Bab 1-5 Ta Bella Tri A
Bab 1-5 Ta Bella Tri A
Bab 1-5 Ta Bella Tri A
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecenderungan riset produk olahan pangan (makanan dan minuman) saat ini
sangat dipengaruhi oleh semakin meningkatnya pemahaman dan keadaan
masyarakat tentang pentingnya hubungan kesehatan dan kebugaran.Sebagai
salah satu komoditas perkebunan unggulan Indonesia, minyak inti sawit dari
tanaman kelapa sawit sangat potensil untuk dikembangkan menjadi produk-
produk olahan pangan yang mampu memenuhi tuntutan konsumen yang
tidak sekedar menuntut nutrisi dan kelezatan tetapi juga adanya manfaat-
manfaat lain yang dapat diperoleh dari minyak inti sawit (Hariadi, 2013).
Palm Kernel Oil (PKO) atau minyak inti kelapa sawit merupakan minyak
nabati yang dapat dikonsumsi. Komposisi asam lemak minyak inti kelapa
sawit mirip dengan minyak kelapa, keduanya dikenal sebagai minyak
laurat.Berbeda dengan minyak sawit yang berwarna merah jingga, minyak
inti kelapa sawit berwarna kuning yang berasal dari olahan lanjut kernel atau
inti kelapa sawit.Minyak inti kelapa sawit lebih jenuh dibanding minyak sawit
1
dan titik leburnya lebih rendah, dengan komposisi yang mirip dengan minyak
kelapa.
Bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil atau PKO)
sekitar 3-4 % (Sunarko, 2006). Menurut Bernardini (1983) minyak sawit
lebih dominan mengandung asam laurat (44-52%) dan asam miristat (12-
17%), sedangkan kandungan asam palmitat dan asam stearat masing-masing
hanya sekitar 6,5-9 % dan 1-2,5 %. Minyak sawit dan minyak inti sawit
adalah ester asam lemak dan gliserol yang disebut dengan trigliserida yang
kaya akan asam palmitat, oleat, linoleat, strearat dan gliserol.
Palm Kernel Oil terdiri dari asam lemak yang teresterifikasi dengan gliserol
sama dengan minyak biasa. Palm Kernel Oil bersifat semi padat pada suhu
ruang, namun lebih jenuh daripada minyak kelapa sawit dan minyak kelapa.
Kandungan asam lemak minyak inti sawit dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1.1 Kandungan Asam Lemak dalam PKO
Namun, sekarang daya guna minyak inti kelapa sawit yang berasal dari
tanaman kelapa sawit tidak hanya diproduksi untuk hal-hal yang biasa, tetapi
juga dimodifikasi dengan sentuhan teknologi tinggi untuk meningkatkan
umur simpan dan daya tarik konsumen.Oleh karena itu, sekarang muncul
berbagai jenis olahan pangan instan yang berasal dari minyak inti sawit, misal
minuman penyegar instan dan juga krimer nabati yang saat ini mulai banyak
berkembang.
Salah satu kegunaan minyak inti sawit yaitu dapat digunakan sebagai bahan
tambahan pembuatan krimer pada minuman instan dan juga bahan tambahan
3
pada kue.Produk pangan instan didefinisikan sebagai produk dalam bentuk
konsentrat atau terpekatkan dengan penghilangan air sehingga mudah
ditambah air (dingin/panas) dan mudah larut (Hartono dan Widiatmoko,
1992). Produk instan paling disukai masyarakat karena kepraktisannya yang
bisa dikonsumsi (siap saji) dengan adanya penambahan air hangat ataupun air
dingin. Menurut Verral (1984), minuman serbuk (pangan instan) dapat
diproduksi dengan biaya lebih rendah daripada minuman cair, minuman
instan juga didefinisikan sebagai produk yang tidak atau sedikit sekali
mengandung air dengan berat atau volume yang rendah. Serbuk instan yang
diperoleh harus memenuhi syarat, yaitu mudah untuk dituang tanpa
tersumbat, tidak higroskopis, tidak menggumpal, mudah dibasahi dan cepat
larut.
4
1.3 Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemanfaatan minyak inti
kelapa sawit sebagai produk olahan pangan minuman dan makanan kesehatan
dengan tambahan gizi dari minyak inti sawit yang kaya akan vitamin yang
dapat melindungi tubuh melawan berbagai penyakit seperti jantung dan
kanker serta tidak mengandung kolestrol sehingga sinergitasnya dengan
bahan lain untuk menghasilkan produk-produk pangan akan meningkatkan
fungsi-fungsi kesehatan dan diproduksi dalam bentuk serbuk.
