Laporan Praktikum Logistik Peternakan
Laporan Praktikum Logistik Peternakan
Laporan Praktikum Logistik Peternakan
Oleh :
NADIA NUR INDRAWATI D14160009
KADEK WIPRATAMA YASA D14160035
AFANDY RAHASIA D14160051
M EDI YASA D14160061
INSAN MUJAHID A D14160074
M MAULANA YUSUF D14160076
MASRURAH D14160078
2019
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Mengamati penyustan bobot badan tenak , suhu rektal, kondisi fisik dan
tingkah laku ternak akibat pengaruh dari transportasi dengan kepadatan berbeda
pada setiap keranjang.
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan adalah 34 ekor ayam broiler Strain Cob umur 29
hari dengan bobot 1.5-1.7 kg ekor-1.
Alat
Prosedur
Persiapan
Setiap ayam broiler sebelum ditimbang , diukur suhu rektal dan diberi
label untuk setiap ayam broiler sebelum diangkut.
Pemuatan
Pengangkutan
Penurunan
Bobot badan masing masing ayam ditimbang dan diukur suhu rektal. Data
suhu dan kelembaban dari rekaman thermocouple hybrid recorder dan hygrometer
dicatat.
Pembahasan
1700
1650
1600
1550
1500
awal akhir
Memar, luka, dan patah tulang merupakan beberapa dampak yang dapat
muncul selama proses produksi unggas, mulai dari pemeliharaan, transportasi,
penyembelihan hingga penanganan produk hasil ternak. Memar merupakan suatu
keadaan berubahnya warna permukaan kulit menjadi agak hitam kebiruan tanpa
disertai robeknya permukaan kulit akibat pukulan dan benturan.Warna permukaan
kulit yang hitam kebiruan disebabkan oleh darah yang teroksidasi dan
mengendap.Karkas broiler yang memiliki memar serta luka di permukaannya
dikatakan berkualitas rendah, kurang disukai di pasaran, dan lebih mudah busuk.
(Budiman H et al. 2015).Bagian memar pada karkas mudah busuk karena darah
yang terdapat pada bagian tersebut merupakan media perkembangan bakteri yang
baik karena memiliki nutrient yang cukup lengkap. Proses trimming untuk
menghilangkan bagian memar serta luka pada karkas akan menurunkan nilai
ekonomis produk, dan berpengaruh terhadap kenaikan biaya dan lama
pemrosesan. Patah tulang dapat menyebabkan ditemukannya serpihan kecil tulang
pada karkas ataupun daging dan membahayan konsumen jika tidak dilakukan
deboning secara cermat.( Adzitey F 2011).
Memar, luka dan patah tulang pada ternak unggas disebabkan oleh
berbagai macam faktor seperti, proses penangkapan ternak, waktu transportasi,
jenis kerat, waktu, kerapatan ternak dalam kerat, bangsa, umur serta jenis kelamin
ternak. (Nijdam E et al. 2004). Pengamatan memar, patah tulang dan luka secara
berurutan menunjukan jumlah ayam yang memar tak terlalu berbeda sebelum dan
sesudah transportasi, tidak ditemukan ayam dengan kondisi patah tulang, dan
pengamatan pada luka menunjukkan terjadi peningkatan jumlah ayam yang luka
terutama pada ayam – ayam yang diletakkan pada kerat yang berisi 15 ekor ayam,
sedangkan ayam luka pada kerat yang berisi 8 dan 13 ayam tidak terlalu
mengalami perubahan jumlah sebelum dan sesudah ditransportasikan. Menurut
Vosmerova et al. (2010) pada transportasi ternak berdurasi singkat, kecaman lebih
banyak disebabkan oleh handling, pemasukan ayam pada kerat dan loading.
