Proposal Rina Riyana
Proposal Rina Riyana
Proposal Rina Riyana
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adanya Hubungan Jajanan Sembarangan Terhadap Angka Kejadian
Demam Thypoid Pada Anak Prasekolah
TINJAUAN PUSTAKA
Ditinjau dari aspek yuridis, maka pengertian “anak” dimata hukum positif
di Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring atau
person under age), orang yang dibawah umur atau keadaan dibawah umur
(minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga disebut sebagai anak yang
dibawah pengawasan wali (minderjarige onvervoodij).
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan
perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaannya
dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap
tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal,
misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah
lembut.
Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang
dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian
saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau memangkunya
karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya.
Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya.
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun
adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut oada
ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan akan terjadi
padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat yang
akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan
merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia
yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya.
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan
karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat
menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang
dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional seperti boneka.
Berbicara dengan orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada yang lebih
besar untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua.
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan
yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan
kognitifnya. Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang
dewasa. Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan anak
sudah mampu berpikir secara konkret.
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-
anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku anak
merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi
kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak
merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya
atau orang dewasa yang ia percaya.
Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal yang
prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi
wajah bahagia.
1) Unik
2) Semangat Belajar yang tinggi
3) Aktif dan Energik
4) Spontan
5) Pemalu
6) Eksploratif dan berjiwa petualang
7) Rasa ingin tahu yang besar
Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Dalam usia ini
anak umumnya mengikuti program anak (3 Tahun-5 tahun) dan kelompok bermain
(Usia 3 Tahun), sedangkan pada usia 4-6tahun biasanya mereka mengikuti program
Taman Kanak-Kanak, Patmonedowo (2008:19).
Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadi kepekaan untuk peneguhan
sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia 4 tahun
memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4-6 tahun memiliki kepekaan yang bagus
untuk membaca. Anak prasekolah adalah anak yang masih dalam usia 3-6 tahun,
mereka biasanya sudah mampu mengikuti program prasekolah atau Taman Kanak–
kanak. Dalam perkembangan anak prasekolah sudah ada tahapan-tahapanya, anak
sudah siap belajar kususnya pada usia sekitar 4-6 tahun memiliki kepekaan menulis
dan memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca. Perkembangan kognitif anak
masa prasekolah berbeda pada tahap praoperasional.
Anak pada masa prasekolah akan mengalami proses perubahan baik dalam
pola makan, proses eliminasi dan perkembangan kognitif menunjukan proses
kemandirian (Hidayat, 2008).
1) Perkembangan biologis
Pada anak usia prasekolah akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan fisik yang melambat dan stabil. Dimana pertambahan berat badan 2-
3kg pertahun dengan rata-rata berat badan 14,5 kg pada usia 3 tahun, 16,5 kg pada
usia 4 tahun dan 18,5 kg pada usia 5 tahun. Tinggi badan tetap bertambah dengan
perpanjangan tungkai dibandingkan dengan batang tubuh. Rata-rata pertambahan
tingginya 6,5-9 cm pertahun. Pada anak usia 3 tahun, tinggi badan rata-rata adalah
95 cm dan 103 cm pada usia 4 tahun serta 110 cm pada usia 5 tahun (Wong et al,
2009).
2) Perkembangan kognitif
Anak usia pra sekolah pada perkembangan kognitif mempunyai tugas yang
lebih banyak dalam mempersiapkan anak mencapai kesiapan tersebut. Serta proses
berpikir yang sangat penting dalam mencapai kesiapan tersebut (Wong, et al, 2009).
Pemikiran anak akan lebih kompleks pada usia ini, dimana mengkategorikan obyek
berdasarkan warna, ukuran maupun pertanyaan yang diajukan (Potter dan Perry,
2009). Menurut Marry (2005) tinjauan teori mengenai perkembangan kognitif
menggunakan tahap berpikir pra operasional oleh Piaget. Dimana dibagi menjadi
dua fase yaitu:
a. Fase pra konseptual (usia 2-4tahun) dimana pada fase ini konsep anak
belum matang dan tidak logis dibandingkan dengan orang dewasa.
Mempunyai pemikiran yang berorientasi pada diri sendiri, dan membuat
klasifikasi yang masih relatih sederhana.
b. Fase intuitif (4-7 tahun): anak mampu bermasyarakat namun belum dapat
berpikir timbal balik. Anak biasanya banyak meniru perilaku orang
dewasa tetapi sudah mampu memberi alasan pada tindakan yang
dilakukan.
