasa aku melihat jam tanganku sudah jam 19:00, jadi dari awal
sampai selesai 1 jam lamanya, lama juga ya.

Akhirnya dia melepaskanku dan berdua kami telanjang bulat menuju kamar mandi tanpa
khawatir dilihat orang atau tetangga karena di rumah hanya kami berdua dan hari sudah malam.
Di kamar mandi kami saling menyiram dan membersihkan badan kami terutama batang
kejantananku dan liang senggama Siti. Kusentuh liang senggamanya sambil kusiramkan air dan
sebaliknya Siti juga membersihkan batang kejantananku sambil dibelainya dengan lembut.
Nafsuku bangkit kembali dan kubelai klitorisnya sambil mencium bibirnya yang sexy itu dan dia
memelukku sambil mendesah-desah kecil tanda nafsunya pun mulai bangkit. Cepat-cepat kami
mengeringkan badan dan dengan lembut kami berciuman lagi sambil berjalan menuju kamarku.
Kududukan dia di tempat tidur lalu kuambil tangannya dan kugenggamkan pada batang
kejantananku. Dia melihat ke arahku sambil menciumi batang kejantananku perlahan-lahan. "Ti..
kamu jilat di sekeliling kepalanya, baru diisep, terus kulum sampai dalam yaa.." kataku sambil
membelai pipinya yang lumayan halus. Siti melakukannya apa yang kukatakan dan aku
merasakan nikmat batang kejantananku dikulum dengan lembut, "Gila ini pembantu.. udah mulai
mengerti permainan blow job!!"

Sambil batang kejantananku masih dikulumnya, kurebahkan dia dan aku berbalik dengan posisi
dia di atasku dan kutarik pahanya sehingga liang senggamanya tepat di atas wajahku. Benda
nikmat itu kubelai, kucium labia pinggirnya dan akhirnya klitorisnya kukulum dan kugigit-gigit
kecil dengan lembut, lidahku masuk ke dalam liang nikmat yang langsung basah akibat
permainan lidahku. Siti menggelinjang saat lidahku masuk ke dalam liang nikmatnya itu sambil
mendesis karena batang kejantananku yang makin tegang dan keras masih berada di dalam
mulutnya.

Beberapa saat kami melakukan foreplay sampai akhirnya kedengaran dia mengerang-erang,
"Paakk.. ayo doong, saya pengen dimasukin lagii, Paak.." katanya. Kubalikkan badannya
sehingga dia berada di atasku yang terlentang dan kupegang batang kejantananku yang sudah
siap tempur itu sambil mengarahkan ke liang senggamanya yang sudah basah. "Kamu belum
pernah kan dengan cara seperti ini?" tanyaku. Dia hanya menggelengkan kepala sambil
membenarkan posisi kakinya diantara pinggangku. Kemudian dengan tangan kiriku kutekankan
pinggulnya yang padat sehingga batang kejantananku masuk dengan mulus ke dalam liang
senggamanya dan dia langsung menutup mata sambil menjatuhkan badannya ke arahku.

"Aaaww Paak.. eenaak.." Dia menciumku dengan ganas kali ini dan mulai menggerakkan
pantatnya naik turun. Siti melepaskan ciumannya dan bertopang tangan di dadaku sambil tetap
meggoyangkan pantatnya naik turun. Tanganku juga tidak tinggal diam, memegang kedua
susunya yang putih montok sambil memutar-mutar putingnya yang merak kecoklatan, Siti mulai
menjerit kecil tanda dia mulai hampir orgasme. Terasa olehku liang senggamanya makin basah
dan berdenyut memijiti batang kejantananku, gerakannya makin cepat dan tidak beraturan dan
akhirnya dia menjatuhkan dirinya lagi ke arahku sambil memeluk dan menjerit kecil serta
menggigit bahuku tapi kutahan kepalanya agar jangan terlalu keras menggigit bahuku agar tidak
berbekas, nanti bisa jadi pertanyaan nyonya rumah kalau kelihatan merah.

Beberapa saat dia mengejang merasakan kenikmatan orgasme. Kembali kubalikkan badan kami
berdua supaya batang kejantananku tidak lepas dari liang senggamanya. Sekarang posisiku di
atas, entah kenapa aku amat menyenangi posisi konvensional ini dari pada macam-macam style
seperti doggy, samping, belakang dlsb.
"Gimana rasanya Ti..?" Aku bertanya sambil kukecup bibirnya.
"Enak sekali Pak, Siti belum pernah kaya gitu.. Bapak belum keluar yaa?" aku hanya
menggelengkan kepala. Dia membalas kecupanku dan menggoyangkan pantatnya, aku langsung
memberi respon dengan mulai menggoyangkan pantatku naik turun dan sekali-sekali kuputarkan
seperti di BF yang kupernah tonton. Siti mengerang lirih, kedua kakinya dilingkarkan dan
menjepit ke pinggangku dan aku pun mulai merasa kenikmatan batang kejantananku yang mulai
berdenyut, kukecup bibirnya, turun ke susunya, kuhisap putingnya dengan nafsu yang tinggi, dia
menjerit kecil waktu putingnya kugigit dengan gemas.

Beberapa saat pahanya menjepit pinggulku dengan keras dan menarik mulutku dari putingnya
dengan agak kasar dan menciumku dengan ganas. "Paakk.. saayaa.. ngg.. enaakk.. keluaarr
laagii.. Paak!" jeritnya perlahan. "Aku juga Tii.. oohh.." kupeluk dia dengan erat sambil
merasakan denyut di kepala kejantananku yang sudah tidak tahan, akhirnya kusemburkan
spermaku ke dalam liang senggama Siti. Kami berdua tergeletak lemas di atas tempat tidurku
yang sudah tidak karuan lagi bentuk sepreinya. Malam itu kami lalui berdua, sampai subuh
kusetubuhi Siti sampai 4 kali keluar spermaku, entah berapa kali dia keluar.

Demikianlah aku dan Siti melakukan hubungan seks, selingkuh atau apapun namanya dengan
nikmat tanpa ketahuan isteriku selama 2 tahun dan kami menikmatinya dengan asyik dan aku
juga memastikan untuk memberikan Siti obat anti hamil supaya jangan terjadi hal-hal yang tidak
enak.Masuk tahun ketiga Siti bekerja di tempatku, dia pamit pulang kampung dengan janji akan
kembali, tapi nyatanya dia tidak pernah kembali. Isteriku mencoba mencari tahu dari teman-
temannya yang bekerja di tempat adik isteriku dan mereka mengatakan Siti sudah kawin lagi dan
hidup dengan suaminya yang kedua di Lampung. Aku benar-benar terkesan dengan keluguannya
dalam berhubungan seks dengannya.
Itulah pengalamanku dengan pembantuku yang manis asal Ciamis.

Namaku Chepy, 22 tahun, mahasiswa di sebuah universitas swasta ternama di Jakarta.


Kisahku ini adalah kejadian nyata tanpa aku rekayasa sedikitpun !. Kisahku bermula setahun yang lalu
ketika temanku ( Dedy ) mengajakku menemaninya transaski dengan temannya ( Gunawan ). Saya
jelaskan saja perihal kedua orang itu sebelumnya. Dedy adalah teman kuliahku dan dia seorang yang
rajin dan ulet termasuk dalam hal berbisnis walaupun dia masih kuliah. Gunawan adalah teman
kenalannya yang juga seorang anak mantan pejabat tinggi yang kaya raya ( saya tidak tahu apakah
kekayaan orang tuanya halal atau hasil korupsi ! ).
Setahun yang lalu Gunawan menawarkan beberapa koleksi lukisan dan patung ( Gunawan sudah
mengetahui perihal bisnis Dedy sebelumnya ) milik orang tuanya kepada Dedy, koleksi lukisan dan
patung tersebut berusia tua. Dedy tertarik tapi dia membutuhkan kendaraan saya karena kendaraannya
sedang dipakai untuk mengangkut lemari ke Bintaro, oleh karena itu Dedy mengajak saya ikut dan saya
pun setuju saja. Perlu saya jelaskan sebelumnya, Gunawan menjual koleksi lukisan dan patung tersebut,
oleh Dedy diperkirakan karena Gunawan seorang pecandu putaw dan membutuhkan uang tambahan.
Keesokan harinya ( hari Minggu ), saya dan Dedy berangkat menuju rumah Gunawan di kawasan Depok.
Setelah sampai di depan pintu gerbang 2 orang satpam berjalan ke arah kami dan menanyakan maksud
kedatangan kami. Setelah kami jelaskan, mereka mengijinkan kami masuk dan mereka menghubungi
Gunawan melalui telepon. Saya memarkir kendaraan saya dan saya mengagumi halaman dan rumah
Gunawan yang amat luas dan indah,
“ Betapa kayanya orang tua Gunawan” bisik dalam hatiku. Kami harus menunggu sebentar karena
Gunawan sedang makan.

