Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Askep DHF

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

ASKEP ANAK DENGAN DHF

(Dengue Haemoragic Fever)

Dosen pembimbing :
LAILATUL FADLIYAH, S.ST.,M.Kes
Disusun Oleh :

1. Langgeng Wahyu Prasetyo (151711913118)


2. Viky Sugiarto (151711913137)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
TAHUN AKADEMIK 2018 – 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpaahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini, yang berjudul “ASKEP DHF (Dengue Haemoragic Fever) PADA ANAK”
pada mata kuliah KEPERAWATAN ANAK. Kami berharap bahwa makalah ini dapat
bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu dalam mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 1 untuk penyusun makalah, dan berharap agar pembaca
menambah pengetahuan dan dapat berguna dalam pencegahan penyakit “DHF
(Dengue Haemoragic Fever)”.

Dengan selesainya makalah ini, kami sampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Joni Haryanto,S.Kep.,M.Si selaku Kaprodi D3 Keperawatan


Universitas Airlangga
2. ILYA KRISNANA, S.Kep., Ns.M.Kep selaku PJMK mata kuliah
KEPERAWATAN ANAK
3. LAILATUL FADLIYAH, S.ST., M.Kes. yang telah memberikan
memberikan tugas makalah ini.
4. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat,motivasi, dan
dorongan kepada kami.
5. Serta semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini belum sempurna,


masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Oleh karena itu , kami
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Gresik, 22 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………………………………………….. i

Daftar isi……………………………………………………………………………………………………..ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar belakang…………………………………………………………………………………………1


1.2 Rumusan masalah……………………………………….…………………………………………..2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar penyakit


2.1.1 Definisi………………………………………………………………………………3
2.1.2 Etiologi…………………………………………………………………………......3
2.1.3 Patofisiologi………………………………………………………………….......3
2.1.4 Manifestasi…………………………………………………………………….....4
2.1.5 klasifikasi DHF menurut WHO…………………………………………….4
2.1.6 Penatalaksanaan………………………………………………………………...5
2.1.7 Pathway……………………………………………………………………………...7
2.2 Konsep dasar keperawatan
2.2.1 Pengkajian…………………………………………………………………………..8
2.2.2 Diagnosa……………………………………………………………………………..12
2.2.3 Intervensi…………………………………………………………………………….12
2.2.4 Implementasi……………………………………………………………………...15
2.2.5 Evaluasi……………………………………………………………………………….16
2.3 Kasus semu
2.3.1 Pengkajian…………………………………………………………………………..17
2.3.2 Diagnosa……………………………………………………………………………..23
2.3.3 Intervensi…………………………………………………………………………….24
2.3.4 Implementasi……………………………………………………………………...25
2.3.5 Evaluasi……………………………………………………………………………….27
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………30
3.2 Saran………………………………………………………………………………………………….30

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………31
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan tanda dan gejala demam, nyeri otot,
nyeri sendi disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia (Rohim,
2004).
Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit
(terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue
dengan gejala utama demam,nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala
pendarahan spontan seperti ; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada
keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara
Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang
berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun
1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia.
Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan
genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap
daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor
genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang
timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus
Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara
tropis dan sub tropis.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa saja konsep dasar penyakit DHF pada anak?
1.2.2 Apa saja konsep keperawatan penyakit DHF pada anak ?
1.2.3 Bagaimana contoh askep kasus semu penyakit DHF pada anak?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk memahami konsep dasar penyakit DHF pada anak.
1.3.2 Untuk memahami konsep keperawatan penyakit DHF pada anak.
1.3.3 Untuk memahami contoh askep kasus semu penyakit DHF pada anak.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1.1 Definisi
Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus ( Artropod Born
Virus ) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh
Aedes Aebopictus.
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang
termasuk dalam genus flavi virus merupakam virus dengan
diameter 30nm. Terdapat 4 serotipe virus yaitu den 1, den 2, den
3, den 4 yang semua dapat menyebabkan DHF. Ke-4 serotipe
ditemukan di Indonesia dengan den 3 merupakan serotype
terbanyak (Sudoyo, 2006)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(betina) (Hidayat, 2006)

