Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Membaca Estetis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 1

• Berikut ini dikemukakan resep jitu untuk membaca puisi secara estetis.

(1) Berhasil-tidaknya penampilan baca puisi secara estetis bergantung apakah pembaca puisi
memiliki rasa percaya diri(PD). Percaya diri ini merupakan gejala psikologis yang berkaitan
dengan luas-sempitnya wawasan, pengetahuan, dan pengalaman si pembaca puisi. Semakin luas
wawasan, pengetahuan, dan pengalaman maka semakin besarlah rasa percaya dirinya.

• (2) Untuk membaca puisi secara estetis diperlukan pemahaman terhadap isi puisi yang akan
dibaca. Pembaca puisi yang memiliki pemahaman isi puisi secara tepat dimungkinkan dapat
membaca puisi secara tepat pula. Pemahaman terhadap isi puisi merupakan syarat yang harus
dipenuhi oleh pembaca puisi. Dengan dasar pemahaman itulah si pembaca puisi dapat
menghayati isi puisi.

• (3) Membaca puisi secara estetis menuntut penguasaan penampilan (ekspresi). Suasana sedih,
gembira, murung, atau marah dapat diekspresikan dengan berbagai cara: sorot mata, raut
wajah, dan gerakan tangan dan kaki. Ekspresi yang baik tentulah bertolak dari tema, nada, dan
suasana puisi.

• (4) Penguasaan irama (ritme) pembacaan dengan memperhatikan berbagai variasi pembacaan
dapat menunjang keberhasilan penampilan baca puisi secara estetis. Bedakan pembacaan tanda
baca koma, titik, tanda seru, tanda tanya dalam larik-larik puisi.

• (5) Membaca puisi dengan perasaan atau tidak tentu sangat berbeda. Pemanfaatan emosi
haruslah tepat takarannya. Makin wajar emosi, makin berhasil dalam penampilan.

• (6) Penguasaan panggung dan arena juga perlu disiasati oleh pembaca puisi. Kuasailah arena
dengan berbagai cara, misalnya berjalan ke kanan, ke kiri, atau ke belakang dengan langkah
dinamik dan ritmik.

• (7) Atur nafas baik-baik, jangan sampai terputus atau terbatuk dan dapat merusak suasana dan
keindahan baca puisi. Nafas yang baik digunakan oleh pembaca puisi adalah nafas diafragma,
bukan nafas dada.

• (8) Pusatkan pikiran dan perhatian (konsentrasi) hanya pada pembacaan puisi, jangan
memperhatikan hal-hal lain di luar pembacaan puisi. Jangan terganggu oleh suara orang lain.

• (9) Ketika tampil membaca puisi, usahakan berkas puisi jangan menutupi wajah, sehingga
menghalangi penonton menikmati ekspresi pembaca puisi.

Anda mungkin juga menyukai