Sambil menunggu, kami berbicara dengan satpam. Dalam pembicaraan itu, seorang satpam
menceritakan kalau Gunawan itu seorang playboy dan suka membawa wanita malam-malam ke
rumahnya ketika orang tuanya sedang pergi. Setelah menunggu selang 10 menit, akhirnya Gunawan
datang ( saya yang baru pertama kali melihatnya harus mengakui bahwa Gunawan memiliki wajah yang
amat rupawan, walau saya pun seorang lelaki dan bukan seorang homo! ). Dedy memperkenalkan saya
dengan Gunawan. Setelah itu Gunawan mengajak Dedy masuk ke rumah untuk melihat patung dan
lukisan yang akan dijualnya.
Saya bingung apakah saya harus mengikuti mereka atau tetap duduk di pos satpam. Setelah mereka
berjalan sekitar 15 meter dari saya, seorang satpam mengatakan sebaiknya kamu ( saya ) ikut mereka
saja daripada bosan menunggu di sini ( pos satpam ). Saya pun berjalan menuju rumahnya. Ketika saya
masuk , saya tidak melihat mereka lagi. Saya hanya melihat sebuah ruangan yang luas sekali dengan
sebuah tangga dan beberapa pintu ruangan. Saya bingung apakah saya sebaiknya naik ke tangga atau
mengitari ruangan tersebut ( sebenarnya bisa saja saya teriak memanggil nama Dedy atau Gunawan tapi
tindakan itu sangat tidak sopan ! ).
Akhirnya saya memutuskan untuk mengitari ruangan tersebut dengan harapan dapat menemui mereka.
Setelah saya mengitari, saya tetap tidak dapat menemukan mereka. Tapi saya melihat sebuah pintu
kamar yang pintunya sedikit terbuka. Saya mengira mungkin saja mereka berada di dalam kamar
tersebut. Lalu saya membuka sedikit demi sedikit pintu itu dan betapa terkejutnya saya ketika saya
melihat seorang anak perempuan sedang tertidur dengan daster yang tipis dan hanya menutupi bagian
atas dan bagian selangkangannya, saya bingung harus bagaimana !
Dasar otak saya yang sudah kotor melihat pemandangan paha yang indah, akhirnya saya masuk ke
dalam kamar tersebut dan menutup pintu itu. Saya melihat sekeliling kamar itu, kamar yang luas dan
indah, beberapa helai pakaian SLTP berserakan di tempat tidur, dan foto anak tersebut dengan
Gunawan dan seorang lelaki tua dan wanita tua ( mungkin foto orang tuanya ). Anak perempuan yang
sangat cantik, manis dan kuning langsat ! lalu saya melangkah lebih dekat lagi, saya melihat beberapa
buku pelajaran sekolah dan tulisan namanya : Elvina kelas 1 C. Masih kelas 1 ! berarti usianya baru
antara 11-12 tahun. Lalu saya memfokuskan penglihatan saya ke arah pahanya yang kuning langsat dan
indah itu !.
ngin rasanya menjamah paha tersebut tapi saya ragu dan takut. Saya menaikkan pandangan saya ke
arah dadanya dan melihat cetakan pentil susu di helai dasternya itu. Dadanya masih kecil dan ranum
dan saya tahu dia pasti tidak memakai pakaian dalam ( BH atau kutang ) di balik dasternya itu !.
Wajahnya sangat imut, cantik dan manis ! Akhirnya saya memberanikan diri meraba pahanya dan
mengelusnya, astaga….mulus sekali ! Lalu saya menaikkan sedikit lagi dasternya dan terlihatlah sebuah
celana dalam ( CD ) warna putih. Saya meraba CD anak itu dan menarik sedikit karet CDnya , lalu saya
mengintip ke dalam,….
Astaga ! tidak ada bulunya ! Jantung saya berdetak kencang sekali dan keringat dingin mengalir deras
dari tubuh saya. Lalu saya mencium Cdnya, tidak ada bau yang tercium. Lalu saya menarik sedikit lagi
dasternya ke atas dan terlihatlah perut dan pinggul yang ramping padat dan mulus sekali tanpa ada
kotoran di pusarnya ! Luar biasa !
Otak porno saya pun sangat kreatif juga, saya memberanikan diri untuk menarik perlahan-lahan tali
dasternya itu, sedikit-seditkit terlihatlah sebagian dadanya yang mulus dan putih ! ingin rasanya
langsung memenggangnya, tapi saya bersabar, lalu saya menarik lagi tali dasternya ke bawah dan
akhirnya terlihatlah pentil Elvina yang bewarna kuning kecoklatan ! Jantung saya kali ini terasa berhenti !
Sayapun merasa tubuh saya menjadi kaku. Jari sayapun mencolek pentilnya dan memencet dengan
lembut payudaranya. Saya melakukankan dengan lembut, perlahan dan sedikit lama juga, sementara
Elvina sendiri masih tertidur pulas. Setelah puas, saya menjilat dan mengulum pentilnya, terasa tawar.
Dasar otakku yang sudah gila, saya pun nekat menarik seluruh dasternya perlahan kearah bawah sampai
lepas, sehingga Elvina kini hanya mengenakan celana dalam ( CD ) saja ! Saya memandangi tubuh Elvina
dengan penuh rasa kagum. Tiba-tiba Elvina sedikit bergerak, saya kira ia terbangun, ternyata tidak,
mungkin sedang mimpi saja. Saya mengelus tubuh Elvina dari atas hingga pusar/perut. Puas mengelus-
elus, saya ingin menikmati lebih dari itu ! Saya menarik perlahan-lahan CD Elvina ke arah bawah hingga
lepas. Kini Elvina telah telanjang bulat ! Betapa indahnya tubuh Elvina ini , gadis kelas 1 SLTP yang amat
manis, imut dan cantik dengan buah dada yang kecil dan ranum serta vaginanya yang belum ada
bulunya sehelaipun !
Lalu saya mengelus bibir vaginanya yang mulus dan lembek dan sayapun menciumnya. Terasa bau yang
khas dari vaginanya itu ! Dengan kedua jari telunjuk saya, saya membuka bibir vaginanya dengan
perlahan-lahan , terlihat dalamnya bewarna kemerah –merahan dengan daging di atasnya . Saya
menjulurkan lidah saya ke arah vaginanya dan menjilat-jilat vaginanya itu. Saya deg-degan juga
melakukan adegan itu. Saya tahu tindakan saya bisa ketahuan olehnya tapi kejadian ini sulit sekali untuk
dilewatkan begitu saja ! Benar dugaan saya !
Pada saat saya sedang asyiknya menjilat vaginanya, Elvina terbangun ! Saya pun terkejut setengah mati !
Untung Elvina tidak teriak tapi hanya menutup buah-dadanya dan vaginanya dengan kedua tangannya.
Mukanya kelihatan takut juga. Elvina lalu berkata
“ Siapa kamu, apa yang ingin kamu lakukan ?”. Saya langsung berpikir keras untuk keluar dari kesulitan
ini !
Lalu saya mengatakan kepada Elvina: “ Elvina, saya melakukan ini karena Gunawan yang mengijinkannya
!”, kataku yang berbohong. Elvina kelihatan tidak percaya lalu berkata
“Tidak mungkin, Gunawan kakakku !”. Pandai juga dia ! Tapi saya tidak menyerah begitu saja.
Saya mengatakan lagi “ Elvina, saya tahu Gunawan kakakmu tapi dia punya hutang yang amat besar
pada saya, apakah kamu tega melihat kakakmu terlibat hutang yang amat besar ? Apakah kamu tidak
kasihan pada Gunawan ?, kalau dia tidak melunasi hutangnya, dia bisa dipenjara ” kataku sambil
berbohong . Elvina terdiam sejenak.
Saya berusaha menenangkan Elvina sambil mengelus rambutnya. Elvina tetap terdiam. Sayapun dengan
lembut menarik tangannya yang menutupi kedua buah dadanya. Dia kelihatannya pasrah saja dan
membiarkan tangannya ditarik oleh saya. Terlihat lagi kedua buah dadanya yang indah dan ranum itu !
Saya mencium pipinya dan berkata
“Saya akan selalu mencintaimu, percayalah !”. Saya merebahkan tubuhnya dan menarik tangannya yang
lain yang menutupi vaginanya. Akhirnya dia menyerah dan pasrah saja terhadap saya. Saya tersenyum
dalam hati. Saya langsung buru-buru membuka seluruh pakaian saya untuk segera menuntaskan “ tugas
“ ini ( maklum saja, kalau terlalu lama, transaksi Gunawan dengan Dedy selesai, sayapun bisa ketahuan,
ujung-ujungnya saya bisa saja terbunuh ! ).
Saya langsung mencium mulut Elvina dengan rakus. Elvina kelihatannya belum pernah ciuman
sebelumnya karena dia masih kaku. Lalu saya mencium lehernya dan turun ke arah buah dadanya. Saya
menyedot kedua buah dadanya dengan kencang dan rakus dan meremas-remas kedua buah dadanya
dengan sangat kuat, Elvina kelihatannya kesakitan juga dengan remasan saya itu, Sayapun menarik-narik
kedua pentilnya dengan kuat !
“Sakit kak “ kata Elvina. Saya tidak lagi mendengar rintihan Elvina. Saya mengulum dan menggigit pentil
Elvina lagi sambil tangan kanan saya meremas kuat pantat Elvina. Setelah puas, saya membalikkan
badan Elvina sehingga Elvina tengkurap.
Saya jilat seluruh punggung Elvina sampai ke pantatnya. Saya remas pantat Elvina kuat-kuat dan saya
buka pantatnya hingga terlihat anusnya yang bersih dan indah. Saya jilat anus Elvina, terasa asin sedikit !
Dengan jari telunjuk saya, saya tusuk-tusuk anusnya, Elvina kelihatan merintih atas tindakan saya itu.
Saya angkat pantat Elvina, saya remas bagian vagina Elvina sambil ia nungging ( posisi saya di belakang
Elvina ). Elvina sudah seperti boneka mainan saya saja !. Setelah puas , saya balikkan lagi tubuh Elvina
sehingga ia terlentang, saya naik ke atas kepala Elvina dan menyodorkan penis saya ke mulut Elvina.
“ Jilat dan kulum !” kataku. Elvina ragu juga pada awalnya, tapi saya terus membujuknya dan akhirnya ia
menjilat juga.
Penis saya terasa enak dan geli juga dijilat olehnya, seperti anak kecil yang menjilat permen lolipopnya.
“Kulum !” kataku, dia lalu mengulumnya. Saya dorong pantat saya sehingga penis saya masuk lebih
dalam lagi, kelihatannya dia seperti mau muntah karena penis saya menyentuh kerongkongannya dan
mulutnya yang kecil kelihatan sulit menelan sebagian penis saya sehingga ia sulit bernapas juga. Sambil
ia mengulum penis saya, tangan kanan saya meremas kuat-kuat payudaranya yang kiri hingga terlihat
bekas merah di payudaranya.
Saya langsung melepaskan kuluman itu dan menuju ke vaginanya. Saya jilat vaginanya sepuas mungkin,
lidah saya menusuk vaginanya yang merah pink itu lebih dalam, Elvina menggerak-gerakkan pantatnya
kiri-kanan, atas-bawah, entah karena kegelian atau mungking ia menikmatinya juga. Sambil menjilat
vaginanya, kedua tangan saya meremas-remas pantatnya.
Akhirnya saya ingin menjebol vaginanya. Saya naik ke atas tubuh Elvina, saya sodorkan penis saya ke
arah vaginanya. Elvina kelihatan ketakutan juga,
“ Jangan kak, saya masih perawan !”, Nah ini dia ! saya membujuk Elvina dengan rayuan-rayuan manis.
Elvina terdiam pasrah. Saya tusuk penis saya yang besar itu yang panjangnya 18 cm dan diameter 6 cm
ke vaginanya yang kecil sempit tanpa bulu itu ! Sulit sekali awalnya tapi saya tidak menyerah. Saya
lebarkan kedua kakinya hingga ia sangat mengangkang dan vaginanya sedikit terbuka lagi, saya
hentakkan dengan kuat pantat saya dan akhirnya kepala penis saya yang besar itu berhasil menerobos
vaginanya !
Elvina mencakar tangan saya sambil berkata “ sakitttt !!!” saya tidak peduli lagi dengan rintihan dan
tangisan Elvina ! Sudah sepertiga penis saya yang masuk. Saya dorong-dorong lagi penis saya ke dalam
lobang vaginanya dan akhirnya amblas semua ! Dan seperti permainan sex pada umumnya, saya tarik-
dorong, tarik-dorong, tarik-dorong, terus-menerus ! Elvina memejamkan matanya sambil menggigit
bibirnya. Tangan saya tidak tinggal diam, saya remas kedua buah dadanya dengan sangat kuat hingga ia
kesakitan dan saya tarik-tarik pentilnya yang kuning kecoklatan itu kuat-kuat ! Saya memainkan irama
cepat ketika penis saya menghujam vaginanya.
Baru 5 menit saya merasakan cairan hangat membasahi penis saya, pasti ia mencapai puncak
kenikmatannya. Setelah bermain 15 menit lamanya, saya merasakan telah mencapai puncak
kenikmatan, saya tumpahkan air mani saya kedalam vaginanya hingga tumpah ruah. Saya puas sekali !
Saya peluk Elvina dan mencium bibir, kening dan lehernya. Saya tarik penis saya dan saya melihat ada
cairan darah di sprei kasurnya. Habislah keperawanannya !.
Setelah itu saya lekas berpakaian karena takut ketahuan. Saya ambil uang 300.000 rupiah dari saku saya
dan saya berikan ke Elvina ,
“ Elvina, ini untuk uang jajanmu, jangan bilang ke siapa-siapa yah “, Elvina hanya terdiam saja sambil
menundukkan kepala dan menutupi kedua buah dadanya dengan bantal. Saya langsung keluar kamar
dan menunggu saja di depan pintu masuk. Sekitar 10 menit kemudian Gunawan dan Dedy turun sambil
menggotong lukisan dan patung. Ternyata mereka transaksinya bukan hanya lukisan dan patung saja
tapi termasuk beberapa barang antik lainnya. Pantasan saja mereka lama !
Akhirnya saya dan Dedy permisi ke Gunawan dan ke kedua satpam itu. Kami pergi meninggalkan rumah
itu. Dedy puas dengan transaksinya dan saya puas telah merenggut keperawanan adik Gunawan. Ha ha
ha ha ha, hari yang indah dan takkan terlupakan !
Aku tidak jelek. Kulitku tergolong putih dan mulus, tiada noda setitik pun. Wajahku juga
termasuk cantik. Yang jadi masalah adalah gendutnya tubuhku ini. Tinggi badanku 170 cm,
sementara berat badanku 80 kg.
Kalau hitung-hitungan idealnya, berat badanku seharusnya 60 kg. Berarti berat badanku
kelebihan 20 kg. Aku sering berusaha diet agar tubuhku jadi langsing. Tapi gagal dan gagal
terus, sehingga aku frustasi sendiri.
Mungkin inilah yang menyebabkanku jadi perawan tua. Usiaku sudah 35 tahun, tapi statusku
masih gadis. Padahal secara medis, seorang wanita sebaiknya jangan melahirkan setelah berusia
di atas 30 tahun. Berarti kalau pun ada yang mau menikahiku, masa untuk punya keturunan
sudah lewat.
Kalau ingat semuanya itu sedih sekali hatiku. Karena aku seolah-olah sudah menerima vonnis
agar jangan mengharapkan bisa bahagia di masa tuaku kelak. Sedangkan ibuku sudah meninggal
pada waktu aku berumur 15 tahun, sedangkan ayahku tidak mau menikah lagi. Sehingga aku
tidak punya tempat curhat, karena aku sungkan bicara terbuka pada ayahku.
Tapi aku tak mau tenggelam dalam kesedihan. Aku selalu berusaha mencari kegiatan yang bisa
membuatku lupa pada masalah pribadiku. Sayangnya teman-teman seangkatanku sudah menikah
semua. Bahkan hampir semua sudah punya anak. Tinggal aku sendiri yang masih tetap melajang.

