KRS
KRS
KRS
ABSTRAK
Angka kejadian risiko kesalahan dalam pemberian obat-obatan masih sangat tinggi maka
diperlukan beberapa kebijakan untuk mengurangi risiko kesalahan pemberian obat-obatan.
Pemberian obat yang sesuai akan membuat efek pada obat bekerja dengan baik. Kebijakan
keselamatan ini adalah upaya untuk mengurangi risiko terjadinya kesalahan pada saat
memberikan obat kepada pasien. Seorang perawat haruslah mengetahui bagaimana prosedur
pemberian obat dengan benar. Metode: metode yang digunakan adalah metode lireraturiview
dan eksplorasi bebas terkait dengan kebijakan keselamatan pasien untuk mengurangi risiko
kesalahan pemberian obat. Hasil : Diperoleh hasil seorang perawat dapat mengetahui prosedur
pemberian obat agar mengurangi risiko kesalahan pemberian obat. Tujuan : tujuan yang ingin
dicapai adalah untuk membuat kebijakan terkait dengan prosedur pemberian obat yang benar
sehingga mengurangi risiko kesalahan pemberian obat yang dilakukan oleh perawat.
Kata kunci : kebijakan keselamatan, risiko kesalahan pemberian obat, prosedur
pemberian obat
LATAR BELAKANG pertahun akibat medication error
(Kinninger, 2003). Studi lain yang
Medication eror adalah kejadian
dilakukan di 36 rumah sakit di Amerika
yang merugikan pasien akibat
pada tahun 2002, ditemukan bahwa
pemakaian obat, tindakan, dan
probabilitas kejadian medication error
perawatan selama dalam penanganan
sebesar 2 kejadian setiap harinya.
tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat
Sementara itu, Studi yang dilakukan di
dicegah (Depkes RI, 2004). Bentuk-
RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng
bentuk medication error yang terjadi
melaporkan bahwa sebanyak 18 kasus
dapat berupa : unordere error, extra
medication error terjadi ditangani 2010,
dose error, omission error, wrong dose
16 kasus ditahun 2011 dan naik hingga
error, wong route error, wrong time
21 kasus di tahun 2012. Hal tersebut
error dan wrong dosage form error
menunjukkan bahwa kasus medication
(Depkes RI, 2008).Medication error
error masih sering terjadi dalam
adalah jenis Medical Erroryang paling
pelayanan kesehatan di Indonesia.
umum terjadi di berbagai rumah sakit.
Berdasarkan Kepmenkes RI nomor 129/
Diperkirakan 7000 orang meninggal
Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
1
Pelayanan Minimal, tidak adanya pengetahuan tentang farmakologi, mis
kejadian kesalahan pemberian obat komunikasi, kelelahan, salah membaca
sebesar 100%, hal itu berarti bahwa label obat, dan ketidakpatuhan dalam
seharusnya kejadian kesalahan obat atau melaksanakan prinsip benar pemberian
medication error tidak boleh terjadi obat merupakan faktor yang dapat
satupun dalam pelayanan menyebabkan medication
kesehatan.Kasus medication error pun administration error (Savvato, 2014).
masih ditemui di RSU Haji Surabaya. Medication error dibedakan menjadi 3
Dari Instalasi yang terpapar kejadian jenis berdasarkan tahap pengobatan,
medication error yaitu : ICU, ICCU, yaitu : prescribing error (resep tidak
Kamar Bersalin, IGD dan rawat inap, terbaca, data pasien tdak lengkap, nama
kejadian medication error paling banyak obat yang tidak jelas), dispensing error
ditemukan di instalasi rawat inap. (bentuk sediaan yang tidak tepat, obat
Sebanyak 13 kejadian medication error kadaluarsa, instruksi obat yang tidak
ditemukan di Intalasi rawat Inap RSU tepat), dan administration error
Haji Surabaya. pada tahun 2014-2015. (kesalahan waktu pemberian obat, dosis
tidak tepat, teknik atau rute pemberian
Sebanyak 7 kejadian pada tahun
obat yang salah).Seperti yang telah
2014 dan 6 kejadian pada tahun
dipaparkan diatas,medication
2015.Medication error dapat terjadi
administration error adalah salah satu
disetiap tahapan pengobatan. Menurut
jenis medication error yang disebabkan
National Patient Safety Agency (2004),
karena tidak terpenuhinya instruksi
medication error pada tahap
pemberian obat atau pemberian obat
administration error adalah jenis
yang tidak sesuai dengan resep
kesalahan yang paling sering terjadi dan
(Maralyn, 2005). Medication
menimbulkan dampak yang paling
admnistration error merupakan jenis
parah dibandingkan jenis kesalahan
medication error yang paling banyak
lainnya. Pihak yang paling bertanggung
terjadi. Dalam medication error,
jawab dalam tahap drug administration
sebanyak 60% diantaranya adalah kasus
adalah perawat, sebab perawat
administration error (Hughes, 2008).
