Bali Tugas
Bali Tugas
Bali Tugas
com/2017/02/jenis-pakaian-adat-bali-dan-
makna.html diakses pada tanggal 2 oktober 2017
https://nadillaikaputri.wordpress.com/2012/11/19/kebudayaan- bali/
diakses pada tanggal 2 oktober 2017
PROVINSI BALI
1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber
pada ajaran agama Hindu. Masyarakat Bali mengakui adanya perbedaaan ( rwa
bhineda ), yang sering ditentukan oleh faktor ruang ( desa ), waktu ( kala ) dan
kondisi riil di lapangan (patra ). Konsep desa, kala, dan patra menyebabkan
kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan selektif dalam menerima dan mengadopsi
pengaruh kebudayaan luar. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa komunikasi dan
interaksi antara kebudayaan Bali dan budaya luar seperti India (Hindu), Cina, dan
Barat khususnya di bidang kesenian telah menimbulkan kreatifitas baru dalam seni
rupa maupun seni pertunjukkan. Tema-tema dalam seni lukis, seni rupa dan seni
pertunjukkan banyak dipengaruhi oleh budaya India. Demikian pula budaya Cina dan
Barat/Eropa memberi nuansa batu pada produk seni di Bali. Proses akulturasi tersebut
menunjukkan bahwa kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan adaptif khususnya dalam
kesenian sehingga tetap mampu bertahan dan tidak kehilangan jati diri (Mantra 1996).
Kebudayaan Bali sesungguhnya menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan
dan harmonisasi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan ( parhyangan ),
hubungan sesama manusia (pawongan ), dan hubungan manusia dengan lingkungan
( palemahan ), yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab
kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga hubungan yang seimbang dan
harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akan terwujud.
Selain nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi, dalam kebudayaan Bali juga
dikenal adanya konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap waktu. Menurut
orang Bali masa lalu (athita ), masa kini ( anaghata ) dan masa yang akan datang
( warthamana ) merupakan suatu rangkaian waktu yang tidak dapt dipisahkan satu
dengan lainnya. Kehidupan manusia pada saat ini ditentukan oleh hasil perbuatan di
masa lalu, dan perbuatan saat ini juga menentukan kehidupan di masa yang akan
datang. Dalam ajaran hukum karma phaladisebutkan tentang sebab-akibat dari suatu
perbuatan, perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik. Demikian pula
seBaliknya, perbuatan yang buruk hasilnya juga buruk atau tidak baik bagi yang
bersangkutan.
2. Identifikasi Daerah
Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti “Kekuatan”, dan
“Bali” berarti “Pengorbanan” yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita.
Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang
sangat berperan dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I
Gusti Ketut Jelantik.
Provinsi bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia
karena merupakan salah satu aset devisa negara Indonesia yang cukup tinggi di
bidang pariwisatanya. Ibukota Provinsi Bali adalah Denpasar. Provinsi bali sendiri
tidak hanya terdiri dari pulau (dewata) Bali saja, namun juga terdiri dari banyak pulau
yang lain, contohnya pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan lain
– lain. Provinsi Bali secara astronomis terletak di 8° LS dan 115° BT. Daerah ini
masih memiliki iklim tropis seperti Provinsi lainnya di Indonesia.
Secara geografis provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur, dan
Selat Bali di sebelah barat, Laut Bali di sebelah utara, samudera hindia di sebelah
selatan, dan Selat Lombok di sebelah timur. Penduduk Bali terdiri dari dua, yaitu
penduduk asli Bali atau disebut juga Bali Aga (baca :bali age) dan penduduk bali
keturunan Majapahit. Sedangkan kebudayaan Bali memiliki kebudayaan yang khas
karena secara belum terpengaruhi oleh budaya lain.
Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali
terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya,
khususnya bagi para wisatawan Jepangdan Australia. Bali juga dikenal dengan
sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.
3. Keragaman Suku, Bahasa,Agama, Sistem Kasta dan Kekerabatan
3.1 Keragaman suku
Suku yang mendiami Provinsi Bali yaitu Suku Bali, Suku Jawa, Suku Madura,
suku Tengger, suku Osing dan suku Sasak. Suku Bali adalah suku bangsa yang
mendiami pulau Bali, menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali.
