Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tukang Minta Duit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Tukang Palak

“Kringgg………Kringgg………” Suara alarm menyambar seluruh isi ruangan ku yang


sempit ini, menandakan waktu pagi telah tiba. Jam dinding menunjukan pukul 04:00. Waktu
yang terbilang masih pagi, karena aku bangun tidur setiap hari sekitar jam 04:30. Sengaja ku
atur alarm ku lebih awal agar aku bisa menggunakan kuota malamku yang jarang terpakai dan
terbuang sia-sia.

Aku baru ingat, hari ini kegiatan KBM di sekolahku diliburkan karena para guru ada
kegiatan workshop di luar kota. Raut wajahku sumringah mengingat hari ini libur, biasanya
bangun pagi hatiku berbicara “Ah.. Sekolah lagi, Sekolah lagi”. Namanya anak sekolah, yang
setiap hari ada tugas terus, pengennya libur.

Seperti biasa ku lakukan aktivitas ku di hari libur. Bangun pagi, pemanasan, sholat,
setelah itu buka handphone, siapa tahu ada pesan masuk yang membuatku gembira pada pagi
hari ini. Paling buka hp cuma lihat berita di Facebook & Whatsapp, nonton Youtube, mumpung
Kuota malam masih ada. Dan tidak lupa ku cek aplkasi Line, aplikasi yang dipakai anak muda
sekarang untuk berkirim pesan ke sesama teman yang memiliki akun Line.

Saat ku buka Line, ada yang berbeda di laman chatku. Di baris atas laman tertulis “Grup
6C”. “Wah, tumbenan nih grup aktif lagi” sahutku dalam hati. Grup ini dulu merupakan
kumpulan anak dari kelas 6C, kelas yang dulu ku tempati saat SD dan sudah jarang aktif lagi
semenjak kami lulus, maka dari itu aku berfikir pasti ada sesuatu di grup itu yang membuat grup
chat tersebut ramai kembali.

“Eh, ntar main ke SD lagi yuk, udah lama gak kesono” Tanya Naufal, teman semejaku
dulu saat kelas 5. “Yok, tapi harus banyak yang dateng, ntar klo dikit ga jadi lagi” Balas Nasya,
seorang ketua kelas yang pintar semenjak kelas 1, sehingga banyak guru yang menganggapnya
“Kecil kecil Cabe Rawit”.

“Mmm…… ikut ngga yaaaa ?, ikut aja deh” omong ku dalam hati. Aku sendiri sudah
jarang ke SD ku lagi semenjak SMP. Terkadang aku pergi ke SD hanya sekedar mengantarkan
adikku sekolah jika aku libur dan aku mengantarkannya hanya sampai di depan gerbang, tidak
sampai masuk. Tetapi memang banyak yang sudah dirubah desain depan gerbang sekolah
tersebut. “kayanya di dalam udah beda kaya yang dulu” pikirku saat itu.

Percakapan di grup telah usai, mereka akhirnya pergi ke sekolah lama mereka yang
penuh kenangan. Aku pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, karena jarak rumahku dengan
sekolah sangat dekat. Maka tak heran berberapa teman SD ku dulu bermain ke tempat
rumahku sembari menunggu jemputan untuk pulang. Sesampainya di sekolah, aku bertemu
dengan teman teman lamaku yang sudah lama tidak berjumpa lagi. Kulihat mereka memang
sudah berubah, ada berberapa teman lama ku yang tidak kuingat. Maklum, udah 3 tahun
lamanya. Kecuali Naufal yang memang sebelumnya satu SMP denganku.

Tiba-tiba ada yang berteriak memanggil namaku. “Hei, Maulll !” Teriak seseorang. Aku
langsung reflek menoleh ke belakang, dan kulihat dia.

“Eh, Andi ?” Tanyaku. “Iye ini gua” Jawab Andi. “Buset, udah berubah aja lu hahahaha”
“Ya emang kaya gini dari dulu mah”.

