Dasar Teori Simplisia
Dasar Teori Simplisia
Dasar Teori Simplisia
Tujuan Pratikum
Pemeriksaan mutu simplisia umumnya diawali dari proses penyimpanan simplisia, untuk
memeriksa mutu simplisia sudah ada pedoman resmi dari Dapartemen Kesehatan RI yaitu
monografi-monografi yang tertera dalam Farmakope Indonesia (FI), Ekstrak Farmakope
Indonesia (EFI), dan Materia Medika Indonesia (MMI). Pengujian mutu simplisia meliputi
pemeriksaan:
A. Organoleptis
B. Kebenaran jenis simplisia, yang dapat ditentukan secara
1. Makroskopik dan mikroskopik
2. Kimia, yaitu identifikasi kompenen kimia dominan dalam simplisia secara kualitatif
dan kuantitatif.
C. Kadar air dan susut pengeringan dengan metode resmi yang berlaku atau metode lain yang
sesuai
D. Senyawa yang larut dalam etanol air, batas bahan organik asing dan kadar abu.
E. Pemeriksaan aktivitas farmakologi
F. Untuk simplisia asal kultur jaringan dilakukan pemeriksaan cemaran pestisida (apabila
diperlukan).
Metode mikroskopik merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya pemalsuan simplisia, namun terbatas pada segi kualitatif saja. Untuk maksud ini,
penganalisis harus memahami betul secara ciri khas dari setiap simplisia secara mikroskopi.
Pertelaan atau deskripsi yang diperlukan dalam mendeskripsikan suatu simplisia meliputi
tumbuhan dan tanaman asal, suku atau familia, bentuk sediaan dan pertelaan secara
organoleptis, ciri khas (bila ada), ukuran bila perlu, serta gambar dari contoh simplisia yang
dideskrisikan.
B. Dasar Teori
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi
langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun parameter
standar mutu simplisia yaitu sebagai berikut (Dirjen POM, 1989):
1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga
parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis
(identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan
biologis), serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan
transportasi).
2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai
obat tetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian
lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang
bertanggung jawab terhadap respons biologis untuk mempunyai
spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa
kandungan.
d. Sortasi kering