Sebagian besar suku Bali beragama Hindu, kurang lebih 90%. Sedangkan sisanya
beragama Buddha, Islam dan Kristen. Ada kurang lebih 5 juta orang Bali.
Sebagian besar mereka tinggal di pulau Bali, namun mereka juga tersebar di
seluruh Indonesia dan sedikit orang ada di Malaysia.Ada dua kelompok suku Bali.
Yang pertama adalah Bali Aga, mereka adalah penduduk asli yang mendiami
daerah pegunungan. Kelompok kedua adalah Bali majapahit, yaitu pendatang dari
jawa (kerajaan majapahit yang beragama Hindu) yang tinggal di sebagian besar di
pulau Bali khususnya di dataran rendah.
3.2 Bahasa
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Bali dan bahasa Indonesia, sebagian
besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Bahasa Inggris
adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali yang
dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Bahasa Bali asli di bagi menjadi 2
yaitu:
1. Bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar
2. Bahasa Bali Mojopahit yaitu bahasa yang pengucapannya lebih halus.
3.3 Agama
Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama Hindu sekitar
95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut agama
Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu
adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir
dan batin.orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti,
yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan
pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut
pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu
adalah weda yang berasal dari India.
3.4 Sistem Kasta
Pada zaman dahulu, kasta itu dibuat berdasarkan profesi masyarakat. Sampai
saat ini diBali ada 4 kasta yaitu :
Kasta Brahmana
Kasta Ksatriya
Kasta ini merupakan kasta yang memiliki posisi yang sangat penting
dalam pemerintahan dan politik tradisional di Bali, karena orang-orang yang
berasal dari kasta ini merupakan keturuna dari Raja-raja di Bali pada zaman
kerajaan. Namun sampai saat ini kekuatan hegemoninya masih cukup kuat,
sehingga terkadang beberapa desa masih merasa abdi dari keturunan Raja
tersebut. Dari segi nama yang berasal dari keturunan kasta ksatriya ini akan
menggunakan nama “AnakAgung, DewaAgung, Tjokorda, dan ada juga yang
menggunakan nama Dewa”. Dan untuk nama tempat tinggalnya disebut
dengan Puri.
Kasta Wesya
Kasta Sudra
Dari segi nama warga masyarakat dari kasta Sudra akan menggunakan
nama seperti berikut :
3.5 Kekerabatan
Perkawinan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia,
demikian juga dengan masyarakat bali yang memperoleh hak-hak dan kewajiban-
kewajibannya sebagai warga masyarakat, untuk melakukan perkawinan.
Menurut ajaran adat lama yang banyak dipemgaruhi oleh sistem klan-klan
(dadra) dan sistem kasta (wangsa), perkawinan dilakukan antara warga se-klan
atau antara warga yang sianggap sederajat dalam kasta. Sementara perkawinan
yang dianggap pantangan adalah perkawinan Bentukar (makadengan ngad) yaitu
perkawinan antara perempuan suami dengan saudara laki-laki istri, perkawinan ini
dianggap pantangan karena menurut kepercayaan dapat mendatangkan bencana.
Selain itu, perkawinan pantangan lain yang merupakan dosa besar adalah
perkawinan antara seseorang dengan anaknya, seseorang dengan saudara
kandungnya atau saudara tirinya dan antara seseorang dengan anak dari saudara
perempuan maupun laki-lakinya.
Pada umumnya pemuda di bali dapat memperoleh seorang istri dengan dua
cara yaitu cara memina kepada keluarga si gadis atau dengan melarikan si
gadis.kedua cara tersebut merupakan adat-adat perkawinan di bali. Kedua cara
tersebut dilakukan dengan melakukan kunjungan resmi dari keluarga si pemuda
kepada si gadis, guna meminang si gadis atau dengan memberitahukan kepada
keluarga si gadis bahwa si gadis telah di bawa lari untuk di kawinkan. Kemudian
diadakan upacara perkawinan dan kunjunga resmi dari keluarga si pemuda
kerumah orang tua si gadis untuk meminta diri kepada roh nenek moyang si
gadis.