1.5 Kontribusi
Kontribusi penelitian ini adalah :
1) Sebagai informasi yang bermanfaat bagi pelaku industri hilir kelapa sawit
mengenai produksi minuman penyegar instan berbahan baku kelapa sawit.
2) Dapat menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mendapat
gelar sarjana sains terapan.
3) Sebagai bahan pertimbangan untuk penulisan selanjutnya dalam
menganalisa produksi minuman penyegar instan berbahan baku kelapa
sawit.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
dari krimer non-susu (non dairy creamer) adalah umur produk yang lebih
panjang serta memiliki kemudahan untuk penanganan dan penyimpanannya.
Krimer non-susu (non dairy creamer) dipertimbangkan sebagai pengganti
krimer berbahan baku susu, susu evaporasi ataupun susu segar. Produk ini
sudah biasa untuk menggantikan produk krimer susu yang terdapat dalam
minuman kopi, teh dan berbagai minuman penyegar lainnya. Sebagai salah
satu bagian pengganti susu, dengan berbagai modifikasi, krimer ini juga dapat
digunakan sebagai krim dalam penyajian hidangan pencuci mulut (dessert).
Krimer non susu (non dairy creamer) disebut sebagai krimer tiruan yang
dibuat berdasarkan bahan penyusun berupa minyak nabati, protein, penstabil,
emulsifier yang digabungkan menjadi suatu larutan dan kemudian
dikeringkan dengan pengeringan semprot ataupun oven. Industri makanan,
dibutuhkan suatu standar parameter kualitas produk untuk mengatur dan
menjamin hasil yang produk atau jasa yang dihasilkan. Parameter kualitas
yang dimiliki oleh produk non dairy creamer , antara lain bulk dnsity dan
white spot. Bulk density meruapakan sifat fisik bahan pangan khusus biji-
bijian, tepung-tepungan dan serbuk.Bulk density adalah perbandingan antara
berat unit per volume dari sebuah powder dan biasanya dinyatakan dalam
bentuk g/100 ml. White spot merupakan parameter kualitas non dairy
creamer yang berbentuk bintik putih dan muncul di permukaan pada saat
dairy noncreamer dicampur dengan kopi atau minuman lain.
7
Bulk density adalah parameter kualitas fisik yang dimilki oleh produk biji-
bijian, tepung-tepungan dan serbuk.Bulk density adalah perbandingan antara
berat unit per volume dari sebuah powder dan biasanya dinyatakan dalam
bentuk g/100 ml. Industri makanan menginginkan bulk density yang tinggi
agar mengurangi volume kemasan dan mengurangi biaya
pengiriman.Semakin tinggi bulk density powder semakin kecil volume
kemasan atau tempat penyimpanan yang dibutuhkan.Bulk density suatu
produk dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kepadatan densitas,
jumlah udara yang terperangkap didalam partikel (occluded air) dan jumlah
udara yang ada di partikel (interstitial air), selain factor tersebut kondsisi
proses pengeringan juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
tinggi rendahnya bulk density suatu produk, asntara lain suhu pada saat
pengeringan.
8
bahan pangan yang sudah diizinkan, berbentuk bubuk dan dipergunakan
sebagai padanan rasa untuk makanan dan minuman. Persyaratn mutu produk
krimer nabati bubuk menurut SNI 01-4444-1998 tentang Krimer Nabati
Bubuk terdapat dalam Tabel 2.
9
Badan Standarisasi Nasional 1998
Beberapa jenis krimer tidak mengandung komponen protein (milk component
casein), tetapi ada juga beberapa jenis yang menggunakan casein dalam
bentuk sodium caseinate.Krimer non-susu (non dairy creamer) ini juga
mengandung sirup glukosa dan emulsifier untuk memastikan penampilan
produk yang stabil / homogen.
Terdapat beberapa macam bentuk krimer non-susu (non dairy creamer) yang
terdapat di pasaran saat ini yaitu serbuk, cair dan beku.Diantara ketiga bentuk
tersebut, bentuk serbuk lebih banyak diminati oleh masyarakat karena
kemudahan dalam penanganan dan penyimpanannya.Krimer berfungsi untuk
mengembangkan perubahan warna yang dikehendaki dan untuk memberikan
tekstur pada makanan atau minuman yang ditambahkan krimer kedalamnya.
