Makalah Panen Kopi
Makalah Panen Kopi
Makalah Panen Kopi
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknologi Produksi
Tanaman Perkebunan 1
Disusun oleh:
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. yang telah
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah teknologi produksi tanaman perkebunan 1. Salawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada nabi besar, nabi akhir zaman, Muhammad saw.,
beserta para keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman.
Makalah Panen dan Pasca Panen Kopi ini dibuat untuk mengetahui cara
pemanenan kopi dan cara pengolahan pasca panen pada kopi.
Current Meter adalah alat yang digunakan untuk menghitung kecepatan air.
Alat ini terdiri dari flow detecting dan counter unit. Aliran yang diterima detecting
unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit dapat
merupakan jumlah putaran dari propeler maupun langsung menunjukkan kecepatan
aliran, aliran dihitung terlebih dahuuludengan memasukkan dalam rumus yang
sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap-tiap propeler. Setelah kecepatan aliran
air diketahui maka perlu diukur luas penampang untuk dapat menentukan debit
aliran air.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengalami beberapa kendala dan
hambatan. Tetapi, berkat bantuan beberapa pihak, dan jurnal yang digunakan
sebagai referensi laporan praktikum ini dapat terselesaikan. Penulis juga berterima
kasih kepada:
1. H. Yanto Yulianto,IR.,M.P. yang telah memberikan arahan dalam kegiatan
praktikum;
2. Ahmad Syarif Purnama, S.P, yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam proses penulisan laporan praktikum;
3. rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat dan saran dalam
pembuatan laporan praktikum ini;
4. serta, semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan praktikum
ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan mendapat balasan yang berlipat dari
Allah swt. Aamiin.
i
ii
Penulis
DAFTAR ISI
iii
iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN
vi
2
3
4
Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya adalah 1500 – 2500
mm/tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat
celcius dengan lahan kelas S1 atau S2. Ketinggian tempat penanama akan berkaitan
juga dengan citarasa kopi.
6
BAB 3
PEMBAHASAN
kandungan lendir pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang karena
sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara alami akibat proses respirasi.
Panen kopi dalam satu kebun tidak serempak biasanya berlangsung di
musim kemarau yakni antara bulan Mei sampai September., karena itu ada beberapa
cara pemetikan :
1) Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.
2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
3) Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat
pemetikan.
4) Secara racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi
yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.
Oleh karena itu pemetikan dalam proses pemanenan dilakukan secara
bertahap. Tahapan pemetikan kopi tersebut antara lain tahap pemetikan
pendahuluan, petik merah, dan petik racutan.
1) Pemetikan pendahuluan
Pemetikan pendahuluan dilakukan untuk mengambil buah-buah kopi yang
terserang hama bubuk buah, biasanya dilakukan antara bulan Februari dan Maret.
Pemetikan ini bertujuan untuk menghindari penyebaran hama tersebut dengan
memutus siklus hidupnya. Buah-buah yang terserang hama bubuk menunjukan ciri-
ciri berwarna kuning kehijauan. Buah-buah ini dipetik kemudian direbus dan
dijemur untuk kemudian diolah dengan metode pengolahan kering.
2) Petik merah
Petik merah sering disebut pula dengan istilah panen raya. Panen ini dimulai
pada bulai Mei dan berakhir di bulan September. Petik merah dilakukan dengan
memetik buah-buah kopi yang sudah merah matang pada tanaman setiap 10 – 14
hari. buah-buah kopi hijau yang mungkin ikut terpetik harus dipisahkan dari buah
kopi matang agar mutu kopi olahan nantinya tidak menurun. Buah-buah kopi
matang ini, pada proses pembuatan kopi luwak biasanya langsung dibersihkan dan
dihidangkan pada luwak yang ada di kandang penangkaran.
3) Petik racutan dan lelesan
Petik racutan dilakukan dengan memanen semua buah yang ada di tanaman
setelah bulan September atau setelah petik merah selesai dilakukan dan sisa buah
di pohon hanya tertinggal sekitar 10% saja, sedangkan lelesan dilakukan dengan
mengambil semua buah yang jatuh tertinggal di tanah. Petik racutan dan lelesan
dilakukan sejatinya hanya untuk meminimalkan serangan hama bubuk buah pada
musim panen berikutnya, karena buah-buah yang tersisa pasca petik merah jika
tidak diambil hanya akan menjadi inang untuk hama bubuk buah.
3. Pengolahan semi-basah
10
Pengolahan secara semi basah saat ini banyak diterapkan oleh petani kopi
arabika di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Cara
pengolahan tersebut menghasilkan kopi dengan citarasa yang khas, dan berbeda
dengan kopi yang diolah secara basah penuh. Ciri khas kopi yang diolah secara
semi-basah ini adalah berwarna gelap dengan fisik kopi agak melengkung. Kopi
arabika cara semi-basah biasanya memiliki tingkat keasaman lebih rendah dengan
body lebih kuat dibanding dengan kopi olah basah penuh.