Aku memang sudah patah semangat. Biarlah, kuanggap takkan ada yang mau menikahiku. Kalau
pun ada, mungkin sudah merupakan suatu keajaiban.
Namun ada yang terus-terusan mengganjal di batinku. Masalah seks ! Rasanya tidak terlalu dini
untuk cewek seusiaku sering memikirkan hal yang satu itu. Bahkan mungkin sudah terlambat.
Tapi mending terlambat daripada tidak.
Ya. Kalau aku sudah membayangkan yang satu itu, aku jadi bingung sendiri dan tak tahu lagi apa
yang harus kulakukan.
Padahal aku sering Mbakton film bokep, baca cerita-cerita dewasa dan dengar dari sana sini
tentang nikmatnya hubungan seks dengan pria. Tapi aku hanya bisa membayangkannya. Karena
belum pernah merasakannya. Yang jelas ada hasrat di batinku, hasrat untuk merasakannya.
Tapi beginilah takdir wanita timur. Sekalipun ada hasrat yang terpendam, aku tak bisa seperti
kaum pria yang bisa seenaknya mencari mangsa pelampiasan. Apalagi untuk berstatus belum
menikah seperti aku.
Kemelut dan hasrat terpendam ini berlangsung berbulan-bulan. Sampai pada suatu hari, aku
teringat pada Robby, anak buah ayahku yang sering datang ke rumah. Aku punya nomor
handphonenya, tapi tak pernah memanfaatkannya. Pada hari itu, aku memberanikan diri
menelepon pria 26 tahunan itu.
“Lagi ngapain Rob?”
“Ehh…Mbak Emmy….tumben nelepon? Aku lagi di bengkel Mbak. Lagi benerin motor.”
“Sendirian?”
“Iya. Kenapa Mbak? Mau ditemenin?”
“Mau sih…tapi takut istrimu ngambek.”
“Hahaha…masa nemenin putri bossku ngambek?”
“Tapi aku pengen ditemaninnya seharian. Bisa gak?”
“Siap Mbak. Tapi harus di hari libur.”
“Minggu mendatang ini gimana?”
“Boleh.”
“Tapi hanya kita berdua saja Rob. Jangan ngajak sapa-sapa. Dan jangan bilang-bilang sama
Papa.”
“Iya…iya…mau ditemenin ke mana?”
Aku lalu menyebutkan salah satu daerah wisata di dekat kotaku.
“Ke sana harus pake mobil Mbak.”
“Iya, pake taksi aja. Nanti kujemput di tempat yang sudah ditentukan. Deal?”
“Deal…tapi aku lagi bokek Mbak. Pas tanggung bulan nih.”
“Semua aku yang tanggung Rob. Santai aja.”
“Oke deh kalau gitu. Jam berapa berangkatnya?”
“Lebih pagi lebih baik. Biar jangan kemalaman pulangnya.”
Pada hari Minggu yang sudah dijanjikan, jam 9 pagi aku dan Robby sudah duduk-duduk berdua
di gubuk beratap ijuk dan berada di dekat air terjun. Suasana masih sepi, maklum massih pagi.
Dalam perjalanan aku belum bicara apa-apa. Karena aku tak mau sopir taksi mendengar masalah
yang harus dirahasiakan ini.
“Rob…tau nggak kenapa aku ngajak ke sini?” tanyaku setelah belasan menit menikmati
indahnya pemandangan di sekitar air terjun ini.
“Mungkin di rumah Mbak lagi jenuh, lalu ingin refreshing di sini,” sahut Robby sambil
menyalakan rokoknya.
“Bukan Rob. Aku butuh bantuanmu, please…”
“Dibantu dalam soal apa Mbak?” Robby menatapku. Hmm…memang ganteng anak buah ayahku
ini. Rasanya aku tak salah pilih meski aku tahu dia sudah beristri.
“Ini sangat rahasia Rob. Maukah kamu berjanji untuk tidak menyampaikan hal ini kepada siapa
pun?”
“Iya Mbak, saya janji…” Robby mengangguk-angguk. Lalu mengepulkan asap rokok dari
mulutnya.
Aku sendiri suka merokok. Karena itu kukeluarkan rokok mentholku dari tas kecilku, untuk
menenangkan diri, karena aku akan mengucapkan kata-kata yang terlalu penting buatku.
Setelah menyalakan rokok dan mengisapnya dalam-dalam, aku memegang pergelangan tangan
Robby sambil mendekatkan mulutku ke telinganya. Dan berkata setengah berbisik, “Aku ingin
merasakan hubungan seks, Rob…please Rob….kamu bisa kan?”
Robby tersentak, pasti kaget dan tak menyangka kalau aku mau membicarakan masalah itu.
“Mbak becanda apa serius?” Robby menatapku, masih dengan tatapan sopan, karena aku ini
putri bossnya.
“Serius Rob. Umurku sudah tigapuluhlima tahun. Wajar kan kalau aku ingin merasakannya?”
“Emangnya Mbak belum pernahsama sekali?”
“Belum Rob. Jangankan hubungan seks. Ciuman aja belum pernah. Sumpah deh. Tadinya aku
mempertahankan kesucianku, untuk suamiku di malam pertama. Tapi sampai hari ini belum juga
ada yang mau nikah dnganku. Makanya kupikir tak ada gunanya menahan-nahan diri lagi.
Biarlah virginitasku buat kamu saja Rob.”
“Tapi Mbak kan tahu, aku sudah punya istri.”
“Biar saja. Aku gak minta dikawin kok. Aku hanya ingin merasakan hubungan seks aja. Ingin
banget…..”
Suasana saat itu masih tetap sepi. Biasanya jam 12 mulai banyak pengunjung yang ingin
refreshing di tempat yang sejuk dan indah ini.
Robby terdiam. Tapi tangannya tidak diam. Mulai mengelus betisku. Membuatku merinding
syur. Ih, belum apa-apa sudah dag-dig-dug gini. Kubiarkan saja tangannya menyelinap ke balik
gaun putihku, menyelusuri pahaku sampai ke pangkalnya. Mungkin memang harus seperti itu
awalnya.
Dan tanpa basa-basi lagi tangan Robby menyelinap ke balik celana dalamku. Tetap kubiarkan.
Bahkan aku ingin diperlakukan seperti itu. Maka kurasakan jemarinya mulai mengelus-elus
jembut dan bibir kemaluanku…oooh…baru dielus jari saja sudah terasa enaknya. Maka
kubiarkan saja semuanya itu terjadi. Dengan hasrat semakin menggila.
“Kita tak mungkin bisa melakukannya di sini Mbak,” kata Robby setengah berbisik, “Kalau
kelihatan orang lain kan bisa heboh.”
“Ya iyalah,” sahutku sambil menahan tangan Robby agar jangan menjauh dulu dari vaginaku,
karena elusannya geli-geli enak. Dan ini pertama kalinya vaginaku disentuh tangan pria.
“Emang aku gak ngajak di sini. Di situ kan ada hotel, jalan kaki sepuluh menit juga sampai,”
kataku sambil menunjuk ke arah selatan, “Nanti di sana aja mainya. Tapi oooh…jangan cabut
dulu tanganmu Rob…elusanmu kok enak sekali….”
Sebagai jawaban, Robby mengangsurkan bibirnya ke bibirku sambil bertanya, “Beneran belum
pernah dicium?”
“Bener Rob…ngapain aku bohong..” sahutku sambil membiarkan bibirnya makin dekat dan
makin dekat ke bibirku. Lalu ia melumat bibirku, sementara tangannya tetap mengelus vaginaku,
sehingga aku terkejang-kejang dalam perasaan yang indah dan nikmat.
Tapi lalu kubayangkan alangkah indahnya kalau semua ini dilakukan di dalam kamar tertutup,
sehingga aku dan Robby akan bebas melakukan apa saja.
“Ayo Rob…kita ke hotel aja yok,” kataku sambil mencium pipi Robby.
Robby mengangguk dan mengeluarkan tangannya dari balik celana dalamku.
Kami tinggalkan gubuk yang sengaja dibangun oleh dinas parawisata itu, kemudian menuju hotel
yang tak jauh dari pintu masuk ke taman itu. Sebuah hotel kecil tapi bersih, membuatku senang
cek ini di situ. Kamarnya tidak besar. Hanya berisi satu tempat tidur besar dan kursi dua buah.
Ada juga cermin besar di dinding dan disediakan dua helai handuk bersih berikut sabun mandi.
Berbeda dengan waktu di dekat air terjun tadi, setelah berada di dalam kamar hotel itu Robby
jadi agressif. Begitu masuk ke dalam kamar dan setelah menguncikan pintunya, dia langsung
menerkamku. Memelukku dengan ciuman ganas di bibir dan leherku.
Ini memang yang kuinginkan. Tapi aku tak tahu cara membalasnya. Aku hanya memeluknya
dengan penuh hasrat, dengan jantung berdegup kencang dan membayangkan apa yang akan
terjadi dengan benak penuh tanda tanya.
“Buka ya bajunya, biar jangan kusut,” kata Robby sambil mencium pipiku dengan bibir terasa
hangat.
Aku mengangguk sambil tersenyum. Walaupundengan malu-malu kutanggalkan gaun dan
underwearku, sehingga tinggal CD dan BH saja yang masih melekat di tubuhku.
“Hmmm…ternyata tubuhmu mulus banget Mbak,” kata Robby sambil mengelus perutku.
“Mulus tapi gendut…” kataku.
“Ah…gak seberapa gendut…malah tampak seksi gini….” Robby melepaskan kancing BHku
yang bernomor 40.
“Wow…ini baru toge…” kata Robby setelah menanggalkan behaku. Lalu meremas buah dadaku
yang besar ini dengan lembut.
“Kok kamu sendiri masih pakaian lengkap gitu? Buka juga dong biar adil,” kataku sambil
melepaskan kancing baju kausnya, kemudian ia sendiri yang menanggalkannya. Disusul dengan
pelepasan celana denimnya yang berwarna biru gelap.
Robby malah bertindak lebih cepat. Ia menanggalkan segala yang melekat di tubuhnya. Sehingga
ia duluan telanjang bulat. Yang membuatku berdebar-debar adalah ketika melihat penisnya yang
tampak sudah keras, mengacung dengan gagahnya. Aku tidak tahu apakah penis Robby itu
tergolong besar atau kecil, panjang atau pendek, entahlah…karena baru sekali itu aku melihat
penis dalam kenyataan (kalau nonton dari film-film bokep sih sering).
Ketika Robby naik ke atas tempat tidur, aku tak kuat lagi menahan hasrat, ingin memegang
penisnya yang tampak sudah tegang itu.
“Ini harus diapain Rob?” tanyaku lugu sambil menggenggam penis Robby yang memang sudah
keras dan hangat itu.
“Ya dimasukin ke dalam memek Mbak nanti…makanya buka dong celana dalamnya biar
leluasa…” sahut Robby sambil menurunkan celana dalamku dengan hati-hati. Sedikit demi
sedikit kemaluanku mulai terbuka….lalu terbuka sepenuhnya setelah celana dalamku
dilemparkan ke dekat bantal oleh Robby.
“Hmm…kebayang…memek perawan pasti enak,” kata Robby sambil mengelus-elus jembutku
yang kubiarkan tumbuh liar dan lebat sekali.
Kemudian Robby mendorong dadaku dengan lembut, supaya aku merebahkan diri di tempat
tidur yang lumayan besar ini. Aku pun manut saja. Bahkan kataku, “Aku ikuti instruksi kamu aja
Rob. Jangan diketawain ya…soalnya aku masih bodoh banget. Anggap aja sekarang ini aku