Penting untuk diketahui bahwa krimer non-susu (non dairy creamer)
menggunakan asam lemak jenuh yang tinggi dengan kandungan asam lemak
trans. Krimer non-susu (non dairy creamer) dengan asam lemak jenuh yang
lebih tinggi diketahui mempunyai ketahanan dan stabil terhadap oksidasi dan
ketengikan untuk jangka waktu yang lebih lama (Affandi et.,al 2003).
10
2.5 Klasifikasi Bahan Krimer Non-Susu (Non-Dairy Creamer)
Bahan utama non dairy creamer adalah minyak nabati, yang biasa digunakan
antara lain minyak sawit dan kelapa, disamping minyak kedelai dan jagung.
Jenis minyak yang akan digunakan disesuaikan dengan karakter krimer yang
ingin diperoleh, terutama dari segi rasa (flavor). Jenis minyak nabati juga
akan menentukan umur simpan. Krimer dengan bahan baku minyak berlemak
jenuh lebih tinggi akan lebih tahan dan stabil terhadap oksidasi penyebab
ketengikan serta penurunan mutu lainnya.
Adanya inovasi krimer nabati ini tentu memberikan peluang tersendiri bagi
industri jasa boga, terutama yang menyediakan produk khusus untuk
penderita lactose intolerance (tidak bisa mengkonsumsi laktosa nabati). Di
sisi lain, harga bahan baku minyak nabati juga relatif lebih murah
dibandingkan susu, jadi penggunaan krimer nabati dapat menghemat biaya
produksi.
11
2.6 Bahan Penyusun Krimer Non-Susu
Bahan penyusun krimer non-susu (non dairy creamer) antara lain adalah
emulsifier, sirup glukosa, sodium caseinate, susu bubuk dan air. Ada berbagai
emulsifier yang digunakan yaitu sari pati kedelai, tepung kanji dan juga
sodium caseinate yang masing-masing berfungsi untuk membentuk emulsi
antara fase air dan fase minyak. Sirup glukosa berfungsi untuk memberikan
rasa agar krimer yang dihasilkan tidak teralu terasa tengik, susu bubuk
berfungsi untuk memutihkan serta berperan dalam memberikan rasa kaya
susu (milk-like taste) dan aroma kaya krim (cream-like flavor).
2.6.1Emulsifier
Emulsifier adalah komponen yang dapat memungkinkan pembentukan emulsi
dikarenakan oleh kemampuannya untuk mengurangi tegangan permukaan
atau surfaktan (Surface Active Agent) (Early, 1998).Emulsi merupakan sistem
dispersi dua jenis cairan yang tidak dapat bercampur, sebagai contoh minyak
dan air.Sebuah emulsi terbagi menjadi fase luar dan fase dalam.Fase luar atau
pendispersi adalah fase kontinyu, sedangkan fase dalam atau terdispersi
adalah fase non kontinyu dan membentuk globular-globulardengan ukuran
bermacam-macam yang menentukan penampakan sebuha emulsi (Belitz dan
Grosch, 1999).
12
1999).Penggunaan emulsifier dalam bidang pangan sangat luas tetapi khusus
pada kebutuhan stabilisasi sistem dispersi.Beberapa contoh penggunaan
emulsifier dapat dilihat pada Tabel 3.
13
sebagai pemanis bersama-sama dengan sukrosa.Sirup glukosa dibuat dari
hidrolisis asam atau enzimatik pati (Jakcson, 1995).
Fruktosa 173
Gula Invert 130
Sukrosa 100
Glukosa 74
Galaktosa 32
Maltosa 32
Laktosa 16
14
1. Keadaan
1.1 Bau Tidak berbau
1.2 Rasa Manis
1.3 Warna Tidak berwarna
2. Air % (b/b) Maks. 20
3. Debu % (b/b) Maks. 1
4. Gula peredeksi % (b/b) Min. 30
(dihitung sebagai
D-Glukosa) Tidak ternyata
5. Pati
6. Cemaran Logam Mg/kg Maks. 1.0
6.1 Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 10.0
6.2 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks. 25.0
6.3 Seng (Zn) Mg/kg Maks. 0.5
7. Arsen (As)
8. Cemaran Mikroba Koloni/g Maks. 5 x 10
8.1 Angka Lempeng APM/g Maks. 20
Total APM/g <3
8.2 Bakteri Koloni/g Maks. 50
Coliform Koloni/g Maks. 50
8.3 E. coli
8.4 Kapang
8.5 Kamir
15
2.6.3 Sodium Caseinate
Sodium caseinate merupakan salah satu produk turunan dari kasein yang
diperoleh dengan melarutkan kasein dalam sodium hidroksida yang diikuti
dengan proses spray drying. Sodium caseinate dalam proses pembuatan
krimer non-susu ini berperan dalam memberikan rasa susu (milk-like taste),
disamping berfungsi juga untuk memekatkan, memutihkan dan aroma kaya
krim (cream-like falvor).