Proses cara semi basah juga dapat diterpkan untuk kopi robusta. Secara
umum kopi yang diolah semi-basah mutunya sangat baik. Proses pengolahan secara
semi-basah lebih singkat dibandingkan dengan pengolahan secara basah penuh.
Tahap-tahap pengolahan biji kopi semi-basah:
- Pengupasan kulit buah
Proses pengupasan kulit buah (pulp) sama dengan pada cara basah-penuh. Untuk
dapat dikupas dengan baik, buah kopi harus tepat masak (merah) dan dilakukan
sortasi buah sebelum dikupas, yaitu secara manual dan menggunakan air untuk
memisahkan buah yang diserang hama.
Pengupasan dapan menggunakan pulper dari kayu atau metal. Jarak silinder dengan
silinder pengupas perlu diatur agar diperoleh hasil kupasan yang baik (utuh,
campuran kulit minuman) beberapa tipe pulper memerlukan air untuk membantu
proses pengupasan
Biji HS dibersihkan dari kotoran kulit dan lainnya sebelum difermentasi.
- Fermentasi dan Pencucian
Untuk memudahkan proses pencucian, biji kopi HS perlu difermentasi selama
semalam atau lebih. Apabila digunakan alat-mesin pencuci lendir, proses
fermentasi dapat dilalui.
Proses fermentasi dilakukan secara kering dalam wadah karung plastik atau tempat
dari plastik yang bersih.
Setelah difermentasi semalam kopi HS dicuci secara manual atau menggunakan
mesin pencuci (washer).
- Pengeringan awal
Pengeringan awal dimaksudkan untuk mencapai kondisi tingkat kekeringan tertentu
dari bagian kulit tanduk/cangkang agar mudah dikupas walaupun kondisi biji masih
relatif basah.
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran selama 1-2 hari sampai
kadar air mencapai sekitar ± 40 %, dengan tebal lapisan kopi kurang dari 3 cm
(biasanya hanya satu lapis) dengan alas dari terpal atau lantai semen.
Biji kopi dibalik-balik setiap ± 1 jam agar tingkat kekeringannya seragam.
Jaga kebersihan kopi selama pengeringan.
- Pengupasan kulit tanduk/cangkang
Pengupasan kulit tanduk/cangkang pada kondisi biji kopi masih relatif basah dapat
dilakukan dengan menggunakan huller yang didisain khusus untuk proses tersebut.
Agar kulit dapat dikupas maka kondisi kulit harus cukup kering walaupun kondisi
biji yang ada didalamnya masih basah:
Pastikan kondisi huller bersih, berfungsi normal dan bebas dari bahan-bahan yang
dapat mengkonyimasi kopi sebelum digunakan
Lakukan pengupasan sesaat setelah pengeringan/penjemuran awal kopi HS.
apabila sudah bermalam sebelum dikupas kopi HS harus dijemur lagi sesaat sampai
kulip cukup kering kembali
11
Atur aturan huller dan aliran bahan kopi agar diperoleh proses pengupasan yang
optimum. Sejumlah tertentu porsi kulit masih terikut bersama biji kopi labu yang
keluar dari lubang keluaran biji. Hal tersebut tidak begitu masalah, karna porsi kulit
tersebut mudah dipisahkan dengan tiupan udara (aspirasi) setalah kopi dikeringkan
Biji kopi labu yang keluar harus segera dikeringkan, hindari penyimpanan biji kopi
yang masih basah karena akan terserang jamur yang dapat merusak biji kopi baik
secara fisik atau citarasa, serta dapat terkontiminasi oleh mikotoksin (okhtratoksin
A, aflatoksin dll)
Bersihkan huller setelah digunakan, agar sisa-sisa kopi dan kulit yang masih basah
tidak tertinggal dan berjamur di dalam mesin.
- Pengeringan biji kopi labu
Biji kopi labu adalah biji kopi hasil proses semi basah, yang telahdilakukan
pengeringan awal dan dikupas kulit tanduknya pada kadar air + 40 % kemudian
dilakukan pengeringan lanjutan sampai kadar air 12,5 % dalam bentuk biji kopi
beras.
Keringkan biji kopi labu hasil pengupasan dengan penjemuran atau menggunakan
mesin pengering mekanis
Aturan tebal hamparan biji kopi kurang dari 5 cm, gunakan alas pelastik atau terpal
atau latai semen. Hindari penjemuran langsung diatas permukaan tanah.
