Corat Coret
Corat Coret
Corat Coret
Pharmacovigilance
C. Regulatory Affairs
Dalam Industri Farmasi Sampharindo, regulatory affairs merupakan bagian
registrasi yang termasuk dalam departemen penelitian dan pengembangan. Dimana
departemen ini terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. R and D (Research and Development)
2. Andev (analisis development)
3. Registrasi
Berikut merupakan struktur departemen penelitian dan pengembangan
(litbang), dapat dilihat pada gambar 16.
R and D Copy
Packaging Development
Tujuan inspeksi diri untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan
mutu di PT. Sampharindo memenuhi ketentuan CPOB. Sedangkan, penyelenggaraan audit mutu
berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua
atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit
ada dua, yaitu audit internal dan audit eksternal. Audit internal mengevaluasi departemen yang ada
di PT. Sampharindo secara internal tetapi yang melakukan audit departemen yang berbeda.
Sedangkan audit eksternal mengevaluasi supplier bahan baku maupun bahan kemas atau
perusahaan kerjasama (toll manufacturing)
b. Melakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review) dan pengkajian produk
tahunan (Annual Product Review) terhadap semua produk yang memiliki nomor izin edar.
Melakukan review
c. Dokumentasi, Regulasi, dan Penanganan keluhan produk jadi
Dokumentasi berfungsi mengarsip seluruh dokumen catatan pengolahan bets dan catatan
pengemasan bets yang diproduksi untuk mempermudah penelusuran jika ada permasalahan/
keluhan. Penyimpanan dokumen tersebut selama masa Expired Date(ED) + 1 hari. Bagian QA
juga menyimpan contoh pertinggal dari tiap bets sebanyak 2x pengujian. Contoh pertinggal ini
dimaksudkan untuk investigasi atas klaim keluhan eksternal terhadap mutu.
Penanganan keluhan pelanggan terhadap produk jadi. Keluhan dari konsumen ataupun
dari PBF, Apotek, maupun BPOM. Setiap keluhan di identifikasi terlebih dahulu, keluhan tersebut
apakah terkait mutu obat ataukah keluhan terkait kemasan produk jadi. Selanjutnya keluhan
tersebut akan di investigasi dan menelusurinya dengan melihat catatan pengolahan bets / batch
record dan jika perlu dilakukan pembandingan dengan contoh pertinggal. Keluhan-keluhan
tersebut akan ditindak lanjuti dan akan dijawab setelah mendapatkan hasil dari investigasi dan
penelusuran.
2. Kalibarasi, Kualifikasi, dan Validasi
a. Kalibrasi
Kalibrasi merupakan serangkaian tindakan untuk menentukan tingkat kesamaan nilai
yang diperoleh dari sebuah alat ukur atau sistem ukur atau yang dipresentasikan dari pengukuran
bahan dan membandingkannya dengan nilai yang telah diketahui dari suatu acuan standar.
Kalibrasi ini penting terutama pada alt ukur yang akan mempengaruhi mutu obat. Kalibrasi pada
PT. Sampharindo dilakukan dengan dua cara yaitu kalibrasi pertama secara internal, yaitu
dilakukan sendiri oleh PT. Sampharindo dengan alat kalibrasi yang tersedia. Kalibrasi kedua
secara eksternal, dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu pihak dari luar perusahaan, misalnya dari
BMKG atau pihak lain yang memiliki kalibrator standar. Kalibrasi eksternal dilakukan karena
pihak industri tidak memiliki alat kalibrator standar untuk melakukan kalibrasi.
b. Kualifikasi
Kualifikasi adalah bagian penting dari sistem jaminan mutu produsen farmasi. Kualifikasi
merupakan istilah yang digunakan untuk validasi terhadap mesin, peralatan produksi maupun
sarana penunjang. Seluruh kegiatan validasi di industri farmasi diawali dengan pelaksanaan
program kualifikasi ini. Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa peralatan, fasilitas atau
sistem yang digunakan dalam suatu proses akan selalu bekerja sesuai dengan kriteria yang
diinginkan dan konsisten. Seluruh peralatan produksi dan sarana penunjang harus sudah
terkualifikasi sebelum digunakan untuk kegiatan produksi.
c. Validasi
Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap
bahan, prosedur, proses, kegiatan, sistem, perlengkapan yang digunakan baik dalam produksi dan
pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.Dalam melakukan validasi dokumen
yang harus disiapkan yaituRencana Induk Validasi (RIV). RIV merupakan dokumen yang
menguraikan pelaksanaan validasi. Dokumen ini mencakup mengenai kebijakan validasi, struktur
organisasi kegiatan validasi, ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan di validasi,
format dokumen (format protokol dan laporan validasi). PT. Sampharindo Perdana melakukan
beberapa validasi meliputi:
1) Validasi Metode Analisa (VMA).