Aku bertemu teman lamaku yang bernama Andi. Dia bisa dibilang teman dekat saat SD,
karena dari kelas 1 kami selalu bermain bersama. Banyak cerita dari pertama satu kelas dengan
dia, dari yang rebutan mainan sampai berantem hingga dendam-dendaman. Lucu memang kalo
dipikir masa lalu yang masih anak-anak. Dari pengalaman yang pernah aku alami, ada satu
kejadian dengan Andi yang kalau selalu ku ingat bikin kesal. Kejadian ini membuat aku memberi
namanya dengan panggilan “Si Tukang Minta Duit”. Ya, karena dulu Andi memang selalu
meminta uangku setiap jam istirahat / pulang sekolah.

Di tempat yang sama, bau yang sama, kami sedang bermain di lapangan sebelum jam
masuk dimulai. Di sekolah aku adalah seorang yang bisa dibilang pendiam, nurut, selalu tertib,
Tetapi penakut.

“Ayo baris yang rapi, yang barisannya rapi boleh masuk duluan“ Sahut Bu Eny,
Walikelas ku dulu saat Kelas 1. “Yaa, Buuu” Jawab anak-anak dengan semangat untuk
belajarnya. Satu persatu anak masuk ke dalam kelas. Saat itu aku lupa dengan siapa aku duduk
semeja, tapi yang kuingat yaitu Andi duduk bersebrangan di sampingku.

“Eh, Maul, rumah lu dimana, ntar gue ke rumah lu ya” Tanya Andi. “Yah ilah, ngapain
sih” Jawabku dalam hati. Sebenarnya aku kesal dengannya, karena kebiasaanya meminta uang
kepadaku.

“Tapi rumah gua jauh” “Emang dimana?” “Di Reni deket Depok” Jawabku dengan
berbohong. “Yaudah deh ga jadi”. “Yesss” sahut dalam hatiku. Aku takut kalau aku mengajak
Andi ke rumah, takut ibuku akan memarahinya, karena ada suatu hal yang membuat ibuku
marah.

Semenjak awal ia meminta uang kepadaku berberapa kali. Karena aku kesal dengan
sikapnya yang begitu terus menerus, kulaporkan Andi kepada ibuku perihal tentang sikap Andi
yang dilakukannya kepadaku. Awalnya ibu bersikeras untuk memarahinya jika beliau bertemu,
tetapi aku berbicara pada ibuku bahwa jangan memarahinya, karena aku tahu, pasti Andi akan
marah kepadaku. Tahulah dia itu anak yang suka marah, kalau ada masalah pasti dia akan
menatapnya sinis kepada orang yang dimarahinya, aku tahu karena hampir 2 tahun kami
berteman.

Pada suatu hari ibuku datang ke sekolahku, entah untuk perihal apa beliau datang, tapi
pada akhirnya ku berpikir bahwa ibuku datang untuk menemui Andi. “Wah, emak dateng kesini,
jangan-jangan mau ketemu sama si andi lagi?” Pikirku. Dan saat aku melihat ibuku berjalan, aku
melihat ibu berpapasan dengan Andi yang berjalan dari kantin. Pikiranku semakin berkecamuk,
aku takut terjadi suatu hal yang tidak diinginkan. Tetapi kulihat ibu seperti tidak sedang
memarahinya, seperti seseorang yang sedang memberi nasihat.

Setelah selang berberapa menit, akhirnya ibuku meninggalkan Andi dan beranjak pergi.
Saat itu aku langsung lari ke arah Andi dan menanyakan tentang percakapannya dengan ibu.

“Tadi lu diapain ?” Tanyaku “gara-gara gua sering mintain duit ke lu, gua diomelin sama
emak lu” Jawab Andi dengan muka murung. “Lagian sih, lu minta mulu”. “lu nya juga pake lapor
segala, lu mah gitu”. “Ah, jangan marah lah, jangan minta mulu makanya, gua jadi males”
Jawabku. “Yaudah gua ga minta minta duit lu lagi dah”. “oke lah sip”.

Semenjak kejadian itu, Andi sudah tidak meminta uang kepadaku lagi. Aku merasa lega
karena uang jajan ku selalu utuh setiap istirahat. Selama aku bersekolah dari kelas 1-3, uang
jajanku hanya Rp 3.000,00. Karena memang rumahku dekat, tidak perlu ongkos PP sekolah. Dan
jika Andi meminta uang kepadaku, dia hanya meminta Rp 500,00. Memang untuk ukuran harga
sangat kecil, Tetapi ukuranku untuk uang jajan itu lumayan banyak. Karena juga uang lima
ratusan saat jaman SD bisa untuk membeli makanan ringan apa saja. Tetapi berbeda dengan si
Andi. Uang lima ratusan yang ia minta dariku tidak ia belikan makanan, justru ia belikan untuk
mainan kecil yang sebenarnya aku tidak begitu suka. Entahlah, yang penting dia sudah tidak
meminta-minta uangku lagi.

