Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Percobaan 6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

PERCOBAAN 6

ISOLASI ETIL-p-METOKSI SINAMAT DARI KENCUR (Kaempferia


galanga L.) DAN SINTESIS ASAM-p-METOKSISINAMAT
Sintesis Turunananya dan Penetapan Struktur

I. Tujuan Percobaan
1.1 Isolasi etil-parametoksisinamat dari Kencur (Kaempferia galanga L)
dengan menggunakan metode refluks.
1.2 Hidrolisis etil-parametoksisinamat hasil isolasi mrnggunakan katalis
basa.
1.3 Sintesis asam sinamat dari benzealdehid, asam malonat, piridin dan
piperidin.
1.4 Identifikasi senyawa hasil isolasi, hidrolisis, dan sintesis menggunakan
uji KLT dan titik leleh.
1.5 Identifikasi senyawa asam sinamat dengan menggunakan uji titik leleh
dan uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

II. Prinsip Percobaan


2.1 Refluks adalah metode ekstraksi padat cair dengan cara panas
berdasarkan perbedaan kepolaran.
2.2 Hidrolisis Ester adalah pembentukan asam karboksilat dan alkohol
berdasarkan reaksi antara ester dan air.
2.3 Uji Titik Leleh adalah perubahan zat padat menjadi cair pada titik leleh
zat tersebut.
2.4 Kromatografi Lapis Tipis adalah Pemisahan berdasarkan kepolaran dan
migrasi antara fase gerak dan fase diam.
III. Teori Dasar
Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis empon-
empon/tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae).
Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang
dimanfaatkan sebagai stimulan. Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan
minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek.
Secara empirik, kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri,
obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut. Minyak atsiri
dalam rimpang kencur mengandung etil parametoksi sinamat dan metil p-metoksi
sinamat yang banyak digunakan dalam industri kosmetika dan dimanfaatkan
sebagai obat asma dan anti jamur (Rostiana et all, 2005).

Kandungan kimia rimpang kencur telah dilaporkan oleh Afriastini,1990


yaitu (1) etil sinamat, (2) etil p-metoksisinamat, (3) p-metoksistiren, (4) karen (5)
borneol, dan (6) paraffin.
Diantara kandungan kimia ini, etil p-metoksisinamat merupakan komponen
utama dari kencur (Afriastini,1990). Tanaman kencur mempunyai kandungan kimia
antara lain minyak atsiri 2,4-2,9% yang terjadi atas etil parametoksi sinamat (30%).
Kamfer, borneol, sineol, penta dekana. Adanya kandungan etil para metoksi
sinamat dalam kencur yang merupakan senyawa turunan sinamat (Inayatullah,1997
dan Jani, 1993).
Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi
rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa
tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk
dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan gugus
metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang
bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-
pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air, dan
heksana (Nurlita, 2004).
Gambar 3.3 Struktur Kimia Etil-parametoksisinamat

Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang
saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah
tercemar atau tercampur. Campuran adalah setia contoh materi yang tidak murni,
yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran tidak
sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi, campuran dapat berupa homogen dan
heterogen. (Ralph, 1996)
Macam-macam pemurnian zat padat :
a. Filtrasi.
Biasanya filtrasi alami yang digunakan, misalnya sampel yang akan
disaring dituang kecorong yang didasarnya ditaruh kertas saring.
Fraksi cairan melewati kertas saring dan padatan tinggal diatas
kertas saring. Bila sampel cairan terlalu kental, filtrasi dilakukan
dengan penghisapan.
Rekristalisasi
Metode ini cukup sederhana, material padatan ini terlarut dalam
pelarut yang cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat dengan titik
didih pelarutnya) untuk mendapatkan larutan jenuh atau dekat jenuh.
Ketika larutan panas perlahan didinginkan, Kristal akan mengendap
karna kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan.
Diharapkan pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya
dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.
Saran untuk membantu rekristalisasi :
 Kelarutan material yang akan dimurnikan harus memiliki
ketergantungan yang besar pada suhu.
 Kristal tidak harus dari larutan jenuh dengan pendinginan karena
mungkin terbentuk super jenuh.
 Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut,
penggunaan pelarut polar lebih disarankan. Namun, pelarut
nonpolar cenderung merupakan larutan yang buruk untuk
senyawa polar. Kita harus hati-hati bila menggunakan pelarut
polar.
 Pelarut dengan titik didih rendah umumnya lebih diinginkan.
Namun, sekali lagi pelarut dengan titik didih lebih rendah
biasanya nonpolar. (Tekeuchi, 2006)

c. Ekstraksi

Ekstraksi mempunyai peranan yang penting dalam laboratorium dan teknik.