Tarian tradisional bali ini memiliki khas yang berbeda dengan tari tradisional
wilayah lainnya di Indonesia. Berikut tari tradisional Bali yang populer :
Tari Barong
Tari Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah
kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara
kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan
oleh Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat,
sementara wujud kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang
menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya. Ada beberapa jenis
Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong Ket,
Barong Bangkal (babi), Barong Gajah, Barong Asu (anjing), Barong
Brutuk, serta Barong-barongan. Namun, di antara jenis-jenis Barong
tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket,
atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap.
Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa,
harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit,
potongan-potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat
daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru
bapang): satu penari mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala
dan kaki depan Barong, sementara penari kedua berada di belakang
memainkan kaki belakang dan ekor Barong. Secara sekilas, Barong Ket
tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukkan oleh
masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini
berbeda, yaitu cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang
dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera (sahabat Barong),
Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.
Tari Barong memiliki keistimewaan yang terletak pada unsur-unsur
komedi dan unsur-unsur mitologis yang membentuk seni pertunjukan.
Unsur-unsur komedi biasanya diselipkan di tengah-tengah pertunjukan
untuk memancing tawa penonton. Pada babak pembukaan, misalnya, tokoh
kera yang mendampingi Barong membuat gerakan-gerakan lucu atau
menggigit telinga lawan mainnya untuk mengundang tawa penonton.
Sementara itu, unsur mitologis terletak pada sumber cerita yang berasal dari
tradisi pra-Hindu yang meyakini Barong sebagai hewan mitologis yang
menjadi pelindung kebaikan. Unsur mitologis juga nampak dalam
pembuatan kostum Barong yang bahan dasarnya diperoleh dari kayu di
tempat-tempat yang dianggap angker, misalnya kuburan. Unsur mitologis
inilah yang membuat Barong disakralkan oleh masyarakat Bali. Selain itu,
Tari Barong juga seringkali diselingi dengan Tari Keris (Keris Dance), di
mana para penarinya menusukkan keris ke tubuh masing-masing layaknya
pertunjukan debus.
Tari Condong
Tarian ini bisa dibilang tarian yang cukup sulit dan durasinya juga
cukup lama. Sekitar 11 menit, atau lebih ya.. saya agak lupa persisnya. Tarian
ini adalah tarian klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang sangat
kompleks yang menggambarkan seorang abdi Raja. Tari Condong adalah
sebagai pelestarian budaya Bali dalam upaya mengajegkan Bali. Awalnya
tarian ini menampilkan dua penari yang menyimbolkan dua bidadari dari sorga
yaitu bidadari Supraba dan Wilotama. Namun, dalam perkembangannya
sekitar tahun 1930-an, muncul ide seniman untuk melengkapinya tarian ini.
Tarian ini menjadi lebih hidup dengan mengisahkan suasana kerajaan yakni
menampilkan tingkah polah sang raja dan sang abdi. Walaupun tarian ini
merupakan tarian dasar yang harus dikuasai oleh penari, hingga saat ini tak
ada yang tahu siapa pencipta tarian klasik ini.
Tari Jauk
Tari Jauk apabila ditinjau dari segi teknik gerak tarinya mirip sekali
dengan tari Baris. Tetapi dalam tari Jauk ini penarinya menggunakan
topeng Jauk dan gerakan tarinya bersifat improvisasi. Topeng Jauk selalu
berwarna menyala atau putih serta dengan mata melotot yang penuh
pandangan yang tajam sekali. Selain itu penari Jauk mengenakan sarung
tangan yang berkuku panjang. Apabila tari Jauk dipertunjukkan dalam
bentuk drama tari, yang cocok sekali ditarikan dengan tari Jauk ialah
peranan Rahwana dan Bima. Usia tari Jauk kemungkinan besar sama
dengan drama tari topeng yang lahir pada abad ke-XVII.
Tari Kecak
Tarian ini sudah pasti tidak asing lagi ya di telinga Tari ini biasanya
(dan memang selalu) diajarkan paling pertama kali jika kita ingin belajar
tari Bali, karena tari Pendet ini semacam basic untuk bisa menari tarian
yang lainnya. dalam tarian ini, kalian akan mempelajari gerakan-gerakan
dasar tari Bali. Tari Pendet ini ditarikan sebagai tari selamat datang untuk
menyambut kedatangan para tamu dan undangan dengan menaburkan
bunga, dan ekspresi penarinya penuh dengan senyuman manis. Namanya
juga menyambut.