cuma anak TK.”
“Santai aja, Mbak…kita lakukan secara smooth and clear…tapi bagaimana kalau Mbak hamil
nanti?”
“Wah, jangan bikin hamil dong. Aku gak akan nuntut apa-apa, asal jangan sampai hamil aja.”
“Berarti padaa waktu mau ejakulasi, harus dicabut dan dilepaskan di luar.”
“Terserah…pokoknya asal jangan hamil aja. Kamu tentu lebih pengalaman dalam soal itu.”
“Iya, tenang aja. Aku jamin takkan hamil. Tapi besok-besok kalau mau aman, pasang alat KB aja
di dokter. Bilangnya sudah punya suami gitu. Jangan ngaku masih lajang.”
“Oke….” sahutku dengan senyum.
Robby rebah di sampingku, saling berhadapan dan mulai asyik mempermainkan payudaraku.
Mula-mula cuma diremasnya dengan lembut. Lama kelamaan ia mulai mengulum pentilnya,
terasa disedot-sedot seperti anak kecil menyusu pada ibunya. Tapi ujung lidahnya terasa
bergerak-gerak, menyapu-nyapu pentil payudaraku yang sangat montok ini. Aku jadi geli-geli
enak dibuatnya.
Dan jarinya merayap ke bawh, ke arah vaginaku lagi. Mungkin melanjutkan yang terhenti di
dekat air terjun tadi. Tapi…oh…elusannya di bibir kemaluanku…lalu elusan di clitorisku
ini…benar2 membuatku mengejang-ngejang dalam nikmat yang luar biasa. Baru dimainkan
dengan jemari saja sudah begini enaknya, apalagi kalau penisnya sudah
dimasukkan…oooh…aku tak sabar lagi untuk merasakannya. Tapi aku harus menahan diri agar
acaranya tidak kacau, karea aku belum mengerti apa-apa.
Tak lama kemudian ia minta agar aku menelentang. Pikirku sudah mau memasukkan penisnya ke
dalam vaginaku. Tapi ternyata tidak. Ia malah menciumi pusar perutku. Lalu menurun ke arah
kemaluanku.
Aku terkejut ketika ia mulai menciumi kemaluanku. Tapi lalu teringat film-film bokep yang
pernah kutonton dari laptopku. Karena itu aku diam saja, karena mungkin seharusnya seperti itu.
Maka aku pun menurut saja ketika kedua pahaku disuruh agar direntangkan selebar mungkin.
Menuruti perintahnya dengan jantung semakin deg-degan.
LAlu aku diam saja sambil menatap langit-langit kamar hotel. Dan tiba-tiba aku merasa sesuatu
yang geli luar biasa, tapi gelinya geli enak. Rupanya Robby mulai menjilati vaginaku. Oh, ini
edan banget enaknya. Terlebih ketika kurasakan jilatannya terpusat di kelentitku, oooh..aku
mulai tak bisa menahan rintihan-rintihan histerisku, “Rooob…ooooh…kok enak banget
Rob….oooh….iya Rob…terus Rob….iya clitorisnya enak sekali….kamu edan Rob…kamu
pandai banget Rob…..oooh….addduuuh….”
Aku menggeliat-geliat dalam arus nikmat yang luar biasa. Sekujur tubuhku seolah dialiri arus
listrik yang membuatku berdenyut dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun. Bahkan tak lama
kemudian aku merasakan liang vaginaku berkedut-kedut….dan aku merasa seperti melesat ke
angkasa, lalu jadi takut jatuh…membuatku merintih, “Rooobiiiii….oooooh….”
Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi saat itu. Belakangan lalu tahu bahwa itu yang disebut
orgasme.
Saat itu yang aku tahu, Robby seperti sengaja ingin membuat vaginaku basah sebasah-basahnya.
Bukan hanya lendirku sendiri yang membasahi vaginaku, tapi juga air liur Robby yang begini
banyaknya.
Kemudian Robby naik dan menelungkup di atas dadaku sambil mengarahkan moncong penisnya
ke mulut vaginaku. “Sengaja kubikin becek dulu, supaya tidak sakit waktu penetrasi,” katanya
sambil berusaha meletakkan penisnya di tengah-tengah mulut vaginaku. Kemudian aku rasakan
desakan penisnya, membuat napasku tertahan.
“Pahanya lebih direnggangkan lagi Mbak,” kata Robby yang kuturuti juga.
Lalu terasa desakan penis Robby…kuat sekali….aaah…mulai membenam sedikit. Aku makin
merenggangkan pahaku supaya Robby tidak kesulitan membenamkan batang kemaluannya.
Aku sering mendengar betapa sulitnya menerobos kegadisan di malam pertama, malah katanya
ada yang sampai seminggu baru berhasil. Tapi Robby tidak seperti itu. Aku merasakan sedikit
demi sedikit batang kemaluannya membenam ke dalam liang vaginaku. Tapi dia tidak
mendorong langsung sampai tuntas, melainkan digeser-geser dulu, lalu makin lama makin dalam
masuknya.
“Sakit?” tanyanya ketika kurasa ada yang sedikit perih di dalam vaginaku. Mungkin karena
selaput daraku (hymen) sudah tertembus penis Robby.
“Sakit sedikit….” sahutku.
“Tahan ya sakitnya…hanya pertama kali ini saja terasa agak sakit, nantinya sih gak sakit lagi.”
“Iya….aku kuat nahan sakit kok…tuntaskan aja Rob,” sahutku sambil mencumi hidung dan mata
Robby .
Lalu desir-desir nikmat itu makin lama makin nyata ketika penis Robby mulai menggelusur-
gelusur di dalam liang vaginaku. Oh, pantaslah orang bilang bersenggama ini laksana berada di
surga dunia. Aku mulai merasakannya kini, ketika Robby mulai menggerakkan penisnya secara
teratur…masuk semakin dalam, ditariklagi, didorong lagi…oooh…ini luar biasa
nikmatnya…sehingga rintihan-rintihan nikmatku berlontaran begitu saja :
“Rob…oooh…Rob…enak sekali Rob….oooh….Rob…iya Rob….enak Rob….oooh….”
Robby mendekap leherku sambil berbisik, “Memek Mbak juga enak banget…wah..ini bener-
bener memek perawan…luar biasa enaknya Mbak….”
Aku tidak tahu apakah ucapannya itu keluar dari kejujurannya atau hanya ingin menyenangkan
hatiku. Yang jelas tanganku meremas-remas rambut Robby sampai kusut masai, karena menahan
geli-geli enaknya enjotan penis Robby yang berada di dalam jepitan liang kemaluanku.
Robby pun mulai ganas melumat bibirku sambil meremas-remas buah dadaku dengan agak
keras, sementara penisnya tetap mengenjot liang kemaluanku. Oh, ini nikmat sekali. Sehingga
aku sering terpejam-pejam dibuatnya. Batinku seolah melayang-layang di langit ketujuh. Luar
biasa indah dan nikmatnya.
Saat itu aku belum tahu apa yang sedang terjadi ketika tiba-tiba saa sekuur tubuhku mengejang
di puncak kenikmatanku, kemudian bagian dalam vaginaku terasa berkedut-kedut, lalu seperti
ada yang mengalir di dalamnya. Sekarang aku tahu bahwa saat itu aku sedang mengalami puncak
orgasme. Puncak dari segala kenikmatan dalam bersenggama.
Entah berapa kali aku mengalami hal itu. Yang jelas keringat Robbi mulai berjatuhan di tubuhku.
Terasa makin lama makin hangat. Tapi aku tak peduli lagi dengan semuanya itu, kecuali satu
hal..bahwa enjotan batang kemaluan Robby luar biasa enaknya. Membuatku terkadang
memejamkan mata dengan mulut ternganga, terkadang melotot dan menahan napas dalam syur.
Sampai pada suatu saat, tiba-tiba saja Robby mencabut batangg kemaluannya, kemudian
bergegas naik ke atas perutku, sambil memegang penisnya yang sudah berlumuran lendirku.
Lalu terdengar ia mendengus panjang. Dan moncong penisnya menyembur-nyemburkan cairan
kental hangat ke buah dadaku, ke leherku dan ke pipiku.
Aku sudah dapat menduga bahwa itu air mani Robby. Gilanya aku malah senang dada dan
mukaku disemproti cairan kental itu. Bahkan yang di pipi kuusap dan kujilati dari telapak
tanganku.
Robby pun mencium keningku disusul dengan bisikan hangat, “Mbak sangat memuaskan….”
“Masa sih?” aku bangkit dan meraih handuk yang disediakan oleh hotel. Kuseka keringatku yang
telah bercampur aduk dengan keringat Robby. Ketika melirik ke arah seprai, kulihat ada
genangan darah yang sudah muai mengering. Hmm…itulah darah perawanku.
Aku sudah menjadi wanita yang lengkap, yang benar-benar dewasa. Aku tidak menyesalinya,
bahkan hatiku bahagia sekali. Maka dengan mesra kupeluk Robby diiringi bisikan, “Terimakasih
Rob. Sekarang aku benar-benar sudah menjadi wanita yang dewasa. Aku bahagia sekali.”
“Terimakasih juga Mbak. Karena Mbak sudah mempercayakannya padaku. Selain daripada itu,
aku mengalami kepuasan yang luar biasa,” sahut Robby disusul dengan kecupan hangat di
bibirku.
“Kalau dibandingkan dengan istrimu pasti aku gak ada apa-apanya kan?”
“Gak Mbak. Mungkin karena dengan istri seolah hanya menunaikan kewajiban saja. Sudah
terlalu hapal seluk beluknya. Tapi dengan Mbak barusan, luar biasa. Sebenarnya Mbak ini seksi
banget. Bodoh juga cowok-cowok yang tidak mau sama Mbak.”
MINGGU itu benar-benar Minggu yang indah dan mengesankan. Di hari itu aku sudah menjadi
wanita yang lengkap, meski belum bersuami. Setelah berada di rumah, sampai larut malam aku
tak bisa tidur. Bukan karena resah, melainkan sebaliknya. Asyik mengenang keindahan yang
terjadi siang harinya.
Robby memang penuh kelembutan dan sangat berhati-hati memperlakukanku. Waktu kutanya,
benarkah pengantin baru bisa 5 kali bersetubuh di malam pertamanya, Robby menjawab,
“Memang benar. Tapi aksi seperti itu menyiksa wanitanya. Karena luka di vaginanya belum
kering, lalu dihajar lagi terus-terusan. Aku gak mau seperti itu. Aku ingin luka di vagina Mbak
mengering dulu. Kalau sudah benar-benar sembuh, ayo kita habis-habisan. Aku punya banyak
cara untuk memuasi Mbak nanti. Santailah dulu. Sembuhkan dulu luka di vagina Mbak. Nanti
kita ketemuan lagi. Gak usah jauh-jauh ke sini…di dalam kota juga banyak hotel yang bisa kita
pakai. Jadi gak buang-buang waktu di jalan.”
Aku setuju pada pendirian Robby itu. Aku akan bersabar sampai perih di vaginaku lenyap. Lalu
habis-habisan menikmati keindahan berhubungan badan dengan Robby lagi.
Hanya dalam dua hari perih di dalam vaginaku hilang. Tapi lalu ada gatal-gatal. Mungkin karena