Di dalam laboratorium ekstraksi pelarut digunakan untuk mengambil zat-zat
terlarut dalam air dengan menggunakan pelarut organic yang tidak bercampur
dengan fase air seperti : eter, kloroform, dan benzene. Ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan suatu spesi yang dalam larutan air terlalu encer untuk
dianalisa. Dalam industri, umumnya ekstraksi pelarut digunakan dalam analisis
untuk memurnikan zat-zat dari pengotor yang tidak diinginkan dalam hasil.
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, salah satu contoh ekstraksi adalah
Ekstraksi padat-cair, zat yang diekstraksikan terdapat didalam campuran yang
berbentuk padatan (Estein, 2005)

Metode Refluks adalah salah satu metode sintesis senyawa anorganik adalah
refluks, metode ini digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut
yang volatil. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan
menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai.
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak
digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam
suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan
zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti
biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka
konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang
berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001).
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan
komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben
inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan
untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT, di
antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori kromatografi
planar, selain kromatografi kertas. Kromatografi juga merupakan analisis cepat
yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT
dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik
seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi
kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom,
analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara
kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil (Fessenden,2003)
IV. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat refluks, batang
Pengaduk , chamber, corong Buchner, erlemeyer, gelas Kimia, labu bundar 250
mL, lampu uv, melting block, Rotary Evaporator , Spektrofotometer Uv-vis,
Timbangan.

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah 15 gram rimpang


kencur kering, aquadest, asam malonat, asam parametoksisinamat, benzaldehid, es
batu, etanol, etil-parametoksisinamat (standar), HCl encer, kertas saring, n-
heksana, NaOH, pipa kapiler, piperidin, piridin, plat KLT.
V. Prosedur
5.1 Isolasi etil p-metoksisinamat
Labu bundar 250 mL disiapkan lalu dimasukkan 15 gram serbuk kencur
kering dan ditambahkan 100 mL n-heksana lalu direfluks selama 3 jam.
Hasil refluks disaring menggunakan corong Buchner, lalu filtratnya
diuapkan menggunakan rotary evaporator sampai tersisa ±10 mL didalam
labu bundar. Labu didinginkan lalu hasil dari evaporasi dimasukkan
kedalam erlemeyer dan didinginkan dalam wadah dengan es sampai
terkumpul kristalnya. Kristal yang terbentuk disaring menggunakan corong
Buchner lalu dikeringkan. Kristal kering yang didapatkan ditimbang dan
dilakukan uji titik leleh serta dihitung nilai rendemennya.
5.2 Hidrolisis etil p-metoksisinamat
2,5 gram etil p-metoksisinamat dilarutkan dalam 5 mL etanol dalam
labu bundar 100mL. Ditambahkan 1,25 gram NaOH dan 20 mL air lalu
direfluks selama 30 menit. Hasil refluks didinginkan dalam suhu kamar lalu
dinetralkan menggunakan HCl encer sehingga menghasikan kristal putih,
kristal yang terbentuk disaring dan dibilas menggunakan air. Dilakukan
rekristalisasi menggunakan metanol. Hasil dari rekristalisasi di saring lalu
ditimbang kemudian dilakukan uji titik leleh dan dihitung rendemennya.
5.3 Pembuatan asam sinamat
Dicampurkan 2 gram benzaldehid, 3 gram asam malonat, 6 mL piridin
dan 4 tetes piperidin, dipanaskan diatas penangas air selama 1 jam. Selama
pemanasan CO2 akan dilepaskan. Pendidihan campuran dilanjutkan selama
beberapa menit. Campuran didinginkan dan ditambahkan kedalamnya 40 g
es batu dan 20 mL larutan HCl 5 M. Disaring hasil reaksi, lalu dibilas
dengan air es dan direkristalisasi dengan air atau etanol atau campuran air-
etanol. Hasil rekristalisasi disaring lalu ditimbang dan dikeringkan.
Kemudian dilakukan uji titik leleh dan hitung rendemennya.
5.4 Pemerikasaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
Spektrofotometri UV dan IR
Sampel hasil isolasi dan hidrolisis masing-masing dilarutkan dalam n-
heksana. Plat KLT ditandandai batas atas dan batas bawah elusi dengan
ukuran 2x5 cm, dengan jarak 0,5 cm dari bawah. Lalu masing-masing zat
ditotolkan menggunakan pipa kapiler. Sebagai pembanding digunakan
larutan baku standar etil p-metoksisinamat dan asam p-metoksisinamat.
Chamber diisikan dengan eluen kloroform lalu dijenuhkan, setelah jenuh
plat KLT dimasukkan kedalam Chamber yang telah jenuh, kemudian
dielusikan sampai tanda batas. Setelah sampai tanda batas diangkat lalu
dikeringkan, kemudian plat KLT diamati dibawah sinar UV atau
dimasukkan kedalam chamber iodium. Perhatikan bercak dan dihitung nilai
Rf kemudian dibandingkan dengan literatur.
Kristal hasil isolasi dan hidrolisis masing-masing dilarutkan dalam
metanol kemudian dibuat spektrum ultravioletnya pada daerah panjang
gelombang 200-350 nm. Kristal hasil isolasi dan hasil hidrolisis dibuat pelet
dengan KBr kering, kemudian dibuat spektrum Inframerahnya.

