Makalah Farmakognosi
Makalah Farmakognosi
Makalah Farmakognosi
TANAMAN OBAT
(TEMU KUNCI, DRINGO, TEMULAWAK, TEMU HITAM)
NAMA KELOMPOK:
- ANSIFA LUKMANA
- VINTA APRIYANI
- NANDA TIARA PUTRI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar didunia, Negara yang memiliki begitu banyak
keanekaragaman baik habitat, maupun flora dan fauna yang dimilikinya. Keanekaragaman ini
pula membuat Indonesia memiliki banyak keanekaragaman hayati termasuk juga
keanekaragaman tanaman obat tradisional atau lebih sering dikenal dengan tanaman herbal.
Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, digunakan
dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota-kota besar.
Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara
kesehatan. Untuk ini pelayanan kesehatan tradisional merupakan potensi besar karena dekat
dengan masyarakat, mudah diperoleh dan relatif lebih murah daripada obat modern. Pada
masyarakat modern ini, masyarakat belum begitu tahu tentang manfaat apa saja yang dapat kita
peroleh dari tanaman herbal untuk kesehatan, itu dikarenakan masyarakat lebih mengenal obat –
obatan dari bahan kimia, baik karena anjuran dari resep dokter yang lebih sering memberikan
resep untuk membeli obat – obatan kimia di apotek atau pun karena mudah didapatkan di toko
atau warung terdekat, sehingga membuat masyarakat kurang mengetahui kelebihan tersendiri
yang dimiliki tanaman herbal ketimbang obat - obatan kimia yang biasa mereka konsumsi,
bahkan terkadang masyarakat saat membeli obat tidak begitu tahu kandungan obat yang
diresepkan oleh dokter.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Tanaman merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik itu yang
tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan dan secara fungsional tidak lagi
dipandang sebagai bahan konsumsi maupun penghias saja, tetapi juga sebagai tanaman obat
tradisional yang multifungsi (Bangun. A, 2012).
Tanaman obat tradisional adalah tanaman yang salah satu, beberapa atau seluruh bagian tanaman
tersebut dipergunakan dan berkhasiat bagi kesehatan untuk berbagai penyembuhan penyakit
(Rahadi, 2002).
Tanaman obat merupakan tanaman yang berkhasiat dan digunakan sebagai obat, dimana ketika
secara naluriah manusia berupaya untuk memelihara kesehatan dan mengobati penyakitnya.
Upaya itu tentu membuahkan hasil-hasil yang kemudian diturun temurunkan dari generasi ke
generasi menjadi suatu sistem kesehatan dan pengobatan yang baku, begitulah terjadi selama
berabad-abad, sejak masa sejarah sampai masa sejarah.Tanaman obat adalah obat herbal yang
telah digunakan secara turun temurun dan secara empiris terbukti efektifitasnya oleh masyarakat
dan tercatat.
Tanaman obat sering digunakan masyarakat untuk mengobati penyakit yang diantaranya
adalah Temu Kunci, Dringo, Temulawak, Temu Hitam. Tanaman obat ini adalah tanaman obat
yang ditanam di pekarangan rumah, ada yang tumbuh dengan sendiri, dan ada juga yang tumbuh
liar.
B. JENIS-JENIS TANAMAN OBAT BESERTA MANFAATNYA
1. TEMU KUNCI
Nama tumbuhan
Nama Ilmiah : Boesenbergia pandurata
Sinonim : Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult.; Kaempferia pandurata (Roxb);
Boesenbergia rotunda
Nama umum/ dagang : Temu kunci
Nama Lokal : Temu kunci (Indonesia), koncih (Sumatera), Tamu kunci
(Minangkabau), Konce (Madura), Kunci (jawa tengah), Dumu kunci (Bima), Tamu
konci (Makasar), Tumu kunci (Ambon), Anipa wakang (Hila-Alfuru), Aruhu Konci
(Haruku), Sun (Buru) Rutu kakuzi (Seram), Tamputi (Ternate)
Nama asing : Fingerroot (Inggris), Krachai (Thailand), Chinese key (Cina).
Klasifikasi tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Spesies : Boesenbergia pandurata
Uraian tumbuhan/Ciri-ciri Tumbuhan
Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam satu tahun
pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam tanah
sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, berukuran 5-30 x 0,5-2
cm. Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini pada
umumnya 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian
daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16 cm, lidah-
lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm, pelepah
daun sering sama panjang dengan tangkai daun; helai daunnya tegak, bentuk lanset
lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah
agak berambut terutama sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda,
lebarnya 5-11 cm.
Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi
oleh 2 spatha, panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai
daun terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3 buah,
warnanya merah muda atau kuning-putih, berbentuk tabung 50-52 mm, bagian atas
tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm.
Benang sarinya 1 fertil besar, kepala sarinya bentuk garis membuka secara
memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran (staminodia) bulat telur terbalik tumpul,
merah muda atau kuning lemon, gundul, 6 pertulangan, dan ukurannya 25×7 cm.
Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang, banyak biji dalam setiap ruang (Plantus,
2008).
Habitat dan penyebaran
Tanaman ini banyak tumbuh dari daerah tropis dataran rendah. Waktu berbunganya
pada bulan Januari-Februari, April-Juni.. Tanaman ini tumbuh baik pada iklim panas
dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan pertukaran udara dan tata air yang
baik. Pada tanah yang kurang baik tata airnya (sering tergenang air, atau becek
pertumbuhan akan terganggu dan rimpang cepat busuk) (Plantus, 2008).
Perbanyakannya temu kunci dapat dilakukan dengan pemotongan rimpang menjadi
beberapa bagian (tiap bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas) dan penanaman
dilakukan pada jarak tanam 3000 cm.
Manfaat tumbuhan
Temu kunci banyak di manfaatkan sebagai obat aprodisiac, disentri, antiinflamasi,
kolik, serta untuk menjaga kesehatan tubuh, peluruh dahak/untuk menanggulangi
batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, Sariawan, Kembung, Susah Kencing,
Kurap, Batu Empedu, Keputihan pemacu keluarnya air susu ibu (AS1), dll.
2. DLINGO
Tanaman ini tumbuh pada tanah yang basah dan lembap. Diperkirakan tumbuhan ini
berasal dari India dan menyebar ke seluruh penjuru dunia melalui perdagangan rempah di
benua Amerika. Jerangau dipertukarkan dengan tumbuhan kerabatnya yaitu Acorus
Americanus yang berasal dari Amerika. Jerangau memiliki banyak nama lain, namun untuk
nama dagangnya Jerangau lebih dikenal dengan tanaman Dlingo.
Ordo : Arales
Familia : Araceae
Genus : Acorus
Ciri-Ciri Tumbuhan
Habitus berbentuk herba tahunan yang memiliki tinggi ±75 cm. Berbatang pendek,
basah, berbentuk rimpang serta warnaya putih. Daunnya berjenis tunggal, bentuknya lanset,
ujungnya runcing bertepi rata dan pangkalnya memeluk batang dengan panjang ± 5 cm,
berpetuallangan sejajar hijau. Bunga majemuk ini perbungaannya berbentuk bongkol lalu
ujungnya meruncing dengan panjang 20 – 25 cm, tumbuh di sekitar ketikak daun. Tangkai
sari panjang kurang lebih 2,7 mm, kepala sarinya berpanjang 0,5 mm, putiknya 1-1, 5 mm
berwarna putih. Akarnya serabut warnanya coklat. Dlingo atau jerangau ini memiliki
rimpang dengan bau wangi. Penampang ripang kurang lebih 1 cm hingga dengan 1,5 cm,
sedangkan akarnya kurang lebih 3 mm hingga dengan 4 mm. Rimpang beruas – ruas dengan
tunas di setiap ruasnya. Panjang rimpang bergantung dengan umur tanaman serta tingkat
kegemburan lumpur. Jerangau tumbuh dengan merumpun yang berbentuk satu koloni
tanaman yang makin lama akan makin melebar. Jerangau mempunyai rimpang yang baunya
wangi. Kulit rimpang warnanya coklat muda dengan warnanya putih di bagian dalam.
Daunnya ini tebal serta keras dengan bentuk mirip pedang.
Manfaat tumbuhan
Rimpang acorus calamus menjadi obat penenang, lambung serta obat limpa. Dlingo
ini pun bisa dipakai dalam sebuah ramuan yang dipakai oleh wanita yang selepas bersalin
bersama cekur. Cirinya ini memiliki anti oksidan. Selain tersebut, jerangau pun bermanfaat
untuk perangsang, menghilangkan rasa sakit, menambah nafsu makan serta tonik.
Kegunaannya ini lumayan banyak, khususnya ialah untuk meredakan radang. Contoh
penyakit yang bisa diatas dengan jerangau diantaranya : bengkak, limpa bengkak, kudis,
cacar sapi, demam, mimisan dan masih banyak lagi lainnya. Rimpang jerangau bisa
mengurangi penyakit perut misalnya disentri dan asma serta menjadi insektisida, racu serta
stimulan. Ekstra alkohol dari rimpang dipakai menjadi anti bakteri. Didalam masyarakat
batak tiba dan juga karo, jerangau secara umum dipakai obat tradisional serta dipercaya bisa
mengusir roh jahat.