Permainan tradisional Bali yang satu ini dimainkan oleh lima orang
anak atau disesuaikan dengan jumlah pemain yang ada, jika pemain semakin
banyak permainan akan semakin menarik dan menyenangkan. Di dalam
permainan ini ada satu orang yang memiliki tugas mencari dan menjaga
tembok, pohon, atau apapun itu untuk dijadikan tempat untuk berhitung.
4.3 Pertunjukan
Alat Musik Tradisional Provinsi Bali yang umum digunakan adalah Ceng-
Ceng, Genggong, Pereret, Rindik, Gamelan Bali. Berikut ini Alat Musik
Tradisional Bali beserta Gambarnya:
Ceng-Ceng
Ceng ceng adalah musik yang terdiri dari 2 buah keping simbal yang
terbuat dari logam, dimainkan dengan cara dibenturkan satu sama lain, seperti
tangan yang bertepuk tangan. Keping simbal tersebut diletakkan di kedua
belah telapak tangan kanan dan kiri. Fungsi dari alat musik ceng-ceng ini
adalah sebagai pengiring sebuah Upacara yang cukup besar yang disebut
dengan Upacara Gerebek Aksara.
Rindik
Pereret
Gamelan Bali adalah salah satu jenis Gamelan yang ada di Indonésia.
Gamelan ini memiliki perbedaan dengan gamelan jawa yaitu bentuk wilah
(bilah pada saron) lebih tebal, bentuk pencon (bentuk gamelan seperti bonang)
lebih banyak daripada wilah, ritme lebih cepat. Gamelan bali disebut dengan
rincikan dan berikut adalah nama-nama gamelan Bali: Jiyèng, Gangsé, Jigog,
Jublak, Gong, Kenong, Kethuk, Cèng-cèng(Kecrak), Kendhang, Gendèr,
Suling.
Berikut ini akan saya paparkan daftar lagu atau kumpulan lagu-lagu
yang berasal dari daerah Bali.
Dewa Ayu
Jangi Janger
Jangi Janger, sengsenge sengseng janger,
Macepet Cepetan
Jani m'lati macepet-cepetan
Nanging limane tusing dadi matiang
Sejaba ento mekajang dadi
Nyenje kalah lakar gedhin
Meong-Meong
Meong-meong
Alih je bikule
Bikul gede gede
Buin mokoh-mokoh
Kereng pesan ngerusuhin
Nenek moyang Bali merancang pakaian adatnya tidak hanya peduli dengan
keindahan dan seni semata, tetapi juga memiliki filosofis makna yang terkandung
di dalamnya. Secara umum, pakaian tradisional Bali terdiri dari dua jenis, yaitu
pakaian adat utama dan pakaian adat madya (biasa). Kostum pakaian utama yang
dsebut Payas Agung adalah pakaian mewah yang merupakan pakaian kebesaran
para bangsawan dan keluarga kerajaan.
Bahan yang digunakan adalah kualitas utama. Sekarang, pakaian Payas Agung
dapat digunakan oleh siapa saja, ketika mereka mengadakan upacara keagamaan
di rumah, seperti pernikahan dan "Metatah" (upacara potong gigi). Para penari
juga biasanya menggunakan pakaian adat utama tersebut. Setiap kabupaten di Bali
memiliki pakaian adat utama yang berbeda. Hal ini sesuai dengan desain (style)
warisan masing-masing kerajaan di Bali.
Tipe kedua adalah pakaian adat biasa (disebut Payas Madya). Pakaian adat ini
sering dipakai oleh masyarakat Bali ketika mereka pergi ke kuil untuk berdoa,
menghadiri kegiatan adat, atau datang ke acara adat tetangga. Jenis warna pakaian
yang dipakai menentukan jenis acara adat yang mereka hadiri. Jika mereka
menghadiri upacara kremasi (ngaben) mereka menggunakan pakaian tradisional
berwarna hitam. Jika mereka ingin berdoa ke pura mengenakan warna putih, dan
jika menghadiri upacara yang lain, mereka menggunakan pakaian adat dengan
warna sesuai selera.
