Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Penyakit Kopi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan penghasil devisa


negara, sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku industri, penciptaan
lapangan kerja, dan pengembangan wilayah. Indonesia merupakan negara
penghasil kopi terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia setelah
Brazil dan Vietnam. Ketiga negara ini mengekspor 47% dari seluruh volume
ekspor kopi dunia dengan pangsa pasar masing-masing Brazil 28%, Vietnam
12%, dan Indonesia 7%. Di Amerika Serikat, Indonesia menduduki peringkat ke-6
dari 35 pengekspor kopi ke negara tersebut. Permasalahan utama pada perkebunan
kopi rakyat, yaitu rendahnya produktivitas dan mutu yang kurang memenuhi
standar ekspor.

Rendahnya produktivitas kopi antara lain disebabkan oleh serangan


Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Serangan OPT dapat menimbulkan
kerugian secara ekonomis baik kualitas maupun kuantitas. Serangan OPT tidak
hanya pada tanaman dewasa di lapang tetapi juga di pembibitan, kebun entres, dan
penyimpanan. OPT pada tanaman kopi di antaranya adalah kelompok hama dan
penyakit.

Penyakit tanaman kopi dibagi atas penyakit yang disebabkan oleh jamur, yaitu
karat daun, bercak daun, jamur upas, jamur akar, kanker belah, penyakit rebah
batang, dan penyakit yang disebabkan oleh nematoda. Pengendalian terhadap
hama dan penyakit tanaman kopi dilakukan bertujuan menekan perkembangan
populasi hama dan patogen agar tidak merugikan secara ekonomis dan
meningkatkan ketahanan tanaman. Komponen pengendalian antara lain
penggunaan varietas tahan, kultur teknis, biologi/hayati, pestisida 2 sintetik, dan
nabati. Upaya pengendalian dapat dilakukan secara tunggal maupun terpadu
antara beberapa komponen yang kompatibel dan sesuai dengan lingkungan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari penyakit pada tanaman kopi.
PEMBAHASAN
A. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur
1. Karat Daun (Hemileia vastatrix)
a. Bioekologi dan Gejala Penyakit
Penyakit karat daun disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix B et Br,
merupakan penyakit penting pada tanaman kopi di dunia yang menyerang
Arabika maupun Robusta. Penyakit ini sudah ditemukan di Indonesia sejak
tahun 1876, yang merusak sebagian besar perkebunan kopi Arabika. Upaya
pengendalian dilakukan dengan merehabilitasi kopi Arabika dengan Robusta,
namun penyakit ini masih menjadi masalah di seluruh wilayah penghasil kopi
di Indonesia dan dapat menurunkan produksi 20–70%. Penyakit ini
menyerang tanaman kopi di pembibitan maupun tanaman dewasa.
Gejala penyakit karat daun dapat dilihat pada permukaan atas dan bawah
daun, ditandai dengan bercak kuning-jingga seperti serbuk (powder). Daun
yang terinfeksi timbul bercak kuning, kemudian berubah menjadi cokelat.
Jika diamati pada bagian bawah daun tampak bercak yang awalnya berwarna
kuning muda, selanjutnya berubah menjadi kuning tua, pada bagian tersebut
akan terlihat jelas tepung yang berwarna oranye atau jingga. Tepung 24
tersebut adalah uredospora jamur H. vastatrix. Gejala lanjut pada daun tampak
bercak cokelat saling bergabung, menjadi lebih besar, kemudian mengering,
dan gugur. Pada serangan berat mengakibatkan hampir seluruh daun gugur
sehingga tanaman akan kelihatan gundul.