3) Perkembangan moral
4) Perkembangan psikososial
Anak usia prasekolah menurut Hockenberry & Wilson (2009) sudah siap
dalam menghadapi dan berusaha keras mencapai tugas perkembangan. Tugas
perkembangan yang dimaksud adalah menguasai rasa inisiatif yaitu
bermain,bekerja serta mendapatkan kepuasan dalam kegiatannya, serta merasakan
hidup sepenuhnya. Konflik akan timbul akibat rasa bersalah, cemas dan takut yang
timbul akibat pikiran berbeda dengan perilaku yang diharapkan.
Menurut Montessori (dalam Noorlaila 2010:48), bahwa pada usia 3-5 tahun
anak-anak dapat diajari menulis membaca, dikte dengan belajar mengetik. Sambil
belajar mengetik anak-anak belajar mengeja, menulis dan membaca. Usia taman
kanak-kanak merupakan kehidupan tahun-tahun awal yang kreatif dan produktif
bagi anak-anak. Oleh karena itu sesuai dengan kemampuan tingkat perkembangan
dan kepekaan belajar mereka kita dapat juga mengajarkan menulis, membaca dan
berhitung pada usia dini.
1) Ciri fisik
Anak prasekolah dalam penampilan maupun gerak gerik prasekolah
mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya
yaitu umumnya anak sangat aktif, mereka telah memiliki penguasaan
(kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan
sendiri.seperti memberikan kesempatan kepada anak untuk lari memanjat
dan melompat.
2) Ciri Sosial
3) Ciri Emosional
Anak prasekolah cnderung mengekpresikan emosinya dengan bebas
dan terbuka, sikap marah , iri pada anak peasekolah sering terjadi, mereka
seringkali memperebutkan perhatian guru atau orang sekitar. Pada usia ini
sudah menjadi kebiasaan anak untuk berperilaku lebih agresif dan lemah
dalam kontrol diri. Anak-anak dengan emosional tinggi dapat menunjukkan
sifatnya tersebut dengan temper tantrum.
4) Ciri kognitif
Jenis Makanan Jajanan menurut Mulyati (2003) dalam Nuryati (2005) dibagi
menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu:
a. Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mie ayam dan
sebagainya
b. Snack atau penganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng dan
sebagainya
c. Golongan minuman seperti cendol, es krim, es teler, es buah, es teh,
dawet dan sebagainya
d. Buah-buahan segar
1. Makanan utama seperti: bakso, pecel, mie ayam, nasi goreng dll.
2. Makanan selingan/snack seperti: cimol, kue kue, cilok, cireng dll.
3. Minuman seperti: cendol, es cream, es potong, susu, minuman serbuk
dll.
Makanan jajanan dapat menimbulkan bahaya atau dampak tidak baik seprti
pada perilaku anak yang jajan sembarangan yang tentunya tanpa pengawasan
orang tua. Dari jajanan sembarangan tersebut dapt menimbilkan dampak sebagai
berikut:
Kebiasaan Jajan pada Anak Makanan jajanan (street food) sudah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus
meningkat mengingat terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah
makanan sendiri. Hasil survei Sosial Ekonomi yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik tahun 1999 menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran ratarata per kapita
per bulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada
tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 19998.
Anak-anak tertarik dengan jajanan sekolah karena warnanya yang
menarik, rasanya yang menimbulkan selera dan harga yang terjangkau. Bahkan
mereka tidak memperhitungkan lagi berapa uang saku yang mereka gunakan
untuk membeli makanan jajanan yang kurang memenuhi standar gizi. Selain hal
tersebut, kenyataan bahwa banyak makanan jajanan yang disediakan atau dijual
di kantin-kantin sekolah maupun pedagang makanan sekitar sekolah.
a. Biasakan makan pagi. Hal ini efektif untuk mengurangi nafsu jajan pada
anak dan remaja.
b. Membawa bekal. Dengan membawa bekal, selain kebersihan terjaga,
nutrisi juga dijamin seimbang.
c. Sediakan kudapan/camilan sehat di rumah, bisa berupa buah, kue rendah
kalori atau yoghurt.
d. Variasi makanan di rumah. Menu yang berganti-ganti membuat kita tidak
cepat bosan dan mencari pilihan lain di luar rumah, yang belum tentu
memenuhi syarat gizi. Ini bisa diterapkan juga di kantin-kantin sekolah
dengan menyediakan makanan yang sehat yang variatif dan bergizi,
sehingga murid tidak membeli jajanan di luar sekolah.
e. Jangan biasakan mengganti makanan dengan jajanan.
f. Jangan terlalu sering makan di restoran fast food. Makanan yang
ditawarkan umumnya mengandung garam yang tinggi dan penyedap rasa
berlebih. Kandungan kalorinya juga lebih besar dibanding kandungan
nutrisinya. Protein, mineral dan vitaminnya pun sangat rendah.