berkewajiban dalam tindakan
Medication administration error dapat
pemberian obat. Faktor Individu
menjadi salah satu penyebab Adverse
perawat, seperti : rendahnya
2
Drug Events (ADE) atau efek samping dilakukan di Iran pada tahun 2013
yang tidak diinginkan dalam mengenai medication error, ditemukan
pengobatan. Medication administration bahwa salah satu faktor penyebab
error dilaporkan sebagai salah satu kejadian medcation error merupakan
penyebab tingginya angka morbiditas kurangnya pengetahuan perawat
dan mortalitas pada pasien rawat inap dibidang farmakologi. Dengan
(Tissot et al 2003; Baker et al 2002). meningkatnya jumlah obat yang tersedia
di rumah sakit dan masyarakat maka
Hal ini dikarenakan semakin
perawat bertanggungjawab untuk
bervariasinya obat-obatan dan
memperbaharui pengetahuan mereka
meningkatnya jumlah dan jenis obat
tentang obat-obatan (O’Shea,
yang ditulis per pasien saat ini.
1999).Pendidikan yang
Pengetahuan Perawat Pengetahuan
berkesinambungan bagitenaga
adalah dasar bagi seseorang untuk
kesehatan sangat diperlukan, terlebih
melakukan pekerjaan. Begitu pun
lagi pada obat-obatan yang dianggap
perawat, dituntut untuk memiliki
baru di suatu pelayanan kesehatan
pengetahuan keperawatan yang baik
tersebut. Kebijakan terkait obat-obatan,
untuk dapat memberikan pelayanan
prosedur, berbagai informasi, dan
yang berkualitas.Menurut Notoatmojo
medication error harus tersedia bagi
(2011) Pengetahuan merupakan hasil
tenaga kesehatan (Anderson, 2010).
dari “tahu” yang terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap Keterampilan Perawat Dalam
suatu objek tertentu terutama melalui praktik keperawatan mutlak diperlukan
mata dan telinga. Bila seseorang dapat skill atau keterampilan yang baik agar
menjawab pertanyaan -pertanyaan dapat memberikan pelayanan yang
mengenai suatu bidang tertentu dengan berkualitas. Menurut Gordon (1999)
lancar, baik secara lisan maupun tertulis pengertian keterampilan adalah
maka dapat dikatakan mengetahui kemampuan untuk mengoperasikan
bidang tersebut. Pengetahuan perawat pekerjaan secara mudah dan cermat.
yang dimaksud dalam penelitian adalah Pengertian ini biasanya cenderung pada
pengetahuan mengenai pemberian obat aktivitas psikomotor. Sedangkan,
dan pengetahuan mengenai medication menurut Nadler (2000) pengertian
error. Berdasarkan penelitian yang keterampilan (skill) adalah kegiatan
3
yang memerlukan praktek atau dapat dimana seorang individu
diartikan sebagai implikasi dari menyampaikan perangsang (biasanya
aktivitas. Salah satu keterampilan yang lambang-lambang dalam bentuk kata-
harus dimiliki oleh perawat adalah kata) untuk mengubah tingkah laku
keterampilan dalam memberikan obat. orang lain/individu lain. Untuk itu harus
Dalam melakukan pemberian obat ada kesepahaman arti dalam proses
seorang perawat dituntut untuk penyampaian informasi tersebut agar
menerapkan prinsip 12 benar pemberian tercapai komunikasi yang efektif.