2.1.2 Etiologi
Penyebab Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) dinamakan
virus dengue tipe 1, tipe 2, tipe 3,tipe 4. Vektor dari DHF adalah
Aedes aegypti, aedes albopictus, aedes aobae, aedes cooki, aedes
hakanssoni, aedes polynesis, aedes pseudoscutellaris, aedes
rotumae (Sumarmo, 2005).
Virus dengue termasuk Flavivirus secara serologi terdapat
4 tipe yaitu tipe1, tipe 2, tipe 3, tipe 4. Dikenal 3 macam arbovirus
Chikungunyam Onyong-nyong dari genus Togavirus dan West Nile
Fever dari genus Flavivirus, yang mengakibatkan gejala demam
dan ruam yang mirip DB (Widagdo, 2011).
2.1.3 Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh kemudian akan
beraksi dengan antibody dan terbentukalah kompleks virus
antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen,
akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida
yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya pemeabilitas dinding
pembuluh darah. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma, sehingga terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok) (Suriadi, 2010).
2.1.4 Manifestasi Klinis
(Nursalam, 2008)
 Meningkatnya suhu tubuh
 Nyeri pada otot seluruh tubuh
 Suara serak
 Batuk
 Epistaksis
 Disuria
 Nafsu makan menurun
 Muntah
 Ptekie
 Ekimosis
 Perdarahan gusi
 Muntah darah
2.1.5 Klasifikasi DHF
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat
derajat sebagai berikut:
 Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi
perdarahan ( uju tourniquet positif ).
 Derajat II

Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan


perdarahan lain.

 Derajat III

Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi


menurun ( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi ).

 Derajat IV

Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur.

 Pemeriksaan Diagnostik
 Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat
20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau
kurang ).
 Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test ).
 Rontgen Thorac = Effusi Pleura.
(Nursalam, 2008)

2.1.6 Penatalaksanaan
 Medik
 DHF tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari ).
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga
dilakukan kompres.
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan )
untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th
75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi
luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada
anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit
meningkat.
 DHF dengan Renjatan
- Pasang infus RL.
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan
plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB ).
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
(Narusalam, 2008)
 Keperawatan
 Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam.
- Observasi intik output.
- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan,
observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht,
Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per
hari, beri kompres.
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital,
pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala
seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi
fowler, beri o2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15
menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam,
periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
 Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis,
Hematomesis dan melena.
- Catat banyak, warna dari perdarahan.
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus
Gastro Intestinal.
 Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic.
- Beri minum banyak.
- Berikan kompres.
2.1.7 Pathway

(Nursalam, 2008)
2.2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
( Mary E. 2002)
 Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang
anak – anak dengan usia kurang dari 15 tahun. Endemis di
daerah tropis Asia, dan terutama terjadi pada saat musim
hujan, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.
 Keluhan Utama.
Panas atau demam.
 Riwayat Kesehatan.
 Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya
panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak
semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta
adanya manifestasi pendarahan pada kulit
 Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah
mengalami serangan ulang DHF.
 Riwayat imunisasi.
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat
dihindarkan.
 Riwayat gizi.
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan
status gizi yang baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Pasien yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu
makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
akan mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
 Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih ( seperti air yang
menggenang dan gantungan baju dikamar ).

 Acitvity Daily Life (ADL)


 Nutrisi : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
 Aktivitas : Nyeri pada anggota badan, punggung sendi,
kepala, ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktivitas sehari-hari.
 Istirahat, tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit
kepala dan nyeri.
 Eliminasi : Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai
anuria.
 Personal hygiene : Meningkatnya ketergantungan
kebutuhan perawatan diri.
 Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status
kesehatan klien (inspeksi adanya lesi pada kulit). Perkusi,
adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari
tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan
fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara
mendengarkan menggunakan stetoskop (auskultasi dinding
abdomen untuk mengetahu bising usus).
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh
hasil sebagai berikut:
 Keadaan umum : Berdasarkan tingkatan (grade) DHF
keadaan umum adalah sebagai berikut :
1. Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan
umum lemah, tanda – tanda vital dan nadi lemah.
2. Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan
umum lemah, ada perdarahan spontan petekia,
perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur.
3. Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran
apatis, somnolen, nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur serta tensi menurun.
4. Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital
: nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan
tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan
kulit tampak sianosis.
 Kepala dan leher.
1. Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan
sekitar mata, lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola
mata nyeri.
2. Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah
kotor, (kadang-kadang) sianosis.
3. Hidung : Epitaksis
4. Tenggorokan : Hiperemia
5. Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada
sudut atas rahang daerah servikal posterior.
 Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang
lemah.
 Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada
keadaan dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing
dulness, balote ment point (Stadium IV).
 Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
 Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL
test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua
ekstrimitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan
sianosis pada jari tangan dan kaki.
 Pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
 Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
 Trambositopenia (≤100.000/ml).
 Leukopenia.
 Ig.D. dengue positif.
 Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :
hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
 Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
 Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
 SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Nursalam (2001) dan Nanda (2009) menyatakan, diagnosa
keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan DHF adalah :
 Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme.
 Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
 Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan
perdarahan.
 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar
dengan sumber informasi.

