Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas
Contoh Laporan Arus Kas Metode Langsung dan Tidak Langsung – Secara umum, bentuk
laporan arus kas yang berlaku terdiri atas metode langsung (direct method) dan tidak langsung
(indirect method). Langkah untuk penyusunan laporan arus kas adalah dengan
membandingkan neraca selama dua periode, yaitu periode sedang berjalan dan periode
sebelumnya.
Pada artikel kali ini, Akuntansilengkap.com akan membahas mengenai contoh laporan arus kas
beserta penjelasan penyelesaiannya. Semoga bermanfaat dan selamat membaca.
Untuk menyelesaikan Laporan arus kas, dibutuhkan logika pengerjaan laporan arus kas.
Sebabnya, logika berpikir itulah yang akan membantu rekan-rekan dalam menyelesaikan
kesulitan saat penyusunan laporan arus kas.
1. Perbedaan pertama , dari kedua metode ini hanya pada bagian aktivitas operasi perusahaan
yang bersangkutan. investasi dan aktivitas dari pendanaan.
2. Perbedaan kedua, pada metode arus kas tidak langsung, perhitungan dimulai dari bawah
ke atas pada laporan laba rugi, atau dimulai dari pendapatan bersih.
1. beban penyusutan,
2. beban deplesi,
3. beban amortisasi
4. keuntungan dan kerugian
5. utang
Dikeluarkan dari komponen Aktivitas operasi. Jadi akan tampak di laporan arus kas seperti
berikut.
Baca Juga: Tujuan Laporan Arus Kas, Definisi, Manfaat dan Contoh
Dari kedua metode diatas yaitu metode langsung dan metode tidak langsung, terdapat 3
aktivitas utama pada laporan arus kas , diantaranya:
komponen yang boleh ada pada kas dari aktivitas operasi, adalah komponen neraca, baik ASET
atau KEWAJIBAN yang nillainya tidak lebih dari satu tahun. Contohnya: hutang dagang,
pembayaran gaji karyawan piutang usaha, hutang usaha, persediaan, peralatan yang nilainya
ditaksir hanya bertahan kurang dari setahun.
Komponen yang termasuk dalam aktivitas pendanaan biasanya adalah Komponen neraca
bagian kewajiban, yang nilainya lebih dari satu tahun. Contohnya: Penerbitan Saham
Biasa(saham preferen), penerbitan obligasi yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. Kas dari
aktivitas pendanaan, adalah kas yang berhubungan dengan penambahan atau pengurangan
modal perusahaan.
“Transaksi yang sifatnya non cash tidak boleh dimasukkan dalam laporan arus kas. Transaksi
tersebut. Contohnya : Pembelian sebidang tanah dengan memberikan 2 buah mobil. Menukar
tanah dengan saham biasa.”
Aktivitas operasi perusahaan dalam laporan arus kas didapatkan dari aktivitas yang
mempengaruhi laba bersih (Warren, Reeve, Duchac). Sehingga pada proses perhitungannya,
kita akan menyesuaikan jumlah laba bersih. Dalam memahami proses pembuatan laporan
arus kas, persamaan dasar akuntansi akan menjadi kunci untuk memahaminya. Persamaan
akuntansi seperti yang telah kita ketahui bersama adalah:
Laba Bersih (Net Income) merupakan komponen penyusun Laba Ditahan (Retained
Earnings). Laba Ditahan merupakan komponen dari Ekuitas Pemilik (Owners’ Equity). Akun
normal dari Laba Ditahan adalah sebelah kredit. Setiap penambahan Laba Bersih akan
menambah Laba Ditahan. Dapatlah kita sepakati bahwa akun normal Laba Bersih adalah di
sebelah kredit.
Dengan menggunakan pengertian ini, kita akan menggunakan logika akun normal dari
akun-akun lain yang mempengaruhi laba bersih. Setiap penambahan atau pengurangan akun-
akun aset dan kewajiban dari aktivitas operasi lancar. Data yang digunakan dalam membuat
Laporan Arus Kas adalah data komparatif laporan keuangan dari tahun berjalan dan tahun
lalu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selain akun-akun aset dan kewajiban dari aktivitas
operasi lancar adalah depresiasi dan/atau amortisasi dan laba/ rugi atas pelepasan aset tetap.
Untuk memudahkan pemahaman, kita akan menggunakan asumsi perusahaan PT Milik Kita
Bersama memiliki laba bersih Rp50.000.000.
g-b-5844d56ed67a61500fe05f35.jpg
1. Beban Depresiasi/ Amortisasi ( Depreciation Expense/ Amortization Expense)
Beban depresiasi dan amortisasi ini tidak mempengaruhi kas, namun dimasukkan dalam
perhitungan laba rugi. Dengan pemikiran ini, maka kita harus menambahkan beban depresiasi
dan amortisasi ke dalam angka laba/rugi untuk mencari arus kas. Beban depresiasi untuk
tahun 2015 adalah Rp750.000.
