Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

(Materi 11) Makalah LCS Ok

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PEMERIKSAAN LCS dan TRANSUDAT


EKSUDAT “

DISUSUN OLEH :
AULIA RIFA FAUZIYA P27903219004
DIAZ RIZKY P27903219005
ETIK SUTARTI P27903219006
YUZIWANTI PANGGABEAN P27903219023

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESA yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga penulis berhasil
menyelesaikan Makalah ini dengan tepat pada waktunya yang berjudul “” Makalah
ini berisikan tentang informasi Pengertian ““.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan senantiasa melancarkan segala usaha kita. Aamiin.

Tangerang, 21 Jan. 20

Penyusun
Kata Pengantar

Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah

Bab II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Peranan Hasil Pemeriksaan LCS
2.2 Persiapan dan Penanganan Spesimen
2.3 Jenis Pemeriksaan LCS
2.4 Pengertian dan Peranan Hasil Pemeriksaan Transudat dan Eksudat
2.5 Persiapan Penanganan Spesimen
2.6 Jenis Pemeriksaan

Bab III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik dan Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium merupakan hal yang terpenting dalam proses
diagnosis suatu penyakit. Banyak informasi penting yang bisa didapatkan dari
proses tersebut yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan langkah
yang akan diambil terhadap pasien. Dengan demikian, proses pemeriksaan
laboratorium memiliki peranan vital bagi pasien. Pemeriksaan laboratorium
terhadap pasien menggunakan bahan pemeriksaan yang berasal dari tubuh
pasien. Pada prinsipnya semua organ dan cairan tubuh dapat diperiksa, namun
yang sering dilakukan untuk pemeriksaan rutin hanya specimen yang memiliki
arti klinis misalnya darah, urine, serum, sekret/efusi, cairan sendi, dan cairan
otak (LCS). Pada makalah ini akan dibahas secara khusus pemeriksaan
laboratorium klinik terhadap specimen cairan otak atau Liquor Cerebro Spinalis
(LCS). Pemeriksaan LCS ini berperan penting dalam mendiagnosa adanya
gangguan terhadap selaput otak2 meningia. Pemeriksaan Terhadap LCS ini
terbagi atas pemeriksaan Makroskpis, Mikroskopis, dan Kimiawi. Tinjauan
pustaka mengenai LCS akan dijelaskan lebih lanjut pada bab selanjutnya.

Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai
akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang
meningkat (tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis
transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan
protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana
terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang
merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan
atau rongga badan, tanpa radang.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi
(diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah
putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat
permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul
besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai
akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit
yang menyebabkan emigrasinya.Eksudat merupakan substansi yang merembes
melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaiman Pengertian dan Peranan Hasil Pemeriksaan LCS
2. Bagaimana Persiapan dan Penanganan Spesimen
3. Apa saja Jenis Pemeriksaan LCS
4. Bagaimana Pengertian dan Peranan Hasil Pemeriksaan Transudat dan
Eksudat
5. Bagaimana Persiapan Penanganan Spesimen
6. Apa saja Jenis Pemeriksaan

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mendeskripsikan pengertian dan peranan hail pemeriksaan LCS
2. Untuk mendeskripsikan persiapan dan penanganan specimen
3. Untuk mendeskripsikan jenis pemeriksaan LCS
4. Untuk mendeskripsikan pengertian dan peranan hasil pemeriksaan
Transudat dan Eksudat
5. Untuk mendeskripsikan persiapan dan penanganan Spesimen
6. Untuk mendeskripsikan jenis pemeriksaan Transudat dan Eksudat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Peranan Hasil Pemeriksaan LCS

a. Proses Terbentuknya Cairan Otak (Liquor Cerebro Spinalis)


Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus, dimana
sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner yang
menutupi stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel ependim,
yang menonjol ke ventrikel. Pleksus khoroideus membentuk lobul-lobul
danmembentuk seperti daun pakis yang ditutupi oleh mikrovili dan silia. Tapi sel
epitel kuboid berhubungan satu sama lain dengan tigth junction pada sisi aspeks,
dasar sel epitel kuboid terdapat membran basalis dengan ruang stroma diantaranya.
Ditengah villus terdapat endotel yang menjorok ke dalam (kapiler fenestrata). Inilah
yang disebut sawar darah LCS. Gambaran histologis khusus ini mempunyai
karakteristik yaitu epitel untuk transport bahan dengan berat molekul besar dan
kapiler fenestrata untuk transport cairan aktif. Pembentukan CSS melalui 2 tahap,
yang pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma di luar kapiler oleh karena tekanan
hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi sekresi pada epitel khoroid
melalui proses metabolik aktif.
b. Peranan Pemeriksaan Cairan Otak (Liquor Cerebro Spinalis )
Pemeriksaa liquor Cerebrospinalis ditujukan untuk mengetahui adanya kelainan
pada otak maupun sumsum tulang, meningitis, tumor, abses, enchefilitis maupun
infeksi virus pada daerah tersebut

2.2 Persiapan dan Penangan Spesimen LCS


a. Persiapan Specimen LCS
Jika pada pemeriksaan makroskopik CSF tampak purulen (sangat keruh),CSF
dapat langsung diperiksa tanpa sentrifugasi. Pada semua kasus non-purulen,CSF
harus disentrifugasi dalam tabung steril (biasanya dalam tabung kerucut 15ml
dengan tutup ulir) pada 10000g selama 5-10 menit. Buang supernatan dengan
menggunakan pipet pasteur steril yang terpasang karet pengisap dan pindahkan
ketabung lain untuk pemeriksaan kimia dan / atau serologis. Gunakan sedimen
untuk pemeriksaan mikrobiologis lanjutan.
b. Penanganan Sample (Transport dan Penyimpanan)
Hindari kontaminasi dengan mikroorganisme yang ada di kulit. Cairan otak
ditampung dalam wadah steril yang bertutup ulir. Spesimen secepatnya dikirim
kelaboratorium mikrobiologi untuk diproses. Spesimen harus segera dikirim ke
laboratorium, dan di proses secepatnya karena sel mengalami disentegrasi dengan
cepat. Keterlambatan dapat menyebabkan hasil hitung sel yang tidak sesuai dengan
kondisi klinis pasien. Spesimen dilakukan kultur terlebih dahulu, selanjutnya
melakukan pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram. Pada infeksi
bakterial akutakan ditemukan sel-sel polimorfonukleus, sedangkan pada infeksi
virus, Mycobacterium tuberculosis dan jamur lebih dominan ditemukan sel-sel
limfosit. Sebelum spesimen dikirim untuk kultur, simpanlah CSF di dalam
inkubator pada suhu 370 C dan jangan menyimpannya di dalam kulkas.