Penangkapan dan proses loading dan unloading merupakan proses terpenting
dalam transportasi ternak, ketika ayam mengalami luka atau cidera pada proses
ini, akan menyebabkan dampak berkelanjutan pada tahap selanjutnya hingga ke
proses penyembelihan. Terbentuknya luka ataupun keropeng pada bagian tubuh
ayam selama dalam kerat berkaitan dengan perilaku mengganggu seperti halnya
mencakar ayam lain. Perilaku menggangu serta mencakar ayam lain merupakan
salah satu respon yang dilakukan ketika ternak dalam kecaman atau sebagai
bentuk pertahanan diri terhadap ayam lainnya. Kerat dengan jumlah ayam lebih
banyak memiliki kerapatan yang lebih tinggi sehingga kemampuan ayam untuk
restingakan berkurang dan peluang terjadinya benturan, mencakar, dan perilaku
agresif lain akan meningkat. Peningkatan jumlah ayam luka pada kerat berisi 15
ekor dinilai berkaitan dengan perilaku agresif yang ditemukan selama
pengangkutan, yang mana pada kerat tersebut perilaku agresif paling banyak
ditemukan dibanding kerat dengan perlakuan lainnya.
Ayam broiler dapat hidup nyaman pada suhu lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhannya. Peningkatan suhu harian yang ekstrim akan berakibat
buruk terhadap kesehatan dan performa ayam. Menurut Kusnadi (2006),
peningkatan suhu lingkungan melebihi kisaran zona suhu kenyamanan
menyebabkan stres pada ayam broiler.Peningkatan suhu dan kelembaban setiap 5
menit pada kandang lebih rendah berkisar 32,2 – 33, 3oC dengan Kelembaban
berkisar 50 -64% dibandingkan dengan suhu dan kelembaban pada truk mencapai
suhu 35oC dengan kelembaban berkisar 39 – 60%.Hal ini dikarenakan kondisi krat
ayam broiler pada truk mendapatkan intensitas paparan sinar matahari lebih tinggi
sehingga udara panas juga meningkat.
Tabel 3 Suhu dan Kelembaban Kandang
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
kosong 0 menit 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit akhir
36
34
32
30
28
kosong 0 menit 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit akhir
k8 k13 k15
Kelembaban Crate
70
60
50
40
30
20
10
0
kosong 0 menit 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit akhir
k8 k13 k15
THI Crate
85
84
83
82
81
80
79
kosong 0 menit 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit akhir
k8 k13 k15
Mujahid et al. (2007) menyatakan peningkatan suhu lingkungan 5OC yang
melebihi kisaran zona suhu nyaman menyebabkan stress oksidatif (kondisi radikal
bebas melebihi antioksidan) pada ayam broiler.Kondisi suhu pada kandang dan
truk masih dibawah 5OC , Suhu tersebut menurut Aviagen (2012) masih dapat
o
ditoleransi oleh ayam broiler karena masih berada di bawah suhu 35 C,
sehingga ayam broiler masih dalam lingkungan yang nyaman selama masa
pemulihan.
Suhu Rektal
44
43.5
43
42.5
42
41.5
41
40.5
40
awal akhir
Tingkah Laku
Panting adalah salah satu tingkah laku yang ditunjukkan oleh ternak dalam
keadaan tercekam oleh panas tinggi.Panting berfungsi untuk mengeluarkan panas
dari tubuh dan menjaga homeostasis. Pada saat melakukan panting, air yang
membawa panas akan diuapkan secara cepat dari permukaan paru-paru, lidah, dan
mulut (Tickle 2018). Panting dilakukan oleh hewan yang tidak memiliki
kemampuan untuk mengeluarkan panas melalui keringat, salah satunya adalah
ayam broiler.Tubuh ayam broiler yang tertutup bulu, tidak memiliki kelenjar
keringat, dan metabolisme yang sangat cepat membuat tubuh ayam broiler
mengumpulkan panas dalam jumlah yang besar.Panting adalah salah satu cara
yang dilakukan oleh ayam untuk menjaga suhu tubuhnya. Suhu lingkungan ideal
untuk ayam broiler berkisar antara 18-25 °C (Dayyani 2013) dan THI yang
nyaman berada pada nilai dibawah 74. Apabila suhu lingkungan diatas nilai
tersebut, ayam akan mulai mengalami cekaman panas yang ditandai dengan
panting(Ranjan 2019), ayam lemah lesu, penurunan pergerakan (Mack 2013),
penurunan konsumsi pakan, mengangkat sayap, dan mencari tempat yang dingin.
