SNI SNI 2017.67-04.14 20190910172933 (Publish)
SNI SNI 2017.67-04.14 20190910172933 (Publish)
SNI SNI 2017.67-04.14 20190910172933 (Publish)
Keripik singkong
© BSN 2018 ii
SNI 4305:2018
Daftar Isi
Daftar Isi..................................................................................................................................... i
Prakata ...................................................................................................................................... ii
1 Ruang lingkup .....................................................................................................................1
2 Acuan normatif....................................................................................................................1
3 Istilah dan definisi ...............................................................................................................2
4 Komposisi ........................................................................................................................... 2
5 Syarat mutu.........................................................................................................................2
6 Pengambilan contoh ...........................................................................................................4
7 Cara uji................................................................................................................................ 4
8 Syarat lulus uji.....................................................................................................................4
9 Higiene................................................................................................................................ 4
10 Pengemasan.....................................................................................................................4
11 Syarat penandaan.............................................................................................................4
Lampiran A (normatif) Cara uji keripik singkong .......................................................................5
Bibliografi ................................................................................................................................ 20
© BSN 2018 i
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) Keripik singkong ini merupakan revisi dari SNI 01-4305-
1996, Keripik singkong. Standar ini dirumuskan dengan tujuan sebagai berikut:
1 Menyesuaikan standar dengan perkembangan teknologi terutama dalam metode uji dan
persyaratan mutu;
2 Menyesuaikan standar dengan peraturan-peraturan yang berlaku;
3 Melindungi kesehatan konsumen;
4 Menjamin perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab;
5 Mendukung perkembangan dan diversifikasi produk industri keripik singkong.
Standar ini dirumuskan oleh Komite Teknis 67-04, Makanan dan Minuman, yang telah
dibahas melalui rapat teknis, dan disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 10
Agustus 2016 di Jakarta. Hadir dalam rapat tersebut wakil dari konsumen, produsen,
lembaga pengujian, Badan Pengawas Obat dan Makanan dan instansi terkait lainnya.
Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 1 September 2017 sampai
dengan tanggal 30 Oktober 2017 dengan hasil akhir RASNI.
Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk
pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.
© BSN 2018 ii
SNI 4305:2018
Keripik singkong
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, pengambilan contoh dan cara uji
keripik singkong.
Standar ini berlaku juga untuk keripik singkong yang disalut dengan bahan pangan lain.
2 Acuannormatif
SNI ISO 21527–2, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan – Metode horizontal untuk
enumerasi kapang dan khamir – Bagian 1: Teknik penghitungan koloni pada produk dengan
aktivitas air kurang dari atau sama dengan 0,95.
SNI ISO 21528-2, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan – Metode horizontal untuk deteksi
dan enumerasi Enterobacteriaceae – Bagian 2: Metode penghitungan jumlah koloni.
SNI ISO 4833-1, Mikrobiologi rantai pangan – Metode horizontal untuk enumerasi
mikroorganisme – Bagian 1: Penghitungan koloni pada suhu 30˚C dengan teknik cawan
tuang .
SNI ISO 6579, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan – Metode horizontal untuk deteksi
Salmonella spp.
SNI ISO 660, Lemak dan minyak hewani dan nabati – Penentuan bilangan asam dan
keasaman.
SNI ISO 6887-1, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan – Penyiapan contoh uji, suspensi
awal dan pengenceran desimal untuk pengujian mikrobiologi – Bagian 1: Aturan umum untuk
penyiapan suspensi awal dan pengenceran desimal.
SNI ISO 6887-4, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan – Penyiapan contoh uji, suspensi
awal dan pengenceran desimal untuk pengujian mikrobiologi – Bagian 4: Aturan khusus
untuk penyiapan produk lain selain susu dan produk susu, daging dan produk daging,dan
ikan serta produk perikanan.
SNI ISO 6888-1, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan – Metoda horizontal untuk
enumerasi staphylococcikoagulasi-positif (Staphylococcus aureus dan spesies lain) – Bagian
1: Teknik menggunakan media Baird Parker Agar.