(A) (B)

(C) (D)
Gejala penyakit karat daun: (A) tanaman kopi terserang karat daun, (B)
gugur daun, (C) dan (D) morfologi uredospora H. vastatrix (Sumber: Rita
Harni dan Widi Amaria)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah
lingkungan, yaitu suhu, kelembapan udara, curah hujan, dan A B C D 25 sinar
matahari. Suhu optimum untuk perkembangan penyakit adalah 21–25°C, suhu
di atas 15°C sekitar tanaman kopi dapat menghambat perkembangan
penyakit. Hujan berperan dalam meningkatkan kelembapan sehingga sesuai
untuk perkecambahan uredospora dan penyebaran jamur H. vastatrix. Sinar
matahari langsung menyentuh permukaan daun, menghambat proses
perkecambahan uredospora dan memperpanjang periode inkubasi penyakit
karat daun. Penyebaran uredospora dapat melalui hujan, dan angin, serangga
seperti jenis thrips, burung, dan manusia.
b. Pengendalian
• Penggunaan varietas tahan. Beberapa klon kopi yang tahan terhadap
penyakit karat daun sudah ditemukan di antaranya S795 dan USDA762.
• Kultur teknis meliputi: penyiangan, pemupukan, pemangkasan, dan
pengelolaan naungan. Pengendalian dengan kultur teknis jika dilakukan
dengan benar dapat menurunkan intensitas serangan karat daun.
• Fungisida nabati yang sudah dimanfaatkan untuk mengendalikan penyakit
karat daun adalah ekstrak biji mahoni dengan konsentrasi 0,1–0,2% efektif
menekan penyakit karat daun.
• Fungisida kimia yang digunakan untuk pengendalian karat daun biasanya
berbahan aktif tembaga, seperti tembaga oksida, tembaga khlorida, tembaga
hidroksida, atau tembaga sulfat yang 26 dibuat bubur bordo. Tembaga efektif
dalam mengendalikan karat daun kopi, namun aplikasinya lebih baik sebelum
terjadinya infeksi pada daun atau disebut dengan tindakan preventif. Dampak
penggunaan fungisida ini jika berlebihan maka akan terakumulasi di dalam
tanah, dapat meracuni tanaman dan organisme lain pada lingkungan tersebut.
Fungisida berbahan aktif tembaga (kontak), misalnya Nordox, Kocide,
Cupravit, Dhitane diaplikasikan dengan konsentrasi 0,3%, interval 2 minggu,
sedangkan fungisida berbahan aktif triadimefon (sistemik), yaitu Bayleton,
Anvil, Tilt dapat diaplikasikan dengan konsentrasi 0,1%, satu/dua kali
aplikasi.

2. Bercak Daun (Cercospora coffeicola)


a. Bioekologi dan Gejala Penyakit
Penyakit bercak daun kopi disebabkan oleh Cercospora coffeicola, yang
disebut juga brown eye spot, terdapat di semua daerah penanaman kopi di
seluruh dunia. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Jamaica. C. coffeicola
tidak hanya menyerang daun tetapi juga menyerang buah. Kerusakan pada
buah dapat menimbulkan kerusakan yang besar dibandingkan serangan pada
daun. Penyakit pada daun terutama menyerang di pembibitan. Gejala
serangan pada daun terdapat bercak-bercak bulat, cokelat kemerahan, atau
cokelat tua, berbatas jelas, dan konsentris. 27 Pada bercak yang tua terdapat
pusat berwarna putih kelabu, sering tampak seperti tepung hitam yang
merupakan konidium jamur.

Gejala bercak daun Cercospora (Sumber: Rita Harni)


Bercak C. coffeicola tampak paling jelas kalau dilihat dari sebelah atas
daun, umumnya garis tangah bercak kurang dari 5 mm dan bercincin-cincin.
Dalam cuaca lembap dapat terjadi bercakbercak yang lebih besar. Serangan
yang berat dapat menyebabkan rontoknya daun. Gejala pada buah terjadi di
sisi yang banyak mendapat sinar matahari. Bercak pada buah menyebabkan
kulit buah mengering dan keras sehingga buah sukar dikupas. Gejala pada
buah ini mirip sekali 28 dengan gejala “terbakar matahari”, dan hanya dapat
dibedakan dengan penelitian mikroskopis.