16
Susu bubu skim adalah susu tanpa lemak yang bubu susunya dibuat dengan
menghilangkan sebagian besar air dan lemak yang terdapat dalam susu. Susu
skim merupakan bagian dari susu yang krimnya diambil sebagian atau
seluruhnya. Kandungan lemak oada susu skim kurang lebih 1%. Susu skim
mengandung semua kandungan yang dimiliki susu pada umunya kecuali
lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.
Saat ini, banyak pemanis dari bahan alami yang dapat menggeser posisi
pemanis dari bahan gula tebu, contohnya adalah gula nira batang
sawit.Batang kelapa sawit ternyata bisa menghasilkan bahan untuk gula
merah, yakni dengan mengambil nira dari umbut kelapa sawit yang sudah
ditumbang dan banyak digunakan dalam pembuatan gula merah dan minuman
penyegar.Pemanis dari nira batang kelapa sawit sudah terbukti lebih sehat
untuk kesehatan daripada pemanis dari bahan tebu yang dapat menyebabkan
diabetes dan obesitas di ruang lingkup masyarakat luas.
17
dalam sachetan.Kelebihan minuman serbuk adalah bentuk minuman ini lebih
awet dan mudah untuk dibawa kemana-mana (Syaiful Anam, 2017).
Proses pembuatan minuman instan secara umum terdiri dari dua tahapan,
yaitu proses ekstraksi dan proses pengeringan atau penguapan. Pengeringan
diartikan sebagai proses penggunaan energi panas pada kondisi terkontrol
untuk memindahkan mayori tes kandungan air bahan dengan penguapan.
Proses pengeringan pada dasarnya adalah terjadinya penguapan air ke
lingkungan karena perbedaan tekanan uap air antara lingkungan dengan
bahan yang dikeringkan. Semakin tinggi perbedaan tekanan antara bahan
dengan udara pengering, semakin cepat proses penguapan (Fellows, 2000).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
18
3.1.1 Tempat
Penelitian ini dilakukan di Palm Oleo Food Innovation House Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PPKS) Jalan Brigjen Katamso No 51 Medan dan Laboratorium
Fisika Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan Jalan Williem
Iskandar Medan
3.1.2 Waktu
Penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2019 sampaiAgustus 2019, waktu
ini dimulai dari mencari tempat penelitian dan pengambilansampel sampai
pengujiankelayakansampel dan penyusunan laporan.
Perlakuan yang digunakan dalam proses pembuatan non dairy creamer ini
adalah perbandingan konsentrasi penggunaan sari pati kedelai, perbandingan
konsentrasi penggunaan tepung kanji dan konsentrasi penggunaan sodium
caseinate.
Proses pembuatan non dairy creamer dimulai dengan melarutkan sirup glukosa
ke dalam air (fase air) sampai mendidih lalu kemudian tuangkan secara
perlahan fase minyak nabati (Palm Kernel Oil) ke dalam campuran air dan
sirup glukosa tadi lalu aduk secara merata. Lalu kedalam campuran tersebut
dimasukkan sari pati kedelai atau tepung kanji atau sodium caseinate serta
susu bubuk untuk sedikit menambah rasa seperti susu (milk like-taste).
Campuran tersebut kemudian diaduk dengan pengaduk lalu dihomogenkan
dengan menggunakan mixer selagi hangat selama kurang lebih 20 menit
19
hingga terbentuk suatu sistem emulsi yang stabil serta tidak terpisah antara
fase air dan fase minyak. Emulsi ini kemudian dikeringkan dengan
menggunakan oven dengan suhu kurang lebih 70º - 80º C selama 4 – 5 jam
yang akan menghasilkan non dairy creamer yang masih berbentuk gumpalan
kering lalu didinginkan selama sekitar 25 menit dengan suhu ruangan lalu
dihaluskan dengan menggunakan blender hingga halus dan menjadi serbuk.
20
a. Mengambil sampel bahan bakupalm kernel oil dari Guineensis
BeautyHouse di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jalan Brigjen Katamso No
51 Medan.
b. Menimbang berat sampel untuk digunakan sesuai dengan proporsi
konsentrasi bahan emulsi yang digunakan.