SNI ISO 712, Sereal dan sereal produk – Penentuan kadar air – Metode acuan rutin.
3.1
keripik singkong
makanan ringan yang dibuat dari umbi singkong (Manihot sp.) berbentuk irisan tipis dari
singkong utuh atau irisan singkong yang sudah dipotong dan diolah dengan proses
penggorengan atau pemanggangan atau proses lain yang sesuai, sehingga diperoleh produk
bertekstur renyah siap konsumsi dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan
bahan tambahan pangan yang diizinkan
4 Komposisi
Bahan tambahan pangan yang diizikan sesuai untuk keripuk singkong dengan peraturan
perundang-undangan.
5 Syarat mutu
5* 2* 5x 103koloni/g* 5 x 104koloni/g*
3 Salmonella 5 0 Negatif/25 g NA
Keterangan:
n adalah jumlah sampel yang diambil dan dianalisis
c adalah jumlah maksimum sampel yang boleh melampaui batas mikroba untuk
menentukankeberterimaan suatu produk pangan
m, M adalah batas mikroba
NA adalah Not applicable
*) produk dengan salut
7 Cara uji
Produk dinyatakan lulus uji apabila memenuhi syarat mutu sesuai Tabel 1.
9 Higiene
Cara memproduksi produk yang higienis termasuk cara penyiapan dan penanganannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10 Pengemasan
Produk dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi,
aman selama penyimpanan dan pengangkutan.
11 Syarat penandaan
Lampiran A
(normatif)
Persiapan contoh terdiri atas persiapan contoh untuk uji mikrobiologi, uji keadaan, dan uji
kimia. Pengambilan contoh untuk uji mikrobiologi dilakukan pertama, kemudian dilanjutkan
dengan pengambilan contoh untuk uji organoleptik dan uji kimia.
Buka kemasan contoh keripik singkong dan ambil contoh secara aseptik sebanyak 400 g,
kemudian tempatkan dalam wadah steril.
Buka kemasan contoh keripik singkong dan ambil contoh sebanyak 100 g, kemudian
tempatkan dalam wadah yang bersih dan kering.
Untuk pengujian keutuhan, contoh yang diperlukan sebanyak satu kemasan terkecil dari
produk yang diuji
a) Buka kemasan contoh keripik singkong dan ambil contoh sebanyak 400 g, kemudian
tempatkan dalam wadahyang bersih dan kering;
b) hancurkan contoh dengan menggunakan blender dan saring menggunakan saringan
mesh no. 20;
c) masukkan ke dalam botol contoh yang bersih, kering dan kedap udara.
A.2 Keadaan
A.2.1 Bau
A.2.1.1 Prinsip
Pengujian contoh dengan indera penciuman yang dilakukan oleh panelis yang terlatih atau
kompeten untuk pengujian keadaan.
a) Ambil contoh uji dan letakkan di atas wadah yang bersih dan kering;
b) cium contoh uji untuk mengetahui baunya; dan
c) lakukan pengerjaan minimum oleh 3 orang panelis yang terlatih atau 1 orang tenaga ahli.
a) Jika tidak tercium bau asing, maka hasil dinyatakan “normal”; dan
b) jika tercium bau asing, maka hasil dinyatakan “tidak normal”.
A.2.2.1 Prinsip
Pengujian contoh dengan indera pengecap (lidah) yang dilakukan oleh panelis yang terlatih
atau kompeten untuk pengujian keadaan.
a) Jika tidak terasa rasa asing, maka hasil dinyatakan “normal”; dan
b) jika terasa rasa asing, maka hasil dinyatakan “tidak normal”.
A.2.3 Tekstur
A.2.3.1 Prinsip
Pengujian contoh uji dengan cara digigit yang dilakukan oleh panelis yang terlatih atau
kompeten untuk pengujian keadaan.
a) Ambil contoh uji dan letakkan di atas wadah yang bersih dan kering;
b) gigit contoh uji untuk mengetahui teksturnya; dan
c) lakukan pengerjaan minimum oleh 3 orang panelis yang terlatih atau 1 orang tenaga
ahli.
