Naskah Monolog
Naskah Monolog
Naskah Monolog
Saya mencintai negeri ini. Lebih dari diri saya sendiri. Saya seorang perempuan.
Mana ada perempuan seperti saya yang dihargai karena mencintai negerinya
sendiri. Semua arus perjuangan ini dihargai karena seseorang laki-laki dan
memimpin.
Ini?. Katanya gara-gara ini. Gara-gara ini, katanya anakku, aku, ibuku, temanku,
keponakanku, nenekku, iparku, mertuaku, yang menggunakan ini layak
diperkosa. Mana-mana kebenaran yang diawasi?
“Ya, kalau tidak mau diperkosa jangan pakai rok mini ya.”
Saya bosan mendengar umpatan seperti ini. Saya aneh mendengar umpatan ini.
Terdengar aneh bukan. Keadilan yang bagaimana? Saya pikir ini tidak layak.
Bagaimana rok mini bisa ditukar dengan kejahatan. Atau saya yang tidak tau
bahwa keadilan itu seperti apa? Karena saya seorang perempuan. Atau karena
saya hanya seorang perempuan pramuniaga.
Pada suatu kali seorang perempuan muda diperkosa ramai-ramai dalam angkot.
Kemudian dibunuh dan mayatnya dibuang. Kaca film angkot tertutup warna
hitam sehingga tidak terlihat oleh banyak orang. Pada waktu itu, sang
perempuan muda ingin kembali kerumahnya, sehabis bekerja. Sang perempuan
muda menggunakan rok mini, seperti punyaku ini. Tapi ternyata akhir hayatnya
menyedihkan sekali. Besoknya beramai-ramai media memberitakannya.
“sepertinya otak kalian sudah diracuni oleh kemewahan,sehingga tiap kata yang
kalian ucap itu seperti dak ada landasan pemikirannya terlenih dahulu”
“mulutmu yang tak selaras demgan rokmu itu,jika saja kau memang wanita
benar benar,tak pantas kau pakai pakaian itu’
Saya ini mencintai negeri ini, lebih dari diri saya sendiri. Bagaimana dengan
saya, kami, nasib para perempuan-perempuan.