Baru 1 bulan setelah kejadian itu, sifat Andi mulai kumat lagi. Dia meminta uangku
setiap awal pelajaran / waktu istirahat. Tetapi kali ini lebih parah, dia sekarang meminta uangku
Rp 1.000,00. Tidak sesering itu dia minta uang sebanyak itu, hanya sekali dua kali dalam
seminggu. Ini sangat membuatku ingin selalu menjauhinya setiap waktu istirahat. Bukannya
malah membaik, malah tambah menjengkelkan. Saat itu aku berniat ingin melaporkannya
kepada ibu, lagi-lagi aku berfikir yang sama sebelumnya, yaitu takut terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan. Aku takut bahwa jika aku melaporkannya kepada ibu, ibu pasti akan sangat marah
besar karena sifat Andi yang tambah menjengkelkan itu. Jikalau aku melapor kepada guru, aku
masih berpikiran yang sama. Maka dari itu aku mengurungkan niat untuk melaporkannya
kepada siapapun.
Dan pada suatu hari, kelasku ini dijadwalkan masuk pagi, saat itu aku kelas 3. Dimana
pada saat itu kelasku berganti jadwal setiap seminggu, jika minggu ini jadwal masuk pagi, maka
minggu depan dijadwalkan masuk siang, dan sebaliknya. Saat itu hari agak mendung, aku
beranjak pergi ke kantin. Sialnya lagi, aku bertemu dengan Andi yang pada saat itu dia sedang
bermain dengan mainannya, dan dia melihatku. Benar-benar sangat malas jika aku bertemu
dengannya, apalagi waktu istirahat, rasanya seperti lari sejauh mungkin agar tidak bertemu lagi.
Setelah itu dia berjalan menuju ke arahku.

“Ul, boleh minta sesuatu gak?” Tanya Andi. “Minta apaan, duit ?” Jawabku. “Iya, tapi
gua nggak minta gopek (Baca : lima ratusan)”. “Terus berapa ?, Seribu?”. “Nggak, tapi dua ribu”

“BUSET, SERIUS LU?”. “Iya, lagi butuh ul”

Benar-Benar gila, membuatku ingin marah dan menonjok wajahnya, semakin kesal
dengan sifatnya yang semakin hari semakin memburuk, namun apadaya, aku adalah seorang
anak kecil yang penakut, mana mungkin juga aku melawannya. Tetapi memang pada saat itu
memang emosiku benar-benar naik.

“Gua gaada duit lagi” Jawabku sambil berbohong, padahal uang di saku ku masih utuh
tiga ribu. “Ah, lu aja belum jajan”. “Serius, kalo ada juga buat jajan”. Akupun terus mengelak
jika uangku memang sudah habis. Tetapi si Andi terus-terusan mengejarku dan membuktikan
bahwa aku membawa uang untuk membeli jajanan. Ada beberapa temanku yang melihat
kejadian ini, melihat kejadian kedua anak kecil yang sedang beradu argumen tentang masalah
uang. Mereka acuh dengan kejadian ini. Maklum, anak kecil kalau lihat orang yang sedang ribut,
hanya melihatnya saja.

Saat itu keadaanku benar-benar tertekan, Andi terus memaksaku untuk mengeluarkan
uang dari saku ku. Aku berharap saat itu ibu datang & memarahi Andi, atau guru yang
melihatku pada saat itu. Namun pada akhirnya, aku mengalah dan memberikan uangnya
kepada Andi. “Yaudah nih, awas lu kalo minta dua rebu lagi”, Pungkasku dengan nada kesal.
“Iya, cuma sekali doing, ntar ngga minta lagi” Jawab Andi sambil menyengir.

Sekarang uangku tinggal sisa Rp 1.000,00, paling hanya kubelikan air putih untuk
minum dan makanan kecil seperti makaroni / jajan. Waktu itu keadaanku sangat sedih,
sebenarnya pada saat itu aku ingin kembali ke rumah untuk meminta uang kembali kepada ibu
dan melaporkannya, tapi menurutku hal tersebut sia-sia. Aku hanya berharap mukjizat agar aku
menemukan uang atau menemui ibuku di sekolah.