2.3 Jenis-Jenis pemeriksaan LCS


Ada beberapa metode pemeriksaan protein pada LCS yang sering dilakukan, yaitu:
a. Pemeriksaan Ross-Jones (Reaksi None-Apelt)
Pemeriksaan Ross- Jones atau sering yang disebut None-Apelt merupakan suatu
pemeriksaan untuk mengetahui atau menguji kadar globulin dalam cairan otak.
Pada pemeriksaan menggunakan larutan jenuh ammonium sulfat sebagai reagens.
Reagen ammonium sulfat ini terdiri dari ammonium sulfat sebanyak 80 gr dan
aquadest 100 ml. Larutan ini kemudian disaring sebelum digunakan.
b. Pemeriksaan None
Pada pemeriksaan ini mula-mula semua alat dan bahan dikondisikan pada suhu
kamar. Hal ini berfungsi agar reaksi yang terjadi pada saat pemeriksaan dapat
berjalan secara maksimal. Tabung serologis diisi dengan larutan amonium sulfat
jenuh sebanyak 1 ml. Kemudian sampel ditambahkan 0,5 ml ke tabung dengan
hati-hati melewati dinding tabung serologis. Larutan amonium sulfat ini nantinya
akan memberikan reaksi terhadap protein globulin yang ada dalam sampel dalam
bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Larutan tersebut kemudian dibiarkan selama
3 menit. Waktu ini merupakan waktu optimal yang diperlukan reagen amonium
sulfat jenuh bereaksi dengan globulin dalam sampel. Kemudian diamati perubahan
yang terjadi. Ketebalan cincin yang terbentuk berbanding lurus dengan kadar
globulin, makin tinggi kadar globulinnya maka cincin yang terbentuk makin tebal.
c. Pemeriksaan Pandy
Metode yang digunakan untuk memeriksa adanya protein dalam Liquor
Cerebrospinalis adalah Test Pandy. Reagen Pandy dibuat dari larutan jenuh fenol
dalam air (phenolum liquefactum 10 ml : aquadest 90 ml : simpan beberapa hari
pada suhu 370 C dengan sering dikocok-kocok) bereaksi dengan globulin dan
dengan albumin.Reagen ini dipakai untuk mengetahui protein (albumin dan
globulin) dalam cairan otak dimana akan bereaksi dengan globulin dan albumin.Tes
pandy mudah dilakukan pada waktu pungsi dan sering dijalankan sebagai bed side
test.Itu sebabnya test pandy masih digunakan meskipun telah banyak test lain untuk
menentukan protein dalam cairan otak yang lebih spesifik dan lebih bermanfaat
bagi klinik.Dalam keadaan normal tidak terjadi kekeruhan atau adanya kekeruhan
yang sangat ringan berupa kabut halus. Semakin keruh hasil reaksi ini semakin
tinggi kadar protein .Hasil reaksi ini harus segera dinilai setelah pencampuran
liquor dengan reagen.Hasil dilaporkan dalam bentuk positif atau negatif saja. Perlu
diingat jika ada darah dalam cairan otak hasil pemeriksaan tidak ada artinya.
Pemeriksaan pandy menggunakan gelas arloji sebagai wadah pereaksinya. Hal ini
untuk memudahkan dalam pengamatan kekeruhan pada sampel. Pada gelas arloji
ditambahkan 1 ml reagen pandy kemudian diteteskan 1 tetes sampel cairan otak
pada reagen yang ditambahkan di atas gelas arloji tersebut. Kemudian diamati
hasilnya apakah menunjukkan kekeruhan atau tidak. Kekeruhan diakibatkan
denaturasi protein dalam larutan fenol yang jenuh yang menyebabkan protein
mengendap. Semakin keruh campuran, semakin banyak kadar protein dalam sampel
tersebut. Pengamatan kekeruhan menggunakan latar gelap dan digoyangkan
perlahan-lahan.
2.4 Pengertian Transudat Eksudat
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan.
Cairanitu terdapat umpama dalam rongga perikardium, rongga pleura, rongga perut
dan berfungsisebagai pelumas agar membran-membran yang dilapisi mesotel dapat
bergerak tanpa geseran.Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak dapat
diukur karena sangat sedikit. Jumlahitu mungkin bertambah pada beberapa keadaan
dan akan berupa transudat atau eksudat.Fungsi dari transudat dan eksudat adalah
sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguansirkulasi dengan kongesti pasif dan
oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan
kesetimbangancairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau
tekanan hidrostatik, kerusakanendotel, dsb.), sedangkan eksudat bertalian dengan
salah satu proses peradangan.!ila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang
juga dapat mengisi jaringan sehinggaterjadi gelembung. Cairan yang terjadi akibat
radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi dari pada
plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat membeku karena mengandung
fibrinogen. Cairan yang terjadi akibat radang ini disebut eksudat. Jadi sifat-sifat
eksudat ialah mengandung lebih banyak protein daripada cairan jaringan normal,
berat jenisnya lebih tinggi dan dapat membeku. Cairan jaringan yang terjadi karena
hal lain dari padaradang, misalnya karena gangguan sirkulasi, mengandung sedikit

protein, berat jenisnya rendahdan tidak membeku, cairan ini disebut transudat.