Tujuan dari pelaksanaan Validasi Metode Analisa (VMA) adalah untuk menunjukkan
bahwa semua metode tetap yang digunakan sesuai dengan tujuan penggunaannya dan selalu
memberikan hasil yang dapat dipercaya. Validasi metode analisa dilakukan secara berkala dan
dilakukan pengkajian ulang untuk menjamin bahwa metode tersebut tetap sesuai dengan tujuan
penggunaannya dan selalu memberikan hasil yang konsisten.
2) Validasi Pembersihan
Tujuan dari pelaksanaan validasi pembersihan yaitu untuk menunjukkan bahwa
prosedur pembersihan yang dilakukan sudah efektif sehingga menghasilkan produk yang terjamin
kualitas dan keamanannya. Parameter yang diamati dalam proses validasi pembersihan meliputi:
bersih secara visual, bebas dari sisa residu bahan aktif sebelumnya, bahan pembersih yang
digunakan dan pencemaran mikroba. Validasi juga dilakukan tehadadap interval waktu antara
penggunaan alat dan pembersihan, demikian juga antara pembersihan dan penggunaan kembali.
Validasi pembersihan di PT Sampharindo Perdana menggunakan metode apus (swab),
yakni dengan mengusapkan cotton swab yang telah dibasahi dengan pereaksi, kemudian apus
tersebut dioleskan ke tempat-tempat yang kritis dari alat yang sudah dibersihkan, kemudian
dianalisis di laboratorium pengawasan mutu.
3) Validasi Proses
Validasi Proses diartikan sebagai tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa
proses yang dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan
memberi hasil yang dapat terulang untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi
dan atribut mutu yang ditetapkan sebelumnya. Tujuan pelaksanaan validasi proses yaitu :
memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang berlaku dan digunakan
dalam proses produksi (Batch Processing Record), senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara
terus menerus, Mengurangi problem yang terjadi selama proses produksi, dan memperkecil
kemungkinan terjadinya proses ulang (reworking process).
3. Final Inspection
Final inspection merupakan bagian dari departemen QA. Bagian ini bekerja di lapangan
melakukan pengecekan terhadap produk yang akan di rilis di pasaran. Pengujian terakhir dilakukan
pada proses pengemasan, yang akan dilakukan evaluasi dan memperoleh persetujuan untuk di rilis.
Quality Senior
General Manager
Quality Control
Kimia Mikrobiologi
QC Packeging
QC Row Material QC Finish Good QC Stability QC Supervisor
Material
Quality Senior
General Manager
Quality
Administration Staff
Quality Manager
QA Assistant
Manager
Pelulusan produk dilakukan oleh personil QA yang qualified person dalam hal ini salah
satunya yaitu QA manager. Template Batch record (BR) yang dikeluarkan oleh departemen SCM
diberikan kepada departemen QA untuk di review oleh QA manager terkait formula, cara kerja,
kesesuaian dengan nomor ijin edar (NIE), dan data lain yang tercantum pada BR. Setelah mendapat
persetujan QA, bagian produksi dapat menggunakan dokumen tersebut selama proses produksi.
Setelah proses produksi selesai, admin QA akan mengumpulkan dokumen pendukung lainnya dari
departemen lain. Data yang sudah terkumpul kemudian direkap dan di review ulang oleh QA
manager serta pemberian status release maupun reject. QA Pharmacist memiliki beberapa tugas
yang berbeda antara lain sebagai berikut :
1. Penanganan Complaint
Keluhan atau complaint merupakan ekspresi ketidakpuasan dalam bentuk verbal, tertulis atau
elektronik terhadap penggunaan produk atau jasa. Keluhan dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu :
(1)Technical Complaint, yaitu keluhan yang terkait dengan ketidaksesuaian atau kerusakan
fisik, kimia atau biologi dari produk. Keluhan dapat berupa label rusak, tutup botol yang
bocor, perubahan viskositas, bentuk, warna produk, kemasan atau dus yang rusak dan
terjadi pertumbuhan mikroba atau jamur.