2.2.3 Intervensi

Nanda (2009) dan Doenges (2000), menyatakan bahwa rencana


tindakan keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose
adalah :
 Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme.
Tujuan Rencana Rasional

Mempertahankan suhu a. Ukur tanda-tanda a. Suhu 38,90C-


tubuh normal. vital (suhu). 41,10C menunjukkan
proses penyakit infeksi
KH : b. Berikan kompres
akut.
hangat.
Suhu tubuh antara
b. Kompres hangat
36 – 370C. c. Tingkatkan intake
akan terjadi
cairan.
Membrane mukosa perpindahan panas
basah. konduksi.

Nyeri otot hilang. c. Untuk mengganti


cairan tubuh yang hilang
akibat evaporasi.
 Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
Tujuan Rencana Rasional

Kebutuhan cairan a. Observasi tanda- a. Penurunan sirkulasi


terpenuhi. tanda vital paling sedikit darah dapat terjadi dari
setiap tiga jam. peningkatan kehilangan
KH :
cairan mengakibatkan
b. Observasi dan cata
Mata tidak cekung. hipotensi dan takikardia.
intake dan output.
Membrane b. Menunjukkan status
c. Timbang berat
mukosa tetap lembab. volume sirkulasi, terjadinya
badan.
/ perbaikan perpindahan
Turgor kulit baik. cairan, dan respon terhadap
d. Monitor
pemberian cairan terapi.
melalui intravena setiap
c. Mengukur
jam.
keadekuatan penggantian
cairan sesuai fungsi ginjal.

d. Mempertahankan
keseimbangan
cairan/elektrolit.

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan Rencana Rasional

Kebutuhan nutrisi a. Berikan makanan a. Mengganti


adekuat. yang disertai dengan kehilangan vitamin karena
suplemen nutrisi untuk malnutrisi/anemia.
KH :
meningkatkan kualitas
b. Porsi lebih kecil dapat
Berat badan stabil atau intake nutrisi.
meningkatkan masukan.
meningkat.
b. Anjurkan kepada
c. Mengawasi
orang tua untuk
penurunan berat badan.
memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil d. Mulut yang bersih
tapi sering secara meningkatkan selera
bertahap. makan dan pemasukan
oral.
c. Timbang berat
badan setiap hari pada e. Jelaskan pentingnya
waktu yang sama dan intake nutrisi yang adekuat
dengan skala yang sama. untuk penyembuhan
penyakit.
d. Pertahankan
kebersihan mulut klien.

e. Jelaskan pentingnya
intake nutrisi yang
adekuat untuk
penyembuhan penyakit.

 Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan


perdarahan.
Tujuan Rencana Rasional

Perfusi jaringan a. Kaji dan catat tanda- a. Penurunan sirkulasi


perifer adekuat. tanda vital. darah dapat terjadi dari
peningkatan kehilangan
KH : b. Nilai kemungkinan
cairan mengakibatkan
terjadinya kematian
TTV stabil. hipotensi.
jaringan pada ekstremitas
seperti dingin, nyeri, b. Kondisi kulit
pembengkakan kaki. dipengaruhi oleh sirkulasi,
nutrisi, dan immobilisasi.

 Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar


dengan sumber informasi
Tujuan Rencana Rasional

Klien mengerti dan a. Tentukan a. Adanya keinginan


memahami proses kemampuan dan untuk belajar
penyakit dan kemauan untuk belajar. memudahkan
pengobatan. penerimaan informasi.
b. Jelaskan rasional
pengobatan, dosis, efek b. Dapat
samping dan pentingnya meningkatkan kerjasama
minum obat sesuai resep. dengan terapi obat dan
mencegah penghentian
c. Beri pendidikan
pada obat dan atau
kesehatan mengenai
interkasi obat yang
penyakit DHF.
merugikan.

c. Dapat
meningkatkan
pengetahuan pasien dan
dapat mengurangi
kecemasan.

2.2.4 IMPLEMENTASI.
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses
keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. (Perry & Potter, 2005).

1. Tindakan Keperawatan Mandiri.

Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter.


Tindakan keperawatan mendiri dilakukan oleh perawat.
Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres
hangat saat klien demam.

2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif.

Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila


perawata bekerja dengan anggota perawatan kesehatan yang
lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk
mengatasi masalah klien.
2.2.5 EVALUASI.

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur


respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat
berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien.
Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu
kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan (Perry
Potter, 2005).

Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan DHF sesuai


dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada
hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue
sebagai berikut :

 Suhu tubuh pasien normal (360C - 370C), pasien bebas dari


demam.
 Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
 Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu
menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan
atau dibutuhkan.
 Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan
pada pasien terpenuhi.
 Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
 Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok
hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal.
 Infeksi tidak terjadi.
 Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
 Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan
penjelasan dari perawat tentang proses penyakitnya.
2.3 KASUS SEMU

2.3.1 Pengkajian

DATA DEMOGRAFI
Tanggal Wawancara : 10 – 04– 2018
Tanggal MRS : 10– 04 – 2018
No. RMK : 09 11 79
Nama :E
Umur : 7 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Status Perkawinan :-
Alamat : Landasan Ulin

POLA FUNGSIONAL
1. Persepsi Kesehatan dan Penanganan Kesehatan
 Keluhan Utama / Kesehatan Umum
Panas badan meninggi.

 Riwayat Penyakit Sekarang ( ssi pola PGRST )


Satu hari sebelum masuk rumah sakit, klien teraba panas.
Panas tidka terlalu tinggi, panas sepanjang hari, kondisi lemah,
nafsu makan berkurang.

 Penggunaan Obat Sekarang


Injeksi ampicillin IV 500 mg/8 jam
Paracetamol 3 x 1 cth ½
Infus RL 11 tetes/menit
 Riwayat Penyakit Dahulu
Satu bulan yang lalu cacar air ( Varicella ).
Upaya pencegahan : Tidak ada
Imunisasi : Lengkap
Alergi : Tidap pernah

 Kebiasaan merokok dan alkohol : Tidap pernah

 Riwayat Penyakit Keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit DM, TBC
dan hypertensi.

 Riwayat Sosial
Hubungan klien dan orang tua disayangi.

2. Pola Nutrisi – Metabolik


 Masukan Nutrisi Sebelum Sakit
Pagi : Nasi, lauk, ½ piring
Siang : Nasi, lauk, sayur
Sore :-

 Saat Sakit
Nasi bubur, 1 – 2 sendok.
Nafsu makan menurun
Klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan.
Keadaan gigi atas dan bawah partial dan tidak menggunakan
protesa.
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir: Tetap
 Pemeriksaan Fisik
Tanda vital: TB: -, BB: 16, 5 kg
Kulit:
- Warna : Normal
- Suhu : 38 0C
- Turgor : Baik
- Edema : Tidak
- Lesi : Tidak
- Memar : Tidak
Mulut:
- Hygiene : Bersih
- Gusi : Normal
- Gigi : Normal
- Lidah : Bersih
- Mucosa : Normal
- Tonsil : Normal
- Wicara : Normal
Rambut dan kulit kepala: rambut tebal, warna hitam.
 Temuan laboratorium :
Darah : - HB : 11,8 gr %
- Leukosit : 11.600/mm2
- LED : 55/mm jam I
- Hitung jenis:
BAS : 0,
EOS :2
Stab :3
Seg : 60
Limp : 30
Mono :5
Urine : - Trombosit : 135.000/mm3
- Hematokrit : 35 %