Sederhananya, pakaian adat untuk pria terdiri dari: Udeng (ikat kepala), yang
berarti kita harus mampu mengikat pikiran kita yang liar, baju (safari), Kemben,
dan senteng / kencrik (ikat pinggang kain) yang bermakna kita harus bisa
mengikat hawa nafsu kita.Busana untuk wanita terdiri dari sanggul (pengikat
rambut), baju(kebaya), kemben, dan senteng / kencrik. Demikianlah sedikit
penjelasan tentang pakaian tradisional Bali.
Pada dasarnya, filosofi dan nilai yang terkandung dalam pakaian adat
tradisional Bali diilhami oleh ajaran para dewa dan dewi, yang memberikan
keteduhan, kedamaian, dan sukacita. Konsep dasar dari pakaian tradisional Bali
adalah Tapak Dara atau disebut juga Swastika. Terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Dewa Angga: dari leher ke kepala
2. Manusa Angga: dari pusar ke leher
3. Butha Angga: dari bawah pusar sampai kaki
Berdasarkan komposisi pakaian yang dikenakan, ada tiga jenis pakaian
tradisional Bali, yakni: Payas Agung (mewah); Payas jangkep / Madya (lengkap);
dan Payas Alit (sederhana). Setiap item dalam busana adat yang dikenakan oleh
laki-laki atau perempuan memiliki makna filosofis tersendiri. Apa sajakah pakaian
tradisional masyarakat di pulau Bali?
Pakaian untuk Pria:
Item pertama yang harus dipakai adalah kemben. Kemben adalah kain panjang
yang menutupi pinggang sampai kaki. Dipakai dengan cara melingkarkannya dari
kiri ke kanan sebagai simbol Dharma (ajaran kebenaran). Ujung bawah batas
kemben berada di atas pergelangan kaki. Hal ini dimaksudkan bahwa laki-laki
harus dapat bisa melangkah dengan langkah panjang, karena mereka memiliki
tanggung jawab yang lebih besar daripada wanita.
Lilitan kemben pada bagian depan dibuat runcing pada ujungnya dengan
menghadap ke bawah, sebagai simbol maskulinitas dan menghormati ibu pertiwi.
Setelah memakai kemben, kemudian memakai saputan (selendang). Saputan
dipakai untuk menutupi 3/4 dari kemben tersebut. Kain saputan dimaksudkan
sebagai penutup aura maskulinitas. Agar ikatan kemben dan saputan menjadi lebih
kuat, maka harus dibantu dengan selendang kecil, yang disebut Umpal. Simpul
Umpal harus berada di pinggang sebelah kanan, sebagai simbol memegang
kebenaran. Setelah itu, menggunakan kemeja.
Kemeja putih yang dikenakan saat pergi ke kuil merupakan simbol kemurnian,
sedangkan kemeja hitam dipakai untuk menghadiri upacara Ngaben (upacara
kematian) sebagai simbol berkabung. Item pakaian terakhir yang dipakai adalah
Udeng (ikatan di kepala). Ada tiga jenis udeng: Udeng Jejateran (dipakai ke kuil
dan kegiatan sosial), Udeng Kepak Dara (dikenakan oleh raja), dan Udeng
Beblatukan (dipakai oleh para pemimpin agama). Udeng merupakan simbol
pengendalian pikiran.
Pakaian untuk Wanita:
Item pertama yang dikenakan oleh wanita adalah Kamben dengan lipatan dari
kanan ke kiri (berlawanan arah dengan laki-laki) sebagai simbol Sakti (kekuatan
penyeimbang laki-laki). Konsep kekuatan Sakti berarti bahwa perempuan
memiliki tugas untuk menjaga orang-orang agar tidak menyimpang dari
kebenaran. Setelah memakai Kamben, kemudian memakai Bulang / Stagen
sebagai simbol rahim dan mempertahankan kontrol emosional. Kemudian
memakai baju, yang dikenal sebagai Kebaya. Setelah itu, mereka memakai
selendang. Wanita tidak memakai Udeng. Mereka harus menunjukkan keindahan
rambut mereka.