A.2.4 Penampakan
A.2.4.1 Prinsip
Pengujian contoh uji dengan caravisualyang dilakukan oleh panelis yang terlatih atau
kompeten untuk pengujian keadaan.
a) Ambil contoh uji dan letakkan di atas wadah yang bersih dan kering;
b) lihat contoh uji untuk mengetahui penampakannya; dan
c) lakukan pengerjaan minimum oleh 3 orang panelis yang terlatih atau 1 orang tenaga ahli.
A.2.5 Keutuhan
A.2.5.1 Prinsip
Kadar bagian yang utuh dihitung berdasarkan massakeripik yang sempurna atau keripik
dengan bagian yang patah kurang dari 10% dalam satu keping. Jika terdapat keripik yang
memiliki tepi rata sebagai akibat dari potongan pisau pada proses sebelumnya maka keripik
tersebut diangap sebagai utuh seperti ditunjukkan pada Gambar A.1.
Gambar A.1 – Contoh keripik dengan tepi rata akibat potongan pisau
a) Ambil contoh uji dari kemasan utuh dan letakkan di atas wadah yang bersih dan kering;
b) timbang bobot seluruh keripik (W);
c) pisahkan kepingan keripik yang utuh lalu timbang (W1);
d) pisahkan kepingan keripik dengan ukuran lebih kecil dari 10 persen ukuran kepingan
keripik utuh terkecil dan timbang (W2).
A.2.5.3 Perhitungan
𝑈𝑡𝑢ℎ(%) = (𝑊1
𝑊)
𝑋 100%
A.3.1 Prinsip
Bagian abu yang tidak larut dalam asam dihitung setelah destruksi menggunakan asam.
© BSN 2018 7 dari 21
A.3.2 Peralatan
a) Tanur (600±15)˚C;
b) Burner;
c) Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
d) Desikator yang berisi desikan;
e) Cawan porselen/platina volume 50 mL.
f) Penangas air;
g) Kertas saring tak berabu (Whatman No. 40 atau yang setara).
A.3.3 Pereaksi
a) Timbang dengan akurat 10 g contoh yang telah dihancurkan (W), masukkan ke dalam
cawan;
b) panaskan hati-hati dengan menggunakan bunsen atau burner sampai semua bahan
terbakar;
c) pindahkan cawan yang berisi contoh tersebut ke dalam tanur pada suhu (600 15) °C
sampai diperoleh residu yang apabila ditimbang diperoleh hasil penimbangan yang tetap.
Berat residu pada saat ini dapat digunakan untuk memperkirakan abu total dalam contoh;
d) tambahkan 5 mL HCl ke dalam residu dan panaskan hingga mendidih;
e) uapkan campuran sampai kering di atas penangas air;
f) lanjutkan pemanasan residu yang diperoleh pada butir (d) di atas penangas air selama 30
menit;
g) tambahkan 5 mL HCl pekat terhadap residu yang diperoleh pada butir (e) dan panaskan
sampai mendidih. Lalu tambahkan 20 mL air suling dan panaskan;
h) saring larutan dengan kertas saring tak berabu (Whatman No. 40 atau yang setara) dan
cuci dengan 150 mL air suling panas sampai bebas klorida;
i) masukkan kertas saring ke dalam cawan porselen (platina) yang telah diketahui bobotnya
keringkan dalam tanur (550 5) °C sampai terbentuk abu berwarna putih;
j) pindahkan segera ke dalam desikator sehingga suhunya sama dengan suhu ruang
kemudian timbang (W1). Penimbangan diulangi sampai bobot tetap.