1. CM1L1
Palm Kernel Oil :
Sari Pati Kedelai :
Sirup Glukosa :
Susu Bubuk :
Air :
2. CM1L2
Palm Kernel Oil :
Sari Pati Kedelai :
Sirup Glukosa :
Susu Bubuk :
Air :
3. CM1L3
Palm Kernel Oil :
Sari Pati Kedelai :
Sirup Glukosa :
Susu Bubuk :
21
Air :
22
Mulai
Persiapan
Studiliteratur
Persiapanalatdanbahan
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
23
Selanjutnya adalah melakukan pengamatan tentang masalah apa yang
terjadikhususnya pada krimer susu yang sudah banyak beredar di pasaran
yang kurang banyak menarik minat konsumen.
2. Penelitian
Setelah sampel yang dibutuhkan didapat, yang selanjutnya adalah melakukan
penelitian tentang krimer non susu ( non dairy creamer ).
3. Pengumpulan Data
Setelah semua tahap-tahap dilakukan, selanjutnhya adalah pengumpulan data
dan menyimpulkan apa yang terjadi pada krimer susu yang sudah banyak
beredar dan membuat simpulan mengenai krimer non susu ( non
dairycreamer ) yang menjadi bahan acuan utama pada penelitian ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk non dairy creamer yang dihasilkan berwarna putih dan tekstur
menyerupai susu, warna putih ini diakibatkan adanya penambahan sari pati
kedelai yang berperan sebagai emulsifier antara air dengan minyak nabati
24
yang digunakan dan juga bereperan dalam memberikan rasa susu (milk-like
taste).
Adanya sari pati kedelai dapat memekatkan produk dan memberikan warna
putih, sehingga produk yang dihasilkan dapat memberikan warna yang
hampir seragam. Produk non dairy creamer yang dihasilkan juga memiliki
tekstur yang baik, menyerupai creamer dipasaran dan tidak menggumpal,
serta memilki kestabilan emulsi yang sangat baik jika dibandingkan creamer
pada umumnya, hal ini ditandai dengan sedikitnya lapisan yang terbentuk saat
non dairy creamer diseduh bersama kopi (3 in 1 coffe).
Hasil Analisa Varian (Anova) terhadap kadar air non dairy creamer
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbeedaan yang nyata antar sampel. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata dari bahan-bahan
dalam proses pembuatan terhadap non dairy creamer yang dihasilkan. Dalam
proses pembuatan non dairy creamer digunakan proporsi air yang sama dari
tiap-tiap sampelnya.
Oleh karena hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata, maka tidak dilakukan
pengujian lanjut. Kadar air dalam bahan tidak hanya mengacu pada seberapa
25
besar penambahan air ke dalam bahan, namun juga dipengaruhi oleh proses
pengolahan non dairy creamer seperti suhu saat proses pengeringan
menggunakan oven dan juga pengemasan produk setelah proses pengeringan.
26
Pada dasarnya sumber lemak dari non dairy creamer adalah Refined Bleach
Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) tetapi kadar lemak akan semakin
bertambah dikarenakan adanya penambahan sari pati kedelai sebagai bahan
pengemulsi. Serta diduga adanya proses pengeringan produk, kadar air akan
mengalami penurunan dan kadar lemak meningkat seiring dengan penurunan
kadar air produk. Diduga semakin tinggi penambahan sari pati kedelai
menjadikan sampel memiliki karbohidrat yang tinggi.Dalam pembuatan non
dairy creamer, sumber lemak utama dan terbesar didapat dari palm kernel oil
(PKO) yang merupakan bahan utama pembuatan non dairy creamer pada
penelitian ini.
Pada pengujian kadar lemak non dairy creamer pengujian kadar lemak
dilakukan dengan metode soxhlet extactor. Dimana lemak akan diekstrak
dengan pelarut lemak, dalam pelaksanaanya pelarut yang digunakan adalah
petroleum eter. Lemak yang ada ddidalam pelarut dipisahkan dengan cara
menguapkan pelarut sehingga berat atau kadar lemak dalam bahan pangan
dapat diketahui. Namun, dalam pelaksanaannya didapat kadar lemak yang
sangat kecil sekitar 2%, hal ini dikarenakan sampel tidak diberi perlakuan
awal. Untuk sampel non dairy creamer yang akan diuju kadar lemaknya,
perlu dilakukan proses hidrolisis dalam suasana asam untuk membebaskan
lemak yang terikat dalam sampel. Setelah itu sampel akan dibilas dengan
aquades dan larutan Ag NO3 0.1 N kedalam kertas saring, lalu residu
dikeringkan pada suhu 105º C selama 3 jam. Lalu dilakukan proses pengujian
kadar lemak menggunakan soxhlet (dengan pelarut petroleum eter).