Apabila suhu yang diserap oleh tubuh lebih besar dari kemampuan
termoregulasinya, suhu tubuh ayam akan meningkat dan mengalami kematian
apabila kenaikannya lebih dari 4°C.
Temperature-Humidity Index
THI
84
83
82
81
kosong 0 menit 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit akhir
THI
THI Crate
85
84
83
82
81
80
79
kosong 0 menit 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit akhir
k8 k13 k15
Apabila berada pada lingkungan dengan THI yang bernilai stress sedang,
proses thermoregulasi ayam akan mulai terganggu. Ayam akan mulai kesusahan
untuk mengeluarkan panas dari tubuhnya sehingga mengalami stress panas yang
terlihat dari ayam yang panting. Stress panas yang berat pada broiler akan
mengakibatkan penurunan produksi akibat kurangnya konsumsi pakan yang
mengandung nutrien penting seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Peningkatan
suhu akan mengakibatkan peningkatan bakteri dan parasit etiologic pada
lingkungan sekitar dan juga vektor pembawa penyakitnya (Ranjan 2019). Stress
yang diakibatkan oleh suhu dan THI yang tinggi pada saat transportasi dapat
menyebabkan penurunan kualitas daging dan deposisi lemaknya akibat perubahan
komposisi kimia dalam tubuh (Dai 2012) (Zhang 2012)
Simpulan
Borges SA, Fischer DSAV, Majorka A, Hooge DMA, Cummings KR. 2004.
Physiological responses of broiler chicken to heat stress and dietary
electroly balance (Sodium plus potassium minus chloride, milliequivalents
per kilogram). J. Poult Sci. 83:1551-1558.
Bouchama, A. and J.P. Knochel. 2002. Heat Stroke. N. Engl. J. Med. 346:1978-
1988.
Dai SF, Gao F, Xu XL, Zhang WH, Song SX, Zhou GH. 2012. Effects of dietary
glutamine and gammaaminobutyric acid on meat colour, pH, composition,
and water-holding characteristic in broilers under cyclic heat stress. Br.
Poult. Sci., 53: 471–481.
Etches RJ, John TM, Verrinder Gibbins AM. 2008. Behavioural, physiological,
neuroendocrine and molecular responses to heat stress. In: Daghir
NJ, editor. Poult Prod hot Clim. p. 49-69.
Ewing SA, Donald C, Lay J, Von Borrel E. 1999. Farm animal well-being: stress
physiology, animal behaviour and environmental design. Upper
Saddle River (New Jersey): Prentice Hall.
Gaughan JB, Mader TL, Eigenberg RA. 2009. Chapter 5: Thermal Indices and
Their Applications for Livestock Environments. J.A DeShazer, ed. Livestock
Energetics and Thermal Environmental Management. Michigan (US):
American Society Of Agricultural And Biological Engineers.
Hakim IA .2017.Performa Dan Sifat Fisik Daging Ayam Broiler Pada Jarak
Tempuh Pengangkutan Berbeda[skripsi].Bogor(ID):Institut Pertanian
Bogor.
Hazjah S.2019.Performa Bobot Badan Dan Profil Darah Putih Ayam Broiler
Pasca Pengangkutan Dengan Kepadatan Berbeda[skripsi].Bogor(ID):Institut
Pertanian Bogor.
Mack LA, Felver-Grant JN, Dennis RL, Cheng HW. 2013. Genetic variation after
production and behavioral responses following heat stress in 2 strains of
laying hens. Poult. Sci., 92: 285-294.
Tickle PG, Codd JR. 2018. Thermoregulation in rapid growing broiler chickensis
compromised by constraints on radiative andconvective cooling
performance.Journal of Thermal
Biology.https://doi.org/10.1016/j.jtherbio.2018.11.007.
Zhang ZY, Jia GQ, Zuo JJ, Zhang Y, Lei J, Ren L, Feng DY. 2012.Effects of
constant and cyclic heat stress on muscle metabolism and meat quality of
broiler breast fillet and thigh meat.Poult. Sci., 91: 2931-2937.