A.3.5 Perhitungan
(𝑊2 ‒ 𝑊0)
Kadar abu tidak larut dalam asam (%) = 𝑥 100%
(𝑊1 ‒ 𝑊0)
Keterangan:
W0 adalah bobot cawan kosong, dalam g
W1 adalah bobot cawan + contoh sebelum diabukan
W2 adalah bobot cawan + abu setelah ditambahkan asam, disaring dan dipanaskan
A.3. 6 Ketelitian
Kisaran RPD maksimum 5% dari nilai rata-rata hasilabu tidak larut asam. Jika RPD lebih
besar dari 5%, maka uji harus diulang kembali.
A.4.1.2 Prinsip
A.4.1.3 Peralatan
A.4.1.4 Pereaksi
a) Petroleum eter;
b) Natrium sulfat (Na2SO4).
A.5.1 Prinsip
A.5.2 Peralatan
a) Neraca analitik;
© BSN 2018 9 dari 21
b) Ayakan No.20;
c) Labu kjeldhal;
d) Buret;
e) Pipet volum kapasitas 1 mL; dan
f) Seperangkat alat distilasi.
A.5.3 Pereaksi
A.6.1.1 Prinsip
Destruksi contoh dengan cara pengabuan kering pada suhu 450 C yang dilanjutkan dengan
pelarutan dalam larutan asam. Logam yang terlarut dihitung menggunakan alat
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang maksimal 228,8 nm
untuk Cd dan 283,3 nm untuk Pb.
© BSN 2018 10 dari 21
SNI 4305:2018
A.6.1.2 Peralatan
a) SSA beserta kelengkapannya (lampu katoda Cd dan Pb) (sebaiknya menggunakan grafit
furnace);
b) Tanur dengan ketelitian 1 C;
c) Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
d) Pemanas listrik;
e) Penangas air;
f) Pipet ukur berskala 0,05 mL atau mikro buret;
g) Labu ukur 1 000 mL, 100 mL, dan 50 mL;
h) Gelas ukur kapasitas 10 mL;
i) Gelas piala 250 mL;
j) Botol polipropilen;
k) Cawan porselen/platina/kwarsa 50 mL sampai dengan 100 mL; dan
l) Kertas saring tidak berabu dengan spesifikasi particle retention liquid 20µm sampai 25
µm.
A.6.1.3 Pereaksi
A.6.1.5 Perhitungan
C
Kandungan logam, (mg/kg) = × V
W
Keterangan:
C adalah konsentrasi logam dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam mikrogram per mililiter (µg/mL);
V adalah volume larutan akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL); dan
W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g).
A.6.1.6 Ketelitian
Kisaran Relative Standard Deviation (RSD) dari dua kali ulangan maksimal 16%. JikaRSD
lebih besar dari 16%, maka uji harus diulang kembali.
A.6.2.1 Prinsip
Contoh didekstruksi dengan HNO3 dan HCl kemudian tambahkan KCl untuk mengurangi
gangguan. Sn dibaca menggunakan SSA pada panjang gelombang maksimal 235,5 nm
dengan nyala oksidasi N2O-C2H2.
A.6.2.2 Peralatan
A.6.2.3 Pereaksi
a) Timbang contoh 10 g sampai 20 g (W) dengan teliti ke dalam Erlenmeyer 250 mL,
tambahkan 30 mL HNO3 pekat dan biarkan 15 menit;
b) panaskan perlahan selama 15 menit di dalam lemari asam, hindari terjadinya percikan
yang berlebihan;
c) lanjutkan pemanasan sehingga sisa volume 3 mL sampai 6 mL atau sampai contoh mulai
kering pada bagian bawahnya, hindari terbentuknya arang;
d) angkat Erlenmeyer dari pemanas listrik, tambahkan 25 mL HCl pekat, dan panaskan
sampai selama 15 menit sampai letupan dari uap Cl2 berhenti;
e) tingkatkan pemanasan dan didihkan sehingga sisa volume 10 mL sampai 15 mL;
A.6.2.5 Perhitungan
C
Kandungan timah (Sn) (mg/kg) = × V
W
Keterangan:
C adalah konsentrasi timah (Sn) dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam mikrogram per mililiter
(µg/mL);
V adalah volume larutan akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL);
W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g).