(2)Medical Complaint, yaitu keluhan yang terkait dengan reaksi produk yang merugikan
setelah penggunaannya. Keluhan dapat berupa alergi, keracunan, produk tidak berkhasiat
atau respon klinis yang rendah
1. Penanganan produk kembalian (returned good handling)
Produk kembalian terkait dengan masa kadaluarsa produk, adanya kerusakan produk, dan
adanya perubahan desain kemasan. Hal inilah yang membedakan retur dengan complaint. Untuk
produk kembalian, akan ditentukan status produk tersebut apakah status reject, manfaat, atau
repack. Suatu produk kembalian yang diberi status reject berarti produk kembalian tidak dapat
digunakan lagi untuk pengobatan dan harus dimusnahkan. Status manfaat berarti produk
kembalian masih dapat digunakan untuk pengobatan tetapi untuk internal di PT Combiphar, tidak
untuk dijual di pasaran. Status repacked berarti produk kembalian masih dapat digunakan untuk
pengobatan dan akan dikemas ulang untuk dijual di pasar. Ketentuan penerimaan produk
kembalian ini didasarkan pada “Return Good Policy” yang disetujui bersama oleh PT. Combiphar
dan distributor.
2. Penanganan produk yang ditarik
Hal-hal yang dapat menyebabkan suatu produk ditarik dari pasaran, yaitu:
(1) Internal pabrik, penarikan satu atau beberapa bets atau seluruh produk tertentu dari
semua tingkatan distribusi obat. Hal ini karena ditemukannya ketidakstabilan produk
pada retained sample sehingga perlu peninjauan ulang pada formulasi produk
tersebut.
(2) Principal, penarikan suatu produk terkait dengan perusahaan yang melakukan toll
in ke PT. Combiphar.
(3) Pemerintah, penarikan suatu produk karena hasil temuan BPOM bahwa produk
tersebut memiliki efek samping obat yang berbahaya.
Untuk semua produk yang ditarik maka akan dilaporkan ke BPOM dan akan diberitahukan ke
masyarakat melalui media masa.
3. Annual Product Review
Pengkajian mutu produk dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor,
dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal,
bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang
diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk PT Combiphar secara berkala
biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian
ulang sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit:
(1) Tujuan
(2) Deskripsi Produk
(3) Daftar bets yang di produksi pada tahun tertentu,
(4) Pengkajian Bahan awal, Bahan pengemas yang digunakan, Data proses produksi. Hasil
pemeriksaan terhadap produk, Hasil uji di luar spesifikasi (HULS), Laporan
penyimpangan, Pengendalian perubahan, Kualifikasi dan validasi Pemantauan kualitas
air murni, Pemantauan lingkungan, Studi stabilitas produk terdiri dari uji stabilitas On
Going, uji stabilitas dipercepat dan uji stabilitas jangka panjang, Keluhan terhadap
produk, Penarikan produk, Produk kembalian, Kesesuaian terhadap dokumen registrasi
dan kebijakan terkait, Kesepakatan teknis, Evaluasi pengkajian mutu produk tahun
sebelumnya
(5) Evaluasi dan kesimpulan
(6) Rekomendasi
(7) Lampiran
Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan suatu penilaian
hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan perbaikan dan pencegahan ataupun validasi
ulang hendaklah dilakukan. Alasan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan
pencegahan dan perbaikan yang telah disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat
waktu. Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk manajemen yang sedang berlangsung dan
pengkajian aktivitas serta efektivitas prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat inspeksi diri.
Bila dapat dibenarkan secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk,
misal sediaan padat, sediaan cair, produk steril, dan lain-lain.
5. Documentation and Change Control
Unit yang bertanggung jawab terhadap semua dokumen yang ada di perusahaan. Setiap
dokumen yang ada di perusahaan sebelum didistribusikan akan melewati beberapa tahapan yaitu
review, persetujuan/pengesahan dan penandatanganan oleh yang bersangkutan, serta distribusi dan
sosialisasi dokumen. Tugas-tugas yang dilakukan antara lain :
(1) Berkoordinasi dengan bagian yang membuat suatu dokumen mengenai waktu
diberlakukannya dokumen tersebut.