3. Pola Eliminasi
Kebiasaan defekasi 1 kali/hari.
Abdomen: Simetris, tidak ada distensi
Frekuensi BU : Normal ( 8-12 x/menit )
Kebiasaan miksi 4 kali/hari.
Ginjal tidak teraba dan blast tidak distensi.
Keadaan uretra: Normal

4. Pola Aktivitas – Latihan


Mandi : Dibantu oleh orang lain
Berpakaian/Berhias : Dibantu oleh orang lain
Toileting : Dibantu oleh orang lain
Mobilitas di TT : Dibantu oleh orang lain
Berpindah : Dibantu orang lain dan alat
Ambulansi : Dibantu orang lain dan alat
Pemeliharaan Kesehatan :-
Klien tidak menggunakan alat bantu.

 Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan/sirkulasi
Tanda vital:
- Tekanan darah : -
- Nadi : 128 x/menit
- Respirasi : 40 x/menit
- Kualitas : Normal
- Batuk : Tidak
- Bunyi nafas : Normal
b. Muskuloskletal
- Rentang gerak : Penuh
- Keseimbangan dan cara berjalan : Tegap
- Genggaman tangan : Sama kuat kanan
dan kiri
- Otot kaki : Sama kuat

5. Pola Tidur – Istirahat


Kebiasaan 8 jam/hari.
Tidur malam 2 jam.
Merasa segar : Tidak
Masalah : Insomnia

Pemeriksaan fisik :
- Penampilan umum : Lemah
- Mata : Normal
- Lingkaran hitam disekitar mata : Tidak

6. Pola Kognitif – Konseptual


 Pendengaran : Normal
 Penglihatan : Normal
 Vertigo : Ya
Pemeriksaan Fisik:
Mata:
- Pupil : Isokor
- Refleks terhadap cahaya : Ya, kiri kanan
Status mental: CM, GCS 4, 5, 6
Bicara: Normal

7. Pola Persepsi Diri / Konsep Diri


 Masalah utama mengenai perawatan di RS/penyakit (finansial,
perawatan) : Askes
 Keadaan emosional : Normal
 Kemampuan adaptasi : Baik
 Konsep diri : Tidak ada gangguan

8. Pola Peran / Hubungan


 Kepedualian keluarga mengenai perawatan : Baik. Terlihat
orang tua selalu setia merawat / menjaga klien saat di RS,
secara bergantian.

9. Pola Seksualitas
Klien berjenis kelamin perempuan. Tidak ada kelainan pada
genetalia. Tidak ada penyakit mengenai seks.
Pemeriksaan fisik :
Genetalia : Struktur simetris

10. Pola Koping – Toleransi Stress


Kemampuan adaptasi: Klien mampu beradaptasi dengan baik.
Keputusan diambil oleh ayah dan ibu.
Koping toleransi terhadap stress: Tidak terkaji

11. Pola Nilai – Kepercayaan


Pembatasan religius: Tidak
Meminta kunjungan pemuka agama: Tidak

ANALISA DATA

No Data Subyektif dan Obyektif Etiologi Masalah


1. DS : Klien mengatakan badan terasa Proses infeksi virus Hypertermi
panas dan kepala pusing. Dengue
DO: - Suhu tubuh : 38 0C.
- Nadi : 128 x/menit.
- Respirasi : 40 x/menit.
- Tampak gelisah dan lemah.
2. DS : Klien mengatakan tidak mau Penurunan nafsu Resiko nutrisi
makan. makan ( anoreksia ) kurang dari
DO: - BB : 16,5 kg. kebutuhan
- Makanan yang disediakan
hanya dimakan 1-2 sendok
makan.
- Klien terlihat lemah.
3. DS : Klien mengatakan tidak bisa Peningkatan Intoleransi
duduk, mandi, jalan, ketoilet. kebutuhan aktivitas
DO: - Klien terbaring di TT. metabolisme
- Saat aktivitas selalu dibantu sekunder terhadap
ibunya. infeksi virus
- Terpasang infus RL 11 tts/m.
- Klien terlihat masih lemah.
- Tanda-tanda vital :
Suhu : 38 0C
Nadi : 128 x/menit
Resp : 40 x/menit

2.3.2 Diagnosa keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tgl Muncul Tgl Teratasi

1. Hypertermi berhubungan dengan virus 10 – 04– 2018 10 – 04– 2018


Dengue ditandai dengan :
Klien mengatakan badan terasa panas dan
kepala pusing.
Suhu tubuh : 38 0C.
Nadi : 128 x/menit.