Gejala Serangan C. coffeicola pada buah (Sumber: Dani)


Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah kelembapan
udara yang tinggi seperti pada saat musim hujan, persemaian terlalu gelap,
peneduh terlalu rimbun, dan penyinaran matahari yang terlalu kuat pada buah.
c. Pengendalian
Penyakit bercak daun di pembibitan
• Pengendalian dengan fungisida kimia, misalnya fungisida mancozeb seperti
Dhitane dan Delsene. 29
• Kelembapan dikurangi dengan mengurangi penyiraman, menjarangkan atap
penaung sehingga sinar matahari dapat langsung masuk.
• Sanitasi dengan menggunting daun yang sakit kemudian dibakar atau
dibenamkam di dalam tanah. Penyakit pada buah dapat dikurangi dengan
mengatur peneduh.

3. Jamur Upas (Upasia salmonicolor)


a. Bioekologi dan Gejala Penyakit
Jamur upas (pink disease) disebabkan oleh Upasia salmonicolor atau
dikenal juga dengan nama Corticium salmonicolor, yang tersebar luas di
daerah tropika di seluruh dunia. Penyakit ini mempunyai arti cukup penting
dalam budidaya kopi karena dapat menyerang batang, cabang, ranting, dan
buah kopi.
Gejala khas serangan jamur upas adalah cabang atau ranting yang
terserang layu mendadak. Serangan dapat terjadi pada cabang yang di bawah,
tengah, maupun di ujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang Gejala awal
dimulai jamur ini membentuk stadium sarang laba-laba, berupa lapisan hifa
tipis, berbentuk seperti jala berwarna putih. Pada stadium ini jamur belum
masuk ke dalam kulit, sebelum mengadakan penetrasi ke dalam jaringan
terlebih dahulu jamur membentuk gumpalangumpalan hifa yang sering
dibentuk pada lentisel. Stadium ini 30 disebut stadium bongkol semu. Di
bagian sisi bawah cabang atau sisi cabang yang ternaung, jamur membentuk
kerak berwarna merah jambu yang merupakan stadium kortisium yang terdiri
atas lapisan himenium. Terakhir stadium nekator berupa bintil-bintil kecil
berwarna orange kemerahan pada kayu yang umumnya telah mati karena
serangan jamur ini. Serangan pada buah bermula nekrosis dari pangkal buah
disekitar tangkai, kemudian meluas keseluruh permukaan dan mencapai
endosperma.

Serangan jamur upas pada tanaman kopi (Sumber: Sukamto)


Penyakit jamur upas dipengaruhi oleh kelembapan, terutama pada daerah
dengan curah hujan tinggi, dan kebun-kebun yang lembap karena
pemangkasan kurang dan pohon pelindungnya terlalu rimbun.
b. Pengendalian
• Cabang yang sakit dipotong sampai batas sehat ditambah 30 cm.
• Kelembapan dikurangi dengan memangkas tanaman kopi dan pengaturan
pohon penaung.
• Ranting yang sakit diolesi dengan fungisida tembaga konsentrasi 10%
seperti Nordox, Cupravit, atau fungisida tridemorf (Calixin RM).
• Batang atau cabang yang besar yang terserang jamur upas dilumas dengan
fungisida.
• Buah-buah yang sakit dipetik, dikumpulkan, dan dibakar atau dipendam.

4. Kanker Belah (Armillaria sp.)


a. Bioekologi dan Gejala Serangan
Kanker belah atau kanker batang kopi disebabkan oleh jamur
Armillaria sp. Akhir-akhir ini dilaporkan banyak menyerang tanaman kopi di
daerah Lampung. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kanker batang
kopi adalah frekuensi penggunaan herbisida, umur tanaman kopi yang sudah
tua, dan pemupukan yang kurang. Gejala serangan ditandai dengan daun-daun
menguning, layu, dan akhirnya gugur serta cabang-cabang mati. Gejala lanjut
32 terdapat cela-celah memanjang pada pangkal batang dan akar tunggang.
Sebagian besar dari akar-akar membusuk dan mati, sebelum mati seringkali
pohon membentuk banyak akar adventif baru yang tampak sehat.