ransudat misalnya terjadi pada penderita penyakit jantung. "ada penderita payah
jantung , tekanan dalam pembuluh dapat meninggi sehingga cairan keluar dari
pembuluh dan masuk ke dalam jaringan.Berbagai jenis eksudat # eksudat ialah
cairan dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan pada $aktu
radang. Bila cairan eksudat menyerupai serum darah dan hanya sedikit mengandung
fibrin dan sel, maka eksudat bersifat cair sekali dan dinamai eksudat bening%jernih.
Eksudat bening sering terjadi pada radang tuberculosis yang mengisi rongga pleura
dapat berjumlah satu liter atau lebih. Eksudat fibrinosa mengandung banyak fibrin
sehingga melekat pada permukaan pleura, merupakan lapisan kelabu kuning yang
ditemukan pada pneumonia. Mikroskopis eksudat ini mengandung serabut fibrin
dan dalam sela-sela diantara serabut ini terdapat sel radang. Eksudat fibrinosa
terjadi bila permeabilitas kapiler bertambah banyak, yaitu karena molekul-molekul
fibrin besar dapat keluar dari kapiler dan menjadi bagian daripada eksudat. Eksudat
purulen ialah eksudat yang terjadi daripada nanah. Nanah ini terjadi pada radang
akut yang mengandung banyak sel polinukleus yang kemudian musnah dan mencair
karena lisis. Sisa jaringan nekrotik yang mengalami lisis bersama dengan sel
polinukleus yang musnah dan limfe radang menjadi cairan yang disebut nanah.
Eksudat hemoragik ialah eksudat radang yang berwarna kemerah-merahan karena
mengandung banyak eritrosit. Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat
atau eksudat bermaksud untuk menentukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk
mendapatkan keterangan tentang causanya.
Ciri-ciri transudat spesifik + cairan jernih, encer, kuning muda, berat jenis
mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018, tidak menyusun bekuuan
(tak ada fibrinogen), kadar protein kurang dari 2.5 g/dl, kadar glukosa kira-kira
sama seperti dalam plasma darah, jumlah selkecil dan bersifat steril.
Ciri-ciri eksudat spesifik + keruh (mungkin berkeping-keping, purulent,
mengandungdarah, chyloid,dsb.), lebih kental, warna bermacam-macam, berat
jenis lebih dari 1018, seriada bekuan (oleh fibrinogen), kadar protein lebih dari 4,0
g/dl, kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma darah, mengandung
banyak sel dan sering ada bakteri. Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-
sifatnya sebagian sifat transudat dan sebagian eksudat lagi sifat eksudat, sehingga
usaha untuk membedakan antara transudat dan eksudat menjadi sukar.
Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian sifat transudat
dansebagian eksudat lagi sifat eksudat, sehingga usaha untuk membedakan antara
transudat dan eksudat menjadi sukar.
Perbedaan transudat dan eksudat.
Keterangan Transudat Eksudat
Rivalta - +
Berat Jenis <1,016 >1,016
Kadar Protein < 3 gr / 100 cc >3 gr / 100 cc
Protein Plasma < 0,5 >0,5
LDH < 200 IU >200 IU
LDH Plasma <0,6 >0,6
Lekosit <1000 mm3 >1000 mm3
Hitung Jenis Leukosit <50 % limfosit >50% limfosit
pH >7,3 <7,3
Glukosa <plasma <plasma
Amilase =plasma +plasma
Alkali Fosfatse >75 u >75 u

2.5 Peranan Pemeriksaan Transudat dan Eksudat


a. Peranan Hasil Pemeriksaan Transudat Eksudat
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya
gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya
inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).
b. Penanganan spesimen Transudat dan Eksudat
Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi selain penampung biasa juga
penampung steril (untuk biakan) dan penampung yang berisi larutan natrium citrat
20% atau heparin steril.
Cairan yang diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung :
1. Botol I : Steril untuk pemeriksaan bakteriologi
2. Botol II : Di tambah anticoagulant untuk pemeriksaan rutin
3. Botol III : Tanpa anticoagulant untuk pemeriksaan kimia
Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah pengambilan cairan tidak boleh
seluruhnya karena :
a. Untuk menghindari terjadinya shock
b. Pada cairan ascites banyak mengandung protein
Guna pemeriksaan :
1. Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa
2. Mengusahakan mencari penyebabnya
Syarat pemeriksaan :
Harus dilakukan dengan cepat karena mudah terjadi desintegrasi, oleh karena itu
pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan cytologi