luka yang sudah mengering biasa menimbulkan gatal. Tapi gilanya, aku bayangkan gatal-gatal
ini pasti enak sekali kalau digesek oleh penis Robby. Dengan kata lain, aku ingin disetubuhi oleh
anak buah ayahku itu.
Aku mencoba meneleponnya. Tapi ternyata dia sedang di luar kota, bersama ayahku.
O, kecewanya hatiku. Tapi di telepon tadi aku tidak berterus terang bahwa sebenarnya aku ingin
digaulinya lagi. Percuma kukatakan juga, karena dia sedang mendampingi ayahku di luar kota.
Mungkin dua atau tiga hari lagi baru pulang, karena ayahku juga bilang begitu.
Tapi khayalan tentang nikmatnya kalau vaginaku yang agak gatal ini digesek oleh
penis….ah…makin lama makin menggila. Sehingga aku resah sendiri di dalam kamarku.
Seperti orang kesurupan, aku telanjang di dalam kamarku. Kupandang bayangan sekujur tubuh
bugilku di cermin besar yang ada di lemari pakaianku. Lalu kuremas-remas sepasang buah
dadaku yang sangat montok ini. Kuelus kemaluanku yang berbulu sangat lebat ini.
Aaaah…seandainya tangan yang menyentuh kemaluanku ini bukan tanganku
sendiri….seandainya ada seorang lelaki yang menyentuhku malam ini….aaaah….seandainya
malam ini ada seorang lelaki yang mau menggelutiku, mengelus kemaluanku, meremas buah
dadaku…lalu memasukkan penisnya ke celah vaginaku…alangkah indahnya kalau khayalanku
ini menjadi suatu kenyataan.
Bermenit-menit aku tenggelam di dalam khayalanku. Tiba-tiba aku teringat Seno, anak muda
yang tugasnya mengurus taman, kolam dan membersihkan mobil ayahku. Kenapa aku baru
berpikir sekarang mengenai orang itu?
Ya, di rumahku hanya ada tiga orang malam ini, Bi Iyem yang sudah tua itu, Seno dan aku
sendiri.
Bi iyem yang sudah tua itu tidak kupikirkan. Yang menyelinap ke dalam pikiranku adalah Seno
itu. Cowok 22 tahunan itu sudah hampir setahun bekerja di rumahku. Menurutku, dia tidak jelek.
Lumayan lah. Kenapa baru sekarang aku memperhitungkannya? Bukankah biasanya aku jutek-
jutek aja padanya?
Lalu kukenakan gaun tidurku yang putih dan transparant, tanpa mengenakan apa-apa lagi di
dalamnya. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Bi Iyem sudah tidur, seperti biasa.
Tapi pintu kamar Seno masih terbuka. Aku lalu melangkah ke arah pintu yang terbuka itu.
Sesampainya di depan pintu yang terbuka itu, kulihat Seno sedang menyisiri rambutnya yang
agak gondrong. Tampak kelimis. Mungkin baru selesai mandi, karena biasanya dia suka mandi
malam-malam.
“Seno…malam ini kamu tidur di kamarku ya,” kataku, “aku lagi takut tidur sendiri. Kemaren
juga mimpiku serem banget.”
Seno kaget, memandangku sesaat. Tapi lalu mengangguk, “Ba…baik Mbak.”
Lalu ia menggulung tikar yang terhampar di dekat dipannya.
“Buat apa tikar itu?” tanyaku heran.
“Buat tidur saya Mbak,” sahutnya sopan.
“Gak usah. Nanti tidur di tempat tidurku aja. Tempat tidurku kan gede banget. Ngapain bawa-
bawa tikar segala,” kataku sambil kembali ke kamarku.
Sesaat terkilas pertentangan di dalam batinku : Apakah aku tidak salah? Pembantuku sendiri mau
dijebak agar mau menggauliku? Di mana letak harga diriku? Ahhh…persetan dengan segala
harga diri ! Bukankah Seno juga manusia? Bukankah aku sedang sangat membutuhkan lelaki
malam ini? Ya, yang penting lelaki ! Lelaki yang lengkap dengan kejantanannya !
Tak lama kemudian Seno masuk ke dalam kamarku, dengan mengenakan kaus oblong dan
sarung. Mudah-mudahan sarungnya tidak bau. Tapi yang aku tahu, dia menjaga kebersihan juga,
meski statusnya cuma seorang pembantu di rumah ini.
“Kamu bisa mijet No?” tanyaku ketika Seno masih berdiri canggung di dekat tempat tidurku
yang luas dan ditutupi bad cover bercorak bunga lotus.
“Mijet asal-asalan sih bisa Mbak.”
“Yang penting urut-urut aja, badanku pegel-pegel,” kataku sambil mengambil baby lotion dari
meja riasku.
“Baik Mbak,” katanya sambil menerima botol lotion itu.
Aku pun lalu telungkup di atas tempat tidur. “Sarungmu lepasin dulu gih…gak enak lihatnya,”
kataku, “Nanti kalau mau tidur sih ada selimut buatmu.”
“Ba…baik Mbak…tapi…tapi saya cuma pake celana dalam. Saya mau pake celana panjang dulu
ya Mbak.”
“Gak usahlah. Buang-buang waktu aja. Laki-laki kan gak usah tertutup-tutup banget. Anggap aja
di kolam renang. Hihihi…”
“I..iya Mbak…yang mau dipijet apanya Mbak?” Seno melepaskan sarungnya, sehingga tinggal
mengenakan celana dalam dan kaus oblong aja, lalu duduk di pinggiran tempat tidurku.
“Semuanya lah. Dari kaki sampai kepala.”
“Ba..baik Mbak…”
Lalu terasa Seno mulai memijit-mijit telapak kakiku. “Enak juga pijetanmu No. Belajar dari
mana?”
“Ah asal-asalan aja Mbak. Dulu waktu kecil suka disuruh pijetin ayah saya…”
“Terus naik ke atas,” kataku sambil menyingkapkan gaun tidurku sampai ke paha.
“Iya Mbak,” sahutnya sambil membalurkan lotion ke betisku.
“Yang agak kuat ngurutnya ya,” kataku.
“Iya Mbak,” sahutnya. Lalu tangannya mulai mengurut-urut betisku. Dan aku justru
membayangkan sedang dipijat oleh Robby. Tapi Seno setelah tangannya berada di lipatan lutut,
seperti ragu memijat ke arah paha, sehingga aku harus memberi instruksi yang jelas, “Ayo terus
ke atas. Justru yang pegel di pangkal pahaku, No.” Kusingkapkan gaun tidurku sampai ke
pinggangku. Padahal saat itu aku tidak mengenakan beha maupun celana dalam. Maka pastilah
sekujur pantatku dilahap oleh mata Seno.
“Iya Mbak,” sahut Seno dengan suara agak terengah. Pasti karena melihat pantat besarku yang
tak tertutup apa-apa lagi. Bahkan sebagian jembutku pasti ada yang nyembul di pantatku, karena
memang lembutku lebat sekali tanpa pernah dicukur.
Sambil menelungkup kuamati perilaku Seno, dengan mata disipitkan seolah-olah sedang
terpejam.
Dia mengurut pahaku dengan mulut ternganga. Dan kulihat di celana dalamnya ada yang
menonjol. Ah, rasanya aku tak sabar lagi, ingin memegang yang berada di balik celana dalam itu.
Tapi aku harus menahan diri dulu. Aku harus yakin dulu bahwa dia mau kuajak bersetubuh.
Ketika tangan Seno mulai memijati buah pinggulku, aku mulai menyelidikinya, “Kamu pernah
main sama cewek, No?”
“Ma…main gimana Mbak?”
“Bersetubuh, gitu…pernah kan?”
“Hehehe…pernah, di kampung saya dulu, waktu baru umur tujuhbelas.”
“Sama siapa?”
“Sama janda Mbak. Sekarang dia malah sudah nikah, dijadikan istri ketiga sama bandar
tembakau.”
“Sering kamu main sama janda itu?”
“Gak terlalu sering…kalau dihitung-hitung, paling juga baru lima kali.”
“Enak gak maen sama janda itu?”
“Mmm…ya enak Mbak…tapi sudah lama sekali, sudah lupa rasanya.”
Aku tersenyum sendiri mendengarnya. Dan aku semakin tak sabar, rasanya ingin sekali liang
vaginaku digesek dan dienjot oleh batang kemaluan lelaki. Lalu aku membalikkan badan,
menelentang sambil menarik gaunku sampai ke perut. “Ininya pijit tapi jangan terlalu keras,”
kataku sambil menunjuk ke pangkal pahaku.
“I…iya Mbak…pa…pakai minyak ini juga?” sahut Seno tergagap, pasti gugup karena melihat
kemaluanku yang berjembut lebat liar ini.
“Iya,” sahutku sambil mengamati bagian yang menonjol di balik celana dalamnya itu.
Sebenarnya saat itu aku juga gugup. Tapi aku bisa menguasainya. Bahkan kurentangkan
sepasang pahaku lebar-lebar, biar dia bisa mengamati kemaluanku sepuasnya. Lalu kutarik
tangannya yang baru saja dibasuh dengan baby lotion, kuletakkan telapak tangan itu di
kemaluanku sambil berkata binal, “Ini urutnya yang lembut ya.”
“I…iya…ininya diurut juga Mbak?” ucap Seno dengan suara hampir tak terdengar, sementara
tangannya terasa gemetaran.
“Iya,” sahutku sambil menjulurkan tanganku ke arah celana dalam Seno. Dan kupegang bagian
yang menonjol itu. Hihihi…benar-benar sudah ngaceng. Dan Seno terkejut. Terlebih lagi waktu
aku menyelinapkan tanganku ke balik celana dalamnya, karena aku ingin memegang penisnya
tanpa terhalang celana dalam lagi.
Seno gelagapan. Tapi dengan senyum binal aku berkata, “Ya sudah, kamu elus memekku, aku
elus kontolmu yang udah ngaceng ini, biar adil kan?”
“I…iya Mbak…ta…tapi…duuuh…perasaan saya jadi gak bener nih…” kata Seno sambil
berusaha mengikuti perintahku, mulai mengelus-elus kemaluanku dengan tangan yang sudah
berlumuran baby lotion.
“Iya begitu ngelusnya, No…enak nih…oooh…” kata-kataku berlontaran begitu saja ketika
tangan Seno mengelus bibir kemaluanku, “Masukin jarinya sedikit gak apa-apa
No….duuuh…enaknya sih pake kontolmu ini No….” kataku lagi sambil meremas-remas batang
kemaluan Seno.
“Ah…ma…masa pake punya saya Mbak….”
“Kamu mau nggak? Kalau mau ya masukin aja kontolmu ke memekku..yang jujur dong kalau
jadi cowok…kalau mau bilang mau, kalau gak bilang gak…”
“Ma…mau Mbak…mau…mau…”
“Ya udah masukin aja kontolmu…pasti lebih enak…”
Dengan sikap bersemangat, Seno melepaskan celana dalamnya, lalu menempelkan puncak
penisnya di mulut vaginaku.
Aku degdegan juga menunggu semuanya ini, karena tampaknya penis Seno sedikit lebih besar
daripada penis Robby. Panjangnya pun melebihi penis Robby.
Karena sudah dilumuri baby lotion, meskipun penis Seno lumayan gede, mudah saja ia
mendorongnya sampai amblas ke dalam liang vaginaku.
“Ooooh…sudah masuk No…..ayo mainkan, kenapa didiamkan aja? Entotin aja seperti waktu
kamu ngentot janda itu ayo…..nnaaaahhh…gitu No….oooh…enak No….entot terus No…ini
enak sekali….”
“Duuuh Mbk….kita jadi bersetubuh ya Mbak…duuuh, punya Mbak masih kecil banget…enak