Gejala serangan kanker belah (Sumber: Sukamto)


b. Pengendalian
• Tanaman sakit dibongkar dengan akar-akarnya, kemudian dibakar agar tidak
dapat menjadi sumber infeksi.
• Dibuat drainase antara tanaman sakit dengan tanaman sehat.
• Pada bagian kebun yang terinfeksi Armeillaria sp., setelah dibersihkan dari
sisa akar, dibiarkan bera selama lebih kurang satu tahun. 33
• Fungisida tembaga dioleskan dengan konsentrasi 10% pada batang sakit.
• Belerang diberikan 150-200 g/lubang tanaman pada saat tanam atau
diberikan sebelum atau bersama-sama pada saat penyulaman.
5. Jamur Akar (Rigidoporus lignosus, Phellinus noxius, dan Roselina)
a. Bioekologi dan Gejala Penyakit
Penyakit jamur akar yang sering menyerang tanaman kopi adalah jamur
akar putih, akar cokelat, dan akar hitam. Penyebab dari masing-masing
penyakit tersebut adalah jamur akar putih disebabkan oleh Rigidoporus
lignosus, jamur akar cokelat Phellinus noxius, dan jamur akar hitam Roselina
bunodes. Gejala serangan jamur akar baik jamur akar putih, cokelat, dan
hitam, biasanya sama yaitu daun-daun tanaman sakit menguning, layu, dan
rontok . Untuk membedakankannya perlu dilakukan pemeriksaan akar.

Gejala serangan penyakit jamur akar


Akar yang terserang jamur akar putih (JAP), tampak miselium jamur
berwarna putih pada permukaan akar kemudian berubah warna menjadi
kuning gading, dan gejala ini baru terlihat apabila daerah perakaran dibuka.
Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi serangan JAP adalah leher akar
pohon yang dicurigai ditutup dengan serasah (mulsa), kemudian setelah tiga
minggu pada leher akar pohon sakit akan tumbuh miselium jamur berwarna
putih (rizomorf).
Akar yang diserang jamur akar cokelat pada umumnya adalah akar
tunggang, biasanya tertutup oleh kerak yang terdiri atas butir-butir tanah,
melekat sangat kuat sehingga tidak dapat lepas meskipun dicuci dan disikat.
Di antara butir-butir tanah tampak adanya jaringan jamur berwarna cokelat
tua sampai cokelat kehitaman. Kerak terbentuk dari miselium yang
membungkus akar dan berlendir sehingga butir-butir tanah terikat dengan
erat. Kayu 35 akar yang sakit menjadi busuk kering dan lunak. Miselium
jamur yang masih muda berwarna cokelat jernih dan yang sudah tua berwarna
cokelat tua sampai cokelat hitam. Jamur jarang membentuk tubuh buah, kalau
dibentuk, tubuh mirip dengan kuku kuda tipis (console), keras, berwarna
cokelat tua dengan zone-zone pertumbuhan konsentris, dibentuk pada pangkal
pohon yang mengalami serangan lanjut. Tubuh buah dapat mencapai panjang
26 cm dan lebar 15 cm, dengan tebal lebih kurang 1 cm. Pada permukaan
bawahnya terdapat lapisan pori berwarna cokelat.
Gejala serangan jamur akar hitam adalah pohon mati secara mendadak,
pada pangkal batang dan akar-akar terdapat banyak benang jamur berwarna
hitam, yang sering bersatu dan membentuk lapisan berwarna hitam. Bagian
kulit yang sakit membusuk, kalau kulit dikupas, di antara kulit dan kayu
terdapat benang-benang hitam.