Balik-balik massa kopi agar proses pengeringan seragam dan lebih cepat
Tuntaskan proses pengeringan sampai dicapai kadar air biji 11-12% biasanya
diperlukan waktu 3-5 hari dalam kondisi normal
Hindari penyimpanan biji kopi yang belum kering dalam waktu yang lebih dari 12
jam, karena akan rusak akibat dari serangan jamur.
kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas. Biji merah (superior)
diolah dengan metoda pengolahan basah atau semi-basah, agar diperoleh biji kopi
HS kering dengan tampilan yang bagus. Sedangkan buah campuran hijau,kuning,
merah diolah dengan cara pengolahan kering. Hal yang harus dihindari adalah
menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau sak selama lebih dari 12 jam,
karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga aroma dan citarasa biji kopi
menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented).
Proses Pasca Panen Sortasi
a. Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior (masak, bernas,
seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang
hama/penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang,
karena dapat merusak mesin pengupas.
b. Biji merah (superior) diolah dengan metoda pengolahan basah atau semi-basah,
agar diperoleh biji kopi HS kering dengan tampilan yang bagus. Sedangkan buah
campuran hijau,kuning, merah diolah dengan cara pengolahan kering.
c. Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik
atau sak selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi
sehingga aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk
(fermented). Pengolahan Cara kering Metoda pengolahan cara kering banyak
dilakukan mengingat kapasitas olah kecil, mudah dilakukan, peralatan sederhana
dan dapat dilakukan di rumah petani.
Sortasi Kopi Beras
- Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kopi dari kotoran-kotoran non kopi
seperti serpihan daun, kayu atau kulit kopi.
- Biji kopi beras juga harus disortasi secara fisik atas dasar ukuran dan cacat biji.
Sortasi ukuran dapat dilakukan dengan ayakan mekanis maupun dengan
manual.
- Pisahkan biji-biji kopi cacat agar diperoleh massa biji dengan nilai cacat sesuai
dengan ketentuan SNI 01-2907-1999
Pengemasan dan Penggudangan
- Kemas biji kopi dengan menggunakan karung yang bersih dan baik, serta diberi
label sesuai dengan ketentuan SNI 01-2907-1999. Simpan tumpukan kopi
dalam gudang yang bersih, bebas dari bau asing dan kontaminasi lainnya
- Karung diberi label yang menunjukkan jenis mutu dan identitas produsen. Cat
untuk label menggunakan pelarut non minyak.
- Gunakan karung yang bersih dan jauhkan dari bau-bau asing
- Atur tumpukan karung kopi diatas landasan kayu dan beri batas dengan dinding
- Monitor kondisi biji selama disimpan terhadap kondisi kadar airnya, keamanan
terhadap organisme gangguan (tikus, serangga, jamur, dll) dan faktor-faktor
lain yang dapat merusak kopi
- Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penggudangan adalah: kadar
air, kelembaban relatif dan kebersihan gudang.
- Kelembaban ruangan gudang sebaiknya 70 %.
BAB 2
KESIMPULAN DAN SARAN
2.1 Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu:
- Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan tanaman rempah dan penyegar
yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan ekspor.
- Kopi memiliki 3 jenis yang bernilai ekonomis bagi manusia sehingga
dibudidayakan oleh masyarakat yaitu Arabika, Robusta, dan Liberika. Kedua
jenis tanaman yakni Robusta dan Arabika umumnya dibudidayakan di
Indonesia termasuk di Papua.
- Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah
yang telah masak. Pada tanaman yang berusia 2,5-3 tahun. Ukuran kematangan
buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua
ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna
merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh
terlampaui (over ripe).
- Pengolahan biji merah dilakukan dengan metode pengolahan basah atau semi-
basah, agar diperoleh biji kopi kering dengan tampilan yang bagus, sedangkan
buah campuran hijau, kuning, merah diolah dengan cara pengolahan kering.
2.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini diperlukan beberapa literatur yang lebih luas
dan mendalam mengenai pembahasan pemanenan dan pengolahan pasca panen
kopi karena kopi memiliki beberapa jenis sehingga perlakuannyapun berbeda-beda.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (). Teknologi Hasil Produksi Tanaman Utama “Budidaya Tanaman Kopi”.
Ferry, Y. Handi Supriadi, dan Meynarti Sari Dewi Ibrahim. (2015). Teknologi
Budidaya Tanaman Kopi Aplikasi pada Perkebunan Rakyat. Indonesian
Agency for Agriculture Research and Development (IAARD) Press.
Fuad, M. (2014). Analisis Keragaman Morfologi Koleksi Tanaman Kopi Arabika
dan Robusta Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Sukabumi.
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. (Skripsi).
Unknown. (2016). Panen dan Pasca Panen Kopi. [online]. Tersedia:
http://latansatugas.blogspot.com/2016/10/panen-dan-pasca-panen-kopi.html.
Diakses pada tanggal 11 November 2019.