A.6.2.6 Ketelitian
Kisaran RSD dari dua kali ulangan maksimal 16%. JikaRSD lebih besar dari 16%, maka uji
harus diulang kembali.
A.6.3.1 Prinsip
Reaksi antara senyawa merkuri dengan NaBH4 atau SnCl2 dalam keadaan asam akan
membentuk gas atomik Hg. Jumlah Hg yang terbentuk sebanding dengan absorbans Hg
yang dibaca menggunakan SSA tanpa nyala pada panjang gelombang maksimal 253,7 nm.
A.6.3.2 Peralatan
a) SSA yang dilengkapi lampu katoda Hg dan generator uap hidrida (HVG);
b) Microwave digester;
c) Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
d) Pemanas listrik;
e) Pendingin terbuat dari borosilikat, diameter 12 mm sampai 18 mm, tinggi 400 mm diisi
dengan cincin Raschig setinggi 100 mm, dan dilapisi dengan batu didih berdiameter 4
mm di atas cincin setinggi 20 mm;
f) Tabung destruksi;
g) Labu destruksi 250 mL berdasar bulat;
h) Labu ukur 1 000 mL, 500 mL, dan 100 mL;
i) Gelas ukur 25 mL;
j) Pipet ukur berskala 0,05 mL atau mikro buret; dan
k) Gelas piala 500 mL.
A.6.3.3 Pereaksi
a) Timbang 5 g contoh (W) dengan teliti ke dalam labu destruksi dan tambahkan 25 mL
H2SO4 9 M, 20 mL HNO3 7 M, 1 mL larutan natrium molibdat 2%, dan 5 butir sampai 6
butir batu didih;
b) hubungkan labu destruksi dengan pendingin dan panaskan di atas pemanas listrik
selama 1 jam. Hentikan pemanasan dan biarkan selama 15 menit;
c) tambahkan 20 mL campuran HNO3 : HClO4 (1:1) melalui pendingin,
d) hentikan aliran air pada pendingin dan panaskan dengan panas tinggi hingga timbul uap
putih. Lanjutkan pemanasan selama 10 menit dan dinginkan;
e) tambahkan 10 mL air suling melalui pendingin dengan hati-hati sambil labu digoyang-
goyangkan;
A.6.3.5 Perhitungan
C
Kandungan merkuri (Hg), (mg/kg) = × V × fp
W
Keterangan:
C adalah konsentrasi logam dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam mikrogram per mililiter (µg/mL);
V adalah volume larutan akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL);
W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g);
fp adalah faktor pengenceran.
A.6.3.6 Ketelitian
Kisaran RSD dari dua kali ulangan maksimal 16%. Jika RSD lebih besar dari 16%, maka uji
harus diulang kembali.
A.7.1 Prinsip
Contoh didestruksi dengan asam menjadi larutan arsen. Larutan As5+ direduksi dengan KI
menjadi As3+ dan direaksikan dengan NaBH4 atau SnCl2 sehingga terbentuk AsH3 yang
kemudian dibaca dengan SSA pada panjang gelombang maksimal 193,7 nm.
A.7.2 Peralatan
a) SSA yang dilengkapi dengan lampu katoda As dan generator uap hidrida (HVG);
b) Tanur dengan ketelitian 1 C;
c) Microwave digester;
d) Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
e) Pemanas listrik;
f) BunsenBurner;
g) Labu Kjeldahl 250 mL;
h) Labu terbuat dari borosiklat berdasar bulat 50 mL.
i) Labu ukur 1000 mL, 500 mL, 100 mL, dan 50 mL;
j) Gelas ukur 25 mL;
k) Pipet volumetrik 25 mL;
l) Pipet ukur berskala 0,05 mL atau mikro buret;
m) Cawan porselen kapasitas 50 mL; dan
n) Gelas piala 200 mL.