3. TEMULAWAK
Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Scitamineae
Famili : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorhiza roxb
Ciri Tanaman
Tanaman temulawak biasanya berukuran tidak terlalu tinggi, sekitar 1-2 meter.
Batangnya tidak berkayu dan berwarna hijau, tersusun dari pelepah daun yang tumpeng
tindih. Daunnya berwarna hijau atau coklat dengan panjang sekitar 31 cm – 84 cm dan lebar
10 cm – 18 cm. Bunga tanaman ini punya bentuk yang unik berwarna kuning tua.Tanaman
temulawak terkenal sebagai tanaman rimpang atau rizoma, yaitu batang dapat menjalar di
bawah permukaan tanah dan menghasilkan tunas serta akar baru dari ruas-ruasnya. Rimpang
memang mirip umbi. Bedanya, rimpang adalah modifikasi dari batang yang bisa
menghasilkan tunas, sedangkan umbi tidak. Rimpang temulawak inilah yang sering
dimanfaatkan sebagai bahan obat.
Manfaat Tanaman
4. TEMU HITAM
Tanaman temu hitam adalah tanaman semak yang berguna sebagai tanaman obat-
obatan atau jamu, dan tumbuh secara liar di hutan-hutan pohon jati. Di Jawa, tanaman temu
hitam ini mampu tumbuh pada ketinggian tempat kira-kira antara 400 meter hingga 750 meter
di atas permukaan laut.
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Tinggi tanaman temu hitam bisa mencapai ketinggian 2 meter dengan lebar rumpun
90 cm. Jika tanaman ini ditanam di dataran rendah, setiap rumpun dapat menghasilkan dua
belas anakan, sedangkan jika ditanam di dataran tinggi hanya sekitar lima anakan per
rumpun. Tanaman ini mempunyai rimpang yang berwarna gelap dan memiliki aroma yang
khas. Daun tanaman temu hitam adalah daun tunggal dengan bentuk bulat oval. Helaian daun
temu hitam berwarna hijau, daun tulangnya menyirip, dan permukaan daun bagian atas
terlihat bergaris-garis coklat dan membujur. Tiap tanaman mempunyai daun 2 helai sampai 9
helai dengan ukuran panjangnya kira-kira 31 sampai 85 cm dan lebar 10-18 cm. Tanaman
temu hitam adalah tumbuhan berbatang semu dan berwarna hijau atau cokelat gelap.
Pelepahnya melekat satu dengan yang lainnya hingga membentuk batang. Rimpang temu
hitam terbentuk dengan sempurna, mempunyai cabang-cabang yang kuat, sebagian ada yang
berwarna biru dan ada yang berwarna putih. Kedalaman rimpang sekitar 11-60 cm dengan
panjang akar 17 cm, ketebalan 2-20 cm. Jumlah rimpang tua rumpun sekitar Sembilan buah,
sedangkan rimpang muda sekitar lima buah. Bunga tanaman temu hitam merupakan bunga
majemuk dan berbunga ketika mencapai umur lima bulan. Bunganya berwarna ungu,
sedangkan tangkai bunganya berwarna hijau yang panjangnya bisa mencapai 35 cm.
Tanaman yang berkembang biak dengan cara bertunas lewat rimpang yang telah tua ini
memiliki berbagai kandungan senyawa kimia seperti seperti :
2. mineral. 9. lemak.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
tanaman obat tumbuh di pekarangan, ada yang tumbuh dengan sendiri, dan ada juga yang
tumbuh liar.
Manfaat tanaman obat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sangat penting guna untuk
meperoleh kesembuhan jika terserang penyakit. Dan jenis-jenis tanaman yang digunaka untuk
pengobatan penyakit diantaranya: Temu Kunci, Dlingo, Temulawak, dan Temu Hitam
B. Saran
1. Bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan tanaman obat sebagai obat alternative keluarga.
2. Bagi masyarakat sebelum memanfaatkan tanaman sebagai obat harus mengetahui tanaman
yang memiliki efek samping sehingga tidak terjadi hal yang diinginkan.
3. Bagi masyarakat dan pemerintah agar dapat melestarikan dan membudidayakan tanaman
obat.
4. Bagi pemerintah agar dapat mensosialisasikan pemanfaatan tumbuhan obat misalnya
dengan pengembangan TOGA agar supaya dapat mendekatkan tanaman obat pada pelayanan
kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu langkah yang tepat untuk pelestarian
tanaman obat.
DAFTAR PUSTAKA