sekali Mbak…”
“Ya iyalah masih kecil. Aku baru satu kali ngerasain dientot. Ini yang kedua kalinya No…”
“Oooh, pantesan masih kecil banget lubangnya….enak sekali Mbak….mmm…”
“Tetekku remas atau diemut dong, jangan dibiarkan nganggur,” kataku sambil menarik gaun
tidurku tinggi-tinggi dan kulepaskan sekalian. Sehingga aku kini benar-benar telanjang bulat.
Seno patuh saja pada perintahku. Dia mulai mengentotku sambil meremas-remas buah dadaku,
terkadang juga mengemutnya seperti yang dilakukan oleh Robby 3 hari yang lalu.
“Ooooh…enak No…kontolmu gede No…lebih gede daripada punya pacarku…mantap
No…iya…oooh…enak banget No…..” ucapku berlontaran begitu saja sambil meremas-remas
rambut Seno, terkadang menjambaknya dengan gemas….bukan main nikmatnya.
Seno sendiri tampak sangat menikmati persetubuhan ini. Hmm…namanya kusimpan di hatiku,
sebagai cowok yang bisa kuajak bersetubuh kapan pun aku menginginkannya.
“Mbak…nanti kalau sa…saya mau keluar…lepasinnya di mana?” tanyanya terengah-engah.
“Di dalam memekku saja,” sahutku sambil memeluk lehernya dengan gemas. Aku memang tak
takut hamil lagi. Karena kemarin aku sudah dipasangi alat KB oleh dokter. Aku mengaku
pengantin baru yang belum mau punya anak. Maka dipasanglah alat KB, yang membuatku
leluasa bersetubuh dengan cowok yang kuinginkan, tanpa takut hamil.
Dan memang waktu bersetubuh dengan Seno ini aku ingin tahu bagaimana rasanya waktu air
mani pria menyembur di dalam liang vaginaku.
Pada waktu Seno sedang asyik mengayun batang kemaluannya, aku masih sempat menarik kaus
oblongnya agar terlepas dari tubuhnya, supaya sama-sama telanjang bulat. Lalu kudekap
pinggangnya erat-erat, sambil berusaha menggoyang-goyang pinggul dengan gerakan seadanya,
karena aku belum berpengalaman dalam menggoyang pinggul. Yang penting jangan diam seperti
gebok pisang aja.
Tapi baru kira-kira seperempat jam berlangsungnya persetubuhan ini, tiba-tiba Seno melenguh,
“Oooh…Mbak…saya sudah mau keluar….”
Aku agak heran, karena aku belum mencapai orgasme, justru sedang enak-enaknya disetubuhi
oleh Seno. Dan tiba-tiba saja ia mendesakkan batang kemaluannya sedalam-
dalamnya…kemudian terasa ada cairan hangat menyembur-nyembur di dalam liang
kewanitaanku. Oh, ini nikmat sekali. Tapi sayangnya, aku belum mencapai orgasme.
“Kok cepat sekali kamu meletusnya?” bisikku ketika kurasakan penis Seno jadi mengecil dan
melemah.
“Iya Mbak,” Seno mengangguk malu-malu, “Maklum sudah lama sekali tidak merasakan. Tapi
asal Mbak mau, dalam semalam ini saya kuat sampai lebih dari 5 kali. Biasanya yang kedua
lebih lama. Yang ketiga jauh lebih lama lagi….”
“Ohya?” aku tersenyum, “Nanti buktikan ya. Aku mau nyoba sesering mungkin malam ini. Tapi
ingat, ini rahasia No. Jangan sampai Papa tau. Bi Iyem juga jangan dikasihtau.”
“Tentu saja Mbak. Kalau Bapak tau, wah…saya bisa diusir dari sini.”
Ketika penis Seno dicabut, terasa ada yang mengalir dari vaginaku. Pasti itu air mani Seno. Aku
pun turun mengambil handuk kecil dari lemariku. Kulap vaginaku, kemudian handuknya
diberikan kepada Seno sambil menyuruhnya melap penisnya yang berlepotan lendir. Aku sendiri
melangkah ke kamar mandi di dalam kamarku. Kusemprot vaginaku dengan air hangat shower.
Kemudian menyabuninya dan membilasnya sampai bersih. Lalu kuambil salah satu handuk yang
terlipat di dinding kamar mandi. Kubelitkan ke badanku dan kembali ke ruang tidur.
Kulihat Seno sudah duduk di karpet sambil menonton televisi yang sejak tadi tidak dimatikan,
hanya suaranya dipelankan sekali. Ada rasa iba, kasihan bercampur sayang menjalar di dalam
batinku. Karena itu aku tidak menegurnya meski kulihat dia sudah memakai sarung lagi.
Tiba-tiba aku ingat bahwa di dalam dvd player yang tersambung ke televisi itu masih ada film
bokep yang belum jadi kutonton. Maka kuambil remote control TV dan DVD player.
Begitu layar LCD televisiku menayangkan isi DVD, Seno menoleh padaku yang menonton
sambil rebahan di tempat tidurku.
“Waduh, filmnya seru Mbak,” katanya ketika melihat layar televisi mulai memperagakan dua
orang cowok sedang berdiri, di tengahnya ada cewek sedang duduk di kursi kecil sambil
memegang penis kedua cowok itu.
Lalu tampak cewek itu mulai disetubuhi sama lelaki yang satu, sementara lelaki yang lainnya
tampak asyik karena penisnya diemut oleh cewek itu.
“Wah, ceweknya pasti keenakan. Kenyang banget tuh, bisa dapet dua cowok sekaligus,” kata
Seno lagi.
“Sini nontonnya No, jangan di bawah gitu duduknya,” kataku sambil menarik tangannya.
Seno patuh saja. Naik lagi ke atas termpat tidurku setelah meletakkan sarungnya di lantai.
Rupanya celana dalam Seno sudah dipakai lagi. Tapi biarlah, nanti gampang lepasinnya.
Mungkin dia memang masih malu-malu, meski sudah menyetubuhiku tadi.
Seno duduk di pinggiran tempat tidur, dengan kaki terjuntai ke lantai seperti duduk di kursi. Aku
pun memeluknya dari belakang, dalam keadaan cuma ditutupi handuk yang dililitkan di tubuhku.
Aku yang belum orgasme merasa belum terpuasi. Maka dengan binal tanganku menyelinap ke
balik celana dalam Seno. Wow, ternyata batang keemaluannya sudah ngaceng lagi!
“Kamu benar-benar kuat lima kali?” tanyaku sambil meremas-remas penis Seno yang sudah
tegang itu.
“Saya kalau lagi kepengen suka dikocok Mbak. Dalam semalam saya bisa ngook sampai tujuh
atau delapan kali.”
“Praktekkan malam ini ya,” kataku sambil menyembulkan penis Seno dari celana dalamnya, “tuh
sudah ngaceng. Ayo main lagi No. Tapi sekarang kamu di bawah, aku di atas. Pengen nyobain
posisi itu.”
Seno tidak membantah sepatah kata pun. Lalu menanggalkan celana dalam dan kaus oblongnya.
Aku melepaskan belitan handukku ketika Seno sudah menelentang dalam keadaan sudah sama-
sama telanjang bulat.
Meski belum pernah melakukan sebelumnya, aku sudah sering nonton film bokep. Tentu tak
sulit bagiku untuk berlutut dengan kedua kaki terletak di kanan kiri pinggul Seno. Lalu kupegang
batang kemaluan Seno dan kutempelkan “topi baja”nya di mulut vaginaku. Kuturunkan pantatku
dengan hati-hati. Dan…blessss….penis pembantuku itu terasa masuk ke dalam liang vaginaku.
Ini pertama kalinya aku merasakan bersetubuh dengan posisi di atas begini. Tapi aku bisa
melakukannya dengan baik. Karena aku sering menonton posisi begini di film-film bokep.
Lagian aku sudah tahu prinsip dalam persetubuhan, yang penting penis bisa menggesek-gesek
liang kenikmatanku. Mudah sekali mempraktekkannya.
Ketika aku menatap wajah Seno yang berada di bawah wajahku, sekali lagi hatiku dijalari
perasaan sayang padanya. Karena meski cuma seorang pembantu, ia bisa menjadi sarana
kepuasanku. Maka seharusnya aku berterimakasih padanya, tanpa harus diucapkan, tapi dengan
tindakan.
Maka tanpa ragu lagi, ketika aku semakin asyik mengayun pantatku berputar dan naik turun,
kulumat bibirnya, yang ternyata disambut dengan lumatan penuh kehangatan juga. Bahkan kedua
tangannya meremas-remas bahuku, buah pinggulku dan terkadang buah dadaku yang
bergelantungan di atas dadanya pun tak luput dari remasan.
Tapi benar kata orang-orang, bahwa kalau cewek main di atas, biasanya lebih cepat mencapai
orgasme.
Belum sampai setengah jam aku mengenjot dari atas, aku tak kuasa lagi menahan puncak
kenikmatanku. Lalu seperti orang kesurupan aku menggelepar-gelepar di atas tubuh Seno. “Aku
mau keluar No…mau keluar…keluar…oooh..oooh….”
Lalu tibalah aku di titik orgasme yang sangat nikmat. Di saat itulah kucium bibir Seno dengan
penuh rasa terimakasih, karena ia telah memberikan kepuasan padaku.
Ternyata Seno itu sesosok cowok yang bisa memuaskan hasratku. Bahkan kalau aku harus bicara
jujur, Seno itu lebih memuaskan daripada Robby.
Di malam yang indah itu Seno membuktikan ucapannya. Bahwa ia sanggup bersenggama lebih
dari 5 kali dalam semalam.
Di kamar mandi, kami mandi bersama. Dengan telaten ia menyabuni sekujur tubuhku. Dan
ketika kutantang untuk bersetubuh lagi, ia mengangguk dengan senyum. Lalu kami bersetubuh
lagi untuk ketiga kalinya, sambil berdiri di bawah semburan shower air hangat.
Setelah kembali ke kamar, aku ingin mencoba posisi dogy seperti di film bokep yang sedang
kuputar. Seno pun langsung setuju saja. Lalu aku menungging, Seno mengenjotku dari belakang.
Ini adalah persetubuhan yang keempat kalinya. Persetubuhan yang kelima, kami lakukan di
ruang keluarga, di atas sofa. Tentu saja setelah pintunya dikunci dulu, takut Bi Iyem masuk,
karena hari sudah hampir subuh.
Kelihatannya Seno masih mampu untuk menyetubuhiku keenam kalinya. Tapi aku menyerah,
letih dan ngantuk.
“Nanti aja kita lanjutin ya. Sekarang kita harus iistirahat dulu,” kataku sambil mengelus rambut
Seno.
“Iya Mbak,” Seno mengangguk patuh.
“Tapi ingat No…semuanya itu harus dirahasiakan ya.”
“Tentu aja Mbak.”
Di pagi yang masih gelap itu aku baru mulai merebahkan diri di atas tempat tidur. Dengan batin
puas. Puas sekali.
Terdengar suara Bi Iyem dan Seno di luar:
“Lho kamu dari mana No? Pagi-pagi gini sudah ngelayap.”
“Nongkrong di tukang bubur kacang ijo, Bi.”
Ooo, kirain ngelayap ke mana….”
Aku tersenyum sendiri di kamarku. Seno jelas berbohong. Dia bukan habis nongkrong di tukang
bubur kacang ijo.Dia habis menggasak “kacang”ku. Hihihihi