Respirasi : 40 x/menit.

Tampak gelisah dan lemah.

2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan 10 – 04– 2018 -


berhubungan dengan penurunan nafsu
makan ( anoreksia ) ditandai dengan :
Klien mengatakan tidak mau makan.
BB : 16,5 kg.
Makanan yang disediakan hanya
dimakan 1-2 sendok makan.
Klien terlihat lemah.
3. Kelelahan berhubungan dengan proses 10 – 04– 2018 -
penyembuhan ditandai dengan :
Klien mengatakan tidak bisa duduk, mandi,
jalan, ketoilet.
Klien terbaring di TT.
Saat aktivitas selalu dibantu ibunya.
Terpasang infus RL 11 tts/m.
Klien terlihat masih lemah.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

No Dx.kep Intervensi
1 I 1. Memberikan kompres dingi didaerah axilla / bagian kepala.
2. Memberikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
3. Memberikan minuman air dingin ( aquades ) sesering mungkin.
4. Melaksanakan kolaborasi /membantu memasang cairan infus RL 11
tts/m.
5. Memberikan antipiretik ( paracetamol ).

2 II 1. Menganjurkan kepada ibu klien untuk memberikan makanan dalam


porsi kecil tapi sering.
2. Membantu dalam menyajikan makanan yang masih dalam keadaan
hangat dan sesuai dengan diet yang telah ditentukan ( ahli gizi ).
3. Menganjurkan untuk menghidari makanan yang berbau dan
berbumbu yang berlebihan.
4. Menganjurkan membawa makanan dari rumah yang sesuai dengan
diet RS.

3 III 1. Memantau respon klien terhadap aktivitas dapat dilihat dari tanda-
tanda vital.
2. Membantu klien bangun dari TT, kekamar mandi, toilet, duduk,
makan atau minum.
3. Menganjurkan kepada ibunya dalam hal perawatan diri anaknya:
 Membantu membersihkan / melap tubuh klien.
 Mengganti pakaian yang kotor.
 Membantu gosok gigi / membersihkan mulut.

2.3.4 Implementasi Keperawatan

No Tgl Dx.kep Impelentasi Evaluasi


1. 10–04-18 I 6. Memberikan kompres dingi - Suhu tubuh
didaerah axilla / bagian kepala. menurun
7. Memberikan pakaian yang tipis dan menjadi 37,5 0C.
menyerap keringat. - Klien masih
8. Memberikan minuman air dingin lemah.
( aquades ) sesering mungkin. - Terbaring di TT.
9. Melaksanakan kolaborasi
/membantu memasang cairan infus
RL 11 tts/m.
10. Memberikan antipiretik
( paracetamol ).

2. 10– 04–18 II 5. Menganjurkan kepada ibu klien - Klien masih


untuk memberikan makanan dalam menolak untuk
porsi kecil tapi sering. makan.
6. Membantu dalam menyajikan - Makanan yang
makanan yang masih dalam disedikan hanya
keadaan hangat dan sesuai dengan dimakan 1-2
diet yang telah ditentukan ( ahli gizi sendok.
). - BB tetap : 16,5 kg.
7. Menganjurkan untuk menghidari
makanan yang berbau dan
berbumbu yang berlebihan.
8. Menganjurkan membawa makanan
dari rumah yang sesuai dengan diet
RS.

3. 10– 04–18 III 4. Memantau respon klien terhadap - Klien masih belum
aktivitas dapat dilihat dari tanda- mampu
tanda vital. beraktivitas.
5. Membantu klien bangun dari TT, - masih terbaring
kekamar mandi, toilet, duduk, lemah di tempat
makan atau minum. tidur.
6. Menganjurkan kepada ibunya
dalam hal perawatan diri anaknya :
- Membantu membersihkan /
melap tubuh klien.
- Mengganti pakaian yang kotor.
- Membantu gosok gigi /
membersihkan mulut.
2.3.5 Catatatan Perkembangan

No Tgl Dx. kep Perkembangan

1. 10–04–18 I S : Klien mengatakan panas badannya mulai


berkurang dan tidak pusing lagi.
O: Suhu : 37,5 0C, nadi : 124 x/m, respirasi : 36 x/m.