obat. Berikut ini merupakan rincian Komunikasi antara perawat dengan
prinsip 12 benar pemberian obat : benar pasien harus disampaikan secara jelas
klien , benar obat, benar dosis, benar agar pasien memahami keadaan
waktu. benar rute pemberian, benar kesehatannya ataupun instruksi
informasi medikasi kepada pasien, mengenai pengobatan yang
benar dokumentasi, hak klien untuk disampaikan oleh perawat. Hal-hal yang
menolak, benar pengkajian , benar harus diinformasikan dan didiskusikan
evaluasi, benar reaksi terhadap pada pasien adalah :Pemahaman yang
makanan, dan benar reaksi dengan obat jelas mengenai indikasi penggunaan
lain. Tindakan keperawatan profesional obat, Peringatan yang berkaitan dengan
mempunyai peranan yang penting proses pengobatan, informasi mengenai
dalam pelaksanaan pemberian obat. efek samping obat, Reaksi obat yang
Untuk dapat memberikan obat secara tidak diinginkan (Adverse Drug
benar dan efektif, perawat harus Reaction – ADR) dan informasi
mengetahui tentang indikasi, dosis, dan mengenai penyimpanan dan
cara pemberian obat dan efek samping penanganan obat di rumah termasuk
yang mungkin terjadi dari setiap obat mengenali obat yang sudah rusak atau
yang diberikan (Priharjo, 2008). kadaluarsa (Depkes RI, 2008).
Komunikasi Perawat Dalam pelayanan
TUJUAN
kesehatan, komunikasi adalah sebuah
kegiatan yang lazim terjadi antara Tujuan yang ingin dicapai dalam
4
mengetahui pemberian obat dengan Dalam metode ini didapatkan hasil
benar sehingga tidak terjadinya tentang prosedur pemberian obat yang
kesalahan dalam pemberian obat. benar agar mengurangi risiko kesalahan
Kebijakan yang dilakukan ini bertujuan pemberian obat kepada pasien. Dimana
agar mengurangi risiko kesalahan prosedur itu merupakan langkah untuk
pemberian obat dari perawat itu sendiri. kebijakan keselamatan pasien,
Untuk mengetahui kesediaan obat dan kesalahan dalam pemberian obat sangat
konsep dari pemberian obat. Jika berisiko pada proses keperawatan. Dari
pemberian obat dilakukan dengan benar berbagai aspek didapatkan faktor-faktor
maka diharapkan efek obat yang yang mempengaruhi perencanaan
dihasilkan nanti akan bekerja dengan tenaga keperawatan. Mulai dari faktor
baik. Maka diperlukan beberapa pasien dan faktor sumber daya dan
kebijakan untuk prosedur pemberian faktor sumber daya manusia/ SDM
obat agar tidak ada kesalahan dalam keperawatan dan metode penugasan
memberikan obat kepada klien. Asuhan keperawatan.