Pengalaman SEX PERTAMAKU Dengan Teman sepermainan

Halo" nama ge Lex. Dulu gw tinggal di JKT, tapi sekarang pindah ke Bali. Ini pengalaman petama gw
kenal ama yg namanya ML. Waktu itu gw masi umur 15 - 16an. Gw punya temen yg gw kenal dari kecil,
cewe, namanya Claudya. Umur dia juga sama ama gw. Anaknya tomboy banget. Temennya banyakan
cowo, tp gw bukan temen biasa, gw sahabatnya dari kecil. Dia ama keluarganya deket ama keluarga gw,
soalnnya emang bokap nyokap kita juga uda temenan lama. Kakak " kakak kita juga uda temenan lama.

Keluarga dia ama keluarga gw sering jalan2 bareng ke Puncak. Soalnnya keluarga Claudya punya villa di
Puncak. Waktu itu, gw inget banget, hari minggu, semuanya lagi pergi, tinggal gw ama dia aja maen di
komplek villa ampe sore. Pas uda agak sore, kita sama " sama takut masuk villa, soalnnya lampu villa
belom ada yang dinyalain, sering kedengeran suara tokek. Kita sendiri uda nanya " nanya, kmana bokap
" nyokap kita. Akhirnnya sekitar jam 5 an, dia punya ide gila, katanya: "Mandi bareng yuk!". Kita waktu
itu masi agak polos " polos lugu. Gw kaget: "Hah, gila luh!!! Kita kan beda jenis". "Trus knapa" Bokap
nyokap gw aja kalo mandi barengan." Dia motong omongan gw. Trus gw uda ga bisa ngomong apa " apa
lg, akhirnya yah gw iyahin aja. Trus kita masuk villa en ambil handuk masing " masing di jemuran. Tapi
handuk gw agak basah soalnnya pas siangnya gw pake buat ngeringin badan gw abis berenang. Trus dia
bilang pake anduknya barengan aja.

Terus kita kunci villa, dan masuk ke kamar mandi utama. Di dalem, awalnya kita sama " sama ga mau
buka baju, nyurur masing - masing buka baju duluan, masi malu " malu. Trus gw ngasi ide, "Gini aja deh,
kita sama " sama balik badan, trus buka baju, bajunya dilempar ke luar kamar mandi supaya kita ga ada
yang bo"ong." Eh" ga taunya dia setuju. Kita balik badan dan ngerjain ide gw. Setelah kita sama " sama
telanjang, kita balik badan lagi dan saling nutupin bagian " bagian "sensitif" kita. Trus muka kita sama "
sama agak merah. Baru trus gw buka tangan gw, ngeraih tangan dia di dadanya, gw bilang: "yuk mandi".
Gw sendiri sebenrnya agak kaget ngeliat dada dia uda mulai tumbuh, soalnnya ga pernah nyangka, di
balik tomboynya dia, ternyata badannya cakep juga.