Berdasarkan data hasil pengujian didapatkan kadar lemak non dairy creamer
berkisar antara 34.235% - 35.089%. Dengan kadar lemak terendah didapat
oleh sample CM1L1 dengan proporsi sari pati kedelai sebanyak 0,5% dan
kadar lemak tertinggi diperoleh dari sampel CM3L3 dengan proporsi sari pati
kedelai sebanyak 1% yaitu sebesar 35.089%. Pada dasarnya sumber lemak
dari non dairy creamer adalah palm kernel oil sebesar 30%, namun
27
didapatkan kadar lemak sampel yang berkisar antara 34.235% - 35.089%, hal
ini dikarenakan penambahan sari pati kedelai juga berpengaruh terhadap
kadar lemak produk, karena sari pati kedelai memiliki kadar lemak maksimal
1.5%. Serta diduga dengan adanya proses pengeringan produk, kadar air akan
mengalami penurunan dan kadar lemak akan meningkat seiring dengan
penurunan kadar air produk. Pada penambahan pati termodifikasi sebanyak
1%, didapatkan kadar lemak dengan prosentase yang tinggi.
Hasil Analisa Varian (Anova) terhadap kadar lemak non dairy creamer
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antar sampel. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dari bahan-
bahan yang digunakan dalam proses pembuatan terhadap kadar lemak non
dairy creamer yang dihasilkan. Oleh karena hasil yang diperoleh tidak
berbeda nyata, maka tidak dilakukan pengujian lanjut.
Kadar lemak dari masing-masing sampel tidak memiliki rentan nilai yang
jauh berbeda (tidak berbeda nyata), hal ini karena tidak adanya perbedaan
proporsi sumber lemak dari masing-masing sampel. Dalam pembuatan non
dairy creamer, sumber lemak utama dan terbesar didapat dari palm kernel oil
yang merupakan bahan utama pembuatan non dairy creamer pada penelitian
kali ini.
28
Berdasarkan pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa kadar protein
dalam sampel berkisar antara 1.34% - 2.23%, dimana kadar protein terendah
diperoleh dari sampel CM1L1 dengan proporsi sari pati kedelai sebanyak
0,5% sebesar 1.34% dan tertinggi didapat dari sampel CM3L3 dengan
proporsi sari pati kedelai 1% sebesar 2.23%.
Hasil Analisis varian (Anova) terhadap kadar protein non dairy creamer
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antar sampel. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari bahan-bahan yang
digunakan dalam proses pembuatan terhadap kadar protein non dairy creamer
yang dihasilkan. Oleh karena hasil yang diperoleh berbeda nyata, maka
dilakukan pengujian lanjut dengan metode BNT.
29
reader, terdapat perbedaan tingkat kecerahan antar masing-masing produk,
walaupun perbedaannya sangat kecil. Hal ini dikarenakan perbedaan
konsentrasi sari pati kedelai yang digunakan, semakin tinggi proporsi sari pati
kedelai yang digunakan, semakin tinggi tingkat kecerahan produk yang
dihasilkan. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi sari pati kedelai yang ditambahkan mempengaruhi tingkat
kecerahan produk non dairy creamer yang dihasilkan.
Hasil Analisis varian (Anova) terhadap tingkat kecerahan warna non dairy
creamer hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata
terhadap masing-masing sampel, oleh karena hasil yang didapat berbeda
nyata, maka dilakukan pengujian lanjut dengan metode DMRT. Berdasarkan
pengujian lanjut yang didapat, terdapat perbedaan yang tidak terlalu
signifikan antar sampel non dairy creamer yang dihasilkan, dimana semakin
tinggi prosentase sari pati kedelai yang ditambahkan, maka produk non dairy
creamer yang dihasilkan memiliki tingkat kecerahan warna yang semakin
baik.
30
dikarenakan metode pengujian menggunakan metode by difference sehingga
total karbohidrat dipengaruhi oleh kadar protein pada sari pati kedelai. Pada
penambahan pati 1% didapat total karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan
penambahan pati dengan konsentrasi berbeda, hal ini dikarenakan pati
termodifikasi memiliki 80% - 90% total karbohidrat. Sehingga semakin tinggi
prosentase penambahan pati termodifikasi, maka total karbohidrat produk
akan semakin meningkat.
Hasil Analisis varian (Anova) terhadap kadar karbohidrat non dairy creamer
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antar sampel. Hal ini
dapat dikarenakan dalam analisis kadar karbohidrat menggunakan metode by
difference yang dipengaruhi oleh kandungan-kandungan bahan lain seperti
kandungan protein pada bahan. Oleh karena hasil yang diperoleh berbeda
nyata, maka dilakukan pengujian lanjut.