Menurut Mayke (2009) mengatasi jajan pada anak dapat dilakukan dengan
cara Di rumah: ubah pola makan keluarga, mengurangi kebiasaan jajan seluruh
anggota keluarga, membuat kudapan tandingan b. Lingkungan tetangga:
membatasi permintaan anak untuk jajan c. Di sekolah: batasi uang jajan, frekuensi,
jumlah dan waktu jajan10.
Penyakit Demam Typhoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga
disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu
Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan (Depkes RI,
2009). Sudoyo (2006) dalam Tim staf Fakultas Universitas Kedokteran
Abulyatama (2013) menyatakan bahwa demam tifoid (typhoid fever) atau tifus
abdominal (paratyphoid fever/enteric fever/paratifus abdominal) adalah penyakit
disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B, dan C atau
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna, dengan gejala yang
di tandai yaitu panas berkepanjangan (deman lebih dari 1 minggu), gangguan pada
saluran cerna, gangguan kesadaran, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan
struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekalian multiplikasi ke
dalam sel fagoist mononukler dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyer’s
patch.
Kasus yang terjadi di Amerika merupakan sebagain besar kasus impor dari
negara endemik demam typhoid, sementara prevalensi di Amerika Latin sekitar
150/100.000 penduduk setiap tahunnya, dan prevalensi di Asia jauh lebih banyak
yaitu sekitar 900/10.000 penduduk per tahun dan dapat menyerang semua usia,
namun golongan terbesar tetap pada usia kurang dari 20 tahun. Penyakit ini tersebar
di seluruh wilayah dengan insidensi yang tidak berbeda jauh antar daerah dan
serangan penyakit ini lebih bersifat sporadis dan bukan endemik. Indonesia
merupakan negara endemik demam typhoid, diperkirakan terdapat 800 penderita
per 100.000 penduduk per tahun yang ditemukan sepanjang tahun. (Widoyono,
2011).
2. Faktor Agent
Demam Typhoid disebabkan oleh bakteri salmonella thypi, jumlah
kuman yang dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105-109 kuman
yang tertelan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Semakin besar jumlah kuman maka semakin pendek masa inkubasi
penyakit.
3. Faktor Environment
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi yang di Vumpai secara
luas di daerah tropis terutama didaerah dengan kualitas sumber air yang
kurang memadai serta sanitasi yang rendah.
2.4.8 Komplikasi
1. Komplikasi Intestinal
- Perdarahan usus
- Perforasi usus
- Ileus paralitik
2. Komplikasi Ekstra –Intestinal- Komplikasi Kardiovaskuler : kegagalan
sirkulasi perifer (renjatanseptik),miokarditis,trombosis dan tromboflebitis
- Komplikasi darah : anemia hemolitik ,trombositopenia, dan /atau
DisseminatedIntravascular Coagulation (DIC) dan Sindrom uremia
hemolitik
- Komplikasi paru : Pneumonia,empiema,dan pleuritis
- Komplikasi hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolesistitis
- Komplikasi ginjal : glomerulonefritis,pielonefritis, dan perinefritis
- Komplikasi tulang : osteomielitis,periostitis,spondilitisdan Artritis
- Komplikasi Neuropsikiatrik: Delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, sindrom guillain-barre, psikosis dan sindrom
katatonia.
2.4.9 Patofisiologi
Resiko kekurangan
volume cairan Aneroksia mual muntah
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Perdarahan masif Nyeri
Komplikasi perfiorasi
dan perdarahan usus
2.4.10 Pengobatan
Menurut IG.N. Gde Ranuh ( 2013) menyatakan bahwa antibiotika adalah
yang paling baik dalam demam typhoid, namun karena meningkatnya resistesi
terhadap antibiotika, pengobatan menjadi sulit. Chloramphenicol masih tetap obat
utama (gold standar) karena harganya murah dan efektif.
Tetapi apabila diperkirakan terdapat resistensi dengan chloramphenicol, obat-
obatan yang baru tersebut dapat dipertimabngkan sesuai situasi penderita.