Ada tiga jenis gaya rambut yang dikenal oleh perempuan Bali. Pusung Gonjer
adalah gaya rambut bagi perempuan yang belum menikah. Rambut sebagian
dilipat, dan sebagiannya dibiarkan tergerai. Pusung Tegel adalah gaya rambut bagi
wanita yang telah menikah. Rambut harus digulung seutuhnya. Style ketiga adalah
gaya rambut Pusung Podgala. Gaya rambut ini berbentuk seperti kupu-kupu
dengan hiasan bunga, antara lain cempaka putih, cempaka kuning, dan bunga
sandat sebagai simbol Tri Murti (Brahma, Wisnu, dan Siwa). Gaya rambut ini
dikenakan pada acara seremonial tertentu.
Menurut kisah cerita, keris bali ini merupakan salah satu peninggalan
dai kekuasan Kerajaan Majapahit. Konon katanya, keris ini kebudayaan
Majapahit yang sangat kuat, sehingga alat pertempuran seperti keris ini
diangkat oleh kerajaan-kerajaan di Pulau Bali atau bisa disebut dengan Pulau
Dewata.
Menurut filosofi, keris bali ini dilihat sebagai simbol dari nilai ajaran-
ajaran tentang kehidupan agama Hindu. Bahkan, mereka mempunyai hari-hari
tertentu untuk beribadah ketika akan merawat kesucian keris pusaka yang
dimiliki olehnya.
Konon, bebek betutu yang berasal dari Kuta, Bali ini adalah makanan
kesukaan para raja di Bali. Cara memasaknya cukup unik, yaitu daging bebek yang
telah dibumbui harus dipijat-pijat terlebih dahulu. Katanya, dengan dipijat-pijat
maka daging bebek akan menjadi empuk dan bumbunya meresap hingga ke
tulang. Bebek yang telah dipijat lalu dibungkus dengan menggunakan daun pisang
atau daun pinang lalu dipanggang dalam api sekam. Proses memasak bebek
betutu membutuhkan waktu berjam-jam sehingga bebek betutu hanya dimasak
ketika ada acara adat atau upacara keagamaan. Selain bebek betutu, ada juga
ayam betutu. Perbedaan keduanya hanya dari dagingnya saja. Salah satu
produsen betutu adalah Desa Melinggih, Kecamatan Payangan, Kabupaten
Gianyar.
2. Babi Guling
Semua pasti sudah pernah mendengar makanan tradisional khas Bali
yang ini. Babi guling (be guling) terbuat dari anak babi yang perutnya diisi
dengan bumbu dan sayuran, misalnya daun ketela pohon, lalu dipanggang
sambil diputar-putar (diguling-gulingkan) sampai matang. Awalnya babi
guling digunakan untuk sajian upacara adat atau keagamaan. Namun kini babi
guling dapat ditemukan dengan mudah di berbagai rumah makan, warung, dan
hotel-hotel di Bali. Babi guling yang paling terkenal berasal dari
KabupatenGianyar.
3. Bubur Mengguh
Bubur mengguh merupakan bubur khas dari daerah Bali utara
(Buleleng) yang sering disajikan saat upacara adat. Bubur mengguh terbuat
dari beras dan santan yang disajikan dengan ayam suwir yang dibumbui lalu
disiram kuah ayam kental dan urap sayur yang disajikan terpisah. Citarasanya
sangat komplit, perpaduan gurih dan agak pedas dengan renyahnya sayur urap.
4. Srombotan
5. Nasi Jinggo
Nasi jinggo (atau nasi jenggo) merupakan makanan khas Bali berupa
nasi putih yang disajikan dalam bungkus daun pisang dengan lauk pauk dan
sambal. Nasinya disajikan seukuran kepalan tangan saja dan lauk pauknya
biasanya adalah sambal goreng tempe, serundeng dan ayam suwir. Konon kata
jinggo (jenggo) berasal dari bahasa Hokkien jeng go yang berarti seribu lima
ratus. Sebelum krisis moneter tahun 1997, nasi jinggo ini memang dijual Rp
1.500,00 per porsi. Porsinya yang kecil mengingatkan pada nasi kucing khas
angkringan Jawa Tengah.
6. Lawar
7. Sate Lilit
Sate lilit terbuat dari ikan yang dihaluskan lalu diberi tepung serta
bumbu-bumbu khas Bali. Sate lilit dibuat dengan cara melilitkan daging ikan
pada batang serai. Rasanya sangat khas, berpadu antara pedas, wangi, manis
dan gurih dengan aroma dari batang serai. Bukan hanya sekedar nikmat, sate
lilit pun sehat karena rendah lemak.