Akhirnya beberapa menit, saat aku ingin kembali ke kelas, aku melihat ibuku kearah
kantin. “Wah, emak dateng” Jawabku dalam hati. Aku tidak menyangka jika ibu benar-benar
datang. Langsungku mempercepat langkahku ke arah ibu dan menceritakan perihal apa yang
telah andi lakukan kepadaku.

“Mak, tadi Andi minta duitku lagi” Jawabku sambil ku mengatur nafas. “Minta duitmu
? emang berapa, gopek ?”. “nggak, dia tadi minta dua ribu”. “Dua ribu ? kok banyak banget,
buat apa emang ?”. “gatau,paling cuma buat beli mainan” Pungkasku. “Terus dia sekarang
dimana ?” Ibuku memulai dengan nada tinggi. “Di kantin kayanya, ntar balik lagi kesini”. Setelah
itu aku & ibuku menunggu di samping tangga penghubung antara sekolah & kantin.

Tidak beberapa lama, Andi berjalan kembali dari kantin bawah sambil membawa
parasut mainannya yang dibeli dari uangku. Setelah itu Andi melihat kami berdua, ku melihat
Andi seperti tampak orang yang ketakutan. Langsung saja ibuku menanyakan kepada Andi.

“Eh ndi, kamu bener minta uangnya maul dua ribu ?” Tanya ibuku dengan nada emosi.
“iya mama maul”, Jawab Andi dengan rasa takut. “Emang buat beli apa”. “buat beli mainan ini
bu” Jawabnya sembari menunjukan parasut mainannya. “Jangan gitu kamu ndi, emang kamu ga
dikasih uang jajan sama mamamu ? si maul udah beberapa kali cerita kalo kamu sering mintain
duit gopek”. Ibuku berbicara dengan nada tinggi. Saat itu posisiku diam membisu, hanya
mendengarkan percakapan mereka, tidak ada sepatah katapun yang aku keluarkan dari
mulutku semenjak ibu berbicara dengannya. Begitu pula dengan Andi, dia hanya diam
ketakutan, ku melihat Andi sudah berkeringan dingin.

“Iya bu, maaf”. “Lain kali jangan begitu lagi ya, kalo ntar ibu dengar cerita kamu lagi
dari maul ntar saya bilangin ibumu lho”. Jawab Andi dengan menganggukan kepalanya. “kamu
udah jajan makanan belum, kalo belum ibu kasih nih”. Ibuku mengeluarkan uang Rp 5.000,00
dari dompetnya dan memberikannya kepada Andi. Walaupun ibu galak, tetapi beliau masih baik
kepada Andi.

Setelah itu ibuku meninggalkan kami berdua. Saat ibu berjalan menuju kantin, Andi
mendekatiku dan meminta maaf. Semenjak itu, dia sudah tidak meminta uang kepada ku lagi.
Dan sekarang dia selalu bermain kerumah ku jika dia belum dijemput. Karena ibunya
memberikan amanat kepadaku jika Andi belum dijemput maka Andi akan pulang kerumahku
lebih dulu.

3 Tahun lamanya sudah tidak bertemu, fisik teman-temanku sudah berubah, ada yang
lebih tinggi dariku. Ada juga yang tinggi nya masih sama seperti yang dulu. Entah bagaimana
bisa begitu, tapi ku tidak memperdulikannya. Sayangnya, teman-teman kami tidak datang
begitu banyak, hanya sekitar 10 orang yang datang. Saat kami mengunjungi sekolah lama kami,
kami banyak bercerita tentang kenangan sewaktu kami bersekolah. Mulai dari Naufal, Nasya,
Andi, dan temanku yang lainnya. Banyak jenis cerita yang membuat kami senang ataupun sedih.
Saat ku mendengarkan cerita mereka, aku merasa bahwa aku ingin kembali ke masa itu.
Memang, Waktu tidak akan bisa kembali, tetapi kenangan akan mengingat lagi.

Nama : Maulana Yusuf

Kelas : XI MIPA 2

Anda mungkin juga menyukai