Berdasarkan hasil uji lanjut BNT yang dilakukan, secara umum kadar
karbohidrat dari ketiga sampel non dairy creamer hasil penelitian tidak
terdapat perbedaan nyata pengaruhnya pada masing-masing sampel yang
memiliki kadar sari pati kedelai yang berbeda. Hal ini dapat dikarenakan
metode analisis yang digunakan adalah by difference yang dipengaruhi oleh
kadar protein, abu, kadar lemak dan kadar air dari masing-masing produk.
Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh kadar abu non dairy creamer
berkisar antara 3.06% - 3.21%, dengan rerata kadar abu tertinggi didapat pada
sampel CM3L3 dengan proporsi sari pati kedelai sebanyak 1% sebesar 3.21
31
dan rerata kadar abu terendah didapat pada sampel CM1L1 dengan proporsi
sari pati kedelai sebanyak 0,5% dengan kadar abu sebesar 3.06. Pada
penambahan pati 0,5% didapat kadar abu yang sangat rendah, kemudian
mengalami kenaikan dan penurunan seiring penambahan sari pati kedelai.
Adanya peningkatan seiring penambahan sari pati kedelai dikarenakan sari
pati kedelai memiliki kadar abu berkisar antara 3.0 % - 6.0 %. Pada dasarnya
seiring penambahan sari pati kedelai yang semakin tinggi akan memberikan
kadar abu yang lebih tinggi.
Hasil Analisis varian (Anova) terhadap kadar abu non dairy creamer
menunjukkan bahwa kadar abu seluruh sampel non dairy creamer hasil
penelitian tidak berbeda nyata antar sampel. Hal tersebut dikarenakan bahan
penyusun ketiga sampel non dairy creamer tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar abu yang dihasilkan.
32
lebih tinggi dibandingkan sari pati yang dihasilkan melalui metode cross-
linking. Adapun prosedur pengujian kali ini dilakukan dengan proses
penyeduhan non dairy creamer bersama kopi (3 in 1 coffee), setelah proses
penyeduhan, ketiga sampel didiamkan selama 15 menit, guna mengamati
terbentuknya lapisan (creaming) pada ketiga sampel.
Hal ini dipengaruhi oleh penambahan sari pati kedelai yang berfungsi sebagai
penstabil sistem emulsi dari produk non dairy creamer, dimana emulsifier
yang digunakan mampu membentuk ikatan hidrogen sehingga menjadikan
sistem kestabilan emulsi yang dihasilkan lebih baik. Semakin tinggi
konsentrasi penambahan pati termodifikasi maka 3 in 1 coffee yang
dihasilkan memiliki lapisan yang semakin sedikit (tidak terbantuk lapisan).
33
digunakan. Keseluruhan dari panelis menyatakan bahwa warna non dairy
creamer yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar warna creamer pada
umumnya (putih-krem). Setelah didapat hasil yang menyatakan kesesuaian
warna non dairy creamer yang dihasilkan, panelis diminta untuk
membandingkan warna dari ketiga sampel tersebut. Apakah terdapat
perbedaan warna antar masing-masing sampel.
34
Penilaian ini didasarkan pada bahan baku yang digunakan dan perbedaan
konsentrasi sari pati kedelai. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
non dairy creamer adalah Palm Kernel Oil atau minyak inti kelapa sawit.
Dilakukan penambahan sari pati kedelai karena selain sebagai perasa susu
(milk-like taste) juga berfungsi untuk memberikan aroma susu terhadap
produk yang dihasilkan. Penilaian didasarkan pada dua kriteria, yaitu non
dairy creamer sesudah dan sebelum dilakukan penyeduhan menjadi 3 in 1
coffee. Berdasarkan penilaian 25 orang panelis, 23 diantaranya menyatakan
bahwa aroma non dairy creamer yang dihasilkan dapat dikategorikan baik
dan beraroma sama atau sesuai dengan control non dairy creamer yang
diberikan. Namun 2 orang panelis lain menyatakan bahwa sampel yang
dihasilkan memiliki aroma yang tergolong kurang baik, dikarenakan aroma
susu yang dihasilkan tidak terlalu tajam dan masih terpengaruh oleh aroma
minyak inti sawit.