2.6 Jenis-jenis Pemeriksaan Transudat dan Eksudat :


Jenis Transudat:
Jenis-jenis Transudat (Regina, 2011)
1) Hidrotoraks
2) Hidroperikardium
3) Hidroperitoneum
4) Hidroarrosis
Kelainan-kelainan yang dapat menimbukan transudat (Regina, 2011)
1) Penurunan tekanan osmotic plasma karena hipoalbuminemi
2) Sindroma nefrotik
3) Cirrhosis hepatis
4) Peningkatan retensi Natrium dan air
5) Penggunaan natrium dan air yang meningkat
6) Penurunan ekskresi Natrium dan air (contoh : gagal ginjal)
7) Meningkatnya tekanan kapilaer / vena
8) Kegagalan jantung, obstruksi vena porta, perikarditis constrictif, obstruksi limfe.
Ciri-ciri transudat spesifik (Regina, 2011)
1) Warna agak kekuningan
2) Kejernihahan : jernih
3) Berat jenis <1,018 (1,006 ² 1,015)
4) Tak ada bekuan, atau membeku lambat / dalam jangka waktu lama
5) Bau tidak khas
6) Protein < 2,5 gr % (tes rivalta negative)
7) Glukosa = plasma
8) Lemak : negative (kecuali bila chylous +)
9) Jumlah lekosit : <500 mm3
10) Jenis sel : > mononuclear
11) Bakteri negative atau jarang (+)

Jenis Eksudat :
Jenis-Jenis Eksudat (Regina, 2011):
1) Eksudat non seluler
a) Eksudat serosa Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan
dan zat-zat yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Eksudat serosa pada
dasarnya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang
permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya.
Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
b) Eksudat fibrinosa Eksudat fibrinosa terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari
pembuluh terkumpul pada daerah peradangan yang mengandung banyak
fibrinogen. Contoh pada penderita pleuritis akan merasa sakit sewaktu bernafas,
karena terjadi pergesekan sewaktu mengambil nafas.
c) Eksudat musinosa (Eksudat kataral)Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk
diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat mengsekresi musin.
Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini merupakan sekresi
sel bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Contoh eksudat musin yang
paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi
pemafasan bagian atas.

2) Eksudat Seluler ( Eksudat netrofilik)


Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri
dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak. Eksudat
neutrofil semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk
akibat infeksi bakteri.

3) Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini
dinamakan sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrino-purulen yang
terdiri dari fibrin dan neutrofil polimorfonuklear, eksudat mukopurulen, yang terdiri
dari musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.
Bentuk-bentuk Eksudat (Regina, 2011):
1) Serous
2) Fibrinous
3) Haemorrhagis
4) Purulent
5) Berbentuk kombinasi
Ciri-ciri eksudat spesifik (Regina, 2011):
1) Warna (purulen = putih-kunig, hemoragis = merah, dsb)
2) Kejernihan keruh
3) Berat jenis ˃ 1,018 (1,018 – 1,030)
4) Ada bekuan, atau membeku dalam jangka waktu cepat B
5) Bau tidak khas. Infeksi kuman anaerob / E.coli : bau busuk
6) Protein > 3 gr % (tes rivalta positif)
7) Glukosa << plasma
8) Lemak mungkin positif (infeksi tuberculosis)
9) Jumlah lekosit : 500 – 40.000 / mm3
10) Jenis sel : > polinuklear
11) Bakteri sering (+++)
BAB III
Kesimpulan
Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus,
dimana sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner
yang menutupi stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel
ependim, yang menonjol ke ventrikel. Pembentukan CSS melalui 2 tahap, yang
pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma di luar kapiler oleh karena tekanan
hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi sekresi pada epitel khoroid
melalui proses metabolik aktif.
Pemeriksaan cairan otak dibagi atas tiga bagian yaitu makroskopik,
mikroskopik, dan kimia. Pemeriksaan maksorkopik cairan otak yang dibahas yaitu
kekeruhan, warna berat jenis, ph, dan bekuan halus. Pemeriksaan mikroskopi
diarahkan kepada jumlah dan jenis sel dalam cairan otak dan kepada adanya bakteri
serta jenis secara bakterioskopik. Dan pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan
protein, glukosa dan chlorida.
Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat
karena gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang.
Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk
ke dalam jaringan pada waktu radang.
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap
adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta
adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).
Daftar pustaka
1. https://www.academia.edu/35188308/MATERI_LCS
2. http://nilukumaladewi.blogspot.com/2015/01/v-
3. https://teknologilaboratoriummedik.blogspot.com/2016/10/pemeriksaan-
lcs-metode-none-pandy.html
4. https://ennyetu.wordpress.com/makalah-transudat-eksudat
5.

Anda mungkin juga menyukai