A.7.3 Pereaksi
a) Timbang 5 g sampai 10 g contoh (m) kedalam labu Kjeldahl 250 mL, tambahkan 5 mL
sampai 10 mL HNO3 pekat dan 4 mL sampai 8 mL H2SO4 pekat dengan hati-hati;
b) setelah reaksi selesai, panaskan dan tambahkan HNO3 pekat sedikit demi sedikit
sehingga contoh berwarna coklat atau kehitaman;
c) tambahkan 2 mL HClO4 70% sedikit demi sedikit dan panaskan lagi sehingga larutan
menjadi jernih atau berwarna kuning (jika terjadi pengarangan setelah penambahan
HClO4, tambahkan lagi sedikit HNO3 pekat);
d) dinginkan, tambahkan 15 mL H2O dan 5 mL (NH4)2C2O4 jenuh;
e) panaskan sehingga timbul uap SO3 di leher labu;
f) dinginkan, pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 50 mL dan encerkan dengan
air suling sampai tanda garis (V);
g) pipet 25 mL larutan diatas dan tambahkan 2 mL HCl 8 M, 0,1 mL KI 20% kemudian
kocok dan biarkan minimal 2 menit;
h) siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti
contoh;
i) tambahkan larutan pereduksi (NaBH4) ke dalam larutan baku kerja As, larutan contoh,
dan larutan blanko pada alat HVG;
j) baca absorbans larutan baku kerja, larutan contoh, dan larutan blanko menggunakan
SSA tanpa nyala pada panjang gelombang 193,7 nm;
k) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam (µg/mL) sebagai sumbu X dan absorbans
sebagai sumbu Y;
l) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi (C);
m) lakukan pengerjaan duplo; dan
n) hitung kandungan As dalam contoh.
A.7.5 Perhitungan
C
Kandungan arsen (As), (mg/kg) = × V × fp
W
Keterangan:
C adalah konsentrasi logam dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam mikrogram per mililiter (µg/mL);
V adalah volume larutan akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL);
W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g);
fp adalah faktor pengenceran.
A.7.6 Ketelitian
Kisaran RSD dari dua kali ulangan maksimal 16%. JikaRSD lebih besar dari 16%, maka uji
harus diulang kembali.
Bibliografi
[3] AOAC Official Method 971.21, Mercury in Foods, Atomic Absorption Spectrophotometric
Method.
[4] AOAC Official Method 986.15, Arsenic, Cadmium, Lead, Selenium, and Zinc in Human
and Pet Foods, Multielement Method.
[5] AOAC Official Method 985.16, Tin in Canned Foods: Atomic Absorption
Spectrophotometric Method.
[6] AOAC Official Method 999.11, Lead, Cadmium, Copper, Iron, and Zinc in foods:
Absorption Spectrophotometry after Dry Ashing.
[8] Codex STAN 249:2006 Codex Standard for Instant Noodles, 9.3 Extraction of Oil from
Instant Noodles.
[14] Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
[15] Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional.
[16] Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi
Pangan.
[19] Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan
Pangan.
[21] Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4 sampai 25 Tahun
2013, Nomor 36 sampai 38 Tahun 2013, Nomor 4 Tahun 2014 dan Nomor 22 Tahun 2016
tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan.
[22] Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 16 Tahun 2016 tentang
Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan Olahan.
[23] Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 21 Tahun 2016 tentang
Kategori Pangan.
[24] Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata
Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI
[25] Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Batas Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan.
Susunan keanggotaan Komite Teknis ini adalah ketika SNI ini ditetapkan,
beberapa penggantian keanggotaan Komite Teknis saat SNI dirumuskan
adalah sebagai berikut:
Abdul Rochim (Ketua) Dit. IMHLP - Kemenperin
Sutarto BPPI - Kemenperin
Iwan Nursasongko Dit. IMHLP - Kemenperin
Nirwana Aprianita BBIA - Kemenperin
Tri Wibowo GAPMMI
Rully Indrayana Kemendag