METODE PEMBAHASAN
5
pasien untuk merawat dirinya sendiri, keperawatan juga akan mempengaruhi
karateristik tertentu pasien yang jumlah ketenagaan dan kualifikasi
berhubungan dengan penurunan sensori, tenaga keperawatan yang dibutuhkan,
tingkat kesakitan, kebutuhan akan sebagai contoh jika metodenya primary
tindakan perawatan khusus, terapi nurse maka kualifikasi perawat yang
medis yang diterima oleh pasien, sangat kompeten dan mempunyai
pertimbangan kebutuhan edukasi dan accountability yang diperlukan. Metode
dukungan emosional. pengklasifikasian fungsional merupakan model
pasien dilaksanakan setiap shift karena keperawatan yang paling tua. Metode
bisa jadi terdapat perubahan kondisi ini berorientasi pada tugas masing-
saat pergantian shift, pengklarifikasian masing. Seorang perawat bertanggung
pasien dapat dilaksanakan oleh staf jawab dalam pemberian obat-obatan,
tetapi harus dievaluasi, dimonitoring seorang yang lain untuk tindakan,
dan disupervisi validitas dan rehabilitas seorang yang lain lagi mengatur
dari pengklarifikasian pasien. pemberian secara intravena. Metode
tim merupakan metode pemberian
Faktor sumber daya manusia
asuhan keperawatan di mana seorang
Faktor SDM keperawatan, faktor lain perawat peofesional memimpin
yang harus diperhatikan saat sekelompok tenaga keperawatan
merencanakan ketenagaan adalah faktor berdasarkan konsep koooperatif dan
ketenagaan yang sudah ada. Apakah kolaburatif. Metode penugasan tim
ketenagaan yang telah ada sudah seorang kepala ruangan bertanggung
memenuhi kompetensi dari sisi jawab untuk melakukan pembagian
pendidikan, pengalaman dan tugas atas beberapa pasien dan bagi para
ketarampilan? Tenaga keperawatan pemberian pelayanan kesehatan kepada
yang baru nantinya harus mampu pemimpin tim. Managemen kasus
melengkapi tenaga yang sudah ada dan adalah model yang digunakan untuk
dapat memperkuat organisasi. Seluruh mengidentifikasi, koordinasi, dan
data staf dicatat dan kompilasi sehingga monitoring implementasi kebutuhan
dapat dianalisis dan dapat menjadi data pelayanan untuk mencapai asuhan yang
pendukung dalam merencanakan tenaga diinginkan dalam periode waktu
yang baru dan pendayaan staf. Metode tertentu. Metode keperawatan primer
penugasan model pemberian asuhan
6
terdapat kontinuitas keperawatan dan berlaku. Menyediakan obat-obatan yang
bersifat komprehensif serta terdapat diperlukan sesuai kebutuhan dalam
dipertanggungjawabkan, setiap perawat keadaan siap pakai, mencegah
primer biasanya mempunyai 4-6 klien kerusakan obat dengan cara
dan bertanggung jawab selama 24 jam menyimpannya secara tepat dan benar
selama klien dirawat dirumah sakit. dan mengamankan obat-obatan melalui
pencatatan dan pelaporan yang tepat
Lingkungan dan fasilitas
dan benar.
Faktor lingkungan dan kebijakan
REFERENSI
rumah sakit juga menjadi faktor yang
perlu diperhatikan dalam merencanakan Brown, D. S., & Wolosin, R. (2013).
bergeser tidak hanya sebagai pemberian Depkes RI. (2008). Panduan Nasional
asuhan keperawatan tetapi juga helper
Keselamatan Pasien Rumah
dalam aktivitas yang lainnya.
Sakit (Patient Safety): Utamakan
KESIMPULAN
Keselamatan Pasien. Jakarta:
Dalam pemberian obat perlu
memperhatikan mengatur penyediaan, Depkes RI
7
Jakarta : Gosyen dan Aplikasi. Jakarta:
Keperawatan. Jakarta:
Mulyono, M. Hadi dkk. (2012).
Rajawali Pers.
Faktor Yang Berpengaruh
Kozier, Barbara. (2010). Buku
Terhadap Kinerja Perawat
Ajar Fundamental
di RS Tingkat III. 16. 06.
Keperawatan: Konsep,
01. Jurnal AKK. Vol 2, No.
Proses, dan Praktik. Edisi
1.
7. Jakarta : EGC.
Rusmi, R. T., Sudirman, I., Maidin, A.
Kroening, H. L., Kerr, B., Bruce, J., & (2012). Faktor Penyebab
Yardley, I. (2015). Patient Medication Error Di Instalasi
complaints as predictors of Rawat Darurat. Jurnal
patient safety. Patient Manajemen Pelayanan
Experience Journal, 94-101. Kesehatan. Vol. 5, No. 4.
Morag, I., Gopher, D.,
Shargel, L., Susanna, Wu-Pong.,
Spillinger, A., & Shpak.
Andrew, B.C. (2012).
Nasir, A. Muhith, A. dkk.
Biofarmasetika dan
(2009). Komunikasi Farmakokinetika Terapan. Edisi
Dalam Keperawatan Teori ke-5. Airlangga University
Press, Surabaya.
8
Simamora, R. H. (2018). Buku
Pasien Berbasis
Komunikasi Efektif :
Hidayatullah, Jakarta.
Jakarta.