Penderita typhoid harus istirahat selama 5-7 hari bebas panas, tetapi tidak
harus tirah baring sempurna. Penderita diberi diet yang terdiri dari bubur saring,
kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kekambuhan
penderita. Selain itu juga dianjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan
keadaan penderita dengan memperhatikan segi kualitas ataupun kuantitas dapat
diberikan dengan aman. Kualitas makanan disesuaikan dengan kebutuhan baik
kalori, protein, elektrolit, vitamin, maupun mineral, serta diusahakan makanan yang
rendah atau bebas selulosa, dan menghindari makanan yang sifatnya iritatif
T.H.Rampengan, 2007).
Selain hal-hal di atas, saat ini sudah tersedia vaksin untuk typhoid. vaksin
yang sudah tersedia, yaitu vaksin hidup yang diberikan secara oral (Ty21A) dan
vaksin polisakarida Vi yang diberikan secara intramuskular/disuntikkan ke dalam
otot. Menurut FDA Amerika, efektivitas kedua vaksin ini bervariasi antara 50-80
%. Vaksin hidup Ty21A diberikan kepada orang dewasa dan anak yang berusia 6
tahun atau lebih. Vaksin ini berupa kapsul, diberikan dalam 4 dosis, selang 2 hari.
Kapsul di minum dengan air dingin (suhunya tidak lebih dari 37 oC), 1 jam sebelum
makan. Sementara kapsul tersebut harus disimpan dalam kulkas (bukan di freezer)
dan vaksin ini tidak boleh diberikan kepada orang dengan penurunan sistem
kekebalan tubuh (HIV, keganasan) dan juga jangan diberikan pada orang yang
sedang mengalami gangguan pencernaan. Selain itu penggunaan antibiotik harus
dihindari 24 jam sebelum dosis pertama dan 7 hari setelah dosis keempat dan
dilarang diberikan kepada wanita hamil. Efek samping dari vaksin yaitu mual,
muntah, rasa tidak nyaman di perut, demam, sakit kepala dan urtikaria. Vaksin ini
harus diulang setiap 5 tahun (Syahrurachman, 2008).
2.5 Kerangka Konseptual
METODOLOGI PENELITIAN
hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2010). Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian cross
data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam,
2017).
sembarangan dan demam typoid pada anak di PPK BLUD RSU Palabuhanratu.
Kerangka Penelitian
Hubungan Jajan Sembarangan Terhadap Angka kejadian Demam Typhoid
pada Anak Usia Prasekolah
Tabel 3.5.1
Definisi Oprasional
1 2 3 5 4 6 7
Ruang: Cumi
Tahun 2019
Januari Februari
2. Febris 26 Bronchopneumonia 57
3. GEA 38 DHF 55
4. DHF 33 GEA 46
6. Bronchopneumonia 23 Febris 33
7. Vomitus 6 Vomitus 7
9. Dispepsi 4 Hepatitis 2
Jumlah Lain-Lain 20
6. DHF 17 Febris 8
7. Vomitus 4 DHF 7
8. Asma 2 ISK 3
9. Dispepsi 2 Asma 2
3.6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2010). Populasi dalam
penelitian ini adalah anak di PPK BLUD RSU Pelabuhanratu merupakan Rumah
sakit yang berada di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi.
3.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2010). Teknik pengambilan sampel menggunakan
nonprobability sampling yauitu dengan purposive sampling dimana suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan
yang dihendaki oleh peneliti.
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eklusi
3. Karakteristik Dop Out
a) Kuesioner/Angket
b) Wawancara
c) Observasi
d) Dokumentasi
e) Tes
Observasi
1. Uji Validitas
Adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar benar
mengukur apa yang diukur, valid berarti instrument dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi suatu penelitian dikatakan
valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2010). Uji
realiabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat dapat
dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2010).
dilakukan
pendahuluan
masalah
kognitif ke responden
ada.
2012)
1. Editing
4. Data Entry
5. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden telah selesai
(Notoatmodjo, 2012).
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
3.10 Etika Penelitian
dengan manusia, etika penelitian dalam penelitian ini (Hidayat, 2011) yaitu:
1. Informed Consent
identitas responden.
3. Confidentiality (Kerahasian)
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
4. Justice (Keadilan)
Prinsip Keadilan ini menjamin pada lansia atau responden akan memperoleh
sebagainya.
3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.11.1. Lokasi
3.11.2. Waktu