(A) (B)
Gejala serangan penyakit: (A) jamur akar cokelat dan (B) jamur akar
putih. (Sumber: Sukamto dan Rita Harni)
c. Pengendalian
• Sanitasi dengan membongkar tanaman yang sakit bersama akar-akarnya
sampai bersih, kemudian dibakar.
• Fungisida dioleskan pada pangkal batang/akar tanaman sakit atau sebagai
tindakan preventif dapat menggunakan agens hayati Trichoderma sp.
• Membuat parit isolasi sedalam 60–90 cm, untuk mencegah penyebaran pada
tanaman disekitarnya.
• Pengendalian juga dapat menggunakan belerang atau kapur 300 g/ pohon.
6. Penyakit Rebah Batang (Rhizoctonia solani)
a. Bioekologi dan Gejala Penyakit Penyakit rebah batang/rebah kecambah
/damping off pada tanaman kopi disebabkan oleh Rhizoctonia solani. Jamur
ini dapat memproduksi struktur bertahan berupa sklerotia dan juga mampu 39
bertahan hidup sebagai miselium dengan cara saprofit, yakni mengkolonisasi
bahan-bahan organik tanah. Tingginya kelembapan tanah dan kelebihan air
saat pembibitan dapat memicu perkembangan penyakit ini.
Gejala pada pangkal batang yang sakit mula-mula terjadi memar,
kemudian busuk dan akhirnya mengering sehingga batang tampak berlekuk.
Penyakit ini dapat terjadi pada bibit yang masih dalam stadium serdadu,
stadium kepel, atau yang sudah berdaun beberapa pasang tetapi batangnya
masih lunak. Serangan dalam stadium serdadu dan stadium kepel dapat
mematikan bibit, sedangkan pada bibit yang batangnya sudah mengeras
hanya dapat menghambat pertumbuhan.

Gejala serangan penyakit rebah batang (Sumber: Rita Harni)


b. Pengendalian
• Mengurangi kelembapan di pembibitan melalui penebaran benih yang tidak
terlalu rapat, diusahakan mendapatkan cahaya matahari secepat mungkin, dan
diatur frekuensi penyiraman.
• Memilih tanah pembibitan yang bebas dari jamur patogen R. solani.
• Aplikasi Trichoderma sp. dengan dosis 200 g/tanaman pada media
pembibitan.
• Tanaman yang terinfeksi segera dikeluarkan dari kebun dan dibakar.
• Menyemprot pembibitan dengan Delsene Mx 200 0,2%, Dithane M45 0,2%
atau Cupravit OB 21,03% formulasi.
B. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Nematoda
a. Bioekologi dan Gejala Serangan
Nematoda parasit merupakan organisme pengganggu tanaman (OPT)
yang sangat merugikan pada tanaman kopi baik kopi Arabika maupun
Robusta. Serangan nematoda dapat mempengaruhi proses fotosintesis dan
transpirasi serta status hara tanaman, akibatnya pertumbuhan tanaman
terhambat, warna daun kuning klorosis dan akhirnya tanaman mati. Selain itu
serangan 41 nematoda dapat menyebabkan tanaman lebih mudah terserang
patogen atau OPT lainnya seperti jamur, bakteri dan virus.
Nematoda parasit utama yang menyerang kopi adalah Pratylenchus
coffeae, Radopholus similis, dan Meloidogye spp. Serangan P. coffeae pada
kopi Robusta mengakibatkan penurunan produksi sampai 57%, sedangkan
serangan R. similis bersama-sama dengan P. coffeae pada kopi Arabika
mengakibatkan kerusakan 80% dan tanaman akan mati pada umur kurang
dari 3 tahun. Gejala tanaman terserang nematoda dapat dilihat pada bagian
tanaman di atas permukaan tanah dan pada akar.
Gejala pada bagian atas tanaman adalah pertumbuhan tanaman terhambat,
daun-daun menguning, layu dan gugur, cabang-cabang samping tidak
tumbuh. Bila nematoda menyerang pada saat tanaman masih di persemaian,
tanaman dapat mengalami kematian mendadak, sedangkan pada tanaman tua
akan menderita dalam jangka waktu yang lama. Jika infestasi mulai di
persemaian, serangan nematoda dapat tersebar di seluruh kebun, sedangkan
jika serangan terjadi setelah tanaman dewasa maka di dalam kebun akan
terlihat tanaman sakit yang berkelompok.