35
bahwa aroma 3 in 1 coffee yang dihasilkan kurang baik, karena aroma susu
yang dihasilkan kurang kuat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan non dairy creamer. Berikut merupakan data hasil
penilaian 25 orang panelis terhadap perbedaan aroma dari ketiga sampel yang
dihasilkan. Ketiga sampel memiliki aroma yang sama saat dilakukan
penyeduhan bersama kopi dan gula (3 in 1 coffee). Seluruh panelis
memberikan penilaian bahwa ketiga sampel 3 in 1 coffee yang dihasilkan
memiliki aroma yang baik.
36
panelis (polling kepada sejumlah panelis). Sampel non dairy creamer terbaik
merupakan sampel dengan proporsi sari pati kedelai 1%. Pada proporsi ini
didapatkan produk yang memiliki kestabilan emulsi yang baik (hampir tidak
terbentuk lapisan). Sampel non dairy creamer terbaik memiliki karakteristik
fisiko-kimia sebagai berikut: kadar protein 2,23%, kadar lemak 35.089%,
kadar air 2,038%, kadar abu 3.21%, pH 7.29.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Non dairy creamer merupakan produk emulsi lemak dalam air yang terbuat
dari minyak nabati dan digunakan sebagai bahan pengganti susu dengan
tambahan bahan pangan yang diizinkan. Non dairy creamer berbentuk bubuk
atau cairan dan umumnya digunakan untuk menambah cita rasa pada
makanan dan minuman.
37
Secara fungsional, non dairy creamer memilki banyak kelebihan disbanding
dengan produk susu pada umumnya. Sisi bahan baku, non dairy creamer
menggunakan minyak nabati sebagai sumber lemaknya. Salah satu
keunggulan lemak nabati adalah tidak mengandung laktosa, sehingga
penggunaan lemak nabati pada produk non dairy creamer sangat aman
terutama bagi penderita lactose intolerance.
Krimer nabati (non dairy creamer) disebut sebagai krimer tiruan yang dibuat
berdasarkan bahan penyusun berupa minyak nabati, protein, penstabil serta
emulsifier yang digabungkan menjadi suatu larutan. Dimana penambahan sari
pati kedelai sebagai emulsifier pada pembuatan non dairy creamer
memberikan pengaruh nyata terhadap kestabilan emulsi non dairy creamer
yang dihasilkan.Perlakuan penambahan sari pati kedelai pada pembuatan non
dairy creamer memberikan pengaruh nyata terhadap kadar protein, rasa dan
tinggat kecerahan warna produk yang dihasilkan.
5.2 SARAN
Permasalahan yang banyak dihadapi dalam pembuatan non dairy creamer
adalah stabilitas sistem emulsi yang kurang baik. Pada pengamatan yang
sudah dilakukan, penggunaan creamer pada coffee 3 in 1 (Instant coffee +
creamer + gula) masih menimbulkan lapisan pada proses penyeduhan setelah
didiamkan lebih dari 10 menit, yang merupakan kategori creaming. Oleh
karena itu salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
permasalahan tersebut adalah dengan menambahkan sari pati kedelai sebagai
emulsifier dan bahan pangan yang diizinkan pada pembuatan non dairy
creamer.
DAFTAR PUSTAKA
https://text-id.123dok.com
https://www.kompasiana.com
id.m.wikipedia.org
38
Yan, Fauzi.dkk. 2012. Kelapa Sawit, Budidaya, Pemanfaatan hasil dan Limbah,
analisis Usaha dan Pemasaran
Anam, Syaiful. 2017. Minuman Serbuk Instan, Praktis dan Cepat Saji
https:// anam.my.id,minuman-serbuk-instan
www.lpp.ac.id > uploads > 2018/01> Eko Listyanto> Tinjauan ekonomi Industri
Hilir Sawit-Lpp
Siagian, dkk. 2017. Pengaruh Perbandingan Jumlah Gula Aren Dengan Krimer
dan Persentase Meltodekstrin Terhadap Karakteristik Bubuk Minuman
Jahe Instan
Larasati, Novia, dkk. 2016. Studi Analisa Ekonomi Pabrik CPO (Crude Palm Oil)
dan PKO (Palm Kernel Oil) dari Buah Kelapa Sawit
39
Repository.usu.ac.id > bitstream> Pengembangan Produk Krimer Non-Susu (Non-
Dairy Creamer) Berbasis Kelapa Sawit
Digjlib.unila.ac.id> II. Tinjauan Pustaka. 2.1 Minyak Inti Sawit (PKO) Minyak
Inti Sawit
Affandi. Y.M.S., M.S. Miskandar, I. N. Aini dan M.D.N. Habi. 2003. Palm-Based
Hydrogenated Of The Association Of Official Chemist. Ed. Inc,
Arlington, Virginia
40