A: Hypertermi.

P : Intervensi teruskan.

I : - Memberikan kompres dingin.

- Memberikan / menganjurkan pakaian yang tipis dan


menyerap keringat.

- Mengawasi tetesan infus 11 tts/m.

- Memberikan obat ahsil kolaborasi (


paracetamol ).

2. 10– 04–18 II S : Klien mengatakan tidak mau makan.


O: Makanan yang disedikan hanya dimakan 1-2
sendok. Klien masih lemah.
A: Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan.
P : Intervensi teruskan.
I :- Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering.
- Membantu dalam menyajikan makanan yang
masih dalam keadaan hangat.
- Manganjurkan untuk menghindari makanan
yang berbau dan berbumbu yang berlebihan.
- Menganjurkan membawa makanan dari rumah
sesuai selera klien.
3. 10– 04–18 III S : Klien masih minta bantuan ibunya untuk
memenuhi kebutuhannya,
O: Klien masih lemah terbaring di TT.
A: Intoleransi aktivitas.
P : Intervensi teruskan.
I : - Memantau respon klien terhadap aktivitas dari
tanda-tanda vital.
- Membantu klien bangun dari TT, kekamar
mandi, toilet, duduk makan, minum.
- Menganjurkan ibunya dalam perawatan diri
anaknya ( membantu membersihkan / melap
tubuh klien, ganti pakaian kotor, gosok gigi /
membersihkan mulut ).
4. 10–04–18 I S : Klien mengatakan badannya sudah terasa
nyaman.
O: Suhu : 36,4 0C, nadi : 98 x/m, respirasi : 28 x/m.
A: Masalah teratasi.
P:-
I :-
5. 10–04–18 II S : Klien masih belim mau makan.
O: Makanan yang disediakan baru dimakan 5 sendok
makan.
A: Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan.
P : Intervensi teruskan.
I :- Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering.
- Membantu dalam menyajikan makanan yang
masih dalam keadaan hangat.
- Manganjurkan untuk menghindari makanan
yang berbau dan berbumbu yang berlebihan.
- Menganjurkan membawa makanan dari rumah
sesuai selera klien.
6. 10– 04–18 III S : Klien mengatakan sudah mulai mampu duduk
mandiri.
O: Klien tampak duduk bersandar pada sisi tempat
tidur. Klien dapat merespon pertanyaan perawat.
A: Masalah teratasi sebagian.
P:-
I :-
7. 10- 04–18 II S : Klien mengatakan nafsu makannya mulai ada.
O: Makanan yang disedikan 1/3 porsinya sudah
mampu dihabiskan.
A: Masalah teratasi.
P:-
I :-
8. 12-4-18 - Klien minta pulang, administrasi beres.
BAB III

PENUTUP

2.4 KESIMPULAN

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai
dengan demam tinggi, nyeri otot dan sendi, syok serta dapat menimbulkan
kematian. Terdapat 3 faktor yang memegang peranan paa penularan infeksi
virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara.

Gejala utamanya adalah panas, pendarahan, hepatomegali, dan syok.


Pemeriksaan leboraturium meliputi darah, urine, sum-sum tulang, Serologi
Demam Berdarah Dengue dapat dihindari bila Sistem Kewaspadaan dini (SKD)
dan pengendalian vektor dilakukan dengan baik, terpadu dan
berkesinambungan .

Pengobatan demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan


suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila
cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang
berlebihan maka cairan intravena perlu diberikan.

2.5 SARAN
Selalu menjaga sanitasi lingkungan yang bersih dan sehat akan
menghindari pribadi dan lingkungan terutama kewaspadaan pada nyamuk
yang membawa virus dengue kepada anak atau balita.
DAFTAR PUSTAKA

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba
Medika. Jakarta.

Ngastiyah (1995), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, EGC ; Jakarta.

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Haemorragic Fever. Jakarta: Sugeng


Seto.

Anda mungkin juga menyukai