Gejala serangan nematoda pada tanaman kopi (Sumber: Villian)


b. Pengendalian
• Klon-klon kopi Excelsa yang tahan terhadap nematoda adalah Bgn 121.09
dan klon Robusta BP 961, dan BP 308. Klon-klon kopi yang tahan digunakan
sebagai batang bawah untuk mencegah infeksi nematoda sedangkan klon-
klon yang produktivitas tinggi dipakai sebaga batang atas.
• Kultur teknis dilakukan dengan pemupukan, dan penggunaan tanaman
antagonis. Penggunaan pupuk seperti kompos dan pupuk kandang dapat
mengendalikan nematoda parasit. Di samping itu pemberian pupuk akan
membuat tanaman menjadi lebih kuat karena kebutuhan nutrisinya terpenuhi.
bahan 43 organik seperti kulit kopi, pupuk kandang, dan kompos mampu
menekan populasi nematoda parasit di pembibitan dan di pertanaman kopi.
Tanaman antagonis terhadap nematoda adalah Tagetes erecta, Theprosia sp.,
Erythrina lithospermum, Sesbania grandiflora, Gliricidia maculata, Clotalaria
striata, dan Cajanus cajan.
• Pemanfaatan agens hayati jamur mikoriza Gigaspora margarita, Pasteuria
penetrans, Paecilomyces lilacinus PL251, dan bakteri endofit. Aplikasi
bakteri endofit 100 ml/pohon dan jamur Paecilomyces lilacinus PL251 4
g/pohon.
• Pestisida nabati yang digunakan untuk mengendalikan nematoda parasit
adalah ekstrak biji dan daun mimba (Azadirachta indica). Pengunaan ekstrak
biji 2% dan ekstrak daun 10% mampu menekan populasi P. coffeae.
• Penggunaan nematisida kimia yang bersifat fumigan dan nonfumigan.
Nematisida nonfumigan digunakan sebelum, pada saat, atau setelah tanam.
Nematisida nonfumigan yang umum digunakan untuk mengendalikan
nematoda adalah karbamat, aldikarb, dan oksamil.
PENUTUP
Pemahaman tentang bioekologi dari penyakit kopi sangat dibutuhkan
untuk menentukan teknis pengendaliannya. Upaya pengendalian penyakit
kopi di lapangan harus dilakukan secara terpadu dengan mengintegrasikan
semua teknologi yang ada. Dalam implementasinya, pengendalian penyakit
terpadu harus mempertimbangkan aspek ekonomi petani, kesehatan manusia
dan keseimbangan ekosistem pertanian
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. (2005). Plant pathology (p. 922). Fifth Edition. USA: Elsevier
Academic Press

Amaria, W., & Harni, R. (2012). Penyakit karat daun dan pengendaliannya.
In Bunga Rampai: Inovasi teknologi tanaman kopi untuk perkebunan
rakyat. Sukabumi: Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri..

Harni, R. (2012). Strategi pengendalian nematoda parasit pada tanaman kopi


di Indonesia. In Bunga Rampai: Inovasi teknologi tanaman kopi untuk
perkebunan rakyat. Sukabumi: Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri.
MAKALAH PENYAKIT TANAMAN UTAMA

PENYAKIT PADA TANAMAN KOPI (Coffe spp)

Oleh :

SUCI NUR AFELAN

1710253021

KELAS PROT A

DOSEN : Prof.Dr.Ir. Nurbailis, MS

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2019

Anda mungkin juga menyukai