(2) Menentukan pihak mana saja yang akan menerima dokumen yang akan didistribusikan.
(3) Membuat copy document dan sebagai usaha pengendaliannya dokumen yang asli di cap
“Master Document”. Sedangkan, copy document dicap “Controlled Copy” untuk setiap
dokumen yang diserahkan ke bagian-bagian lain atau dicap “Uncontrolled Copy”.
Setiap dokumen yang diberi cap sebagai status dokumen harus ditandatangani oleh
document controller
(4) Mendistribusikan dokumen baru bersamaan dengan ditariknya dokumen lama. Untuk
dokumen-dokumen lama yang sudah tidak berlaku dicap “tidak berlaku” sesuai dengan
tanggal dokumen baru berlaku dan harus disimpan di tempat penyimpanan yang terpisah
dalam jangka waktu tujuh tahun, sedangkan seluruh salinan harus ditarik kembali oleh
DC.
(5) Memusnahkan dokumen dengan membuat berita acara pemusnahan dokumen.
Dokumen yang dimusnahkan adalah dokumen-dokumen yang telah habis masa
retensinya dengan alat pemotong kertas dan menghapus softfile dokumen yang sudah
tidak berlaku.
(6) Jika ada suatu perubahan dalam setiap hal yang terkait mutu produk (misalnya
perubahan spesifikasi bahan, formula, zat aktif zat tambahan, prosedur, CoA atau
perubahan supplier), maka dibuat change control oleh bagian yang bersangkutan.
Formulir change control diserahkan ke bagian QAS dan dicatat dalam CAPA
4. Deviasi atau penyimpangan
Deviasi adalah segala aspek pembuatan obat yang tidak sesuai dengan prosedur (SOP).
Menejemen deviasi merupakan salah satu system dokumentasi yang wajib diterapkkan oleh setiap
industri farmasi dalam melakukan control dalam segala aspek pembuatan obat. Segala bentuk
penyimpangan harus segera dilaporkan ke departemen QA. Deviasi terdapat dua macam, yaitu
deviasi tidak terencana (non comformity case) dan deviasi terencana (temporarily change). Deviasi
tidak terencana adalah segala bentuk penyimpangan yang terjadi secara spontan atau tidak dapat
dipikirkan. Deviasi terencana merupakan segala bentuk penyimpangan yang dapat diperkirakan.
Tahapan penanganan deviasi dimulai dari inisiator mengisi form pelaporan menyertakan tanggal
pelaporan, omor dokumen, deskripsi deviasi yang terjadi, departemen terkait dan mengirimkan ke
bagian QA. Departemen QA akan mengkaji laporan penyimpangan dan memberi keputusan
stop/close apabila root cause telah diketahui, apabila root cause belum diketahui maka akan
dilakukan investigasi awal. Investigasi awal dilakukan segera setelah ditemukan deviasi oleh
departemen terkait, untuk mengetahui lokasi deviasi, perubahan apa yang mungkin timbul, siapa
yang terlibat, penyebab terjadinya deviasi, dampak deviasi terhadap regulasi, dan dampak deviasi
terhadap produk serta lingkungan. Selanjutnya pihak terkait akan melakukan risk assessment untuk
memperkirakan besarnya resiko akibat deviasi dan tindakan yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki dan mencegah deviasi tersebut terulang kembali. Penentuan root cause sangat
berpengaruh terhadap kemungkinan deviasi berulang. Deviasi kemudian diklasifikasikan
berdasarkan hasil risk assessment kedalam tiga kategori yaitu Kritikal adalah Deviasi yang
berpotensi membahayakan kesehatan, melanggar regulasi yang berlaku baik terhadap regulasi
produksi maupun pemasaran. Major adalah Deviasi terhadap system GMP yang berpotensi
memiliki dampak terhadap kualitas produk akhir. Termasuk kumpulan deviasi minor yang megacu
pada kegagalan. Minor adalah Deviasi yang terjadi prosedur yang ada dan tidak berdampak
terhadap kualitas produk