g-1-5844d598a8afbdad04151280.jpg
2. Untung/ Rugi atas Pelepasan Aset Tetap
Salah satu jenis pelepasan atas aset/aktiva tetap adalah melalui penjualan. Transaksi
terkait Aset Tetap di dalam laporan Arus Kas masuk ke bagian Arus Kas dari Aktivitas
Investasi. Sementara, kita ketahui bersama bahwa laba/ rugi atas pelepasan aset tetap telah
mempengaruhi nilai laba/rugi di dalam Laporan Laba Rugi (Income Statement). Oleh karena
itu, keuntungan/kerugian tersebut harus kita keluarkan dari bagian aktivitas operasi. Untung
atas penjualan aset akan menambah laba rugi, sehingga pada saat membuat laporan arus kas,
nilai laba ini akan kita kurangkan dari aktivitas operasi. Sedangkan rugi telah mengurangi
laba, sehingga nilai rugi ini akan kita masukkan kembali ke nilai laba bersih dengan
menambahkannya. Diasumsikan pada tahun 2015 perusahaan melakukan penjualan aset
tetapnya dan mendapatkan keuntungan Rp5.500.000. Nilai keuntungan ini akan kita
kurangkan untuk penyesuaian laba bersih.
g-2-5844d5c124afbd3f0520a46a.jpg
Kemudian kita akan menyesuaikan nilai-nilai akun aset dan kewajiban lancarlain. Akun-
akun tersebut antara lain:
Yang perlu kita perhatikan adalah perubahan (changes) dari akun ini, apakah terjadi
penambahan (increase) atau penurunan (decrease) jika kita bandingkan dengan tahun
sebelumnya. Seperti kita ketahui bersama, akun normal dari Piutang Usaha (Accounts
Receivable) adalah sebelah debit. Ini artinya, jika terjadi penambahan piutang usaha, piutang
usaha akan di-debit, sedangkan jika terjadi pengurangan akan di-kredit. Kita ambil contoh,
nilai piutang usaha pada laporan keuangan 2014 adalah Rp5.000.000, lalu pada tahun 2015
adalah Rp6.500.000.Dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan nilai piutang sebesar
Rp1.500.000. Jika kita masukkan ke dalam laporan arus kas, peningkatan piutang ini berada
pada posisi debit, yang berlawanan dengan karakteristik laba bersih di sebelah kredit. Karena
sifat berlawanan ini, maka nilai Rp1.500.000 akan disesuaikan dengan dikurangkan pada laba
bersih.
g-3-5844d6188efdfdea040a9608.jpg
4. Beban Dibayar di muka (Prepaid Expenses)
Walaupun nama akun ini beban, akun beban dibayar di muka ini bukanlah beban namun
sebagai piutang. Contoh dari akun beban dibayar di muka adalah Asuransi Dibayar di Muka
(Prepaid Insurance) dan sewa dibayar di muka (Prepaid Rent). Dengan sifat yang sama
seperti piutang, maka akun normal dari akun ini adalah debit. Ketika beban dibayar di muka
berkurang maka akan dikredit sebesar jumlahnya. Kita asumsikan perusahaan memiliki
Asuransi Dibayar di Muka pada 2014 senilai Rp3.500.000 dan pada tahun 2015 nilai ini
menurun menjadi Rp2.300.000. Terjadi penurunan nilai Asuransi Dibayar di Muka sebesar
Rp1.200.000. Perubahan ini akan menjadi penambah pada laba bersih karena penurunan nya
searah dengan sifat laba bersih yaitu di sebelah kredit.
g-4-5844d640759373730a51a517.jpg
5. Persediaan (Inventory)
Akun persediaan, sama seperti akun aset lainnya, memiliki saldo normal di sebelah debit.
Pada tahun 2014, perusahaan memiliki nilai persediaan Rp75.000.000. Lalu pada tahun 2015,
nilai ini meningkat menjadi Rp85.000.000. Terjadi peningkatan sebesar Rp10.000.000.
Peningkatan pada akun persediaan akan didebit, sedangkan laba bersih memiliki saldo normal
kredit. Perubahan Rp10.000.000 pada persediaan akan dikurangkan untuk menyesuaikan laba
bersih.
g-5-5844d64fbb22bde504dd9741.jpg
6. Utang Usaha (Accounts Payable)
Pada Laporan Posisi Keuangan tanggal 31 Desember 2014, terdapat nilai utang usaha
perusahaan senilai Rp85.000.000 dan pada tahun 2015 nilai ini meningkat menjadi
Rp93.000.000. Jika kita melihat lagi ke persamaan dasar akuntansi, maka dapat kita lihat
bahwa saldo normal dari utang usaha adalah di sebelah kredit. Hal ini sejalan dengan saldo
laba bersih. Oleh karena itu, peningkatan utang usaha senilai Rp8.000.000 akan menambah
laba bersih di dalam laporan arus kas.
g-6-5844d66ab27a617b094b5552.jpg
7. Utang Pajak Penghasilan (Income Taxes Payable)
Perlakuan untuk perubahan utang pajak penghasilan sama seperti pada utang usaha.
Munculnya utang pajak penghasilan dikarenakan adanya beban pajak penghasilan yang
belum dibayar. Pembayaran utang pajak akan berpengaruh pada perubahan nilai utang pajak
di dalam laporan keuangan perusahaan. Kita misalkan pada tahun 2014, perusahaan memiliki
nilai utang pajak Rp3.500.000 dan pada tahun 2015 saldo utang pajak penghasilan di laporan
keuangan adalah Rp1.250.000. Terjadi penurunan nilai utang pajak penghasilan sebesar
Rp2.250.000. Nilai ini akan dikurangkan pada bagian laba bersih perusahaan karena
penurunan pada utang pajak akan didebit yang mana berlawanan dengan saldo kredit laba
bersih.
g-7-5844d6878efdfd03050a9609.jpg
Setelah kita memasukkan semua item-item lancar dari aset dan kewajiban, maka akan
didapatkan nilai laba bersih setelah disesuaikan, yaitu arus kas bersih dari aktivitas operasi
senilai Rp40.700.000. Cukup mudah bukan? :D