VI. Hasil Pengamatan


Hasil refluks : berwarna krem
Filtrat yang dihasilkan : berwarna larutan kuning
Setelah dilakukan evaporator warna menjadi pekat tetapi tidak membentuk
kristal.
VII. Pembahasan
Pada isolasi etil p-metoksisinamat dari kencur (Kaempferia galanga
L) menggunakan ekstraksi dengan refluks, karena tekstur dari kencur yang
keras sehingga dibutuhkan panas untuk membantu mempercepat penyarian
dari senyawa yang terkandung dalam kencur, serta senyawa kencur lebih
termostabil. Cara refluks juga lebih banyak digunakan karena pelarut yang
digunakan akan terkondensasi masuk lagi ke tabung penampung sampel
sehingga tidak diperlukan pergantian pelarut. Pelarut yang digunakan adalah
n-Heksana karena senyawa etil p-metoksisinamat memiliki sifat kepolaran
yang cenderung menuju non polar sehingga akan mudah ditarik
menggunakan pelarut yang non polar juga seperti prinsip Like Disolve Like.
Hasil refluks kemudian disaring menggunakan corong buchner untuk
mempercepat proses penyaringan dan filtrat yang didapatkan lebih banyak
karena lebih sedikit yang menempel pada kertas saring. Selanjutnya filtrat
diuapkan untuk menghilangkan pelarut atau pemekatan larutan sehingga
saat proses rekristalisasi lebih mudah. Evaporasi digunakan alat rotary
evaporator karena jika digunakan destilasi biasa kemungkinan besar akan
banyak pelarut yang keluar dari alat sehingga membahayakan kesehatan,
pemilihan rotary evaporator dilihat dari kecepatan dalam menguapkan
pelarut karena terdapat vakum sehingga tekanan turun dan dapat menguap
dibawah titik uapnya. Pelarut yang digunakan juga dapat digunakan kembali
karna terdapat wadah khusus untuk menampung pelarut. Hasil evaporasi
dimasukkan dalam erlemeyer lalu didinginkan sampai terbentuk kristal,
kemudian disaring. Namun pada percobaan ini tidak didapatkan kristal
disebabkan karena jumlah sampel simplisia yang digunakan kurang banyak
sehingga senyawa yang didapatkan juga kurang banyak atau dapat
disebabkan karena pemilihan pelarut yang kurang tepat sehingga tidak
sepenuhnya etil p-metoksisinamat tersari oleh pelarut.
Pada hidrolisis asam p-metoksisinamat seharunya diguankan hasil
isolasi etil p-metoksisinamat namun karena tidak didapatkan kristal maka
digunakan rumus stokiometri. Berdasarkan literatur nilai titik leleh EPMS
adalah 1700C – 1740C. pada proses hidrolisis digunakan NaOH sebagai
katalis basa yang berfungsi sebagai pendonor gugus OH yang mempercepat
reaksi. Air didalam larutan berfungsi sebagai pelarut dari katalis serta suatu
senyawa yang akan bereaksi dengan ester sehingga didapatkan asam
karboksilat dan alkohol. Berdasarkan literatur nilai titik leleh dari asam
sinamat adalah 1300C
VIII. Kesimpulan
8.1 secara teori etil-parametoksisinamat dapat diisolasi dari kencur dengan cara
refklus tetapi pada percobaan ini tidak didapatkan etil-parametoksisinamat.
8.2 Etil-parametoksisinamat tidak dapat dikristal maka tidak dapat dilakukan
sintesis.
8.3 Secara teori asam sinamat dari benzaldehid dapat dilakukan tetapi karena
benzaldehid berbahaya tidak dapat dilakukan pada percobaan ini.
8.4 Karena tidak didapatkan kristal maka tidak dapat diuji dengan KLT & uji
titik leleh.

IX. Daftar Pustaka


Akhyar. 2010. Uji Daya Hambat dan Analisis Klt Bioautografi Ekstrak Akar dan
Buah Bakau (Rhizophora stylosa griff.) terhadap vibrio harveyi. Makassar:
Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta:
Gramedia,
Direktorat Jendral POM. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Fessenden R.J dan J.S Fessenden,. 2003. Dasar-dasar kimia organik. Jakarta:
Erlangga.
Stephen D. Bresnick. 1996. High Yield Organic Chemistry, terj. Hadian Kotong,
Intisari Kimia Organik. Jakarta: Hipokrates
Takeuchi, Yashito. 2006. Buku Teks Pengantar Kimia Terjemahan. Tokyo:
Iwanami Shouken.

Anda mungkin juga menyukai