Awalnya kita Cuma sabunan biasa sendiri " sendiri, sampe bagian punggung baru gw minta dia gosokin,
soalnnya kan gw ga sampe. Dia mau, dia gosokin dari baru ampe pinggang gw. Waktu itu gw pikir uda
selesai, makanya gw balik badan. Ternyata tangannya yang masi nempel di badan gw terpeleset megang
kemaluan gw. Gw reflek, badan gw gemeter bentar, trus batang gw agak mengeras. Dia dengan
polosnya bilang: "Sorry, ga sengaja, tapi kenapa ama punya lu" Kok tiba2 gerak?" Rupanya dia ga belom
tau, kalo cowo kena rangsang, batangnya bakal gemeter, trus agak mengeras. Gw bales dengan agak
nakal: "Ga sengaja apa emang mau nyobain megang?" Dia jadi malu trus baik badan sambil nyuruh
gentian gosokin punggungnya.

Libido gw saat itu uda mulai naik, apalagi saat gw ngelus punggungnya dia, mulai bahu, punggung ampe
ke pinggang, gw ngerasain kiuilit dia aluuusss" banget. Waktu itu gw ga sadar, tangan gw uda sampe di
pantatnya dia (tapi bukan di lobangnya). Dan itu ngebangkitin nafsunya dia, walau gw ga sadarin betul.
Tiba " tiba dia balik badan, trus ngedekep di badan gw, ampe gw sendiri ngerasa payudaranya kejepit
antara dada dia ama dada gw" oh" my" Trus dia ngomong pelan" "Tangan kamu juga nakal yah?" Trus
gw yang uda ga tau mau ngapain lagi langsung aja nyium bibir dia. Dia pun ngebales ciuman gw, dan
tangan gw mulai tamasya dari pinggang dia naik ke punggung, ke bawak ketek dia, trus ke dadanya" Dia
pun mulai ngegerayangin badan gw, mulai dari punggung gw trus turun ke pantat gw. Rupanya dia lebih
dulu pernah nonton film BF ketimbang gw. Jadi dia uda lebih ngerti yang namanya nyedot batang,
ngocok batang dsb.

Sedikit demi sedikit gw ngerasa batang gw mulai tegak, sampe akhirnya ga tau mentok sesuatu, tapi ga
keras. Ternyata mentoknya ke bibir Ms V punya dia. Dia langsing geli dikit gitu. Trus tangan kanan gw
buka air pancuran, biar sabun di badan kita turun semua. Tapi batang gw belom pol, jadi masi bisa
manjang lagi. Waktu gw maenin payudaranya, dia ngelepasin mulutnya dari bibir gw dan dia ngerang
dikit, gw awalnya ga tau knapa, tapi gw sadar, tiap gw maenin, gw cubit dikit, ato batang gw ngegesek
Ms V-nya, dia ngerang dikit ato ngerasa geli " geli gimana gitu. Ga lama trus dia nyium gw lagi. Batang
gw makin jadi waktu dia ngeluarin lidahnya di mulut gw, sampe kepala batang gw akhirnya masuk ke Ms
V-nya. Dia ngerang lagi, tapi kali ini aga kerasan, trus dia bilang kalo itu sakit. Waktu itu, kita uda mulai
dingin, soalnnya kita uda basah " basahan sekitar 1 jam, jadi kita udahan trus handukan. Kali ini uda ga
malu " malu lagi, gw ngelap badan dia ampe ke Ms. V-nya. waktu itu, belom banyak bulunya, masih dikit
banget, hampir ga ada. Waktu gw ngelap, gw jongkok, jadi muka gw pas didepan Ms V-nya. dan dia
sengaja, dia tiba " tiba majuin pinggulnya sampe Ms V-nya mendarat di mulut gw, tapi akhirnya dia
sendiri yang kegelian. He"he"he"

Abis mandi kita lari ke kamar gw, soalnnya ga ada yang bawa baju, di kamar kita maen sambil telanjang,
gw disuru duduk diatas pinggang dia. Ternyata dia uda ga sabar pengen dimasukin. Bener aje" dia
nyuruh masukin batang gwke dalemnya, tapi gw ga ngedengerin malah gw maenin dulu, soalnnya gw
belom pernah ngeliat sedeket ini sebelomnya, warnanya masih merah muda. "Dy" kok kamu punya
wangi yah?" aku bilang sambil memperhatikan punya dia. Trus dia bilang rasanya manis, makanya gw
disuru coba jilat. Trus gw coba jilat, dan dia ngerang, seolah keenakan, tapi rasanya asin. Rupanya
cairannya uda keluar dikit. Trus gw maenin pake lidah gw sampe dia ngeremes bantal " bantal di kepala
dia, rupanya uda ga tahan. Sambil ngegereng, dia juga mendesis, persis kaya yang di film BF.

Trus, dia bangun, dia bilang mau gantian. Kali ini gw yang terlentang, dan dia yang masukin batang gw ke
mulutnya. Gw cuma bisa ngomong: anjing gila" oh" sssttt" aaahhh" Clau?" Rupanya suara gw bikin dia
tambah On" dia makin kenceng keluar masukin batang gw ke mulutnya" kali ini gw yang inisiatif megang
kepalanya dia dan gw tahan, sampe batang gw gw rasa mentok di tenggorokan dia.

Setelah sekitar 5 menitan dia maen ama batang gw, dia bilang: "gw ud ga tahan" coba gituan deh yuk?"
Kita berdua tau, masing " masing dari kita belom pernah negelakuin ini sebelonnya. Dia masi perawan,
dan gw masi perjaka tulen.

Gw pegang barang gw yang uda kenceng banget, trus gw duduk bentar di pojok luar tempat tidur buat
ngambil nafas sesaat, tapi dia dari depan langsung duduk di pangkuan gw dengan posisi ngebuka
kakinya dan badannya ngadep ke badan gw. Gw langsung lahap dadanya dia dan dia makin jadi, kepala
gw di bekep di dadanya, ampe gw sendiri ada susa nafas. Gw beruntung, dia itu tipe cewe tomboy tapi
sering disuru minum jamu ama nyokapnnya, soalnnya nyokapnnya itu apoteker, katanya buat ngejaga
kulit. Jadi dadanya itu lembut banget, wangi lagi"

Trus dia mengang batang gw dan diarahin ke lobangnya dia, gw Cuma ngeliatin aja dari atas. Bless"
masuk dikit batang gw ke lobangnya" dan dia langsung nindi badan gw, dia bilang: "aauuh" sakit
ternyata?" mungkin karena ini yang pertama kali. Tapi ngedenger suara dia, gw makin ngegenjot dikit,
gw ngangkat pinggang gw, jadinya batang gw makin masuk, kira " kira masuk setengah. Trus dia makin
merintih, ga tau sakit apa enak. Abis keangkat gw puter badang, jadinnya sekarang dia yang di bawah
dan gw yang diatas. Dengan posisi itu, gw mulai masukin pelan " pelan, dan dia makin merintih: "aahh"
sssttt" Lex" sssttt" uda" oohhh?" Gw takut dia triak, gw bilang bentar lagi" trus gw cium dia supaya dia
diem"

Akhirnya setelah sekitar setengah jam, jw sodok terakhir dan masuk semuanya" dia kali ini ga minta uda,
malah keasikan, sambil mengerang, dia mulai senyum, trus dia lanjutin ngerang lagi" sesekali gw liat
batang gw, kalo " kalo masuknya salah, tapi ternyata bener dan gw liat ada darah di antara batang gw
ama Mr V-nya dia. Dia bilang ga apa, itu darah perawannya" trus gw mulai maen, gw keluar masukin
batang gw, dan dia pun mengerang keenakan sambil sekali " sekali mendesis. Setelah setengah jam-an,
gw ngerasa ujung batang gw berdenyut di dalem lobangnya dia, dan mulut lobangnya dia juga bergetar
dan makin ngejepit batang gw, gw bilang "Klimaks" Dy" Mau kuar?".
Dia bilang lagi: "Cabut Lex", gw juga mau klimaks" tapi karena badan uda aga lemes, akhirnya kita klimas
barengan dan" crot"crot"crot" ternyata muncrat di dalem"

Claudya sempet kaget juga, gw numpahinnya di dalem, apalagi dia nyadar kalo waktu itu dia belom
dapet, soalnnya masih awal bulan, sedangkan dia biasanya dapet katanya di minggu " minggu ke tiga.
Tapi mau gimana lagi" uda ga ketahan. Trus gw ciuman lagi ama dia, dia bilang: "kenapa ga ditarik
keluar" gw belom dapet, tar kalo ampe knapa " knapa gimana?" Gw sendiri ga tau, yah uda kejadian"
trus kita ngelakuin hal gila lagi" dengan batang masih nancep dilobang, kita coba turun pelan " pelan dari
tempat tidur, trus jalan ke kamar mandi, kita berencana mandi lagi soalnnya badan kita uda keringetan.
Trus kita mandi dengan keadaan masi 1 badan. Seru deh" sambil lucu2an.

Abis mandi baru kita ngelepasin masing " masing punya, trus pake baju dan nontot Tv sambil rangkulan.
Ga lama abis itu, bokap " nyokap kita pulang, tapi kita uda ketiduran disofa, untungnya rangkulan kita
uda lepas.

Pulang dari puncak, kita sering banget telpon " telponan, gw maen ke rumah dia, tapi ga pernah sampe
ML lagi, paling cium " ciuman, saling jamah. Soalnnya kita masi nunggu waktu dia mens. Kita berdua ada
sedikit ketakutan kalo dia ampe pregnant. Untungnya pas akhir minggu ke-3, dia dapet. Waktu itu dia
lagi mandi, orang rumahnya ga ada semua, dan gw lagi di rumahnya. Tiba " tiba dia teriak manggil "
manggil gw, dan dia keluar kamar mandi sambil telanjang melok gw. Katanya dia uda dapet. Trus kita
ciuman dan besok " besoknya setelah dia selesai mens-nya kita jadi sering sering gituan. Kalo ga di
rumah dia, di rumah gw ato di tempat rahasia kita. Sekarang sayangnya dia uda pindah ke Amerika.
Terakhir ketemu pas kakanya ada yang merried, dia makin cakep, body-nya makin ajubilai ditutup
dengan gaun. Sebelom dia berangkat balik ke Amerika, kita gituan lagi dan lupa pake kondom lagi. Tapi
diapun bersih kok. Soalnnya biasanya dia pake kondom, buat gw katanya ada pengecualian.

Claudya adalah orang pertama yang ngerasain punya gw dan ngenalin gw ama Sex.
48172

Anda mungkin juga menyukai